Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PELAYANAN LABORATORIUM

KESEHATAN PUSKESMAS
TAHUN 2000 / 2001
PENDAHULUAN
Pelayanan laboratorium kesehatan dalam program pembangunan kesehatan
merupakan program pokok, karena pelayanan laboratorium kesehatan termasuk dalam
program pelayanan kesehatan masyarakat merupakan suatu program pelayanan kesehatan
dasar terpadu yang di tujukan untuk lebih memperluas cakupan dan sekaligus meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dasar serta menumbuh kembangkan sikap dan kemandirian dalam
pemeliharaan kesehatan di lingkungan warga dan masyarakat.
Pendekatan pelayanan kesehatan dasar lebih bersifat pencegahan dan peningkatan
yang di selenggarakan secara serasi dengan kegiatan pengobatan dan pemulihan. Sasaran
program ini adalah :
a.

Kelompok-kelompok beresiko tinggi yaitu ibu, bayi dan balita, anak usia sekolah
pendidikan dasar dan kelompok usia lanjut serta penduduk di desa-desa miskin dan
terpencil secara keseluruhan.

b.

Meningkatnya kemampuan Puskesmas dalam membina dan menggerakkan


masyarakat untuk membangun lingkungan dan prilaku hidup sehat.

c.

Meningkatnya jumlah tenaga dan sarana pelayanan kesehatan masyarakat sehingga


terpenuhi standar yang memadai.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di laksanakan Pelayanan

Kesehatan Dasar dalam beberapa kegiatan sebagai berikut :


a. Pelayanan Kesehatan Keluarga
b. Pelayanan Usia Sekolah dan Remaja
c. Pelayanan Kesehatan Kerja
d. Pelayanan Kesehatan dan Pemulihan Kesehatan
e. Pelayanan Kesehatan Olah Raga
f. Pelayanan Kesehatan Mata
g. Pelayanan laboratorium Kesehatan
h. Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Pembinaan Peran serta Masyarakat

KEBIJAKSANAAN
Kebijaksanaan

pembangunan

kesehatan

yang

berkaitan

dengan

pelayanan

laboratorium kesehatan adalah sebagai berikut : Pelayanan kesehatan di tingkatkan mutunya.


Titik berat di letakkan pada pelayanan kesehatan dasar, sebagai upaya terpadu yang di
selenggarakan melalui Puskesmas, Puskesmas pembantu, Bidan di desa dan lembaga
kesehatan lainnya serta pelayanan rujukan melalui Rumah Sakit Kabupaten.
Melalui peningkatan pelayanan kesehatan di harapkan terjadi penurunan angka kematian
bayi, balita dan anak serta angka kematian ibu (AKI), dan perbaikan status gizi anak dan
keluarga. Mengingat penyebab utama rendahnya derajat kesehatan ialah penyakit menular.
Perhatian khusus di berikan pada penyakit degeneratif yang cenderung meningkat.
TUJUAN
Pelayanan laboratorium kesehatan sederhana di Puskesmas bertujuan untuk
menunjang pelayanan kesehatan masyarakat terutama dalam menegakkan diagnosis,
pengobatan dan tindak lanjut kasus yang di rujuk ke Puskesmas dan Puskesmas perawatan.
SASARAN
Sasaran kegiatan yang ingin di capai adalah setiap Puskesmas mampu melakukan
pemeriksaan rutin termasuk spesimen dan sediaan darah terutama dalam menunjang
kesehatan ibu dan anak di daerah terpencil.
KEGIATAN
Kegiatan yang dilakukan meliputi antara lain :
a.

Pemeriksaan laboratorium kesehatan di semua Puskesmas.

b.

Pelayanan laboratorium sederhana yang dapat di lakukan oleh bidan desa terhadap
beberapa jenis pemeriksaan.

c.

Penyediaan bahan, reagen dan peralatan laboratorium yang memadai.

PROSEDUR PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN


YANG BAIK DAN BENAR
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan di arahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan dengan
memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga, serta
upaya pencegahan penyakit di samping upaya penyembuhan (pengobatan) dan pemulihan
kesehatan.
Untuk itu di butuhkan pula pelayanan laboratorium kesehatan sebagai pelayanan penunjang
bagi pelayanan kesehatan secara umum.
Pelayanan kesehatan meliputi 2 (dua) jenis pelayanan, yaitu :
1.

Pelayanan laboratorium klinik yang terutama berkaitan dengan upaya


penyembuhan.

2.

