bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antar manusia yang bersifat umum atau universal. Dan dapat dipahami sebagian besar manusia karena tidak mengacu pada bahasa dari suatu tempat dan waktu tertentu. Dan merupakan alat untuk berkomunikasi yang tidak mengacu pada bahasa tertentu sehingga menjadi sarana berkomunikasi antar manusia secara umum. Langue merupakan sistem bahasa yang dapat dipahami oleh sekolompok msyarakat yang berada pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sehingga hanya dapat dipahami oleh sebagian kelompok masyarakat. Karena hanya digunakan sebagai alat komunikasi dan interaksi hanya antar kelompok masyarakat tersebut. Oleh karena itu bahasa tersebut dapat menjadi sebuah ciri khas dari masayarkat dalam suatu daerah. Parole atau tuturan adalah sebuah objek yang konkret berupa lisan ataupun tulisan karena tuturan atau ungkapan adalah produk dari individu.sehingga terikat oleh individu tertentu dan lebih bersifat kondisional dan individual. Adanya sebuah tuturan merupakan penyebab tumbuhnya sebuah aturan. Sehingga sebuah tuturan saja tidak cukup untuk dijadikan sebagai studi ataupun dalam penelitian linguistika.
Sejarah Linguistika
Linguistik tidak dapat dipidahkan dari Ilmu Filsafat. Karena
Linguistik ada dari hasil sistem pemikiran manusia yang baru dapat diteliliti oleh para ahli pada abad ke-6 SM. Pada abad PraSocrates (6 SM- 4 SM ) para filsafat mencoba untuk menemukan Arche yaitu prinsip dasar yang mengadakan dari segala sesuatu yang telah ada. Pada masa ini dikenal pola pemikiran yang selalu berpusat pada alam, karena mereka selalu menghubungkan segala sesuatu yang berasal dari alam seperti : air, udara, api dll. atau biasa disebut dengan pemikiran Cosmos Sentris. Namun menurut Heradatos dia memiliki pemikiran lain tentang Arche. Dia menghubungkan Arche dengan sebuah kata (Logos) atau bahasa. Saat itulah terjadi pergeseran pemikiran yang bermula Cosmos Sentris (berpusat pada alam) menjadi pemikiran Logos Sentris (berpusat pada kata atau bahasa). Dalam pola pikir Logos Sentris terjadi penerjemahan semesta dalam sebuah kata. Dan setelah itu Logos Sentris mulai berkembang dan dikenal dengan Filsafat Bahasa. Pada abad 4 SM- 3 SM mulai bermunculan banyak pemikir seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Pola pikir mereka lebih mengutamakan kebenaran dan biasa disebut Filsafat Berpikir atau biasa disebut juga Logika. Pada saat itu pola pemikiran menarik kesimpulan dari yang bersifat umum ke bersifat khusus dan sebaliknya atau biasa disebut pemikiran deduksi-Induksi mulai dikenal pada masa ini. Selain itu teori Logika banyak berkembang dikalangan para filosofis dan mulai dikenal pula istilah Subjek dan Predikat yang merupakan istilah Logika yang tumbuh dalam istilah bahasa dan disebut juga Tata Bahasa Tradisional yang menerangkan bahasa dari prespektif logika. Dalam tata Bahasa diterangkan pula tentang kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti dan numerial. Sementara itu pada akhir abad 19 hingga awal abad 20, Fernand de Sassure menentang pola pikir bahasa dengan menggunakan logika. Dia berpendapat bahwa kajian bahasa dapat dilakukan secara sinkronis (melakukan perbandingan bahasa dalam waktu
yang sama) dan kajian tersebut disebut Linguistik Modern atau
Struktural. Linguisitik modern mendasarkan pada pola pikir ideasional. Pada zaman pos modern linguistik struktural de sassure memicu para ahli bahasa untuk mengembangkan bahasa sesuai dengan ciri khas masing-masing. Tapi semua menerangkan bahasa menjadi aturan yg struktural dan mereka membangun struktural bahasa yang berbeda-beda. Sehingga muncul struktur luar bahasa dan struktur dalam bahasa. Setelah itu muncul pula pola pikir dekonstruksi yaitu dengan menambah atau mengurangi kajian yang telah ada atau berbeda dari kajian yang sebelumnya.
