Anda di halaman 1dari 10

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)

Posted on 1 Agustus 2015 by akadusyifa

Akadusyifa
Perumahan merupakan kebutuhan pokok pada saat ini. Terlebih lagi ketika
saat ini pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan urbanisasi juga
semakin meningkat. Kota dituntut untuk menyediakan lahan untuk
memenuhi kebutuhan tempat tinggal manusia.
Dinyatakan Indonesia ke depan membutuhkan sekitar 13 juta rumah baru
bagi masyarakat. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil sensus
penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2010 lalu.

Pengunjung sedang memilih produk properti


Permasalahan penyediaan perumahan di perkotaan secara empiris dapat
tergambar dari penghitungan backlog(walaupun penghitungan ini tidak
dapat menjadi rujukan yang jelas), dimana berdasarkan data yang diambil
dari Rencana Strategis Kemenpera 2010- 2014 sepanjang periode 2005
2009 kekurangan rumah mencapai 7,4 juta unit. Besarnya nilai
kekurangan penyediaan rumah untuk MBR secara spesifik disebabkan
karena kendala pada pembiayaan pembangunan. Kendala ini secara
holistik dihadapi oleh Pemerintah (yang saat ini masih berperan
sebagai providerperumahan untuk MBR) dan juga masyarakat yang tidak
mampu untuk mengakses elemen elemen pembentuk rumah baik lahan
(karena lahan perkotaan yang mahal dan bergantung pada
prinsip locational land rent), biaya konstruksi, bahan bangunan, dan
sebagainya. Selain itu, kondisi ini kemudian juga diperparah dengan
terjadinya misplaced philatropismdalam arti bahwa perumahan yang
disediakan oleh pemerintah untuk golongan menengah kebawah (berupa
Rusun maupun RSH) tidak betul betul dinikmati mereka (non target
group), melainkan dinikmati oleh kelompok bukan sasaran dan merupakan
sebagian pemecahan akan kebutuhan perumahan di kota.
Diperlukan metode dalam proses pembiayaan pembangunan perumahan
tersebut agar dalam prosesnya dapat mempermudah terealisasinya

pembangunan perumahan, metode FLPP muncul sebagai suatu metode


dalam pembiayaan perumhan untuk membantu tersedianya dana murah
jangka panjang untuk membangun perumahan rakyat.
Apa itu FLPP?
FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) merupakan kebijakan
baru Kemenpera sebagai pengganti subsidi bunga cicilan perumahan yang
selama ini kita kenal. Kebijakan ini antara lain bertujuan agar terus
tersedianya dana murah jangka panjang untuk membangun perumahan
rakyat. Seperti diketahui pada tahun ini pemerintah menargetkan
penyaluran FLPP bagi 210.000 unit rumah masyarakat berpenghasilan
maksimum Rp4,5 juta per bulan.
Secara kuantitatif FLPP akan memfasilitasi penerbitan 24.000 unit KPR
sejahtera tapak (RSH) dan 1500 unit KPR sejahtera susun. Selain itu
menurut beberapa informasi, dilakasanakannya FLPP ini akan dapat
menyediakan sumber dana perumahan yang murah dan jangka panjang
(suku bunga single digit) bagi masyarakat. Berkaitan dengan uang muka
maka FLPP akan mematok minimal 10 % dari total harga rumah sejahtera
tapak senilai 50 juta dan 144 juta untuk Rusunami. Dengan demikian FLPP
ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli yang pada akhirnya akan
membantu masyarakat berpendapat rendah dan menengah untuk
mendapatkan rumah murah.
Bagaimana metodenya dalam pembiayaan pembangunan??
Dana ini dikelola Pusat Pembiayaan Perumahan dengan menggunakan
metode blended financing dimana dana dari APBN dicampur dengan
sumber dana perbankan dan sumber lain. Hasil pencampuran dana ini
akhirnya menghasilkan dan dengan bunga rendah.

Salah satu stan pameran properti


Dibanding pola subsidi lama FLPP memiliki beberapa kelebihan. Selain
akan tersedia dana murah jangka panjang uang pemerintah juga tidak
hilang karena dana APBN yang dikeluarkan tetap dikembalikan melalui
cicilan yang dilakukan masyarakat. Adanya dana FLPP ini maka
masyarakat yang membeli RSH akan mencicil dengan bungan rendah,
berkisar 8-9 persen saja. Bungan cicilan rendah ini akan berlaku tetap
hingga pembeli rumah melunasinya. keterjangkauan angsuran KPR
bersubsidi diberikan secara terbatas selama masa subsidi yaitu 4 tahun
hingga 10 tahun, optimalisasi pemanfaatan dana APBN sejalan dengan
keuangan negara. Alasan lain yakni memerangi rezim suku bunga tinggi
melalui penyediaan dana murah jangka panjang sampai dengan
melembaganya Tabungan Perumahan Nasional (TPN) serta daya tarik bagi
sumber daya lain untuk berperan dalam pembiayaan perumahan.
Dalam melakukan kebijakan ini kemenpera telah bekerjasama dengan
beberapa bank swasta nasional serta Asosiasi Bank Pembangunan Daerah
serta beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk melaksanakan
program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Kementerian
Perumahan Rakyat (Kemenpera) juga telah menandatangani perjanjian
kerjasama operasional (PKO) dalam rangka pengadaan perumahan
dengan kredit kepemilikan rumah (KPR) melalui FLPP pada 4 bank
nasional yakni Bank Tabungan Negara (BTN), BTN Syariah, Bank Bukopin
dan Bank Negara Indonesia (BNI).