Penyuluhan kesehatan pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat yang


berkaitan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan laboratorium kesehatan ini di laksanakan oleh berbagai laboratorium

(pemerintah maupun swasta) dalam suatu jaringan pelayanan laboratorium kesehatan yang di
kenal dengan sistim rujukan laboratorium baik horizontal maupun vertikal dari tingkat yang
sederhana (Puskesmas) sampai ke tingkat Nasional.
Rujukan laboratorium ini meliputi rujukan spesimen, sarana, pengetahuan dan tekhnologi di
Puskesmas. Pelayanan laboratorium kesehatan ini biasanya di sebut Pelayanan Laboratorium
Sederhana dan merupakan salah satu upaya pokok Puskesmas.
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium kesehatan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat, ada 5 (lima) hal pokok yang harus di pedomi :
a. Hubungan pasien/masyarakat dengan tenaga kesehatan
b. Pemilihan jenis pemeriksaan
c. Pemilihan metode pemeriksaan
d. Mutu pemeriksaan
e. Keterbatasan pemeriksaan
PROSEDUR PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN
1.

Hubungan pasien/masyarakat dengan tenaga kesehatan.

Dalam undang-undang No. 23 th 1992 tentang kesehatan di sebutkan beberapa


pengertian :
a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
b. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
c. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
d. Sarana kesehatan adalah tempat yang di gunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
Tenaga kesehatan yang terlibat pada penanganan pasien baik di klinik maupun di
laboratorium adalah satu kesatuan hubungan kerja yang tidak dapat di pisahkan satu
sama lain.
Pemeriksaan klinik umum adalah pemeriksaan mengenai tanda-tanda patologis pada
tubuh pasien dengan jalan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan klinik
umum ini memerlukan alat-alat bantu sederhana, misalnya stetoskop, tensimeter, spatel
lidah, senter kecil, palu refleks, oftalmoskop, auroskop, dll.
Anamnesa dapat mempercepat pemeriksaan klinis umum karena dapat mengarahkan
pemeriksaan pada bagian-bagian tubuh yang di perkirakan amat berkaitan dengan hasil
anamnesa.
Setelah pemeriksaan klinis umum selesai dilakukan, dokter mendapatkan data yang
menjadi bahan analisa untuk menentukan diagnosa. Diagnosa ini bisa merupakan
dignosa tetap (pasti) atau diagnosa sementar, tergantung pada kompleksitas gambaran
penyakit.
Usaha dokter untuk menganalisa lebih lanjut diagnosa sementara memerlukan
pemeriksaan khusus yang meliputi :
a. Pemeriksaan Laboratorium : darah, kencing, faeses, dll.
b. Pemeriksaan Radiologis.
c. Pemeriksaan Aktifasi jantung, otak dengan alat elektronik.
d. Pemeriksaan Biopsi.

e. Lain-lain pemeriksaan khusus yang di perlukan untuk menegakkan suatu diagnosa


pasti.
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan terutama di bidang kedokteran
akhir-akhir ini, tenaga kesehatan di klinik yang dahulu lebih mengandalkan pada
anamnesa dan pemeriksaan klinik (fisik) saja, saat ini sudah mulai bergeser dengan lebih
mengandalkan pada pemeriksaan laboratorium.
Sebagai bagian dari tanggung jawab dokter atau tenaga kesehatan, maka kepada
pasien perlu di berikan penjelasan mengenai perkembangan penemuan penyakitnya,
termasuk perlunya pemeriksaan lain untuk menunjang pemeriksaan klinis/fisik.
Penjelasan ini harus mencakup gambaran mengenai manfaat pemeriksaan laboratorium,
persiapan yang harus di lakukan oleh pasien dan perkiraan biaya yang harus di tanggung
oleh pasien.
Selain itu tenaga kesehatan di laboratorium yang menerima pasien juga harus
menanyakan mengenai persiapan-persiapan yang telah di lakukan oleh pasien serta
memberikan penjelasan mengenai prosedur pemeriksaan dan tehnik pengambilan
spesimen yang akan dilakukan.
Komonikasi antara pasien dan tenaga kesehatan seperti inilah yang dapat mengurangi
kemungkinan kesalah pahaman di kemudian hari.
Hubungan antara pasien dan dokter yang renggang menyebabkan seringnya pasien
langsung datang ke fasilitas laboratorium dan meminta pemeriksaan berdasarkan
perkiraan dan pengetahuan pasien. Hal ini dapat merugikan pasien karena permintaan
pemeriksaan tersebut jelas tidak dapat di pertanggung jawabkan manfaatnya untuk
keperluan penanganan penyakitnya. Pemeriksaan yang diminta kadang-kadang terlalu
lengkap, sehingga sebetulnya hanya memerlukan pemeriksaan penyaring namun yang di
periksa merupakan jenis konfirmasi.
Dengan diberlakunya Peraturan Menteri Kesehatan No. : 514/Menkes/Per/VI/1994,
tentang Laboratorium Kesehatan Swasta, bahwa laboratorium klinik tidak di perbolehkan
menerima permintaan pemeriksaan laboratorium yang langsung datang dari pasien, maka
diharapkan bahwa permintaan pemeriksaan laboratorium dapat lebih terarah sehingga
akhirnya dapat mengurangi beban biaya pengobatan.

