Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan faktor yang penting dalam suatu usaha peternakan.
Tanpa makanan yang baik dan dalam jumlah yang memadai maka meskipun ternak
tersebut merupakan bibit unggul akan kurang dapat memperlihatkan keunggulannya.
Proses pencernaan makanan pada ruminansia seperti sapi, kerbau dan kambing
merupakan proses yang komplek. Sebagian besar aksi konsumsi bahan pakan sebagai
suplai produksi komponen energi dan protein yang dapat dicerna dan diserap.
Rumen didiami oleh banyak tipe mikro organisme. Sebagian besar
pencernaan karbohidrat komplek, termasuk selulosa, karbohidrat dasar, memproduksi
volatile fatty acids (VFA) seperti asetat, propionat dan butirat. Propionat merupakan
dua substrat energi utama digunakan oleh ruminansia dan dirubah menjadi glokosa
pada hati. Jumlah relatif tiap-tiap volatile fatty acids yang diproduksi merupakan
bahan pakan tergantung dengan tipe pakan. Roughage mendorong produksi asetat dan
pakan dasar sereal mendorong produksi propionat. Jadi tipe pakan dapat merubah
ketersedian nutrisi untuk tujuan produksi.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan malnutrisi?
- Apakah yang menyebabkan malnutrisi?
- Bagaimanakah ciri-ciri hewan yang mengalami malnutrisi?
- Bagaimakah cara penanganan hewan yang mengalami malnutrisi?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian malnutrisi
- Untuk mengetahui penyebab malnutrisi
- Untuk mengetahui cirri-ciri hewan yang mengalami malnutrisi
- Untuk mengetahui cara penanganan hewan yang mengalami malnutrisi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian malnutrisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup,

malnutrisi

dapat

juga

disebut

keadaaan

yang

disebabkan

oleh

ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk


mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).
Malnutrisi merupakan kondisi dimana hewan mengalami kekurangan nutrisi yang
parah. Kondisi malnutris akan ditunjukkan oleh adanya kekurusan, alopecia, rambut
yang rontok dan kulit yang kering (Khan 2011).
2.2 Penyebab Malnutrisi
Malnutrisi dapat disebabkan oleh :
-

kurangnya asupan pakan,


buruknya absorpsi (malabsorbsi), malabsorbsi ialah gangguan pada proses

penyerapan dan transportasi nutrisi.


atau ketidak mampuan untuk mencerna makanan (maldigesti). Maldigesti
merupakan gangguan patologis pada proses pencernaan (enzimatik), Kondisi
maldigesti dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pankreas (exocrine
pancreatic insufiensy), sedangkan malabsorbsi dapat disebabkan oleh
kerusakan mukosa, penurunan luas permukaan usus, infeksi parasit dalam
usus (kecacingan) dan gangguan sirkulasi enterohepatik (Khan 2011).

2.3 Klasifikasi malnutrisi


Menurut klasifikasinya malnutrisi dibagi 3 yaitu : marasmus, kwashiorkor
dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus merupakan bentuk malnutrisi protein
kalori, terutama akibat kekurangan kalori berat dan kronis, paling sering terjadi
selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan serta atrofi
lemak subkutan dan otot. Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi protein-

energi yang disebabkan defisiesi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga
mengalami defisiensi. SedangkanMarasmic Kwashiorkor merupakan suatu
keadaan defisiensi kalori dan protein, disertai penyusutan jaringan yang hebat,
hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi.

2.4 Gejala klinis :


Gejala klinis pada hewan tergantung umur hewan, hewan bunting atau menyusui dan
lingkungan.
-

Pada hewan muda mengakibatkan pertumbuhan terbelakang,

keterlambatan masa dewasa kelamin


Pada hewan dewasa, penurunan produksi susu dan masa

menyusui dipersingkat
Defisiensi energy yang berkepanjangan, sapi bunting akan
mengakibatkan

kegagalan

untuk

menghasilkan

jumlah

colostrums yang memadai pada masa melahirkan. Pada


hewan dewasa juga ditandai hilangnya berat badan. Anestrus
yang berkepanjangan berlangsung hingga beberapa bulan,
-

yang memiliki efek yang ditandai pada kinerja reproduksi.


Betina primigravida sangat rentan terhadap malnutrisi protein

energi karena syarat pertumbuhan dan keseimbangan.


Kekurangan energi yang berkepanjangan selama akhir
kehamilan dapat mengakibatkan neonates lemah dengan

tingkat kematian yang tinggi.


Kekurangan energi selama periode yang berkepanjangan
pada musim dingin dengan kualitas serat yang sangat rendah
terutama pada sapi yang bunting dan domba betina dapat

menyebabkan implikasi abomasal.