Perkembangan Linguistika di Indonesia
Di indonesia secara garis besar, perkembangan ilmu linguistik dapat terbagi menjadi empat periode. Pertama dimulai pada tahun 1965an yang pada periode ini disebut periode Dominasi Tradisional. Perkembangan linguistik di indonesai saat itu didominasi oleh tata bahasa tradisional, yaitu sebuah tata bahasa yang menggunakan campuran logika dengan menjelaskan posisi subjek untuk mengakui posisi predikat. Kedua pada periode 1965an-1985an disebut dengan periode Dominasi Struktural. Pada tahun 1970 telah diternitkan buku bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran bahasa Indonesia, hal itu membuktikan bahwa aliran struktural mulai berkembang pesat. Selain itu dominasi ini semakin kokoh ketika Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975. Dimana saat itu pula mulai diadakan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Pada tahun 1985-1999 an terdepat kecenderungan struktural walaupun tanpa meninggalkan tata bahasa tradisional sehingga dapat berjalan seiringan. Pada tahun ini dimulailah pengkajian tata bahasa di nusantara dengan metode struktural dan menggunakan pola kajian deskriptif. Melihat pengkajian bahasa secara deskriptif maka menerangkan berbagai kasus kajian bahasa secara apa adanya. Pada saat ini pengkajian bahasa daerah dari berbagai wilayah mulai diminati oleh para peneliti dan didefinisikan bahasa daerah tersebut secara struktural. Tata baku bahasa Indonesia yang sekarang muncul pada tahun 1985 1890 dan merupakan tata bahasa transformasiomal pada kongres bahasa Indonesia ke-5. Salah satu bentuk transformasi bahasa adalah petinju-peninju yang
pada Tata bahasa Transformasional mulai dibahas bentuk-bentuk
perubahan kata tersebut, dan yang benar menurut tata bahasa transfocrmasional adalah peninju. Periode warna- warni tahun 2000 an dan ini merupakan bagian dari pada dekonstruksi yaitu dengan menambah atau mengurangi atau bahkan berbeda dari kaidah-kaidah yang sudah ada pada zaman sebelumnya. Pada masa ini mulai muncul ilmu linguistika yang dipadukan dengan berbagai bidang lain seperti psikolinguistika, genelinguistika dll. Namun pada zaman sekarang tidak ada pemikiran yang berani berbeda tentang masalah linguistik dari zaman sebelumsebelumnya. Sehingga tidak ada pola pikir atau kajian yang baru jadi saat ini hanya bisa mengikuti pola pikir sebelumnya. Adanya hal yang baru karena adanya sebuah perbedaan, sehingga menciptakan sejarah baru.
Prinsip Dasar Studi Linguistika
Objek Materia dan Objek Forma Linguistika
Kajian dalam linguistika dilakukan secara sistematis untuk menghasilkan kajian yang objektif dan ilmiah. Oleh karena itu Sebagai disiplin ilmu pengetahuan linguistika juga memiliki objek materia dan objek forma untuk membedakan dengan ilmu lain. Objek materia linguistik adalah bahasa. Menurut ferdinand de sassure Linguistik mengobjek materia langue berdasarkan parole (tuturan) dengan demikian kajian linguistik dituntut untuk merumuskan Langue menjadi kajian linguistik. Linguistik mengobjek materia bahasa, dimana bahasa sebagai Langue dapat dipilah dari objek kecil yaitu bunyi dan dengan objek kongkrit yang berupa parole. Sehingga bahasa sebagai Langue pada parole tersebut secara hierakial dimulai dari bunyi, fonem, morfem,frasa, klausa hingga wacana. Jadi urutan hierakial dalam bahasa tersebut merupakan bagian dari objek materia linguistik. Sehingga dalam kajian ini disebut Linguistik murni karena membatasi lingkup kajian linguistik. Dan dikenal berbagai subdisiplin kajian linguistik seperti fonologi,morfologi,sintaksis, semantik dan pragmatik.
Objek forma linguistik adalah ketika pengkajian
linguistik dilakukan melaui prespektif atau sudut pandang bahasa secara otonom dengan hanya dilihat dari prespektif kebahasaan saja. Sehingga dapat dilakukan kajian dengan non linguis dengan mengkorelasikan dengan bidang ilmu lain. Sehingga dalam kajian ini dikenal dengan ilmu linguistik terapan, yaitu kajian bahasa dalam proses pembelajaran dengan dalam bidang tertentu demi kepentingan bidang tersebut. Contoh kajian ilmu linguistik yang dikorelasikan dengan ilmu lain seperti Psikolingutika,Antropololinguistika,Neurolinguistika,Sosiolinguistik a dan lain-lain.