2. Pemilihan Jenis Pemeriksaan


Menurut Ditjen Binkesmas Dep. Kes. RI (1987), Laboratorium sederhana di
puskesmas minimal dapat melaksanakan 23 (dua puluh tiga)

jenis pemeriksaan

sederhana sesuai tabel berikut :


Standar Pelayanan Laboratorium Puskesmas (untuk stratifikasi Puskesmas)
No.
Spesimen
1.
Darah

2.

Urine

a.

Jenis Pemeriksaan
Hitung eritrosit

b.

Hitung lekosit

c.

Hitung jenis lekosit

d.

Laju Endap Darah (LED)

e.

Golongan darah

f.

Hemoglobin

g.
Malaria
a. Volume, warna, kejernihan
b. Berat jenis
c. pH
d. Sedimen
e. Protein
f. Bilirubin
g. Glucose

3.

Faeses

h. Tes kehamilan (GM, pleno test)


a.
Volume, konsistensi, warna, darah,
lendir
b.

Eritrosit, lekosit, selepitel, lemak, sisa


makanan

4.

Lain-lain

Sumber :

c.

Telur cacing dan cacing

d.
a.

Amuba
Mycobacterium tubercolose (BTA)

b.

Kusta (BTA)

c.

Gonorrhoe

d.
Jamur
Ditjen Binkesmas Depkes RI.

Keterangan

Revisi Pedoman Stratifikasi Puskesmas, Pebruari 1987.


Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan bidang kedokteran, maka alatalat kedokteran yang tersedia untuk pemeriksaan laboratorium juga semakin banyak
macamnya dengan tingkat kecanggihan yang berbeda.
Untuk memilih jenis pemeriksaan, maka tenaga kesehatan harus memperhatikan halhal sebagai berikut :
a. Sensitifitas, spesifisitas dan efisiensi pemeriksaan
Sensitivitas

adalah

kemampuan

pemeriksaan

laboratorium

tersebut untuk mendeteksi suatu unsur dalam kadar yang sangat rendah.
Spesifisitas : adalah kemampuan pemeriksaan laboratorium tersebut

untuk mendeteksi suatu unsur yang khas.


Efisiensi : adalah kemampuan pemeriksaan laboratorium untuk

mendeteksi suatu unsur dalam kadar yang rendah tanpa reaksi silang.
b. Manfaat pemeriksaan
Beberapa pemeriksaan sifatnya merupakan pemeriksaan penyaring sederhana
lainnya merupakan pemeriksaan konfirmasi.
Untuk menguji seseorang sakit atau tidak, maka pemeriksaan pertama yang di
lakukan haruslah merupakan pemeriksaan yang memiliki sensitivitas tinggi,
selanjutnya di periksa dengan pemeriksaan yang memiliki spesifisitas tinggi untuk
menentukan diagnosis, memantau terapi dan perjalanan penyakitnya.
Terdapat beberapa pemeriksaan yang fungsinya sama, sehingga cukup di pilih 1
(satu)

jenis pemeriksaan saja. Selain itu terdapat pula pemeriksaan yang telah

digantikan oleh pemeriksaan yang lain, karena jenis pemeriksaan yang baru
mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik.
Pemeriksaan yang dipilih harus dapat memberikan informasi lebih lanjut atau
dapat memberikan pengertian yang lebih baik mengenai penyakit pasien.
c. Biaya pemeriksaan
Biaya pemeriksaan sangat erat hubungannya dengan mutu hasil pemeriksaan,
umumnya makin baik mutu pemeriksaan akan makin besar pula biaya yang
dikeluarkan.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan merupakan akumulasi biaya berbagai


