Anda di halaman 1dari 22

Terminologi Kunci dalam Studi Linguistika

Langage adalah sebuah sistem


bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antar
manusia yang bersifat umum atau universal. Dan dapat
dipahami sebagian besar manusia karena tidak mengacu
pada bahasa dari suatu tempat dan waktu tertentu. Dan
merupakan alat untuk berkomunikasi yang tidak mengacu
pada
bahasa
tertentu
sehingga
menjadi
sarana
berkomunikasi antar manusia secara umum. Langue
merupakan sistem bahasa yang dapat dipahami oleh
sekolompok msyarakat yang berada pada suatu tempat
dan waktu tertentu. Sehingga hanya dapat dipahami oleh
sebagian kelompok masyarakat. Karena hanya digunakan
sebagai alat komunikasi dan interaksi hanya antar
kelompok masyarakat tersebut. Oleh karena itu bahasa
tersebut dapat menjadi sebuah ciri khas dari masayarkat
dalam suatu daerah. Parole atau tuturan adalah sebuah
objek yang konkret berupa lisan ataupun tulisan karena
tuturan
atau
ungkapan
adalah
produk
dari
individu.sehingga terikat oleh individu tertentu dan lebih
bersifat kondisional dan individual. Adanya sebuah tuturan
merupakan penyebab tumbuhnya sebuah aturan. Sehingga
sebuah tuturan saja tidak cukup untuk dijadikan sebagai
studi ataupun dalam penelitian linguistika.

Sejarah Linguistika

Linguistik tidak dapat dipidahkan dari Ilmu Filsafat. Karena


Linguistik ada dari hasil sistem pemikiran manusia yang baru
dapat diteliliti oleh para ahli pada abad ke-6 SM. Pada abad
PraSocrates (6 SM- 4 SM ) para filsafat mencoba untuk
menemukan Arche yaitu prinsip dasar yang mengadakan dari
segala sesuatu yang telah ada. Pada masa ini dikenal pola
pemikiran yang selalu berpusat pada alam, karena mereka selalu
menghubungkan segala sesuatu yang berasal dari alam seperti :
air, udara, api dll. atau biasa disebut dengan pemikiran Cosmos
Sentris.
Namun menurut Heradatos dia memiliki pemikiran lain
tentang Arche. Dia menghubungkan Arche dengan sebuah kata
(Logos) atau bahasa. Saat itulah terjadi pergeseran pemikiran
yang bermula Cosmos Sentris (berpusat pada alam) menjadi
pemikiran Logos Sentris (berpusat pada kata atau bahasa).
Dalam pola pikir Logos Sentris terjadi penerjemahan semesta
dalam sebuah kata. Dan setelah itu Logos Sentris mulai
berkembang dan dikenal dengan Filsafat Bahasa.
Pada abad 4 SM- 3 SM mulai bermunculan banyak pemikir
seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Pola pikir mereka
lebih mengutamakan kebenaran dan biasa disebut Filsafat
Berpikir atau biasa disebut juga Logika. Pada saat itu pola
pemikiran menarik kesimpulan dari yang bersifat umum ke
bersifat khusus dan sebaliknya atau biasa disebut pemikiran
deduksi-Induksi mulai dikenal pada masa ini. Selain itu teori
Logika banyak berkembang dikalangan para filosofis dan mulai
dikenal pula istilah Subjek dan Predikat yang merupakan istilah
Logika yang tumbuh dalam istilah bahasa dan disebut juga Tata
Bahasa Tradisional yang menerangkan bahasa dari prespektif
logika. Dalam tata Bahasa diterangkan pula tentang kata benda,
kata kerja, kata sifat, kata ganti dan numerial. Sementara itu
pada akhir abad 19 hingga awal abad 20, Fernand de
Sassure menentang pola pikir bahasa dengan menggunakan
logika. Dia berpendapat bahwa kajian bahasa dapat dilakukan
secara sinkronis (melakukan perbandingan bahasa dalam waktu