Apa Permasalahannya dalam Penerapannya??


Pembiayaan rumah bersubsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP) diperkirakan tidak akan bisa berjalan
optimal pada tahun ini, akibat minimnya daya dukung APBN. Pembiayaan
rumah bersubsidi dengan skema FLPP akan sangat membantu masyarakat
berpenghasilan rendah untuk bisa memiliki rumah, karena skema tersebut
akan mampu menurunkan suku bunga perbankan sampai pada kisaran
8,15%-9,95% dengan tenor kredit selama 15 tahun. Namun, posisi kas
BLU-PPP sampai saat ini hanya terisi Rp2,l triliun yang berasal dari pos
FLPP pada tahun lalu sebesar Rp2,6 triliun, di mana Rp500 miliar dari
jumlah itu sudah diserap perbankan.
Seperti diketahui pada tahun ini pemerintah menargetkan penyaluran
FLPP bagi 210.000 unit rumah masyarakat berpenghasilan maksimum
Rp4,5 juta per bulan. Anggaran FLPP tahun ini sebesar Rp3,57 triliun lebih
besar dibandingkan tahun lalu Rp2,6 triliun. Sampai dengan bulan ini.

Pameran Properti
Permasalahannya kurang berjalan optimal system pembiayaan
perumahan nasional yang ada di Indonesia pada saat ini tergolong
sebagai sistem pembiayaan perumahan yang belum lengkap dan belum
terintegrasi. Dikatakan belum lengkap dan belum terintegrasi karena
masih belum dijumpai keberadaan komponen-komponen tertentu,
khususnya lembaga keuangan perumahan khusus untuk segmen

menengah ke bawah dan lembaga sekunder perumahan yang duperlukan


untuk membentuk mata rantai tersebut.
Oleh karena itu integrasi yang memungkinkan sinergi pembiayaan
perumahan anatara serkuit swasta dan pemerintah belum terjadi. Hal ini
menyebabkan pembangunan perumahan mempunyai kapasitas yang
terbatas, cenderung informal dengan konsekuensi lingkungan perumahan
yang cenderung sub-standart, dan kurang dapat menjangkau golongan
pendapatan menengah ke bawah. Ditambah dengan tidak stabilnya
kelembagaan pemerintah untuk sektor perumahan dalam pergantian
kabinet, memperkuat kelemahan sistem pembiayaan perumahan
nasional.
Salam profit,

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS


LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

UPLOADED BY
David Joe

VIEWS
868

DOWNLOAD

1
LAMPIRAN 1PERATURAN MENTERI NEGARAPERUMAHAN RAKYAT
TENTANGPETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAANPERUMAHAN MELALUI
KREDITKONSTRUKSI RUMAH SEJAHTERA MURAHTAPAK DENGAN
DUKUNGAN FASILITASLIKUIDITAS PEMBIAYAAN
PERUMAHANNomor : 11 Tahun 2011Tanggal : 06 Juli 2011
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPPBAB
IFASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHANA.
Pengelola dan Lingkup FLPP
1.
Pengelolaan dana FLPP dilaksanakan oleh Satker BLU-Kemenpera.2.
Satker BLU-Kemenpera melaksanakan penyaluran dana FLPP melalui:a.
Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera (KPR Sejahtera);b.
Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera Murah (KPR Sejahtera Murah);c.
Kredit Pembangunan atau Perbaikan Rumah Swadaya Sejahtera
(KPRSSejahtera);d.
Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera (KK Rumah Sejahtera);e.
Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera Murah (KK Rumah SejahteraMurah);3.
KK Rumah Sejahtera Murah sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf
eterdiri dari:a.
KK Rumah Sejahtera Murah Tapak;b.
KK Rumah Sejahtera Murah Syariah Tapak.4.
Lingkup FLPP yang diatur dalam Peraturan Menteri ini adalah KK
RumahSejahtera Murah Tapak sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf
a.
B.
Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
5.
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dilaksanakan melaluikerjasama
Satker BLU-Kemenpera dengan Bank Pelaksana dalam bentukPerjanjian
Kerjasama Operasional Penyaluran Dana FLPP.

26.