Bahasa sebagai objek Linguistik.
Metalangue adalah kegiatan meneliti bahasa dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu: (1) Internal, yaitu meneliti bahasa yang dikuasai sendiri dengan syarat bahasa yang diteliti adalah bahasa ibu atau bahasa yang pertama dan bahasa tersebut masih aktif digunakan. (2) Eksternal yaitu, meneliti bahasa yang tidak pernah digunakan dalam kesehariannya sehingga diperlukan metode kajian linguistika atau kajian ilmiah untuk memahami bahasa tersebut dan menemukan teori dalam bahasa itu.
Otonomis Ekorelatif dalam Linguistika
Linguistik Spesifik, yaitu melakukan kajian linguistika murni
dengan membatasi kajian linguistik sehingga objeknya hanya membahas tentang bahasa. Linguistik Interdispliner, yaitu melakukan kajian linguistika dengan mengkorelasikan dengan ilmu lain. Dengan menjadi bahasa sebagai objek kajian tetapi menggunakan sudut pandang ilmu lain dalam pembahasannya. Sehinga menciptakan berbagai ilmu baru seperti sosiolinguistika, psikolinguitika, genelinguistika dll. Karakteristik Linguistika
Empiris kaijian linguistik tidak berdasarkan pada teori
tertentu atau tidak dilakukan berdasarkan teori tertentu atau untuk mengoreksi sebuah teori, akan tetapi kajian linguistika dilakukan dengan menyusun dari awal teori berdasarkan objeknya hingga tersusunlah sebuah kajian atau teori baru dari linguistika. Jadi kajian linguistika dilakukan dengan metode induktif. Objektif berdasarkan pada fakta data bahasa keseharian sesuai dengan objek yang dikaji. Dan objek tersebut adalah bahasa yang berupa lange dalam parole. Dan dilakukan sesuai dengan kejadian pada objek tersebut. Naturalistik berdasarkan kajian bahasa sehari-hari. Karena dalam bahasa sehari-hari dapat menyelidiki tentang berbagai tuturan atau ungkapan (parole) dari seseorang sehingga dapat ditemukan berbagai perbedaan sehingga menciptakan sebuah aturan (langue). Jadi kajian linguistika bersifat natural atau alami berdasarkan ucapan yang murni dari orang tersebut.
Hubungan Linguistika dengan Ilmu Lain
Antropologi mengkaji kebudayaan termasuk penggunaan
bahasa, karena setiap manusia memiliki bahasa. Sehingga dalam praktek Antropoogi sering menggunakan studi Linguistika dalam meneliti manusia dengan kebudayaannya. Hingga memunculkan Ilmu Antropololinguistik, yaitu menggunakan bahasa untuk mengkaji manusia dengan kebudayaannya. Karena bahasa dalam masyarakat disuatu tempat merupakan ciri khas masyarakat tersebut untuk membedakannya dengan maasyarakat di lain tempat
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat. Dalam sosiologi dipelajari tentang status sosial, kelompok masyarakat. Status sosial menjadikan adanya stratifikasi sosial atau biasa disebut dengan lapisan sosial. Melalui pelapisan sosial tersebut dapat dilakukan penelitian bahasa dengan menggunakan sudut pandang Sosiologi. Penelitian bahasa dapat dilakukan disetiap masyarakat yang berada di lapisan tingkat sosial. Masyarakat kelas atas, kelas menengah hingga kelas bawah memiliki perbedaan karakter termasuk dalam hal berbicara. Perbedaan berbicara terdapat pada logat berbicara dan penggunaan bahasa. Linguistik mengkaji perbedaan bahasa yang ada di masyarakat sehingga diperlukan studi Sosiologi dan memunculkan Ilmu Sosiolinguistika. Psikologi mempelajari tentang cara kerja pikiran manusia dan gejala mental manusia. Perilaku, perasaan dan pikiran termasuk dalam kajian Psikologi. Dalam studi psikologi perilaku, perasaan dan pikiran menggambarkan kepribadian orang tersebut. Perilaku seseorang akan tampak dalam