Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kebutuhan energi listrik nasional dari hari ke hari semakin bertambah

sebanding dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan


perkembangan sektor industri yang pesat. Sedangkan pembangkit listrik yang ada
di Indonesia mempunyai kapasitas terbatas. Akhir-akhir ini PLN sebagai
pemegang kendali akan kelancaran pasokan listrik ke masyarakat sering
melakukan pemadaman bergilir, biasanya ini terjadi di daerah di luar pulau Jawa.
Hal ini disebabkan oleh beban yang digunakan semakin banyak sehingga energi
listrik yang diperlukan semakin meningkat. Perkembangan pemakaian tenaga
listrik dapat disebabkan antara lain:
a. Perkembangan industri yang makin maju dengan pesat.
b. Pertambahan penduduk yang dengan sendirinya menyebabkan bertambahnya
pemakaian listrik.
c. Peralatan yang membutuhkan tenaga listrik semakin bertambah.
Sehingga pemerintah maupun swasta mengupayakan penambahan kapasitas
energi listrik. Dalam hal ini PT PLN Persero sangat berperan penting sebagai
BUMN yang mampu mengupayakan penambahan energi listrik tersebut. PT PLN
sendiri terbagi dalam beberapa perusahaan yang bergerak dibidangnya masingmasing, di antaranya unit pembangkit dan jaringan transmisi. Jaringan transmisi
merupakan perusahaan yang bertugas mengatur seluruh jaringan listrik yang ada
di nusantara ini.

Jaringan transmisi sendiri tak akan berjalan tanpa adanya

pembangkit tenaga listrik. Pembangkit tenaga listrik bekerja di bidang


pembangkitan.

Ada beberapa jenis pembangkit di Indonesia, di antaranya:

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG), dan lain sebagainya.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Soedirman
adalah salah satu pilihan alternatif yang sangat tepat karena di Indonesia kaya

akan air. PLTA ini memanfaatkan air sebagai media untuk memutar turbin. Turbin
yang diputar oleh tekanan air akan dikopel dengan generator sehingga
menghasilkan energi listrik. Dari generator ini energi yang dihasilkan akan
disalurkan ke trafo, trafo yang digunakan yaitu trafo step up dimana untuk
menaikkan energi yang dihasilkan ke sistem transmisi. Sebagai sumber energi
listrik dalam suatu sistem tenaga, generator memiliki peran yang penting,
sehingga tripnya PMT/CB generator sangat tidak dikehendaki karena sangat
mengganggu sistem, terutama generator yang berdaya besar. Dan juga karena
letaknya di hulu, PMT/CB generator tidak boleh mudah trip tetapi juga harus
aman bagigenerator, walaupun didalam sistem banyak terjadi gangguan
Untuk menjaga keandalan dari kerja generator, maka
dilengkapilah generator dengan peralatan-peralatan proteksi. Peralatan proteksi
generator harus betul-betul mencegah kerusakan generator, karena
kerusakan generator selain akan menelan biaya perbaikan yang mahal juga sangat
mengganggu operasi sistem. Proteksi generator juga harus mempertimbangkan
pula proteksi bagi mesin penggeraknya, karena generator digerakkan oleh mesin
penggerak mula.

Melihat pentingnya proteksi generator untuk menjaga kestabilan sistem di PLTA


Panglima Besar Soedirman, maka penulis mengambil tema dalam kerja praktik ini
dengan judul Sistem Proteksi Generator Serta Pemeliharaan Rele Proteksi
Di PT Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Panglima Besar
Soedirman.

1.2

Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian dalam Kerja Praktik ini adalah :

1.

Secara umum akan membahas mengenai sejarah umum dan sistem


pembangkitan tenaga listrik di PT Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit

2.

PLTA Panglima Besar Soedirman.


Secara khusus akan mengetahui prinsip kerja dari Proteksi Generator, Jenisjenis dari rele proteksi generator tersebut serta cara kerjanya dalam menjaga
kestabilan sistem.

1.3

Tujuan Kerja Praktek


Kerja praktik yang dilakukan di PT Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit

PLTA Panglima Besar Soedirman ini bertujuan antara lain :


1.

Mengetahui secara langsung proses pembangkitan tenaga listrik dengan

2.

sumber tenaga air PLTA Panglima Besar Soedirman.


Mempelajari sifat, karakteristik dan sistem proteksi generator serta
pemeliharaan rele proteksinya.

1.4

Manfaat Kerja Praktek


Manfaat pelaksanaan kerja praktik dapat dilihat dari manfaat untuk

mahasiswa, manfaat untuk instansi serta manfaat untuk perusahaan.


1.4.1

Manfaat Untuk Mahasiswa


1.
2.

Memperoleh pengalaman kerja di perusahaan.


Memperoleh suatu pengalaman berorganisasi dalam suatu tim kerja

3.

yang nyata.
Memperoleh pengetahuan mengenai sistem pembangkitan listrik di

4.