yang sama) dan kajian tersebut disebut Linguistik Modern atau


Struktural. Linguisitik modern mendasarkan pada pola pikir
ideasional.
Pada zaman pos modern linguistik struktural de sassure
memicu para ahli bahasa untuk mengembangkan bahasa sesuai
dengan ciri khas masing-masing. Tapi semua menerangkan
bahasa menjadi aturan yg struktural dan mereka membangun
struktural bahasa yang berbeda-beda. Sehingga muncul struktur
luar bahasa dan struktur dalam bahasa. Setelah itu muncul pula
pola pikir dekonstruksi yaitu dengan menambah
atau
mengurangi kajian yang telah ada atau berbeda dari kajian yang
sebelumnya.

Perkembangan Linguistika di Indonesia


Di indonesia secara garis besar, perkembangan ilmu
linguistik dapat terbagi menjadi empat periode. Pertama dimulai
pada tahun 1965an yang pada periode ini disebut periode
Dominasi Tradisional. Perkembangan linguistik di indonesai
saat itu didominasi oleh tata bahasa tradisional, yaitu sebuah
tata bahasa yang menggunakan campuran logika dengan
menjelaskan posisi subjek untuk mengakui posisi predikat.
Kedua pada periode 1965an-1985an disebut dengan periode
Dominasi Struktural. Pada tahun 1970 telah diternitkan buku
bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran bahasa Indonesia,
hal itu membuktikan bahwa aliran struktural mulai berkembang
pesat. Selain itu dominasi ini semakin kokoh ketika Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan melakukan perubahan dari
kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975. Dimana saat itu pula
mulai diadakan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Pada
tahun 1985-1999 an terdepat kecenderungan
struktural walaupun tanpa meninggalkan tata bahasa
tradisional sehingga dapat berjalan seiringan. Pada tahun ini
dimulailah pengkajian tata bahasa di nusantara dengan metode
struktural dan menggunakan pola kajian deskriptif. Melihat
pengkajian bahasa secara deskriptif maka menerangkan
berbagai kasus kajian bahasa secara apa adanya. Pada saat ini
pengkajian bahasa daerah dari berbagai wilayah mulai diminati
oleh para peneliti dan didefinisikan bahasa daerah tersebut
secara struktural.
Tata baku bahasa Indonesia yang sekarang muncul pada
tahun 1985 1890
dan merupakan tata bahasa
transformasiomal pada kongres bahasa Indonesia ke-5. Salah
satu bentuk transformasi bahasa adalah petinju-peninju yang

pada Tata bahasa Transformasional mulai dibahas bentuk-bentuk


perubahan kata tersebut, dan yang benar menurut tata bahasa
transfocrmasional adalah peninju.
Periode warna- warni tahun 2000 an dan ini merupakan
bagian dari pada dekonstruksi yaitu dengan menambah atau
mengurangi atau bahkan berbeda dari kaidah-kaidah yang sudah
ada pada zaman sebelumnya. Pada masa ini mulai muncul ilmu
linguistika yang dipadukan dengan berbagai bidang lain seperti
psikolinguistika, genelinguistika dll.
Namun pada zaman sekarang tidak ada pemikiran yang
berani berbeda tentang masalah linguistik dari zaman sebelumsebelumnya. Sehingga tidak ada pola pikir atau kajian yang baru
jadi saat ini hanya bisa mengikuti pola pikir sebelumnya.
Adanya hal yang baru karena adanya sebuah perbedaan,
sehingga menciptakan sejarah baru.