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dari Satker BLUKemenperakepada Bank Pelaksana dilakukan dengan menggunakan pola
executing,
yaitu pola penyaluran dengan risiko ketidaktertagihan dana
FLPPditanggung oleh Bank Pelaksana.7.
Dana FLPP yang disalurkan melalui Bank Pelaksana untuk
polasebagaimana dimaksud pada angka 6 menggunakan
mekanismepembiayaan bersama (
joint financing
).8.
Dana FLPP dari Satker BLU-Kemenpera akan digabung (
blended)
dengandana Bank Pelaksana untuk menerbitkan KK Rumah Sejahtera
MurahTapak.9.
Proporsi dana FLPP terhadap pokok kredit ditetapkan oleh PemimpinSatker
BLU-Kemenpera berdasarkan tarif yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan.
BAB IIBANK PELAKSANAC.
Persyaratan Bank Pelaksana
10.
Persyaratan Bank Umum untuk dapat menjadi Bank Pelaksana
adalahsebagai berikut:a.
mengajukan Surat Pernyataan Minat menjadi Bank Pelaksana
FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) (Format A);b.
memiliki nilai sekurang-kurangnya Peringkat Komposit tiga (PK-3)sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia mengenai tingkat kesehatanbank;c.
memiliki pengalaman dalam penerbitan kredit konstruksi (KK)dan/atau
kredit pemilikan rumah (KPR);d.
memiliki jaringan pelayanan yang memadai di tingkat provinsidan/atau
nasional;e.
memiliki rencana penerbitan KK Rumah Sejahtera Murah Tapaktahunan
(Format B);f.
menandatangani Kesepakatan Bersama dengan Deputi
BidangPembiayaan;g.
menandatangani Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) denganSatker
BLU-Kemenpera.
D.

Kesepakatan Bersama
11.
Bank Umum mengajukan Surat Pernyataan Minat menjadi Bank
PelaksanaFasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ditujukan
kepadaMenteri Negara Perumahan Rakyat cq. Deputi Bidang Pembiayaan
dengantembusan kepada Pemimpin Satker BLU-Kemenpera dengan
melampirkan:

3a.
surat keterangan kesehatan bank dari Bank Indonesia dengan
nilaisekurang-kurangnya Peringkat Komposit tiga (PK-3);b.
data penerbitan KK dan/atau KPR dalam bentuk daftar akad kredityang
telah diterbitkan;c.
data jaringan pelayanan di tingkat provinsi dan/atau nasional;d.
rencana penerbitan KK Rumah Sejahtera Murah Tapak tahunan.12.
Deputi Bidang Pembiayaan menugaskan pejabat/pegawai di
lingkunganDeputi Bidang Pembiayaan untuk melakukan pengecekan
dokumenpernyataan minat yang diajukan oleh Bank Umum sebagaimana
dimaksudpada angka 11.13.
Pejabat/pegawai yang diberi tugas untuk melakukan pengecekan
dokumenwajib menyusun dan menyampaikan hasil laporan pengecekan
dokumenpernyataan minat (Format C) kepada Deputi Bidang
Pembiayaan.14.
Bank Umum yang memenuhi persyaratan melaksanakan
penandatanganKesepakatan Bersama antara Deputi Bidang Pembiayaan
dengan DirekturUtama atau Direktur Utama dan Direktur lainnya yang
berwenangmewakili Bank Umum.15.
Dalam hal Bank Umum telah melakukan penandatangan
KesepakatanBersama tentang penyaluran dana Fasilitas Likuiditas
PembiayaanPerumahan (FLPP) dalam rangka pengadaan perumahan
melalui kreditpemilikan rumah, wajib melakukan addendum Kesepakatan
Bersama.
E.
Perjanjian Kerjasama Operasional Penyaluran Dana FLPP
16.
Atas dasar Kesepakatan Bersama sebagaimana dimaksud pada angka
14,dilakukan analisa kapasitas dan analisa risiko oleh Satker BLU-

Kemenperaterhadap dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada


angka 11.17.
Analisa kapasitas dilakukan untuk menilai kemampuan Bank
Pelaksanadalam menerbitkan KK Rumah Sejahtera Murah Tapak.18.
Analisa risiko dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan Bank
Pelaksanadalam menerbitkan KK Rumah Sejahtera Murah Tapak.19.
Analisa kapasitas dan analisa risiko sebagaimana dimaksud pada angka
17dan angka 18 dituangkan dalam bentuk rekomendasi mengenai
tingkatrisiko dan kemampuan penyaluran kredit oleh Bank Umum.20.
Setelah dilakukan analisa kapasitas dan risiko, dilakukan
penandatangananPerjanjian Kerjasama Operasional tentang penyaluran
dana FLPP dalamrangka pengadaan perumahan melalui KK Rumah
Sejahtera Murah Tapak.21.
Perjanjian Kerjasama Operasional sebagaimana dimaksud pada angka
20ditandatangani oleh Pemimpin Satker BLU-Kemenpera dan Direksi
yangberwenang mewakili Bank Umum.

Anda mungkin juga menyukai