Pada cuaca yang sangat dingin, hewan akan memobilisasi
energi yang tersimpan sebagai lemak atau otot sehingga hal

demikian dapat menurunkan berat badan yang sangat


-

signifikan.
Defisiensi kebutuhan energi yang berlebihan dapat terjadi

kematian
Defisiensi energi berupa lemak, pada sapi bunting dan domba
betina

menyebabkan

kelaparan

ketosis

toksemia, hyperlipemia terjadi pada lemak.


Anak sapi yang baru lahir berumur

dan
7

kehamilan
hati

dapat

mengakibatkan kerugian yang signifikan dari perirenal dan


-

sumsum tulang lemak dan tampak penipisan omentum


Malnutrisi janin kronis
Malnutrisi energi protein: kelemahan, hilangnya berat
badan, sikap mental normal, keinginan untuk makan, sapi
dengan

hypocalemia

bersamaan

akan

anorexia.

Kurang

kolostrum saat kelahiran, meminum kencing dari hewan itu


sendiri, sapi akan mati dalam waktu 7 10 hari. Pada sapi
perah, berat badan turun, tidak aktif, lesu, akan mati pada
waktu 2 4 minggu. Diare dapat terjadi secara bersamaan.
2.5 Prognosis
Prognosis tergantung pada penyabab dari malnutrisi itu sendiri. Malnutrisi
pada umumnya dapat diperbaiki atau ditangani. Bagaimanapun, jika malnutrisi
disebabkan oleh kondisi medis, penyakit tersebut harus diobati untuk
membalikkan malnutrisi (dikembalikan ke kondisi fisiologis). Tingkatan : fausta
2.6 Treatmen
Pada terapi kasus ini hewan sebaiknya diberikan diet pakan yang
mengandung karbohidrat, lemak dan protein tinggi dengan kadar serat yang
rendah. Penggunaan pakan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein
tinggi penting dilakukan mengingat kondisi kekurusan hewan yang sudah sangat
parah. Selain itu, peningkatan jumlah pakan yang diberikan juga penting. Asupan
nutrisi yang tercukupi akan mengembalikan kondisi hewan ke keadaan normal.
Bila penyebab malnutrisi ialah kondisi EPI (Exorine Pancreatic insufisiensi) maka

pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian ekstrak pankreas kering atau


dengan pemberian enzim amylase, protease dan lipase secara langsung (Aiello
& Moses 2011).
Pemberian vitamin juga penting pada pengobatan malnutrisi. Salah satu
vitamin yang penting ialah vitamin B-Kompleks. Penggunaan Vitamin B
Kompleks bertujuan meningkatkan sistem pertahanan tubuh, nafsu makan, dan
sistem metabolisme. Vitamin B-Kompleks mengandung 8 jenis vitamin B.
Vitamin B kompleks berfunsgi penting sebagai koenzim yang berperan dalam
berbagai metabolisme energi di dalam tubuh, kofaktor dalam berbagai reaksi
metabolisme asam amino dan berfungsi manjaga otak dan sistem saraf, serta
dalam pembentukan darah. Pada kasus ini kondisi malnutrisi menyebabkan kadar
vitamin dalam tubuh menurun sehingga diperlukan adanya vitamin tambahan dari
luar. Dengan adanya tambahan vitamin B kompleks diharapkan nantinya fungsi
metabolisme energi dapat kembali normal (Plumb 2005).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Yendraliza, Y. 2013. Pengaruh Nutrisi dalam Pengelolaan Reproduksi Ternak. Studi
Literatur. Kutubkhanah.16(1):20-26.

Aiello SE, Moses MA. 2011. Exocrine Pancreatic Insufficiency: The Merck
Veterinary

Manual.

Tersedia

pada www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?
cfile=htm/bc/23404.htm. Diakses 18 Oktober 2016.
Anonim.

2015.

https://mariahn95.wordpress.com/2015/08/18/malnutrisi-pada-

ruminansia/. Diakses 18 Oktober 2016.


Anonim. 2010. repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf. Diakses 18
Oktober 2016.
Anonim. http://meeevet.blogspot.co.id/2013/03/malnutrisi-pada-anjing.html. Diakses
18 Oktober 2016.
Anonim.

http://kurniakhairunisa030493.blogspot.co.id/2013/12/malnutrisi.html.
Diakses 18 Oktober 2016.

Kahn CM. 2011. The Merck Veterinary Manual, Ninth Edition. USA: Merck & Co.
Inc
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook 5th Edition.USA: Blackwell Publishing

Anda mungkin juga menyukai