Prinsip Dasar Studi Linguistika

Objek Materia dan Objek Forma Linguistika


Kajian dalam linguistika dilakukan secara sistematis untuk
menghasilkan kajian yang objektif dan ilmiah. Oleh karena itu
Sebagai disiplin ilmu pengetahuan linguistika juga memiliki objek
materia dan objek forma untuk membedakan dengan ilmu lain.
Objek materia linguistik adalah bahasa. Menurut ferdinand
de sassure Linguistik mengobjek materia langue berdasarkan
parole (tuturan) dengan demikian kajian linguistik dituntut untuk
merumuskan Langue menjadi kajian linguistik.
Linguistik mengobjek materia bahasa, dimana
bahasa
sebagai Langue dapat dipilah dari objek kecil yaitu bunyi dan
dengan objek kongkrit yang berupa parole. Sehingga bahasa
sebagai Langue pada parole tersebut secara hierakial dimulai
dari bunyi, fonem, morfem,frasa, klausa hingga wacana. Jadi
urutan hierakial dalam bahasa tersebut merupakan bagian dari
objek materia linguistik. Sehingga dalam kajian ini disebut
Linguistik murni karena membatasi lingkup kajian linguistik. Dan
dikenal
berbagai
subdisiplin
kajian
linguistik
seperti
fonologi,morfologi,sintaksis, semantik dan pragmatik.

Objek forma linguistik adalah ketika pengkajian


linguistik dilakukan melaui prespektif atau sudut
pandang bahasa secara otonom dengan hanya dilihat dari
prespektif kebahasaan saja. Sehingga dapat dilakukan kajian
dengan non linguis dengan mengkorelasikan dengan bidang ilmu
lain. Sehingga dalam kajian ini dikenal dengan ilmu linguistik
terapan, yaitu kajian bahasa dalam proses pembelajaran dengan
dalam bidang tertentu demi kepentingan bidang tersebut.
Contoh kajian ilmu linguistik yang dikorelasikan dengan ilmu lain
seperti
Psikolingutika,Antropololinguistika,Neurolinguistika,Sosiolinguistik
a dan lain-lain.

Bahasa sebagai objek Linguistik.

Metalangue adalah kegiatan meneliti bahasa dapat


dilakukan dengan dua metode, yaitu: (1) Internal, yaitu meneliti
bahasa yang dikuasai sendiri dengan syarat bahasa yang diteliti
adalah bahasa ibu atau bahasa yang pertama dan bahasa
tersebut masih aktif digunakan. (2) Eksternal yaitu, meneliti
bahasa yang tidak pernah digunakan dalam kesehariannya
sehingga diperlukan metode kajian linguistika atau kajian ilmiah
untuk memahami bahasa tersebut dan menemukan teori dalam
bahasa itu.

Otonomis Ekorelatif dalam Linguistika

Linguistik Spesifik, yaitu melakukan kajian linguistika murni


dengan membatasi kajian linguistik sehingga objeknya hanya
membahas tentang bahasa.
Linguistik Interdispliner, yaitu melakukan kajian linguistika
dengan mengkorelasikan dengan ilmu lain. Dengan menjadi
bahasa sebagai objek kajian tetapi menggunakan sudut pandang
ilmu lain dalam pembahasannya. Sehinga menciptakan berbagai
ilmu baru seperti sosiolinguistika, psikolinguitika, genelinguistika
dll.
Karakteristik Linguistika

Empiris kaijian linguistik tidak berdasarkan pada teori


tertentu atau tidak dilakukan berdasarkan teori tertentu atau
untuk mengoreksi sebuah teori, akan tetapi kajian linguistika
dilakukan dengan menyusun
dari awal teori berdasarkan
objeknya hingga tersusunlah sebuah kajian atau teori baru dari
linguistika. Jadi kajian linguistika dilakukan dengan metode
induktif.
Objektif berdasarkan pada fakta data bahasa keseharian
sesuai dengan objek yang dikaji. Dan objek tersebut adalah
bahasa yang berupa lange dalam parole. Dan dilakukan sesuai
dengan kejadian pada objek tersebut.
Naturalistik berdasarkan kajian bahasa sehari-hari. Karena
dalam bahasa sehari-hari dapat menyelidiki tentang berbagai
tuturan atau ungkapan (parole) dari seseorang sehingga dapat
ditemukan berbagai perbedaan sehingga menciptakan sebuah
aturan (langue). Jadi kajian linguistika bersifat natural atau alami
berdasarkan ucapan yang murni dari orang tersebut.