aktifitas mereka secara umum namun perasaan dan pikiran dapat disampaikan secara langsung ataupun disembunyikan dari orang lain. Melalui berbicara perasaan dan pikiran seseorang dapat terungkap dengan sendirinya tanpa ia sadari melalui apa yang dia bicarakan meskipun bertentangan dengan pikiran pembicara. Kepribadian seseorang akan terlihat melalui gaya bicara seseorang. Sehingga Linguistika dapat mengkaji bahasa dengan melakukan pendekatan studi Psikologi. Yaitu meneliti bahasa melalui kepribadian seseorang melalui gaya bicara atau bahasa yang digunakan orang tersebut dan memunculkan Ilmu baru yang disebut Psikolinguistika. Informatika atau ilmu komputer adalah ilmu yang mempelajari tentang mentransformasikan informasi atau pendistribusian sebuah informasi. Dalam kaitannya dengan linguistik sebagai ilmu bahasa maka ilmu komputer atau informatika berperan sebagai alat komunikasi yang memfasilitasi seseorang dalam berkomunikasi. Ilmu Komputer menyediakan sarana dalam berdialog meskipun dengan menggunakan bahasa khusus, seperti bahasa grafis, bahasa alami, bahasa menu, bahasa perintah dan lain sebagainya. Neurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu sistem saraf. Sistem saraf mempengaruhi kecerdasan manusia. Kecerdasan manusia berbeda-beda dan kemampuan
berbahasa juga dipengaruhi tingkat kecerdasan manusia
tersebut. Oleh karena itu kajian bahasa dapat diteliti melalui kecerdasan manusia dan memunculkan ilmu yang merupakan perpaduan Ilmu Linguistika dan Neurologi yaitu Ilmu Neurolinguistik.
Paradigma Dikotomi dalam Linguistika
Linguistik Teoritis adalah kajian bahasa yang tidak
dikaitkan dengan pembahasan diluar kajian bahasa, dengan
objek forma otonomis menghasilkan kaedah, hukum, dan prinsip
bahasa. Sedangkan Linguistik Terapan adalah kajian bahasa dalam proses pembelajaran dengan tujuan pembelajaran dalam bidang tertentu demi kepentingan bidang tersebut. Linguistik Prespektif adalah mengkaji bahasa atas dasar teori atau kerangka bahasa tertentu. Bersifat deduktif (umumkhusus), contohnya penggunaan tenses dalam kajian bahasa Ingrris. Sementara itu, Linguistik Deskriptif adalah kajian bahasa yang menjadikan bahasa sebagai objek kajannya. Teori digunakan sebagai landasan dalam kajian hinga menghasilkan kaedah atau aturan dan terciptanya teori baru yang berasal dari kajian tersebut. Oleh karena itu kajian ini bersfat induktif (khusus-umum) yaitu dengan membangun atau menciptakan teori dari dasar. Linguistik Makro adalah semua pengkajian bahasa yang digunakan untuk semua kepentingan kebahasaan. Sedangkan Linguistik Mikro adalah pengkajian bahasa dengan menetapkan pada bidang kajian tentang bahasa tertentu. Historis Komparatif adalah pengkajian bahasa yang dilakukan secara diakronis (pada waktu yang berbeda) dengan membandingkan berbagai bahasa untuk menyusun sejarah silsilah dari suatu bahasa. Sedangkan, Tipologis Komparatif adalah pengkajian bahasa yang dilakukan secara sinkronis (pada waktu yang sama) untuk menyusun kesempurnaan atau kekeluargaan bahasa atas dasar kesamaan dari bahasa yang sedang dikaji. Linguistika Struktural adalah pengkajian bahasa untuk menemukan kaidah bahasa berdasarkan unsur pembentuknya hingga menghasilkan, kaidah gramatik. Sedangkan Lingustika Pragmatik adalah kajian bahasa yang memfokuskan bahasa dalam penggunaannya sehingga menghasilkan prinsip-prinsip pragmatis. Linguistik Sinkronis adalah pengkajian bahasa dengan waktu yang bersamaan. Sedangkan, Linguistik Diakronis adalah pengkajian bahasa dengan kurun waktu yang berbeda.