faktor seperti : reagen, alat, tenaga kerja dan kegiatan pemantapan mutu.
Tenaga kesehatan harus dapat menekan serendah-rendahnya biaya pengeluaran
berbagai faktor tersebut tanpa mengurangi mutu pemeriksaan.
Mutu hasil pemeriksaan yang buruk akan mengakibatkan harus diulangnya
pemeriksaan tersebut dan secara tidak langsung akan meninggalkan biaya yang
dikeluarkan oleh pasien.
d. Resiko terhadap pasien, tenaga kesehatan di laboratorium dan masyarakat sekitarnya.
Kecelakaan di laboratorium sering terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
sebagai akibat kurang diperhatikannya faktor keselamatan kerja dan kondisi
lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya.
Pasien yang hendak diambil spesimennya untuk bahan pemeriksaan harus
dijamin agar tindakan pengambilan spesimen tidak mengakibatkan bertambah
parahnya penyakit pasien. Untuk itu perlu dilakukan tehnik pengambilan spesimen
yang baik. Tenaga kesehatan yang bekerja di Laboratorium harus terjamin tidak
terkena penularan oleh penyakit pasien, reagen berbahaya atau terkena bahaya akibat
penggunaan fasilitaslaboratorium tertentu.
Petunjuk oprasional alat dan fasilitas laboratorium lainnya harus dibuat dan
diletakkan di dekat alat bersangkutan.
Tenaga kesehatan di laboratorium juga harus memperhatikan akibat dari
penggunaan alat dan fasilitas laboratorium terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar laboratorium.
Terhadap alat dan fasilitas laboratorium yang dapat membahayakan lingkungan
maupun masyarakat sekitarnya, perlu di berikan perhatian dan perlindungan sehingga
menjadi tidak berbahaya.
Beberapa contoh dari tindakan keselamatan kerja di laboratorium :

Bila terjadi tumpahan spesimen, segera di desinfeksi dan dibersihkan.

Jangan menyimpan makanan, minuman dalam lemari pendingin bersamasama spesimen dan atau reagen.

Jangan makan, minum dan merokok dalam ruangan laboratorium.

Jagalah kebersihan setiap saat dengan desinfektan.

Setiap petugas hanya boleh mengoperasikan peralatan listrik yang telah

mereka kuasai dan menjadi kewenangannya.


Jangan mencoba memperbaiki peralatan listrik bila tidak menguasai

tehnik kelistrikan.
Gunakan alat penjepit atau sarung tangan ketika memegang barang gelas

yang panas.

Bersihkan dan buanglah segera semua pecahan barang gelas.

Segera lapor kepada atasan bila terdapat peralatan laboratorium yang


rusak.
Segera lapor kepada atasan bila terjadi kecelakaan di laboratorium.

e. Seberapa besar pemeriksaan tersebut di pengaruhi oleh faktor-faktor yang ada pada
pasien.
Keadaan tubuh pasien yang sakit kadang-kadang mempengaruhi suatu
pemeriksaan dan memberikan hasil pemeriksaan yang tidak di harapkan. Perlu
dipelajari apakah keadaan penyakit seseorang mempunyai pengaruh yang besar
terhadap suatu jenis pemeriksaan, sehingga perubahan yang seharusnya di peroleh
dari pemeriksaan malah tidak terjadi karena pengaruh tersebut.
Selain itu dalam memilih jenis pemeriksaan hendaknya tidak memilih
pemeriksaan yang sangat dipengaruhi oleh variasi antar individu.
Obat-obat yang sedang dimakan pasien dapat pula mempengaruhi hasil
pemeriksaan, misalnya obat-obatan anti diabetik, antilipidemi dan lain-lain.
f. Persiapan dan waktu pemeriksaan.
Pasien dengan keadaan tubuh yang sakit sering tidak dapat sempurna
dipersiapkan untuk suatu pemeriksaan. Untuk itu tenaga kesehatan perlu
mempertimbangkan kemungkinan antara tetap melakukan pemeriksaan dengan
persiapan pasien yang tidak sempurna atau tidak melakukan pemeriksaan tersebut.
Perlu dicari alternatif pengganti pemeriksaan yang lebih sesuai dengan keadaan
pasien.
Untuk kasus-kasus dengan keperluan yang mendesak, maka seharusnya yang
dipilih adalah jenis pemeriksaan yang waktu pemeriksaannya lebih cepat dan bila di
perlukan pasien harus di puasakan minimal 10 jam sebelum pemeriksaan darahnya.

3. Pemilihan Metode Pemeriksaan


Terdapat bermacam-macam metode pemeriksaan untuk setiap jenis pemeriksaan,
sebagai contoh adalah pemeriksaan antigen-antibodi seperti pada tabel berikut.
Limits of Detektion of antigens
No.
Immunological Technique
1. Coaggulatination (CoA)

Limit of delection
Nano grams / ml

Time required
2 10 mins

2.

Latex Aglutination (CoA)

Nano grams / ml

2 10 mins

3.

ELISA : Conventional

Nano grams / ml

2 8 hrs

Nano grams / ml

2 10 mins

Dipstik
4.

Counter Immuno Elektrophoresis

Nano grams / ml

1 24 hrs

5.