Indonesia.
Mengetahui penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama
dibangku kuliah pada dunia kerja.

5.

Mengetahui karakteristik proteksi generator serta pemeliharaan rele


proteksinya.

1.4.2

1.4.3

Manfaat Untuk Universitas


1.

Mengetahui daya serap mahasiswa selama mengikuti kegiatan

2.

perkuliahan.
Mengetahui sejauh mana kemampuan dan usaha mahasiswa dalam

3.

mengumpulkan serta menganalisa suatu data.


Mendapatkan literatur atau pustaka baru.

Manfaat untuk perusahaan


1.

Ikut berpartisipasi dalam mensukseskan progam pemerintah terhadap

2.

dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.


Dapat menjaring sumber daya manusia yang potensial untuk ditarik

3.

bekerja di perusahaan.
Peran serta dibidang penelitian terutama pengabdian kepada
masyarakat.

1.5

Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam pelaksanaan kerja

praktik adalah :
1.

2.

Metode Observasi dan praktik langsung


Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan melalui pengamatan dan
pelaksanaan kerja praktik secara langsung.
Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan metode wawancara ini dilakukan melalui tanya
jawab secara langsung dengan petugas yang bersangkutan pada saat kerja

3.

praktik.
Metode Literatur

Pengumpulan data dengan metode literatur ini dilakukan melalui


mempelajari buku, mencari informasi melalui internet serta catatan-catatan
yang diberikan pada saat melakukan kerja praktik.
1.6

Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam melakukan pembahasan tentang materi yang

dibuat, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan pendahuluan meliputi latar belakang, ruang lingkup,
tujuan, manfaat, metodologi pelaksanaan kerja praktik dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini membahas tentang tentang tinjauan umum perusahaan mengenai
latar belakang dan sejarah perusahaan, struktur organisasi PLTA Panglima Besar
Soedirman, serta tugas dan wewenang.
BAB III PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
Bab ini membahas tentang pembangkit listrik tenaga air berisi potensi
tenaga air, prinsip kerja PLTA, jenis-jenis PLTA, dan komponen-komponen utama
PLTA.
BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR PADA PLTA PANGLIMA BESAR
SOEDIRMAN

Bab ini membahas tentang system proteksi generator pada PLTA PBS serta serta
pemeliharaan rele proteksi dalam menjaga kestabilan system.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran, sebagai
hasil dari pelaksannan kerja praktik di PT Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit
PLTA Panglima Besar Soedirman.

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1

Sejarah Umum PT Indonesia Power


Sejarah berdirinya PT Indonesia Power tidak terlepas dari sejarah kelistrikan

Indonesia yang sudah ada sejak akhir abad 19. Pada tahun 1994, dengan terbitnya
PP No. 23 tanggal 6 Juni 1994 status PLN dari PERUM beralih menjadi
PERSERO. Perubahan ini diikuti oleh unit PLN dengan terbitnya SK Direksi No.
010.K/023/Dir/1995, keputusan ini merubah struktur PLN menjadi Kantor Induk
Unit Bisnis, Anak Perusahaan dan Usaha Patungan (PT.IndonesiaPower, 2008).
Pembenahan dalam tubuh PLN terus bergulir, dengan terbitnya SK Direksi
No. 093.K/023/Dir/1995 tanggal 2 Oktober 1995 yang meningkatkan fungsi PLN
P2B menjadi P3B dengan penyalurannya. Dengan perubahan fungsi tersebut maka

PLN KJB dan KJT focus pada pembangkitan saja. Dua perusahaan ini kemudian
menjadi cikal bakal anak perusahaan PLN, yaitu PJB I dan PJB II sebagai tindak
lanjut SK Direksi No. 010.K/023/Dir/1995 tanggal 28 Maret 1995, maka pada
tanggal 3 Oktober 1995 lahir PLN PJB I dan PJB II dan sekaligus menjadi tanggal
berdirinya PT PLN PJB I berdasarkan SK Direksi PLN Pesero No.
94.K/023/Dir/95 yang menunjuk Ir. Firdaus Akmal sebagai direktur utamanya.
Hingga pada tanggal 8 Januari 1996 PLN PJB I baru mempunyai organisasi
sendiri yang mengelola 8 unit (PT.IndonesiaPower, 2008).
Unit Bisnis Pembangkit (UBP) dan Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan (UBP,
UBHAR, UBOH ). 8 UBP tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. UBP PT Indonesia Power


No.
1
2
3
4
5
6
7
8

UBP
Suralaya
Saguling
Mrica
Perak Grati
Priok
Kamojang
Semarang
Bali

Daya Terpasang (MW)