Hubungan Linguistika dengan Ilmu Lain

Antropologi mengkaji kebudayaan termasuk penggunaan


bahasa, karena setiap manusia memiliki bahasa. Sehingga
dalam praktek Antropoogi sering menggunakan studi
Linguistika dalam meneliti manusia dengan kebudayaannya.
Hingga
memunculkan
Ilmu
Antropololinguistik,
yaitu
menggunakan bahasa untuk mengkaji manusia dengan
kebudayaannya. Karena bahasa dalam masyarakat disuatu
tempat merupakan ciri khas masyarakat tersebut untuk
membedakannya dengan maasyarakat di lain tempat

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang


masyarakat. Dalam sosiologi dipelajari tentang status sosial,
kelompok masyarakat. Status sosial menjadikan adanya
stratifikasi sosial atau biasa disebut dengan lapisan sosial.
Melalui pelapisan sosial tersebut dapat dilakukan penelitian
bahasa
dengan menggunakan sudut pandang Sosiologi.
Penelitian bahasa dapat dilakukan disetiap masyarakat yang
berada di lapisan tingkat sosial. Masyarakat kelas atas, kelas
menengah hingga kelas bawah memiliki perbedaan karakter
termasuk dalam hal berbicara. Perbedaan berbicara terdapat
pada logat berbicara dan penggunaan bahasa. Linguistik
mengkaji perbedaan bahasa yang ada di masyarakat sehingga
diperlukan
studi
Sosiologi
dan
memunculkan
Ilmu
Sosiolinguistika.
Psikologi mempelajari tentang cara kerja pikiran manusia
dan gejala mental manusia. Perilaku, perasaan dan pikiran
termasuk dalam kajian Psikologi. Dalam studi psikologi
perilaku, perasaan dan pikiran menggambarkan kepribadian
orang tersebut. Perilaku seseorang akan tampak dalam
aktifitas mereka secara umum namun perasaan dan pikiran
dapat disampaikan secara langsung ataupun disembunyikan
dari orang lain. Melalui berbicara perasaan dan pikiran
seseorang dapat terungkap dengan sendirinya tanpa ia sadari
melalui apa yang dia bicarakan meskipun bertentangan
dengan pikiran pembicara. Kepribadian seseorang akan
terlihat melalui gaya bicara seseorang. Sehingga Linguistika
dapat mengkaji bahasa dengan melakukan pendekatan studi
Psikologi. Yaitu meneliti bahasa melalui kepribadian seseorang
melalui gaya bicara atau bahasa yang digunakan orang
tersebut
dan memunculkan Ilmu baru yang disebut
Psikolinguistika.
Informatika atau ilmu komputer adalah ilmu yang
mempelajari tentang mentransformasikan informasi atau
pendistribusian sebuah informasi. Dalam kaitannya dengan
linguistik sebagai ilmu bahasa maka ilmu komputer atau
informatika berperan sebagai alat komunikasi yang
memfasilitasi seseorang dalam berkomunikasi. Ilmu Komputer
menyediakan sarana dalam berdialog meskipun dengan
menggunakan bahasa khusus, seperti bahasa grafis, bahasa
alami, bahasa menu, bahasa perintah dan lain sebagainya.
Neurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu
sistem saraf. Sistem saraf mempengaruhi kecerdasan
manusia. Kecerdasan manusia berbeda-beda dan kemampuan

berbahasa juga dipengaruhi tingkat kecerdasan manusia


tersebut. Oleh karena itu kajian bahasa dapat diteliti melalui
kecerdasan manusia dan memunculkan ilmu yang merupakan
perpaduan Ilmu Linguistika dan Neurologi yaitu Ilmu
Neurolinguistik.