Linguistik Sintagmatik adalah kajian bahasa yang
mendasarkan pada struktur yang memiliki kesamaan. Contohnya ketika mengkaji kata belajar, maka dapat dikorelasikan dengan kata pembelajaran-mengajar-belajar-ajar. Sedangkan Linguistik Paradigmatik adalah kajian bahasa yang menghubungkan kesamaan atau kesatuan konsep (asosiasi). Contohnya ketika mengkaji kata belajar dapat dikorelasikan dengan kata belajarsekolah-buku-pendidikan.
Fonetik
Bunyi atau fona adalah satuan terkecil dalam
bahasa yang merupakan produk dari proses pergerakan artikulator atau alat ucap sesuai dengan tingkat artikulasi yang berfungsi saat memproduksi bunyi tersebut. Sub disiplin kajian linguistika yang membahas tentang bunyi dalam bahasa baik bunyi secara fungsional maupun non fungsional adalah fonologi. Menurut bidang kajian, fonologi terbagi menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik. Dimana, fonetik adalah bagian dari fonologi yang membahas tentang bagaimana suatu bunyi dapat dihasilkan atau dapat diartikan bahwa fonetik meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa . berdasarkan kajian bahasa sesuai dengan realitas fonetik terbagi menjadi tiga , yaitu (1) Fonetik Audiotoris, yaitu pengkajian bahasa dari sudut pendengar atau petutur (2) Fonetik Akustik, pengkajian bahasa yang menyelidiki ciri-ciri fisik dr bunyi bahasa (3) Fonetik Artikulatoris, pengkajian bahasa tentang bagaimana bunyi dapat diproduksi oleh alat ucap atau artikulator. Namun dalam perkembangannya di dunia linguistik Fonetik Artikulatoris lebih berkembang dibandingkan dengan dua jenis fonetik yang lain. Fonetik Artikulatoris membahas tentang proses pembentukan bunyi yang melibatkan alat ucap manusia. Sementara itu berdasarkan kelancaran atau hambatan udara yang masuk dalam paru-paru maka bunyi dapat dibedakan menjadi bunyi vokal (tanpa hambatan) dan bunyi konsonan (terdapat hambatan).
Fonemik
Fonemik adalah bagian dari kajian fonologi yang
membahas tentang bunyi sebagai pembeda makna. Kajian fonemik adalah fonem, yaitu satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan perbedaan makna. Jadi kajian fonemik bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan makna, karena jika terdapat perbedaan maka dapat disebut fonem namun apabila tidak ditemukan perbedaan makna maka bukan termasuk fonem. Untuk mengetahui perbedaan makna maka diperlukan identifikasi fonem. Sementara itu akan ditemukan pula alofon, yaitu bunyi varian dalam fonem tertentu yang terletak pada satu fonem. Di samping itu terdapat klasifikasi fonem berdasarkan tekanan, durasi, jeda dan nada, yaitu bunyi segmental dan bunyi suprasegmental. Dimana bunyi segmental tidak dipengaruhi faktor-faktor tersebut, sedangkan dalam bunyi suprasegmental hal tersebut mempengaruhi. Adapula khazanah fonem, yaitu jumlah fonem yang dimiliki setiap bahasa berbeda-beda. Selain itu fonem juga mengalami perubahan. Berdasarkan letak fonem dalam sebuah morfem dapat dibagi menjadi asimilasi dan disimilasi. Berdasarkan morfem yang merupakan serapan dari bahasa lain dapat dibagi menjadi Netralisasi dan akrifonem. Berdasarkan perubahan ketinggian bunyi vokal dapat dikenal Umlaut, ablaut, dan harmoni vokal. Berdasarkan akibat dari penyingkatan ujaran dapat diketahui kontraksi. Dan yang terakhir berdasarkan perubahan urutan fonem disebut metatesis
dan penyisipan epentesis.