3400
797,36
321,64
864,08
1248
375
1469,16
427,59

Sebagai respon terhadap lingkungan pasar energi listrik yang semakin


kompetitif dan persiapan Go Public dan mempertegas posisi PJB I sebagai
identitas murni dan perusahaan yang independen maka pada saat MKI
mengadakan seminar RUU Ketenagalistrikan 13 September 2000, Dirut PLN PJB
I Ir. Firdaus Akmal mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT
Indonesia Power, yang tercantum dalam perubahan anggaran dasar dengan akte

notaris Henny Singgih S.H. tanggal 8 Agustus 2000 yang disahkan oleh Menteri
Hukum dan Perundangan pada tanggal 1 September 2000. Maka sejak itu,
digunakan nama PT Indonesia Power, yang memantapkan posisi sebagai
perusahaan tenaga listrik terbesar yang menghasilkan energi listrik dengan biaya
terekonomis di Jawa dan Bali (PT.Indonesia Power, 2008).
Sedangkan UBP Mrica sampai saat ini mempunyai 16 Sub Unit,yaitu :

Tabel 2.2. Sub Unit UBP Mrica

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

PLTA
PLTA PB.Soedirman
PLTA Sempor
PLTA Kedung Ombo
PLTA Timo
PLTA Ketenger
PLTA Jelok
PLTA Sidorejo
PLTA Wonogiri
PLTA Wadas lintang
PLTA Garung
PLTA Klambu
PLTA Pejengkolan
PLTM Tapen
PLTM Tulis
PLTM Plumbungan
PLTM Siteki

Daya Terpasang (MW)


3 x 60.3
1 x 1,0
1 x 22,50
3 x 4,00
2 x 3,52, 1 x 1,00 dan 1 x 0.5
4 x 5,12
1 x 1,40
2 x 6,20
2 x 9,00
2 x 13,20
1 x 1,17
1 x 1,40
1 x 0,75
2 x 6,20
1 x 1,6
1 x 1,2

Total (MW)
180.9
1
22,5
12
8,54
20,48
1,4
12,4
18
26,4
1,17
1,1
0,75
12,4
1,6
1,2

(sumber : PT. Indonesia Power UBP Mrica).


2.2

Sejarah PLTA Panglima Besar Soedirman


Karena kebutuhan akan energi listrik di Indonesia yang semakin meningkat,

maka pada awal tahun 1970-an, Pemerintah Indonesia di samping menggunakan

batu bara sebagai bahan bakar pembangkit yang persediaannya semakin menipis,
juga mulai mencari pembangkit listrik alternatif lain. Salah satu pembangkit yang
diperhatikan adalah pembangkit listrik tenaga air (PT.Indonesia Power, 2008).
Salah satu sungai yang dinilai potensial adalah Sungai Serayu, yang
merupakan salah satu sungai yang cukup besar di daerah Jawa Tengah. Sungai
yang bermuara di Samudera Hindia ini diketahui sebagai sungai yang tidak pernah
kering sepanjang tahun. Daerah sekitar aliran sungai Serayu juga merupakan
daerah yang subur dan mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Dengan
kondisi geografis yang berupa pegunungan dan lembah, semakin mendukung
daerah tersebut untuk dijadikan proyek pemanfaatan tenaga air.
Pada tahun 1971 pemerintah Indonesia menerima bantuan dari pemerintah
Australia untuk studi proyek perancangan pembangunan sumber-sumber air di
daerah aliran sungai (DAS) Serayu. Studi di lakukan oleh Snowy Mountains
Engineering Cooperation (SMEC) dari Australia yang menghasilkan:
1.

Studi pendahuluan tahun 1972 yang mengusulkan Maung dan Mrica untuk
PLTA

2.

Prefeasibility study pada tahun 1972 sampai dengan tahun 1973

3.

Feasibility study pada tahun 1974

Sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1980 dilaksanakan perencanaan detail oleh
konsultan Techno Prom Export (TPE) dari Uni Soviet.
PLTA Mrica mulai dibangun pertengahan tahun 1982 oleh PLN proyek
induk pembangkit hidro Jawa Tengah. Peristiwa peristiwa penting selama
pembangunan PLTA Mrica adalah sebagai berikut:

10

1.

Tanggal 15 Mei 1982, penandatanganan kontrak pekerjaan umum antara


PLN dengan SABCON.

2.

Tanggal 9 Agustus 1982, peresmian dimulainya pekerjaan PLTA Mrica oleh


Menteri Pertambangan dan Energi, Bp. Prof. Dr. Subroto.

3.

Tanggal 2 Mei 1986, pengalihan aliran sungai serayu melalui terowongan


pengelak oleh Menteri Pertambangan dan Energi.

4.

Tanggal 28 Februari 1987, peletakan batu pertama oleh Presiden RI, Bp.
Soeharto.

5.

Tanggal 16 April 1988, penutupan terowongan pengelak dan dimulainya


penggenangan air waduk oleh Menteri Pertambangan dan Energi, Bp. Ir.
Drs. Ginandjar Kartasasmita.

6.

Tanggal 24 September 1988, waduk mulai terisi penuh.

7.

Tanggal 4 November 1988, mulai beroperasinya unit III sebesar 60 MW.

8.

Tanggal 9 Desember 1988, mulai beroperasinya unit I sebesar 60 MW.