Paradigma Dikotomi dalam Linguistika

Linguistik Teoritis adalah kajian bahasa yang tidak


dikaitkan dengan pembahasan diluar kajian bahasa, dengan

objek forma otonomis menghasilkan kaedah, hukum, dan prinsip


bahasa. Sedangkan Linguistik Terapan adalah kajian bahasa
dalam proses pembelajaran dengan tujuan pembelajaran dalam
bidang tertentu demi kepentingan bidang tersebut.
Linguistik Prespektif adalah mengkaji bahasa atas dasar
teori atau kerangka bahasa tertentu. Bersifat deduktif (umumkhusus), contohnya penggunaan tenses dalam kajian bahasa
Ingrris. Sementara itu, Linguistik Deskriptif adalah kajian
bahasa yang menjadikan bahasa sebagai objek kajannya. Teori
digunakan sebagai landasan dalam kajian hinga menghasilkan
kaedah atau aturan dan terciptanya teori baru yang berasal dari
kajian tersebut. Oleh karena itu kajian ini bersfat induktif
(khusus-umum) yaitu dengan membangun atau menciptakan
teori dari dasar.
Linguistik Makro adalah semua pengkajian bahasa yang
digunakan untuk semua kepentingan kebahasaan. Sedangkan
Linguistik
Mikro
adalah
pengkajian
bahasa
dengan
menetapkan pada bidang kajian tentang bahasa tertentu.
Historis Komparatif adalah pengkajian bahasa yang
dilakukan secara diakronis (pada waktu yang berbeda) dengan
membandingkan berbagai bahasa untuk
menyusun sejarah
silsilah dari suatu bahasa. Sedangkan, Tipologis Komparatif
adalah pengkajian bahasa yang dilakukan secara sinkronis (pada
waktu yang sama) untuk menyusun kesempurnaan atau
kekeluargaan bahasa atas dasar kesamaan dari bahasa yang
sedang dikaji.
Linguistika Struktural adalah pengkajian bahasa untuk
menemukan kaidah bahasa berdasarkan unsur pembentuknya
hingga menghasilkan, kaidah gramatik. Sedangkan Lingustika
Pragmatik adalah kajian bahasa yang memfokuskan bahasa
dalam penggunaannya sehingga menghasilkan prinsip-prinsip
pragmatis.
Linguistik Sinkronis adalah pengkajian bahasa dengan
waktu yang bersamaan. Sedangkan, Linguistik Diakronis
adalah pengkajian bahasa dengan kurun waktu yang berbeda.

Linguistik Sintagmatik adalah kajian bahasa yang


mendasarkan pada struktur yang memiliki kesamaan. Contohnya
ketika mengkaji kata belajar, maka dapat dikorelasikan dengan
kata pembelajaran-mengajar-belajar-ajar. Sedangkan Linguistik
Paradigmatik adalah kajian bahasa yang menghubungkan
kesamaan atau kesatuan konsep (asosiasi). Contohnya ketika
mengkaji kata belajar dapat dikorelasikan dengan kata belajarsekolah-buku-pendidikan.

Fonetik

Bunyi atau fona adalah satuan terkecil dalam


bahasa yang merupakan produk dari proses pergerakan
artikulator atau alat ucap sesuai dengan tingkat artikulasi
yang berfungsi saat memproduksi bunyi tersebut. Sub
disiplin kajian linguistika yang membahas tentang bunyi
dalam bahasa baik bunyi secara fungsional maupun non
fungsional adalah fonologi. Menurut bidang kajian,
fonologi terbagi menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik.
Dimana, fonetik adalah bagian dari fonologi yang
membahas tentang bagaimana suatu bunyi dapat
dihasilkan atau dapat diartikan bahwa fonetik meneliti
dasar fisik bunyi-bunyi bahasa . berdasarkan kajian
bahasa sesuai dengan realitas fonetik terbagi menjadi
tiga , yaitu (1) Fonetik Audiotoris, yaitu pengkajian
bahasa dari sudut pendengar atau petutur (2) Fonetik
Akustik, pengkajian bahasa yang menyelidiki ciri-ciri fisik
dr bunyi bahasa (3) Fonetik Artikulatoris, pengkajian
bahasa tentang bagaimana bunyi dapat diproduksi oleh
alat
ucap
atau
artikulator.
Namun
dalam
perkembangannya di dunia linguistik Fonetik Artikulatoris
lebih berkembang dibandingkan dengan dua jenis fonetik
yang lain. Fonetik Artikulatoris membahas tentang proses
pembentukan bunyi yang melibatkan alat ucap manusia.
Sementara itu berdasarkan kelancaran atau hambatan
udara yang masuk dalam paru-paru maka bunyi dapat
dibedakan menjadi bunyi vokal (tanpa hambatan) dan
bunyi konsonan (terdapat hambatan).