(CIA)

Nano grams / ml

4 24 hrs

Radio Immuno Assay (RIA)


Pada waktu memilih metode pemeriksaan, hendaknya dipertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :

Reagen yang digunakan mudah disediakan dan reproduksibilitasnya tinggi.

Prosedur pemeriksaan sederhana dan singkat sehingga mudah dikerjakan.

Merupakan metode pem,eriksaan rujukan atau yang di rekomendasikan.

Sesuai dengan alat yang ada di laboratorium dan dapat dilakukan dengan baik
oleh petugas laboratorium.
Ekonomis.

4.

Mutu Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium dikatakan berguna bagi pasien apabila hasil pemeriksaan
tersebut dapat dijamin mutunya.
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang di tentukan atau yang
tersirat.
Untuk meningkatkan mutu pemeriksaan maka dilaksanakan kegiatan Pemantapan
Mutu baik internal maupun eksternal, dengan tujuan agar pemeriksaan dapat
menunjukkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi.

Ketelitian adalah ukuran jauh dekatnya beberapa hasil pemeriksaan yang sama
terhadap 1 (satu) bahan. Semakin dekat hasil pemeriksaan tersebut atau sama lainnya,
maka pemeriksaan tersebut dinyatakan semakin teliti.
Ketepatan adalah ukuran jauh dekatnya hasil suatu pemeriksaan terhadap nilai
sesungguhnya. Semakin dekat hasilnya, maka hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan
semakin tepat dan pemeriksaan tersebut dinyatakan mempunyai ketepatan yang tinggi.
Pemantapan Mutu Internal (PMI/IQC) adalah kegiatan yang dilakukan oleh
petugas laboratorium untuk menjamin mutu pemeriksaan antara lain :
a. Pengecekan peralatan secara teratur sesuai dengan spesifikasinya, misalnya
pengecekan kebersihan mikroskop dan ketepatan opticnya, kalibrasi pipet, alat takar,
alat timbang.
b. Uji mutu media dan reagen.
c. Uji ketelitian dan pemeriksaan (Precision control).
d. Uji ketepatan pemeriksaan (accurary control).
e. Uji mutu aquadest/aquadem yang digunakan.
Pemantapan Mutu Eksternal (PME/EQA) adalah kegiatan yang diselenggarakan
oleh pihak luar laboratorium secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan
laboratorium dalam bidang yang di tentukan. Untuk beberapa Puskesmas kegiatan ini
sudah dilaksanakan yaitu untuk pemeriksaan mikroskopis BTA, malaria dan telur cacing.
Quality assurance (QA) adalah keseluruhan proses atau tindakan yang diambil
untuk menjamin hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya antara lain :
a.

Pemilihan metode yang tepat.

b.

Penyelenggaraan kegiatan oleh tenaga yang berhak.

c.

Pengambilan spesimen yang benar.

d.

Pelaksanaan pemeriksaan secara baik dan benar.

e.

Perhitungan dan pencatatan yang benar.

f.

Sistem dokumentasi yang baik.

g.

Pemeliharaan dan perbaikan alat secara teratur.

h.

Prosedur tetap tertulis untuk setiap kegiatan.

5. Keterbatasan Pemeriksaan
Tidak semua penyakit akan memberikan kelainan laboratorium. Pada tingkat
perkembangan penyakit sampai tahap molekuler, maka pemeriksaan laboratorium tidak

dapat mendeteksi adanya kelainan. Kelainan laboratorium baru dapat dijumpai bila tahap
perkembangan penyakit mencapai tahap biokimia dan tahap histopatologik, yang
merupakan tahap perkembangan penyakit yang lebih lanjut.
Adanya kelainan laboratorik juga tidak selalu dapat di deteksi dengan setiap
pemeriksaan. Terdapat pemeriksaan yang mempunyai sensitivitas tinggi sehingga dapat
mendeteksi adanya kelainan laboratorik secara dini. Sebalinya terdapat pula pemeriksaan
yang mempunyai sensitivitas rendah sehingga baru dapat mendeteksi kelainan
laboratorik pada tahap lebih lanjut.
Dengan demikian pemeriksaan jenis sensitivitas tinggi sangat sesuai untuk
pemeriksaan penyaring. Keterbatasan mendeteksi kelainan laboratorik juga ditentukan
oleh saat pemeriksaan.
Kelainan laboratorik sering hanya muncul pada saat tertentu dalam perjalanan
penyakit dan akan normal pada saat sebelum dan sesudah masa tersebut.
Keterbatasan lainnya bersumber pada alat, reagen maupun kualitas tenaga
laboratorium, tetapi hal ini masih dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan mutu
pemeriksaan di laboratorium tersebut.

KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM PUSKESMAS


DISKRIPSI
Didalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium, disamping petugas
laboratorium harus memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang cara melakukan
pemeriksaan dengan baik, harus pulamengetahui cara penggunaan, cara pemeliharaan dan
sifat-sifat bahan yang dipakai didalam melakukan pemeriksaan laboratorium.
PENDAHULUAN
Puskesmas adalah suatu unit kesehatan yang merupakan pusat pengembangan yang
melaksanakan pembinaan dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang
terjadi di wilayah kerjanya.
Disamping kegiatan tersebut salah satu pokok kegiatan Puskesmas adalah pelayanan
laboratorium sederhana. Fungsi dari laboratorium Puskesmas adalah sebagai laboratorium
klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. Pelayanan laboratorium yang dilaksanakan
meliputi 21 jenis yaitu : Pemeriksaan hematologi, urinalisis, mikrobiologi, microskopis dan
imunologi sederhana.
Setiap petugas yang melaksanakan kegiatan di laboratorium harus mempelajari dan
mengetahui resiko dan bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan serta berkewajiban
mencegah terjadinya kecelakaan baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain maupun
lingkungan.
Untuk melindungi para petugas laboratorium dan masyarakat umum dari bahaya
tersebut setiap petugas laboratorium perlu mengetahui, mengerti, memahami dan
melaksanakan keamanan kerja di laboratorium.
PENGERTIAN/ DIFINISI
Bahan infeksi

: Bahan-bahan yang mengandung microorganisme hidup yang dapat


menimbulkan penyakit pada manusia ataupun hewan seperti bakteri, virus,
jamur dan sebagainya.

Desinfeksi

: Tindakan yang bertujuan membunuh bahan infeksi pada manusi maupun

hewan.
Desinfektan : Zat-zat yang dapat membunuh bahan infeksi.

Dekontaminasi

: Tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan pencemaran pada

alat, meja tempat kerja, ruangan laboratorium atau bahan bekas baik
berbentuk cair ataupun padat.
Sterilisasi

: In activasi semua kehidupan microorganisme untuk berkembang biak

Spesimen

: Bahan yang berasal dari manusia, hewan atau bahan yang berasal dari bukan
manusia yang dikirim ke laboratorium yang bertujuan untuk di periksa.

UPAYA KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM


Untuk melaksanakan upaya keamanan kerja di laboratorium perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Manajemen keamanan kerja di laboratorium
a. Manajemen
Yang harus bertanggung jawab dan memberi petunjuk kepada setiap petugas
laboratorium Puskesmas untuk melaksanakan keamanan dan keselamatan kerja
adalah kepala Puskesmas. Petugas harus segera melaporkan apabila ada kebocoran
bahan dan sebagainya yang dapat menimbulkan bahaya pada masyarakat dan petugas
laboratorium kepada kepala Puskesmas.
b. Kewajiban/ tim keamanankerja di laboratorium
Yang dimaksud dengan tim keamanan kerja dalam laboratorium Puskesmas
yaitu petugas yang diangkat dan diberi wewenang oleh kepala Puskesmas untuk :
1)

Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap


prosedur dan pelaksanaan bahan habis pakai, dan peralatan kerja.

2)

Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat


menghindari bahan infeksi.

3)

Memastikan kalau semua tindakan dekontaminasi telah dilakukan


jika ada tumpahan infektio.

4)

Menyediakan kepustakaan keamanan kerja yang sesuai dengan


informasi untuk petugas laboratorium tentang perubahan prosedur, tekhnis dan
pengenalan pada alat yang baru.

5)

Memantau petugas laboratorium yang sakit jika hal tersebut


berhubungan dengan pekerjaannya di laboratorium dan melaporkannya kepada
kepala Puskesmas.

6)

Memastikan bahwa pengolahan limbah telah dilaksanakan dengan


benar sesuai dengan bentuk limbah.

7)

Mengadakan sistem pencatatan, tanda terima, pembuangan dan


pemberitahuan kepada petugas tentang adanya bahan infektif yang baru di
laboratorium.

8)

Memberitahu kepala Puskesmas mengenai keberadaan setiap


microorganisme yang harus di laporkan kepada pejabat kesehatan setempat.

9)

Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul di luar


jam kerja.

c. Sistem Peralatan dan pelaporan adanya bahaya di laboratorium jika terjadi


adanya bahaya akibat pekerjaan di laboratorium
Petugas laboratorium harus memberikan kepada petugas tim keamanan kerja
untuk segera melaporkan kepada kepala Puskesmas. Tim keamanan kerja mencatat
secara rinci setiap kecelakaan yang terjadi akibat di laboratorium seperti :
o

Jenis spesimen

Identitas pasien dan petugas laboratorium

Microorganisme yang diperlukan

Cara terjadinya kecelakaan

Tindakan keamanan yang dilakukan

2. Praktek Laboratorium yang benar


Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus melakukan
pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.
A. Cara mencegah penyebaran infeksi
o

Bila terjadi tumpahan spesimen segera didesinfeksi dan dibersihkan.