huruf
pada
sebuah
morfem
disebut
Morfologi
Morfologi adalah subdisiplin kajian linguistika yang
membahas tentang bentuk bahasa (morf). Morf adalah bentuk bahasa yang berpotensial memiliki arti. Morf terbagi menjadi dua yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah satuan bahasa yang telah memiliki arti sedangkan morfem terikat adalah satuan bahasa yang berpotensi memiliki arti apabila digabungkan dengan morfem yang telah memiliki arti. Klasifikasi morfem berdasarkan kegunaan atau pelaku gramatika yaitu verba, adjectiva,adverb,nomina,pronomina,preposition, dan numerial. Sementara itu terdapat pula proses morfologis, yaitu perubahan bentuk morfem yang mengakibatkan perubahan atau perbedaan arti. Seperti proses afiksasi yang merupakan proses pengimbuhan morfem. Yang berdasarkan letak pengimbuhannya dalam sebuah morfem terbagi atas prefiks,surfiks,infiks,prefiks dan konfiks. Adapula reduplikasi yang merupakan pengulangan morfem baik seluruhnya atau sebagian dari morfem tersebut. Komposisi (pemajemukan) adalah salah satu proses morfologis karena adanya proses penyatuan morfem bebas hingga menjadi morfem terikat yang bergantung satu sama lain karena telah membentuk konsep atau makna baru. Proses klitiksasi adalah penambahan morfem lain dari sebuah morfem, contohnya
mofem klitika adalah lah,kah,pun. Selain itu adapula
proses perubahan morfem akan tetapi tidak dapat disebut proses morfologis karena tidak adanya perubahan makna. Seperti proses akronim atau penyingkatan kata, tidak dapat disebut proses morfologis karena hanya memperpendek morfem tanpa ada perubahan arti dari morfem tersebut. Disamping itu dari proses morfologis berakibat adanya proses morfofonologi, yaitu perubahan fonem yang terjadi sabagai akibat pertemuan (hubungan) morfem dengan morfem lain.
Sintaksis frasa
Sintaksis adalah suatu cabang ilmu dalam
linguistik yang didalamnya dikaji struktur-struktur kalimat, klausa ataupun frasa. Lalu apa itu frasa ? Frasa sendiri merupakan gabungan kata yang masuk sebagai satuan gramatikal yang bersifat nonprediktif dimana frasa ini tidak memiliki predikat didalamnya. Dan terkadang frase ini disamakan dengan kata majemuk oleh orang awam, tapi sebenarnya kedua hal itu berbeda. Dalam frasa ini terdapat beberapa klasifikasi frase. Berdasarkan distribusi atau kategori dibedakan menjadi enam yaitu : frase nominal, frase verbal, frase preposisi,frase adjektiva, frase numeria dan frase keteraangan. Berdasarkan Unsur pembangun frasa, terbagi menjadi dua yaitu, frase eksosentris dan frase endosentris. Berdasarkan hubungannya dengan frase lain, frase dibedakan
menjadi frase koordinatif dan frase apositif.selain itu
terdapat perluasan yang dimaksudkan demi tujuan tertentu dalam mendeskripsikan frase yang diperluas tersebut.
Sintaksis Klausa
Sintaksis sebagai salah sub disiplin kajian linguistika
memiliki objek kajian yang berupa frasa, klausa dan kalimat. Dimana klausa merupakan satuan gramarika yang tersusun dari subjek dan predikat sehingga bersifat predikatif. Jadi dalam klausa selalu terdapat unsur predikat. Klausa berbeda dengan kalimat, akan tetapi klausa berpotensi untuk menjadi kalimat. Klausa terbagi atas lima jenis, yaitu (1) berdasarkan struktur internnya terdapat klausa lengkap dan klausa tidak lengkap, (2) berdasarkan unsur negasi dalam predikatnya terdapat klausa positif dan klausa negatif, (3) berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi predikat terdapat klausa nomina,verba,adjektiva,preposisi dan numeralia, (4)
berdasarkan potensi untuk menjadi kalimat terdapat
klausa bebas dan klausa terikat, (5) berdasarkan kriteria dalam kalimat terdapat klausa atasan dan klausa bawahan. Sementara itu dalam sintaksis klausa juga terdapat analisis berdasarkan fungsi, kategori dan peran. Dimana analisis berdasarkan fungsi meliputi fungsi Subjek,Predikat,Objek Keterangan dalam sebuah klausa. Selain itu analisis berdasarkan kategori yang merupakan unsur utama frasa dalam klausa meliputi nomina,verba,adjektiva,preposisi dan numeralia . dan analisis berdasarkan peran atau fungsi semantisnya terdiri dari pelaku,pasien dan benefaktif. Sebuah kalimat ada kalanya tersusun lebih dari satu klausa. Sehingga disebut kalimat majemuk sub ordinatif atau bertingkat dimana terdapat klausa berposisi sebagai klausa utama dan klausa lengkap. Sementara itu dalam sintaksis terdapat Kala (Tenses) yang berakibat pada perubahan verba. Penggunaan kala berhubungan dengan penggunaan waktu, hal ini hanya terdapat pada bahasabahasa tertentu. Seperti bahasa Inggris yang memiliki kala dan biasanya disebut dengan tenses, namun dalam bahasa Indonesia tidak terdapat kala, hanya terdapat aspek yang berhubungan dengan kata kerja. Yaitu ketika kata kerja mendapatkan tambahan morfem seperti ter-, me-, dan di-. Hal tersebut berhubungan dengan makna yang ditimbulkan akibat penambahan morfem dalam kata kerja tersebut.
Semantik
Semantik adalah subdisiplin kajian linguistika yang
membahas konsep makna dan konsep arti dari bentuk ujaran dengan perkembangan dan perubahannya. Jadi perubahan bentuk kata seperti pergeseran, perluasan, pergantian atau pembentukan makna baru mempengaruhi konsep arti atau konsep makna dari kata tersebut. Sehingga dari perubahan
bentuk kata, makna terbagi atas makna leksikal dan makna
gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang merupakan makna dasar karena posisi kata sebagai unsur bebas tanpa dipengaruhi unsur atau bentuk lain. Oleh karena itu makna leksikal disebut makna yang sesuai dengan kamus. Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbentuk dari unsur atau bentuk lain atau dalam sebuah struktur. Jadi makna yang termasuk dalam makna gramatikal adalah makna kata yang terjadi perubahan untuk pemakaian kata tersebut dalam suatu kalimat atau konteks. Dan adapula polisemi yang merupakan kata yang menimbulkan makna yang berbeda sesuai dengan hubungan dalam kalimat. Sementara itu berdasarkan bentuk dan sifatnya, makna terbagi atas makna konotasi dan makna denotasi. Makna konotasi adalah makna yang digunakan yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain, yang diluar makna leksikalnya. Berbeda dengan makna denotasi yang merupakan makna yang digunakan sesuai dengan makna leksikalnya, atau dapat disebut juga makna sebenarnya atau makna lugas. Dan adapula klasifikasi berdasarkan makna yang dimiliki sebuah kata terbagi atas sinonim, homonim dan antonim. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki arti sama. Homonim adalah dua kata atau lebih yang secara bentuk sama akan tetapi arti atau maknanya berbeda. Dan antonim adalah dua kata atau lebih yang berlawanan arti.
Pragmatik
Pragmatik adalah sub disiplin kajian linguistika
yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dan bahasa dalam penggunaannya. Sehingga dalam melakukan kajian pragmatika memperhatikan koteks dan konteks kalimat. Dimana koteks adalah teks-teks lain yang dikaji baik yang mendahului ataupun yang mengikuti teks yang sedang dikaji. Sedangkan konteks adalah hal diluar teks yang ikut menentukan terjadinya teks, hal tersebut meliputi penutur, kepada siapa tuturan tersebut, topik, keadaan, tempat,waktu dan tujuan dari teks tersebut. Sehingga dalam pragmatik dikenal istilah Tidak ada bahasa yang muncul tanpa proses.maka bahasa sebagai proses adalah bahasa yang sedang menjalankan fungsinya (teks). Objek kajian pragmatik meliputi : (1) Pra anggapan adalah hal yang menjadikan penutur telah mengetahui sebagaimana kondisi petutur. (2) Implikatur adalah bagian dari penutur yang tidak ditentukan secara literal akan tetapi ikut mempengaruhi. (3) Deiksis adalah penuturan yang referensinya belum dapat dipastikan, karena kepastiannya dapat dipastikan apabila ditentukan koteks,konteks dan penggunaan bahasa. (4) Tindak tutur
adalah daya yang dimiliki setiap tuturan sesuai dengan
koteks dan konteksnya. Oleh karena itu dalam studi pragmatik menghasilkan prinsip-prinsip berbahasa dengan kaidah non linguistik. karena studi kajian pragmatik bersifat deskriptif , yaitu menggambarkan bahasa apa adanya. Naturalis yaitu, tidak ada rekayasa. Etnografis, yaitu menjelaskan sekecil apapun data yang berhubungan dengan tuturan. Dan Interpretatif, yaitu kepastian bergantung pada koteks,konteks dan penggunaan bahasa.