Fonemik

Fonemik adalah bagian dari kajian fonologi yang


membahas tentang bunyi sebagai pembeda makna. Kajian
fonemik adalah fonem, yaitu satuan bunyi terkecil yang
mampu menunjukkan perbedaan makna. Jadi kajian
fonemik bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan
makna, karena jika terdapat perbedaan maka dapat
disebut fonem namun apabila tidak ditemukan perbedaan
makna maka bukan termasuk fonem. Untuk mengetahui
perbedaan makna maka diperlukan identifikasi fonem.
Sementara itu akan ditemukan pula alofon, yaitu bunyi
varian dalam fonem tertentu yang terletak pada satu
fonem. Di samping itu terdapat klasifikasi fonem
berdasarkan tekanan, durasi, jeda dan nada, yaitu bunyi
segmental dan bunyi suprasegmental. Dimana bunyi
segmental tidak dipengaruhi faktor-faktor tersebut,
sedangkan dalam bunyi suprasegmental hal tersebut
mempengaruhi. Adapula khazanah fonem, yaitu jumlah
fonem yang dimiliki setiap bahasa berbeda-beda. Selain itu
fonem juga mengalami perubahan. Berdasarkan letak
fonem dalam sebuah morfem dapat dibagi menjadi
asimilasi dan disimilasi. Berdasarkan morfem yang
merupakan serapan dari bahasa lain dapat dibagi menjadi
Netralisasi dan akrifonem. Berdasarkan perubahan
ketinggian bunyi vokal dapat dikenal Umlaut, ablaut, dan
harmoni vokal. Berdasarkan akibat dari penyingkatan
ujaran dapat diketahui kontraksi. Dan yang terakhir
berdasarkan perubahan urutan fonem disebut metatesis

dan penyisipan
epentesis.

huruf

pada

sebuah

morfem

disebut

Morfologi

Morfologi adalah subdisiplin kajian linguistika yang


membahas tentang bentuk bahasa (morf). Morf adalah
bentuk bahasa yang berpotensial memiliki arti. Morf
terbagi menjadi dua yaitu morfem bebas dan morfem
terikat. Morfem bebas adalah satuan bahasa yang telah
memiliki arti sedangkan morfem terikat adalah satuan
bahasa yang berpotensi memiliki arti apabila digabungkan
dengan morfem yang telah memiliki arti. Klasifikasi
morfem berdasarkan kegunaan atau pelaku gramatika
yaitu
verba,
adjectiva,adverb,nomina,pronomina,preposition,
dan
numerial. Sementara itu terdapat pula proses morfologis,
yaitu perubahan bentuk morfem yang mengakibatkan
perubahan atau perbedaan arti. Seperti proses afiksasi
yang merupakan proses pengimbuhan morfem. Yang
berdasarkan letak pengimbuhannya dalam sebuah morfem
terbagi atas prefiks,surfiks,infiks,prefiks dan konfiks.
Adapula reduplikasi yang merupakan pengulangan
morfem baik seluruhnya atau sebagian dari morfem
tersebut. Komposisi (pemajemukan) adalah salah satu
proses morfologis karena adanya proses penyatuan
morfem bebas hingga menjadi morfem terikat yang
bergantung satu sama lain karena telah membentuk
konsep atau makna baru. Proses klitiksasi adalah
penambahan morfem lain dari sebuah morfem, contohnya

mofem klitika adalah lah,kah,pun. Selain itu adapula


proses perubahan morfem akan tetapi tidak dapat disebut
proses morfologis karena tidak adanya perubahan makna.
Seperti proses akronim atau penyingkatan kata, tidak
dapat
disebut
proses
morfologis
karena
hanya
memperpendek morfem tanpa ada perubahan arti dari
morfem tersebut. Disamping itu dari proses morfologis
berakibat adanya proses morfofonologi, yaitu perubahan
fonem yang terjadi sabagai akibat pertemuan (hubungan)
morfem dengan morfem lain.