Tempat sisa spesimen dalam wadah yang tahan bocor.

Jangan menyimpan makanan dan minuman dalam lemari es bersamaan


dengan spesimen atau reagen.

Jangan makan, minum dan merokok dalam ruangan laboratorium.

Jagalah kebersihan ruangan kerja setiap saat dengan jalan melakukan


dekontaminasi permukaan meja kerja dengandesinfektan yang sesuai setiap mulai
dan habis bekerja.

Cuci tangan setiap selesai melakukan pemeriksaan dengan desinfektan.

Hindarkan memipet dengan mulut, sebaiknya pergunakan alat bantu penyedot


pipet (karet filter).

Sediakan kapas yang dibasahi desinfektan pada meja untuk menghapus


tetesan cairan bahan infeksi dari pipet.

B. Cara mencegah dan menjaga keselamatan kerja yang berhubungan dengan


peralatan laboratorium
o Kalau ingin mempergunakan centrifus, lakukan sentrifugase sesuai dengan
prosedur/ petunjuk pabrik.
o Centrifus dilakukan dengan ketinggian tertentu sehingga petugas laboratorium
dapat melihat dan menempatkan tabung centrifus dengan mudah. Pergunakan air
untuk menyeimbangkan tabung centrifus dengan mudah.
o Kalau sedang melakukan pekerjaan laboratorium pergunakanlah alat bantu/
pelindung seperti sarung tangan dan jas laboratorium.

3. Cara Pengolahan Spesimen


A. Penerimaan Spesimen
o Penerimaan spesimen dilakukan pada loket khusus, jika spesimen jumlahnya
tidak cukup banyak maka pemeriksaan spesimen dapat di lakukan pada meja
khusus dalam area laboratorium.
o Spesimen ditempatkan pada tempat/ wadah yang tertutup rapat.
o Wadah terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah dan mudah didesinfektan.
o Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
B. Petugas Penerimaan Spesimen
o

Petugas penerima spesimen harus memakai jas laboratorium dan sarung


tangan.

Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-hati.

Cuci tangan dengan sabun/ desinfektan setiap selesai bekerja atau menerima

spesimen.
4. Tata Ruang dan Fasilitas laboratorium
o Seluruh ruangan dalam laboratorium harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dibersihkan. Permukaan meja kerja tidak tembus air, juga tahan asam, basa dan panas
yang sedang.
o Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium.
o Penerangan yang cukup.
o Tersedia bak cuci dengan air mengalir dekat pintu keluar.
o Tempat sampah dilengkapi dengan kantong plastik.
o Sampah kertas, sarung tangan karet, dan alat-alat plastik dipisahkan dari tempat
sampah gelas/ kaca.
o Ventilasi harus cukup.
o Udara dalam ruang laboratorium dibuat mengalir searah.
o Fasilitas listrik disesuaikan dengan kapasitas yang memadai.
o Fasilitas air PAM/ sumur kulitas yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan
5. Sterilisasi, Desinfeksi, Dekontaminasi dan tata laksana.limbah laboratorium
A. Desinfeksi/ sterilisasi cara kimia
1. Fenol (asam karbol)
o Turunan fenol merupakan desinfektan yang cukup kuat.
o Efektif untuk semua microorganisme kecuali spora
o Memberikan efek yang bervariasi terhadap virus
2. Alkohol
o

Yang umum digunakan adalh ethanol dan iso propanol.

Jangan dipergunakan untuk sterilisasi alat, karena pada suhu kamar


alkohol tidak dapat membunuh spora.

Paling efektif pada konsentrasi 70 90 %.

Campuran dengan desinfektan lain akan memperkuat daya desinfektan


alkohol, misalnya : Alkohol 70 % dicampur dengan formal dehid 100 gr/ ltr.