9.

Tanggal 23 Januari 1989 , mulai beroperasinya unit II sebesar 60 MW.

10.

Tanggal 23 Maret 1989, peresmian mulai berfungsinya PLTA Mrica dan


namanya diubah menjadi PLTA Panglima Besar Soedirman oleh Presiden
RI, Bp. Soeharto.
Ketiga unit pembangkit dapat beroperasi dengan kapasitas masing-masing

60 MW dan membangkitkan energi listrik, menurut desain dengan kapasitas


faktor 35 %. Setelah PLTA PB Soedirman ini selesai, maka pengoperasiannya
diserahkan pada PT PLN Pambangkitan dan Penyaluran Jawa Bali I Sektor
Mrica.

11

2.3

Lokasi PLTA PBS

Gambar 2.1.Lokasi Waduk dan PLTA PBS Mrica

PLTA Mrica berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah,


tepatnya 8 Km sebelah barat pusat Kota Banjarnegara, dengan alamat kantor di Jl.
Raya Banyumas Km 08, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTA Mrica disalurkan kemasyarakat
melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi - SUTT 150 KV kedua arah yaitu barat
melalui Gardu Induk Rawalo sepanjang 56 km dan timur melalui Gardu Induk
Wonosobo sepanjang 36 km dan ikut menunjang sistem jaringan interkoneksi
Jawa-Bali ke Gardu Induk Pusat Pengatur Beban Ungaran.

12

Gambar 2.2. Bendungan dan PLTA Panglima Besar Soedirman

2.4

Struktur Organisasi
Untuk menunjang kinerja yang baik dan untuk memenuhi tuntutan

profesionalisme dalam rangka produksi tenaga listrik, maka PT. Indonesia Power,
UBP Mrica terutama PLTA PBS, dibentuklah struktur organisasi yang solid dari
PT. Indonesia Power sampai ke Unit UBP Mrica dan sub unit PLTA PBS. Struktur
organisasi dapat dilihat pada lampiran.
Adapun tugas pokok yang dibebankan kepada PT Indonesia Power terutama
UBP Mrica adalah:
1.

Menyelenggarakan pembangkitan tenaga listrik berdasarkan kebijakan yang


diambil oleh pimpinan PT Indonesian Power.

2.

Menyelenggarakan tata usaha untuk membantu kelancaran administrasi


perusahaan.

2.5

Visi, Misi dan Moto Perusahaan


1. Visi
Visi PT. Indonesia Power adalah menjadi perusahaan publik dengan
kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.
Penjabaran Visi :

13

a. Maju, berarti perusahaan bertumbuh dan berkembang sehingga


menjadi perusahaan yang memiliki kinerja setara dengan perusahaan
sejenis di dunia.
b. Tangguh, memiliki sumber daya yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan sulit disaingi. Sumber daya PT Indonesia
Power berupa manusia, mesin, keuangan maupun sistem kerja berada
dalam kondisi prima dan antisipatif terhadap setiap perubahan.
c. Andal, sebagai perusahaan yang memiliki kinerja memuaskan
stakeholder.
d. Bersahabat dengan lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan
keberadaannya bermanfaat bagi lingkungan.
2. Misi
Misi PT Indonesia Power adalah melakukan usaha dalam bidang
ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha lainnya yang berkaitan
berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat guna menjamin
keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
3. Moto
Moto PT Indonesia Power adalah Trust Us For Power Excellent.

14

BAB III
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
3.1

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah suatu pembangkitan energi listrik

dengan cara memanfaatkan energi potensial dari tenaga air yang dikonversikan
menjadi energi mekanik menggunakan turbin air dan energi mekanik tersebut
digunakan untuk memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Dari berbagai jenis pembangkit di Indonesia, PLTA merupakan pembangkit
listrik yang digunakan untuk memikul beban dasar (base load). Hal ini lebih
dikarenakan PLTA merupakan pembangkit yang ekonomis dan memiliki
kehandalan yang bagus dibandingkan pembangkit listrik jenis lainnya.
Operasi PLTA sendiri bergantung pada besar kecilnya debit air yang akan
digunakan sebagai sumber energinya. Sumber air yang digunakan pada PLTA PB
Soedirman berasal dari aliran sungai Serayu serta waduk Mrica. PLTA PB
Soedirman beroperasi pada kondisi saat beban puncak dan saat musim hujan.
3.2

Prinsip Kerja PLTA


Prinsip kerja dari PLTA yaitu dengan cara merubah energi potensi air

menjadi energi listrik secara bertahap. Mula-mula potensi tenaga air tersebut
dirubah menjadi energi listrik dalam turbin air. Kemudian turbin air memutar
generator yang membangkitkan energi listrik.

15

Gambar 3.1.Proses Pembangkit Listrik Tenaga Air PBS

Prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Air secara umum sebagai
berikut :
1.

Aliran sungai dengan jumlah debit air yang demikian besar ditampung
dalam waduk (Reservoir) atau bendungan (Dam) untuk mengumpulkan

2.

energi potensial air.


Air tersebut dialirkan melalui saringan Power Intake, kemudian masuk ke
dalam Pipa Pesat (Penstock) sebagai energi potensial untuk dikonversikan
menjadi energi kinetik. Pada ujung pipa pesat dipasang Katup Utama (Main
Inlet Valve) untuk mengalirkan air ke turbin. Katup utama akan ditutup
otomatis

apabila

terjadi

perbaikan/pemeliharaan turbin.

gangguan

atau

saat

dilakukan

16

3.

Air yang mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi (energi kinetik) dirubah
menjadi energi mekanik pada turbin dengan dialirkan melalui sirip-sirip

4.
5.

pengarah (sudu tetap) dan akan mendorong sudu jalan/runner.


Air yang keluar dari turbin akan mengalir dan kembali ke sungai.
Putaran poros turbin menyebabkan rotor generator ikut berputar dan

6.

kemudian akan menghasilkan tenaga listrik arus bolak-balik (AC).


Agar dapat ditransmisikan untuk jarak yang jauh maka tegangan tersebut
kemudian dinaikkan menjadi tegangan tinggi.

3.3

Komponen PLTA

3.3.1 Turbin
Turbin adalah alat yang memanfaatkan aliran fluida dan berfungsi untuk
menghasilkan energi putar pada porosnya. Energi yang berasal dari aliran fluida
ini secara mekanis akan dikonversikan menjadi energi kinetik. Sesuai dengan
hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, namun suatu bentuk energi dapat dikonversikan
kedalam bentuk energi yang lain. Turbin air memanfaatkan air sebagai fluida
kerjanya. Air mempunyai energi yang disebut energi potensial. Dari energi
potensial air inilah guna mengkonversikan energi tersebut, energi potensial air
diubah menjadi energi kinetik. Dengan kata lain, apabila air mengalir dan
memiliki kecepatan tertentu, dan dilewatkan melalui turbin, maka energi tersebut
akan dikonversikan ke bentuk energi yang lain.
Terdapat beberapa jenis turbin berdasarkan konstruksinya, yaitu Propeller
Turbine dan Impulse Turbine. Propeller Turbine terdiri dari dua tipe yakni Turbin
Kaplan dan Turbin Francis.

17

Gambar 3.2. Propeller Turbin (kiri) dan Impulse Turbin (kanan) PLTA PBS

Turbin yang digunakan pada PLTA PBS Mrica adalah Propeller Turbine
dengan jenis Turbin Francis, yaitu turbin dengan air mengalir ke runner dengan
arah radial dan keluarannya dengan arah aksial. Turbin Francis bekerja dengan
tekanan lebih. Pada waktu air masuk ke sudu jalan sebagian dari energi potensial
jatuh, yang melewati guide vane (sudu pengatur) diubah menjadi kecepatan
masuk. Sisa energi potensial dimanfaatkan oleh runner. Daya yang dihasilkan
dapat diatur dengan mengubah posisi pembukaan guide vane dengan demikian
debit air yang mengalir pada runner dapat diatur.
Poros turbin pada PLTA PBS merupakan poros tegak (vertikal), putaran
poros turbin adalah searah jarum jam. Semua massa yang ikut berputar dari turbin
ditopang sepenuhnya oleh bantalan aksial generator.

18

Gambar 3.3. Permukaan Turbin PLTA PBS

Turbin yang digunakandi PLTA PBS Mrica mempunyai spesifikasi data


teknis sebagai berikut:
Jumlah

: 3 Buah

Kapasitas Daya

: 61,5 MW

Merk

: BOVING

Kecepatan

: 230,8 rpm

Type

: Francis

Gambar 3.4. Name Plate Turbin PLTA PBS

3.3.2 Generator
Generator berfungsi sebagai pembangkit daya, yaitu dengan mengubah
daya mekanik menjadi daya listrik. Besarnya daya listrik yang akan dibangkitkan

19

disesuaikan dengan jenis pembangkit yang ada dan jenis generator. Generator
pada PLTA PBS Mrica merupakan generator dengan jenis generator sinkron.
Generator sinkron cocok untuk menghasilkan daya dengan putaran yang
tinggi. Kemudahan lainnya seperti kemampuan untuk beroperasi secara serempak
dengan unit-unit pembangkit yang lain. Generator seporos dengan turbin,
sehingga saat turbin berputar, generator juga ikut berputar dan akan menghasilkan
GGL dengan sistem eksitasinya (sumanto, 1996).
Setelah rotor diputar oleh penggerak, maka kutub-kutub yang ada pada
rotor akan berputar. Bersamaan dengan berputarnya poros utama generator, pada
kumparan medan diberi arus searah sebagai penguat (eksitasi), maka pada
permukaan kutub-kutub rotor akan timbul medan magnet (garis-garis gaya fluks).
Karena rotor berputar maka garis-garis gaya fluks akan ikut berputar dan
memotong kumparan jangkar yang ada di stator sehingga pada kumparan jangkar
tersebut timbul GGL induksi atau tegangan induksi (sumanto, 1996).
Generator pada PLTA PBS Mrica berjumlah 3 buah, dan mempunyai
spesifikasi sebagai berikut :
Manufacturer

: ASEA

Kapasitas daya rata-rata

: 67010 kVA

Faktor daya

: 0,9

Tegangan nominal

: 13800 V

Arus Stator

: 2803 A

Eksitasi

: 160 V 1170 A

Kecepatan rata-rata

: 230,8 rpm

20

Kecepatan awal

: 388 rpm

Stored energy constant

: 5,55 Ws/VA

Insulation class

: stator F, rotor F

Gambar 3.5. Permukaan Generator PLTA PBS

3.3.3 Transformator
Transformator utama di PLTA merupakan transformator daya yang
berfungsi untuk menaikkan tegangan yang dihasilkan generator sebesar 13,8 kV
(tegangan menengah) menjadi tegangan 150 kV (tegangan tinggi) untuk kemudian
ditransmisikan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) menuju ke pusatpusat beban, yaitu ke Gardu Induk Wonosobo dan Rawalo. Dengan menggunakan
saluran transmisi tegangan tinggi akan membawa arus yang relatif rendah yang
berarti mengurangi rugi panas (heat loss) yang menyertainya sampai ke pusatpusat beban. Di Gardu Induk Tegangan tinggi tersebut akan diturunkan kembali
menjadi tegangan menengah dan selanjutnya diturunkan lagi menjadi tegangan
rendah untuk kemudian didistribusikan ke konsumen.

21

Gambar 3.6. Transformator Utama PLTA PBS

Trafo utama pada PLTA PBS Mrica mempunyai 3 buah trafo dengan datadata sebagai berikut:
Manufacturer

: ASEA

Kapasitas daya rata-rata

: 70 MVA

Rasio Tegangan

: 150/13,8 kV

Fasa dan Frekuensi

: 3 fasa, 50 Hz

Jenis Sambungan

: YNd11

Cooling class

: OFAF (Oil Forced Air Forced)

Off Load Tap Changer

: 2 x 2,5%

3.3.4 Perlengkapan Bantu Listrik


Perlengkapan bantu pada PLTA PBS berfungsi untuk mendukung
kelancaran dan keandalan operasi pembangkit. Perlengkapan ini berupa sumber
pencatu untuk keperluan peralatan pemakaian sendiri yang digunakan untuk
mencatu peralatan-peralatan pada operasi pembagkit dan keperluan penerangan

22

3.3.4.1 Transformator Pemakaian Sendiri


Sumber pencatu perlengkapan bantu diperoleh dari Transformator
pemakaian sendiri, yaitu T11 dan T13. Sebelum dihubungkan ke rel daya atau
switchboard utama 400 VAC, bagian primer trafo dihubungkan ke terminal 13,8
kV pada sisi generator, atau jika unit sedang beroperasi sumber tegangan
diperoleh dari diesel generator yang bekerja otomatis pada waktu terjadi black out
dan black start. Dari tegangan sekunder trafo 400 VAC, digunakan untuk
mensuplai berbagai peralatan listrik pembangkit.

Gambar 3.7. Trafo Pemakaian Sendiri PLTA PBS

Trafo pemakaian sendiri terdapat 2 buah trafo dengan data teknis sebagai
berikut:
Manufacturer

: ASEA

Kapasitas Daya Rata-Rata

: 1,6 MVA

Rasio Tegangan

: 13,8/0,4 kV

Fasa dan Frekuensi

: Dyn11

23

Cooling Class

: ONAN (Oil Natural Air Natural)

On Load Tap Changer

: 8 x 12,5%

3.3.4.2 Battery dan Charger


Pada PLTA PBS Battery berfungsi sebagai catu daya sistem proteksi,
flashing excitation, inverter, dan juga sistem control yang membutuhkan arus DC.
Di PLTA PBS sendiri ada 4 buah battery yang 2 diantaranya bertegangan 110 Volt
dan 2 lainnya bertegangan 48 Volt. Sedangkan charger berfungsi sebagai rectifier
untuk catu daya battery. Di PLTA PBS juga terdapat 4 buah charger untuk
tegangan tiap masing- masing battery.

Gambar 3.8. Battery PLTA PBS

3.3.4.3 Diesel Emergency


Diesel Emergency merupakan generator diesel yang berfungsi sebagai
sumber listrik cadangan yang digunakan untuk catu daya start PLTA PBS saat
terjadi kondisi emergency atau black out. Generator yang digunakan mempunyai
spesifikasi sebagai berikut:
Merk
No
Daya Output
Putaran

: ASEA
: 7522810
: 315 kVA
: 1500 rpm

Tegangan
Arus
Frekuensi

: 3 phase 400 V Y
: 455 A
: 50 Hz

24

3.3.4.4 Control Room


Control Room (Ruang Kontrol) dalam PLTA berfungsi sebagai pusat
aktivitas pengoperasian pembangkitan listrik. Dari dalam ruang kontrol, operator
bekerja untuk mengontrol dan mengoperasikan peralatan-peralatan yang berada di
Power House. Selain sebagai pusat aktivitas pengoperasian, di dalam ruang
kontrol tersebut juga terdapat sarana pendukung lain seperti sistem komunikasi
dan announciator.
3.3.4.5 Waduk
Bangunan yang berfungsi sebagai penampung air yang mempuyai tujuan
agar volume air yang tertampung mempunyai energi potensial dan tinggi jatuh
yang cukup untuk mencapai kinerja turbin agar bekerja secara maksimal.

Gambar 3.9. Waduk Panglima Besar Soedirman

3.3.4.6 Bendungan Utama (Main Dam)


Bendungan adalah bangunan melintang sungai dan berfungsi untuk
membendung dan menampung aliran sungai, sehingga merupakan genangan air
yang cukup luas untuk membentuk waduk dan banyak dimanfaatkan sebagai
tenaga pembangkit listrik.
Berdasarkan penggunaannya bendungan dapat digolongkan menjadi:
1.
2.
3.

Intake Dam (Bendungan Pemasukan)


Storage Dam ( Bendungan Penyimpanan)
Regulation Dam (Bendungan Pengatur)

25

4.

Pumped Storage Dam (Bendungan Pompa Penyimpan)

Gambar 3.10. Bendungan Panglima Besar Soedirman

Jenis bendungan pada PLTA PBS adalah Intake Dam dan Storage Dam.
Pada musim penghujan, PLTA beroperasi penuh selama 24 jam sehingga
bendungan berfungsi sebagai Intake Dam. Sementara pada musim kemarau PLTA
hanya beroperasi untuk beban puncak sekitar pukul 16.00 21.00 maka
bendungan bersifat Intake dan Storage Dam. Yaitu pada siang hari digunakan
untuk menyimpan air sedangkan saat operasi akan melepaskan air.
Data teknis dan spesifikasi bendungan dan waduk PLTA PBS adalah:
a)

Bendungan Utama
Tipe bendungan
Volume bendungan
Tinggi bendungan
Panjang bendungan
Elevasi puncak bendungan
Elevasi dasar bendungan
Tinggi tembok beton
Lebar puncak bendungan
Kemiringan bagian hulu
Kemiringan bagian hilir

: timbunan batu dengan inti kedap air


: 4.100.000 m3
: 109 m
: 832 m
: + 235 m
: + 126 m
: 1,50 m
: 10 m
: 1,8 : 1
: 1,6 : 1

26

b)

Waduk (Resesvoir)
Tinggi permukaan air maksimum
Elevasi operasi maksimum
Elevasi operasi minimum
Kapasitas efektif
Kapasitas non efektif
Volume total
Luas permukaan elevasi 231 m
Curah hujan pertahun
Luas daerah tangkapan hujan

: 234,50 m
: 231 m
: 224,50 m
: 47.000.000 m3
: 110.000.000 m3
: 165.000.000 m3
: 12.500.000 m3
: 3.900 mm/th
: 1.022 km2

3.3.4.7 Power Intake


Bangunan ini berbentuk menara beton yang terpasang di waduk,
berfungsi sebagai fasilitas pengambil air dari waduk, kemudian air dialirkan
menuju turbin melalui pipa penstock. Pada lubang masuk dilengkapi dengan pintu
stoplog dan saringan yang berfungsi mencegah masuknya sampah atau kotoran
yang terbawa oleh aliran air. Sampah atau kotoran yang menumpuk disaringan
intake diambil dengan penggaruk sampah. Penumpukan sampah dideteksi oleh
pencatat rugi-rugi head, yang akan membunyikan alarm bila saringan tersebut
perlu dibersihkan. Sampah atau kotoran yang menumpuk tersebut akan
mengakibatkan turbin shut down.
Untuk memasang dan membongkar saringan intake, stoplog, pintu power
intake dan silinder maka digunakan Crane Gantry. Dengan kapasitas 60 ton yang
beroperasi pada rel yang ada di deck level. Crane Gantry juga dimanfaatkan untuk
pemasangan dan pelepasan Stoplog Draw Down Culvert dengan perangkat
tunggal. Berikut data teknis Power Intake:
Tinggi buka