Sintaksis frasa

Sintaksis adalah suatu cabang ilmu dalam


linguistik yang didalamnya dikaji struktur-struktur
kalimat, klausa ataupun frasa. Lalu apa itu frasa ?
Frasa sendiri merupakan gabungan kata yang masuk
sebagai satuan gramatikal yang bersifat nonprediktif
dimana frasa ini tidak memiliki predikat didalamnya.
Dan terkadang frase ini disamakan dengan kata
majemuk oleh orang awam, tapi sebenarnya kedua
hal itu berbeda. Dalam frasa ini terdapat beberapa
klasifikasi frase.
Berdasarkan distribusi atau
kategori dibedakan menjadi enam yaitu : frase
nominal, frase verbal, frase preposisi,frase adjektiva,
frase numeria dan frase keteraangan. Berdasarkan
Unsur pembangun frasa, terbagi menjadi dua yaitu,
frase eksosentris dan frase endosentris. Berdasarkan
hubungannya dengan frase lain, frase dibedakan

menjadi frase koordinatif dan frase apositif.selain itu


terdapat perluasan yang dimaksudkan demi tujuan
tertentu dalam mendeskripsikan frase yang diperluas
tersebut.

Sintaksis Klausa

Sintaksis sebagai salah sub disiplin kajian linguistika


memiliki objek kajian yang berupa frasa, klausa dan
kalimat. Dimana klausa merupakan satuan gramarika
yang tersusun dari subjek dan predikat sehingga bersifat
predikatif. Jadi dalam klausa selalu terdapat unsur
predikat. Klausa berbeda dengan kalimat, akan tetapi
klausa berpotensi untuk menjadi kalimat. Klausa terbagi
atas lima jenis, yaitu (1) berdasarkan struktur internnya
terdapat klausa lengkap dan klausa tidak lengkap, (2)
berdasarkan unsur negasi dalam predikatnya terdapat
klausa positif dan klausa negatif, (3) berdasarkan kategori
frasa yang menduduki fungsi predikat terdapat klausa
nomina,verba,adjektiva,preposisi
dan
numeralia,
(4)

berdasarkan potensi untuk menjadi kalimat terdapat


klausa bebas dan klausa terikat, (5) berdasarkan kriteria
dalam kalimat terdapat klausa atasan dan klausa
bawahan. Sementara itu dalam sintaksis klausa juga
terdapat analisis berdasarkan fungsi, kategori dan peran.
Dimana analisis berdasarkan fungsi meliputi fungsi
Subjek,Predikat,Objek Keterangan dalam sebuah klausa.
Selain itu analisis berdasarkan kategori yang
merupakan unsur utama frasa dalam klausa meliputi
nomina,verba,adjektiva,preposisi dan numeralia . dan
analisis berdasarkan peran atau fungsi semantisnya
terdiri dari pelaku,pasien dan benefaktif. Sebuah kalimat
ada kalanya tersusun lebih dari satu klausa. Sehingga
disebut kalimat majemuk sub ordinatif atau
bertingkat dimana terdapat klausa berposisi sebagai
klausa utama dan klausa lengkap. Sementara itu dalam
sintaksis terdapat Kala (Tenses) yang berakibat pada
perubahan verba. Penggunaan kala berhubungan dengan
penggunaan waktu, hal ini hanya terdapat pada bahasabahasa tertentu. Seperti bahasa Inggris yang memiliki kala
dan biasanya disebut dengan tenses, namun dalam bahasa
Indonesia tidak terdapat kala, hanya terdapat aspek yang
berhubungan dengan kata kerja. Yaitu ketika kata kerja
mendapatkan tambahan morfem seperti ter-, me-, dan di-.
Hal
tersebut
berhubungan
dengan
makna
yang
ditimbulkan akibat penambahan morfem dalam kata kerja
tersebut.