B. Sterilisasi Cara Fisik.


Sterilisasi basah dilakukan dengan merebus sampai 15 menit (setelah mendidih).
C. Tata Laksana Limbah Laboratorium
Laboratorium adalah salah satu sumber limbah yang sangat berbahaya, oleh karena
itu pengolahan limbah harus ditangani secara benar dan dilakukan dengan
semestinya.
1. Sumber, Sifat dan Benruk Limbah
o Bahan baku yang sudah kadaluarsa.
o Sisa spesimen
o Produk upaya penanganan limbah (misalnya : jarum suntik).
Penanganan limbah ditentukan oleh sifat limbah antara lain : limbah infektif
dan limbah umum.
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri. Bentuk limbah yang
dihasilkan dapat berupa : Limbah Cair (air bekas cucian alat, sisa spesimen
darah dan cairan tubuh) dan Limbah Padat (alat habis pakai seperti alat
suntik, kapas, botol spesimen, kemasan reagen dan medium pembiakan).
2. Pengolahan Limbah Infektif
Semua limbah infeksi harus diolah dengan cara desinfeksi, dekontaminasi dan
sterilisasi.
6. Kesehatan Petugas Laboratorium
A. Persyaratan Kesehatan
Persyaratan kesehatan lengkap.
o

Pemeriksaan fisik berkala 6 (enam) bulan sekali.

Pemeriksaan laboratorium (Hb, fungsi hati, fungsi ginjal, hepatitis dan BTA).

Photo Rontgen

Imunisasi (BCG, Hepatitis B)

B. Pencegahan Tubercolosis
Bagi petugas laboratorium yang menangani langsung bahaya yang diduga
mengandung bakteri Tubercolosis harus diperiksa photo torax setiap tahun.

C. Pemantauan Kesehatan
Jika petugas laboratorium sakit lebih dari 3 (tiga) hari tanpa keterangan yang jelas
maka, petugas keamanan kerja harus melaporkan kepada kepala Puskesmas tentang
kemungkinan terkena infeksi dari laboratorium.
Jika dicurigai adanya infeksi laboratorium, maka petugas keamanan kerja
laboratorium melaporkan kepada kepala puskesmas.
Laboratorium harus memiliki buku laporan atau catatan mengenai kesehatan dan
kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan.
7. Pengiriman Spesimen dan Bahan Infeksi dari Laboratorium
A. Persyaratan, kemasan dan dokumentasi
Bahan infeksi dan spesimen harus dikemas dalam 3 (tiga) lapisan, yang terdiri atas :
o

Wadah kedap air yang berisi spesimen.

Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk
menghisap semua cairan spesimen yang kemungkinan bocor.

Wadah untuk melindungi wadah ke dua dari pengaruh luar seperti kerusakan
fisik dan air selama dalam perjalanan.

Kemasan diberi label lengkap, seperi : Tanda bahaya; Alamat pengirim dan
penerima dengan jelas.

Bahan infeksi dianggap sebagai bahan yang berbahaya, selain dari formulir berisi
data spesimen,, surat, informasi lain yang menerangkan tentang spesimen, harus
ditempel pada bagian luar wadah kedua.
Dua lembar salinan ke dua masing-masing dikirim ke laboratorium penerima dan
arsip si pengirim. Hal ini memudahkan laboratorium penerima mengidentifikasi
spesimen dan mencantumkan bagaimana cara untuk menangani dan memeriksanya.
B. Pengiriman Paket/ Kemasan
Untuk menjamin bahwa paket/ kemasan dikirim dengan aman tiba di tujuan dengan
dalam keadaan baik maka hal-hal yang dilakukan oleh si pengirim sebagai berikut :
Hubungi pemberi jasa transportasi dan si penerima untuk menjamin agar spesimen
segera diantar dan segera diperiksa.
Siapkan dokumen pengiriman.

Kirimkan secara teratur semua data transportasi kepada si penerima. Sebaiknya


jangan mengirim bahan infeksi sebelum ada kesepakatan antara jasa transportasi dan
si penerima.
Penerima harus segera memberitahu si pengirim jika bahan kiriman telah diterima.
C. Kecelakaan yang berhubungan dengan Transportasi
Cara penanganan dan pengamana pada keadan darurat.
Apabila kemasan yang berisi bahan infeksi rusak atau di duga bocor atau cara
pengemasannya salah dalam pengiriman maka pemberi jasa transportasi harus
menghubungi si pengirim.
Cara penanganan paket tersebut sebagai berikut :
o

Jika terlihat ada pecahan gelas (objek gelas) atau pecahan botol tempat
spesimen,

kumpulkan

dan

tempatkan

dalam

kantong

plastik

dengan

menggunakan sarung tangan.


o

Jika ada cairan yang keluar dari kemasan, segera di desinfeksi daerah yang
terkontaminasi.

Hubungi si pengirim atau si penerima untuk mengurus paket.

Jika tidak bisa di hubungi, kirimkan segera ke laboratorium terdekat.

Hanya untuk kalangan


sendiri

PEDOMAN KERJA
DI LABORATORIUM PUSKESMAS

O
L
E
H

HERI SUSANTO

NIP :140 352 067

DINAS KESEHATAN KOTA MATARAM


PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CAKRANEGARA
TAHUN 2005

Anda mungkin juga menyukai