:9m

Lebar buka

:5m

Kecepatan buka dan tutup

: 300 mm/detik

27

Kecepatan tutup darurat

: 3000 mm/detik

Tinggi bangunan

: 9,5 m

Kecepatan pemasukan air

: 227 m3/detik

Control Gate

: 2 buah, W x H = 5 x 9 m

Operasi secara hidrolik screen

: 2 buah, W x H = 7 x 19 m

Penghalang sampah Stop Log

: W x H = 7x 19 m

Gate pemeliharaan Gantry Crane

: Main Hoist 2 x 30 ton Aux,


Hoist 1 x 1 ton

Gambar 3.11. Power Intake PLTA PBS

3.3.4.8 Saluran Pelimpah (Spillway)


Saluran pelimpah (Spillway) berfungsi untuk melimpahkan atau
mengalirkan air apabila air waduk telah digunakan semaksimal mungkin untuk
keperluan pembangkitan. Spillway bekerja apabila air pada waduk terus naik
malebihi elevasi air +231 m setelah air waduk digunakan untuk pembangkitan.
Terdapat dua jenis saluran pelimpah yaitu saluran pelimpah utama (Main
Spillway) dan saluran pelimpah darurat (Emergency Spillway).
1. Main Spillway

28

Kapasitas Debit Air Maks

: 4.890 m3/dtk pada elv.Air waduk

+234,5
Tipe

: Pelimpah dengan 4 pintu radial

Ambang

: +219,536

Pintu

a. Jumlah
b. Lebar
c. Tinggi
d. Tipe
2. Emergency Spillway
Tipe
Puncak pelimpah
Panjang
Kapasitas debit air mask

: 4 buah
: 4x 14,15 m
: 11,965 m
: Radial Gates
: Fuse Plug
: +234 dan +234,5
: 176 m dan 165 m
: 3.500 m3/dtk

Gambar 3.12. Spillway

3.3.4.9 Saluran Penguras Lumpur (Draw Down Culvert)


Saluran Penguras Lumpur atau Draw Down Culvert (DDC) berfungsi
untuk mengontrol kenaikan air waduk selama penggenangan sehingga
memungkinkan dilakukannya pembuangan air bila keadaan darurat dan untuk
menguras endapan terutama yang berada di sekitar bangunan pengambilan

29

(Power Intake) selama operasi, sehingga dapat menambah umur operasi waduk.
Letak DDC melintas dibawah bendung utama (tepi kiri).
Draw Down Culvert terdiri atas:
1.
2.
3.

Bangunan pengambilan (intake structure)


Gorong-gorong beton dibawah bendungan
Saluran luncur dan bangunan terjunan yang mengarah kealiran sungai
Pada proses pembukaan Draw Down Culvert dan saluran pelimpah

dilakukan secara berurutan pada elevasi 231,05 m, DDC membuka dan apabila
elevasi bertambah menjadi 231,1 m maka saluran pelimpah utama (Main
Spillway) akan membuka, dan jika elevasi naik menjadi 234 m maka bangunan
pelimpah darurat (Emergency Spillway) akan terbuka.
3.3.4.10 Saluran Bawah (Tail Race)
Saluran bawah adalah saluran air yang keluar dari turbin melalui pipa
lapas ke pembuangan. Saluran ini terdiri dari waduk awal (forebay) yang
dihubungkan ke pipa lepas (draft tube) saluran bawah dan pintu keluar (outlet).
Selain sebagai pintu keluar saluran ini juga berfungsi sebagai kolam golakan
maksudnya adalah menenangkan air yang keluar dari turbin. Saluran bawah
mempunyai bermacam macam jenis seperti saluran terbuka, saluran tertutup,
terowongan dan sebagainya. Sedangkan yang dibangun PLTA Panglima Besar
Soedirman adalah saluran terbuka.
3.3.4.11 Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat atau penstock merupakan pipa utama yang berfungsi
menyalurkan air dari waduk (intake) menuju ke turbin. Data teknis dari pipa
penstock adalah:

30

Bentuk penampang
Diameter

: Lingkaran
: 8,80 dan 7,50

m
Panjang
: 570 m
Debit
: 1050 m3/dtk
Kecepatan air masuk
: 227
m3/dtk
Konstruksi

: Lapis beton

3.3.4.12 Main Inlet Valve (MIV)


Main Inlet Valve berfungsi sebagai katup buka-tutup utama saluran air dari penstock ke
turbin. MIV berjumlah 3 buah dan tipe katup berjenis kupu-kupu. Diameter katub 3,4 meter dan
desain tekanan 9,5 bar. Penggeraknya menggunakan sistem hidrolik 60 bar.

Gambar 3.13. Main Inlet Valve PLTA PBS

BAB IV
SISTEM PROTEKSI GENERATOR

4.1SISTEM PROTEKSI
4.1.1 PENGERTIAN
Sistem proteksi atau sistem pengaman tenaga listrik merupakan
sistem pengaman yang dilakukan pada peralatan-peralatan
yang terpasang pada sistem tenaga listrik. Misalnya generator,
transformator daya, saluran udara tegangan tinggi dan
sebagainya terhadap gangguan atau kondisi abnormal yang
terjadi dalam sistem tenaga listrik itu sendiri.
4.1.2 FUNGSI
Kegunaan sistem proteksi tenaga listrik antara lain adalah :

Anda mungkin juga menyukai