Semantik

Semantik adalah subdisiplin kajian linguistika yang


membahas konsep makna dan konsep arti dari bentuk ujaran
dengan perkembangan dan perubahannya. Jadi perubahan
bentuk kata seperti pergeseran, perluasan, pergantian atau
pembentukan makna baru mempengaruhi konsep arti atau
konsep makna dari kata tersebut. Sehingga dari perubahan

bentuk kata, makna terbagi atas makna leksikal dan makna


gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang merupakan
makna dasar karena posisi kata sebagai unsur bebas tanpa
dipengaruhi unsur atau bentuk lain. Oleh karena itu makna
leksikal disebut makna yang sesuai dengan kamus. Sedangkan
makna gramatikal adalah makna yang terbentuk dari unsur
atau bentuk lain atau dalam sebuah struktur. Jadi makna yang
termasuk dalam makna gramatikal adalah makna kata yang
terjadi perubahan untuk pemakaian kata tersebut dalam suatu
kalimat atau konteks. Dan adapula polisemi yang merupakan
kata yang menimbulkan makna yang berbeda sesuai dengan
hubungan dalam kalimat. Sementara itu berdasarkan bentuk
dan sifatnya, makna terbagi atas makna konotasi dan makna
denotasi. Makna konotasi adalah makna yang digunakan yang
digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain, yang diluar
makna leksikalnya. Berbeda dengan makna denotasi yang
merupakan makna yang digunakan sesuai dengan makna
leksikalnya, atau dapat disebut juga makna sebenarnya atau
makna lugas. Dan adapula klasifikasi berdasarkan makna yang
dimiliki sebuah kata terbagi atas sinonim, homonim dan
antonim. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki arti
sama. Homonim adalah dua kata atau lebih yang secara
bentuk sama akan tetapi arti atau maknanya berbeda. Dan
antonim adalah dua kata atau lebih yang berlawanan arti.

Pragmatik

Pragmatik adalah sub disiplin kajian linguistika


yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dan
bahasa
dalam
penggunaannya.
Sehingga
dalam
melakukan kajian pragmatika memperhatikan koteks dan
konteks kalimat. Dimana koteks adalah teks-teks lain
yang dikaji baik yang mendahului ataupun yang mengikuti
teks yang sedang dikaji. Sedangkan konteks adalah hal
diluar teks yang ikut menentukan terjadinya teks, hal
tersebut meliputi penutur, kepada siapa tuturan tersebut,
topik, keadaan, tempat,waktu dan tujuan dari teks
tersebut. Sehingga dalam pragmatik dikenal istilah Tidak
ada bahasa yang muncul tanpa proses.maka bahasa
sebagai proses adalah bahasa yang sedang menjalankan
fungsinya (teks). Objek kajian pragmatik meliputi : (1) Pra
anggapan adalah hal yang menjadikan penutur telah
mengetahui sebagaimana kondisi petutur. (2) Implikatur
adalah bagian dari penutur yang tidak ditentukan secara
literal akan tetapi ikut mempengaruhi. (3) Deiksis adalah
penuturan yang referensinya belum dapat dipastikan,
karena kepastiannya dapat dipastikan apabila ditentukan
koteks,konteks dan penggunaan bahasa. (4) Tindak tutur

adalah daya yang dimiliki setiap tuturan sesuai dengan


koteks dan konteksnya.
Oleh karena itu dalam studi
pragmatik menghasilkan prinsip-prinsip berbahasa dengan
kaidah non linguistik. karena studi kajian pragmatik
bersifat deskriptif , yaitu menggambarkan bahasa apa
adanya. Naturalis yaitu, tidak ada rekayasa. Etnografis,
yaitu menjelaskan sekecil apapun data yang berhubungan
dengan tuturan. Dan Interpretatif, yaitu kepastian
bergantung pada koteks,konteks dan penggunaan bahasa.

Abstrak Linguistik Umum

Oleh :

Nadya Rizqi Hasanah Devi (14020074061)


PA 2014

Dosen Pembimbing:
Dr. Budinuryanta Yohanes, M.Pd.

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra


Indonesia

Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai