zeaniusdiyn86@gmail.comDAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI..1
KATA PENGANTAR2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....3
B. Maksud dan Tujuan4
C. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah5
D. Metode.5
E. Teori..5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kesehatan.6
B. Landasan Hukum Kesehatan6
C. Tenaga Kesehatan, Etika profesi, Etika Tenaga kesehatan dan sumpah.7
D. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan..25
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.42
Daftar Pustaka.43
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan
sedikitpun.
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para mahasiswa yang membutuhkan
ilmu tambahan tentang Hukum Kesehatan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada orang tua yang telah
memberikan dukungan bagi kami. Serta tak lupa teman teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan para mahasiswa-mahasiswi serta para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran terima kasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Lombok Timur, 20 Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang,
yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan
berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Perubahan konsep pemikiran penyelenggaraan pembangunan
kesehatan tidak dapat dielakkan. Pada awalnya pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang
menyeluruh dengan penekanan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Paradigma ini dikenal dalam kalangan kesehatan sebagai paradigma sehat.
Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan apapun harus
berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan peningkatan kualitas
individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus menerus memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau serta mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.
Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang maka harus secara
terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-sungguh bagi penyelenggaraan pembangunan
nasional yang berwawasan kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan kesehatan, ditingkatkannya
profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah
barang tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan yang memadai. Perangkat hukum kesehatan
yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi
penyelenggara upaya kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Pertanyaan yang
muncul adalah siapa saja tenaga kesehatan itu dan keterkaitannya dengan sumpah atau kode etik
tenaga kesehatan dokter dan bidan, Dan apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan, apa yang
menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan,
dan hukum kesehatan di masa mendatang. Diharapkan jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
memberikan sumbangan pemikiran, baik secara teoritikal maupun praktikal terhadap keberadaan hukum
kesehatan. Untuk itu dilakukan kajian normatif, kajian yang mengacu pada hukum sebagai norma dengan
pembatasan pada masalah kesehatan secara umum melalui tradisi keilmuan hukum. Dalam hubungan ini
hukum kesehatan yang dikaji dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sesuai dengan tiga lapisan ilmu hukum yaitu
dogmatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Selanjutnya untuk memecahkan isu hukum,
pertanyaan hukum yang timbul maka digunakan pendekatan konseptual, statuta, historis, dogmatik, dan
komparatif. Namun adanya keterbatasan waktu maka kajian ini dibatasi hanya melihat peraturan
perundang-undangan bidang kesehatan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian hukum kesehatan, landasan hukum kesehatan, dan siapa saja tenaga
kesehatan dan etika profesi serta kode etik kesehatan,
2. Untuk mengetahui peraturan-peraturan pemerintah dan Undang-undang tentang tenaga kesehatan,
3. Memberikan informasi mengenai perkembangan up-to-date dalam regulasi hukum kesehatan,
khususnya regulasi pelayanan kesehatan.
4. Memberikan pemahaman secara sistematis mengenai hukum kesehatan dan implementasinya dalam
organisasi pelayanan kesehatan.
5. Hukum Kesehatan sebagai alat dalam upaya penegakan hukum: studi kasus
6. Memberikan pemahaman mengenai tindakan-tindakan dalam lingkup hukum kesehatan yang dapat
mengandung pelaksanaan hak untuk hidup, hak atas privasi, dan hak untuk memperoleh informasi.
Demikian juga Leenen secara khusus, menguraikan secara rinci tentang segala hak dasar manusia yang
merupakan dasar bagi hukum kesehatan.
C. Tenaga Kesehatan, Etika Profesi, Kode Etik Kesehatan dan sumpah
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2
dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi,
Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya
mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu
yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.
Jenis tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Perawat,
b. Perawat Gigi,
c. Bidan,
d. Fisioterapis,
e. Refraksionis Optisien,
f. Radiographer,
g. Apoteker,
h. Asisten Apoteker,
i. Analis Farmasi,
j. Dokter Umum,
k. Dokter Gigi,
l. Dokter Spesialis,
m. Dokter Gigi Spesialis,
n. Akupunkturis,
o. Terapis Wicara dan,
p. Okupasi Terapis.
1. ETIKA KESEHATAN
Etika Kesehatan Terdiri Dari :
a) Etika dan Etiket,
b) Etika, Moral dan Agama,
c) Jenis - Jenis Etika,
d) Nilai Etika.
2. HAM DALAM KESEHATAN
Ham Dalam Kesehatan Antara Lain :
a) Hak dan Kewajiban,
b) Hak Asasi Manusia Di Indonesia,
c) Hak dan Kewajiban dalam Profesi.
3. ALIRAN DAN PRINSIP - PRINSIP ETIKA KESEHATAN
Aliran Dan Prinsip-Prinsip Etika Yaitu :
a) Aliran - Aliran dalam Etika,
4. otonomi Pasien (autonomy Pasien); Cth: pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat
dilakukan atas persetujuan dirinya,
5. Berkata Benar (truth telling); Cth: tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien
namun tidak dpt diutarakan semua kecuali kepada keluarganya,
6. Berlaku adil (Justice); Cth: tenaga kesehatan tidak boleh diskriminatif dalam pelayanan kesehatan,
7. Menghormati Privasi (Privacy); Cth :Tenaga kesehatan tidak boleh menyinggung hal pribadi pasien dan
sebaliknya.
c. Etika kesehatan
Pengertian Etika Kesehatan
Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan
kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan juga mencakup
terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang kesehatan.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh: (etiKes) Mantri dpt memberi
suntikan tanpa ada dokter tapi (Hukum kes) tidak membenarkan ini.
2. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh: kerahasian
dokter(etika kedokteraan) jika terkait dengan msalah hukum maka dikesampingkan,
3. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan diri, tapi dalam
menulis artikel kesehatan tidak maslah (etika kesehatan).
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan hukum kesehatan
objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
2. Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
3. Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut hukum mengikat pelanggarnya
dapat dituntut.
d.Etika Menurut Islam
Ayat-ayat al-Quran menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik dan rasionalistik.
Etika Islam menurut Al-Quran:
1. keadilan,
2. kejujuran,
3. kebersihan,
4. menghormati orang tua,
5. bekerja keras,
6. cinta ilmu,
7. dan lain-lain
Kejujuran (surat an-Nisaa)
e. Etika Penelitian
Persetujuan etika penelitian (PP No 39 tahun 1995 ttg penelitian dan pengembangan kesehatan):
Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
1. Tidak mampu melakukan tindakan hukum
2. Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat menyatakan
persetujuan secara tertulis.
3. Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagaimana objek penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Hak dan kewajiban responden
Hak-hak Responden
Pasal 50 dan 51
1) Tenaga kesehatan menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan keahlian
dan kewenangannya
2) Mematuhi standar profesi medis dan menghormati hak pasien .
HAK PASIEN
UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedokteran
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1.Mendapat penjelasan secara lengkap ttg tindakan medis
2.Meminta pendapat dr/drg lain
3.Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan medis
4.Mendapat isi rekam medis
Kewajiban pasien
UU No.29 Th 2004 (PRADOKS)
Pasal 53
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
a. Kode Etik perawat
a. Kode Etik bidan
b.Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja
c. Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
1) menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2) melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3) tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
4) menghindarkan din dan perbuatan yang bersifat memuji din sendiri.
5) berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji
kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
6) memberi saran atau rekomendasi yang telah melalul suatu proses analisis secara komprehensif.
7) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan
manusia, serta kelestarian lingkungan.
8) bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan
berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya.
9) hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
10) memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan
secara menyeluruh, daN menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11) bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus
saling menghormati.
d. Kode Etik Ahli Gizi
1. meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan. kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat
2.menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta
tidak mementingkan diri sendiri
3.menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4.menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5.menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,
6. mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan,
7. melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban
senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
9. membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.
e.Penyuluh kesehatan masyarakat
Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang menyelenggarakan advokasi, bina
suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi, membuat rancangan media,
melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta
merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung
kesehatan.
Kode Etik Profesi PKM.
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman,
serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.
2. mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan penelitian
berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab.
4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia, jenis kelamin,
status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan
kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
Kode Etik Profesi PKM.
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap individu, dan
menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip informed consent sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara pertumbuhan dan
perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan pertimbangan mal
praktek yang dilakukan.
6. PROBLEMATIKA KODE ETIK KESMAS
a. Penegakan kode etik
b. Faktor penghambat kode etik
c. Peradilan dalam profesi
a. Penegakan kode etik
Bentuk Penegakan kode etik
1. Pelaksanaan kode etik
2. Pengawasan kode etik
3. Penjatuhan saksi kode etik
Menurut Noto Hamidjo 4 norma dalam penegakan kode etik:
1) kemanusiaan
2) Keadilan
3) Kepatutan
4) kejujuran
Sanksi kode etik
1) Teguran baik lisan maupun tulisan
2) Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi
3) Memberlakukan tindakan hukum dengan sanksi keras
b.Faktor penghambat kode etik
1. Pengaruh Sifat Kekeluargaan
2. Pengaruh jabatan
3. Pengaruh konsumerisme
4. Karena lemah iman
c. Peradilan dalam profesi
1. Peradilan profesi dipimpin komisi etik
2. Komisi etik terdiri 3 orang dan dipimpin oleh pimpinan profesi
3. Pelanggar etik didampingi penasehat etik.
4. Pelanggaran kode etik disampaikan oleh penuntut kode etik
5. Putusan pelanggaran kode etik ditetapkan oleh komisi etik.
Mekanisme persidangan
1. Pemanggilan pelanggar kode etik,
2. Pemeriksaan kode etik,
3. Persidangan kode etik
4. Penyampaian bentuk pelanggaran dan sanksi yang dikenakan,
5. Pembelaan oleh pelanggar kode etik,
6. Pembuktian,
7. Putusan.
RAHASIA PEKERJAAN DAN RAHASIA JABATAN.
lstilah yang terkenal di kalangan para tenaga kesehatan dan mahasiswa adalah :
rahasia jabatan . Padahat di dalam perundang undangan di bedakan antara rahasia pekerjaan dan
rahasia jabatan.
RAHASIA PEKERJAAN.
Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus di rahasiakan berhubung dengan
pekerjaan atau keahliannya. Kewajiban untuk menyimpan rahasia pekerjaan ini berlaku sejak yang
bersangkutan mengucapkan sumpah atau atau pada akhir pendidikannya. Contoh: Seorang dokter, pada
akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk menyimpan rahasia dengan lafal sebagai berikut :
Demi Allah .saya bersurrrpah. bahwa ,saya akan rmerahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.
Seorang perawat, pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk menyimpan rahasia, dengan
lafal sebagai berikut : Saya bersumpah berjanji bahwa saya sebagai perawat kesehutan tidak akan
nrenceritakan kepada siapapun segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya, kecuali.jika
diminta pengadilan rrntuk keperluan kesaksian.
Dengan mengucapkan sumpah atau janji seperti tersebut di atas, maka seorang dokter atau seorang
perawat diwajibkan untuk menyimpan rahasia sehubungan dengan pekerjaannya. Kewajiban ini disebut
sebagai kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan. Maksud daripada ketentuan ini adalah keharusan
bagi yang bersangkutan untuk tetap memegang teguh kewajiban itu, walaupun ia tidak menjadi /
berstatus pegawai negeri atau anggota ABRI.
RAHASIA JABATAN.
Rahasia jabatan ialah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan sehubungan dengan
jabatannya sebagai pegawai negeri sipil atau anggota ABRI, karena sebelum diangkat sebagai pegawai
tetap, yang bersangkutan harus mengucapkan sumpah jabatan.
CONTOH : Lafal sumpah pegawai negeri : Saya akan memegang rahasia sesuatu yang nrenurut
sifatnya atau menurut perintah, harus saya rahasiakan.
PERHATIAN : Kewajiban menyimpan rahasia pasien harus tetap dipegang, meskipun pasien tersebut
telah meninggal dunia.
D. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tenaga Kesehatan.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945,
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (lembaga Negara Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaga Negara Nomor 3495).
Pengertian tentang tenaga kesehatan, diatur dalam :
1. Pasal 1 butir 3 Undang undang Tentang Kesehatan, yang berbunyi : Tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan yang definisinya
sama dengan yang tersebut diatas.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
2. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan;
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat;
4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
PERSYARATAN
Pasal 3
Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan
dengan ijazah dari lembaga pendidikan.
Pasal 4
(1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang
bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
(2) Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) bagi tenaga kesehatan masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.
Pasal 5
(1) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan tenaga kefarmasian
lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang
bersangkutan melakukan adaptasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 6
(1) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.
(2) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional
tenaga kesehtan.
(3) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan factor:
a. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
b. Sarana kesehatan;
c. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
(4) Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Kedua
Pengadaan
Pasal 7
Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan.
Pasal 8
(1) Pendidkan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau masyarakat.
(2) Peyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
(1) Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan ataupenguasaan
pengetahuan di bidang teknis kesehatan.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga
kesehatan yang bersangkutan.
Pasal 10
(1) Setiap teaga kesehtan memiliki kesempayan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang
kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan
kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau bekerja pada sarana kesehatan yang
bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan dibidang
kesehatan.
Pasal 11
(1) Pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan dib alai pelatihan tenaga kesehatan atau tempat
pelatihan lainnya.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerinah dan/atau masyarakat.
Pasal 12
(1) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakab oleh masyarakat dilaksanakan atas dasar ijin
Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur oleh Menteri.
Pasal 13
(1) Pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya:
a. Calon peserta pelatihan;
b. Tenaga kepelatihan;
c. Kurikulum;
d. Sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan;
e. Sarana dan prasarana.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelatihan di bidang kesehatn sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur oleh menteri.
Pasal 14
(1) Menteri dapat menghentikan pelatihan apabila pelaksanaan peltihan di bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat ternyata:
a. Tidak sesuai dengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1);
b. Tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalm Pasal 13 ayat (1);
(2) Penghentian pelatihan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), dapat mengakibatkan
decabutnya ijin pelatihan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian pelatihan dan pencabutan ijin pelatihan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oeh menteri.
Bagian Ketiga
Penempatan
(1) Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, pemerintah dapat
mewajibkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan pada sarana kesehatan tertentu untuk jangka waktu
tertentu.
(2) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 91) dilakukan dengan cara masa
bakti.
(3) Pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab menteri.
Pasal 17
Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. Kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang berssangkutan ditempatkan;
b. Lamanya penempatan;
c. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
d. Prioritas sarana kesehatan.
Pasal 18
(1) Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada:
pengabdian, kesetiaan, berjasa pada Negara atau menninggal dunia dalam melaksakan tugas diberikan
penghargaan.
(2) Penghargaan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh Pemerintah dan/atau
masyarakat.
(3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain.
IKATAN PROFESI
Pasal 26
(1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
(2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menteri melakukan pengawasan terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya.
Pasal 33
(1) Dalam rangka pengawasan. Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesahatan
yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan.
(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Teguran;
b. Pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.
(3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) silaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 34
Barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan tanpa ijin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Undang-undangan
Nomor 23 tahun 1992 tantang kesehatan.
Pasal 35
Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, barang
siapa dengan sengaja:
a. Melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1);
b. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1);
c. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
d. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1); dipidana denda
paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan tenaga kesehatan yang telah ada masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
JENIS TENAGA KESEHATAN.
Pasal 2 pp Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan :
(I) Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis ;
b. Tenaga Keperawatan ;
c. Tenaga Kefarmasian ;
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ;
e. Tenaga Gizi ;
f. Tenaga Keterapian Fisik ;
g. Tenaga Keteknisan Medik.
(2)Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi
kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
(6)Tenaga gizi rneliputi nutrisionis dan dietisien.
(7) Tenaga keterapian fisik meiiputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara.
(8) Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis
kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.
SANKSI PIDANA.
Pasal 322 Kitab Undang undang Hukum Pidana ( KUHP ) menyebutkan bahwa :
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau pekerjaannya,
baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia di wajibkan untuk menyimpannya, dihukum dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) ( 2 ) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, nraka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.
SANKSI HUKUM
Setiap tenaga kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia tentang penyakit pasien
beserta data data medisnya dapat dijatuhi sanksi pidana, sanksi perdata maupun sanksi administratif,
apabila dengan sengaja membocorkan rahasia tersebut tanpa alasan yang sah, sehingga pasien
menderita kerugian akibat tindakan tersebut. Akibat yang mungkin timbul karena pembocoran rahasia ini,
misalnya :
Tidak jadi menerima santunan asuransi karena pihak asuransi membatalkan keputusannya setelah
mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh calon kliennya.
Tidak jadi menikah, karena salah satu pihak mendapat informasi mengenai penyakit yang diidap oleh
calon pasangannya.
Terjadinya perceraian . karena salah satu pihak mengetahui penyakit yang diidap oieh pasangannya.
Seorang pemimpin kalah dalam percaturan politik karena lawan politiknya mendapat inforrnasi
mengenai penyakit yang diidapnya.
Merugikan negara, apabila informasi yang dibocorkan itu merupakan rahasia negara.
SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan tentang rekam medis diatur
dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam Medis yang berbunyi :
Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan sanksi administratif
mulai dari teguran sampai pencabutan ijin.
CATATAN PENULIS :
Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya maupun rahasia jabatan ( dan
atau rahasia jabatan ).
Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya dan atau rahasia jabatan, baik
yang sekarang maupun yang telah lalu, karena dia pindah pekerjaan atau telah pensiun.
Ayat ( 2 ) menunjukkan bahwa delik ini adalah delik aduan, dimana perkara itu tidak dapat diusust tanpa
pengaduan dari orang yang dirugikan. Pengaduan itu dapat dicabut kembali, selama belum diajukan ke
sidang pengadilan. Namun demikian, pada pasal 4 Penjelasan PP Nomor 10 Tahun 1996 disebutkan
bahwa :
Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran rahasia kedokteran,
meskipun tidak ada suatu pengaduan. Sebagai contoh : Seorang pejabat kedokteran berulangkali
mengobrolkan di depan orang banyak tentang keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan
demikian la telah merendahkan martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada
pejabat pejabat kedokteran.
Pasal 112 KUHP.
Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan atau mengabarkan atau menyampaikan surat, kabar dan
keterangan tentang suatu hal kepada negara asing, sedang diketahuinya bahwa surat, kabar atau
keterangan iiu harus dirahasiakan demi kepentingan negara, maka ia dihukum dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun .
SANKSI PERDATA
Apabila pembocoran rahasia tentang penyakit pasien termasuk data-data medisnya, mengakibatkan
kerugian terhadap pasien, keluarganya inaupun orang lain yang berkaitan dengan hal tersebut, maka
orang yang membocorkan rahasia itu dapat digugat secara perdata untuk mengganti kerugian. Hal ini
diatur dalam Undang-Undang Tentang Kesehatan maupun dalam Kitab Undang Undang Hukum Sipil
atau Perdata ( KUHS ). Pasal 55 Undang Undang Tentang kesehatan menyebutkan bahwa :
1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
2) Ganti rugi sebagainrarra dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 1365 KUHS. Setiap perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya nrengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut
.
Pasal 1366 KUHS. Setiap orang bertanggung javvah tidak saja atas kerugian karena perbuatannya,
tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatin ya .
Pasal 1367 KUHS. Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di.sebabkan karena perbuatan orang-orang yang
menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang dibawah kekuasaannya .
Karena keterbatasan ketentuan makalah yang kami susun, maka kami penyusun hanya menjelaskan dan
memaparkan keputusan dan ketentuan undang-undang tersebut dengan secara ringkas saja.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa hukum kesehatan memegang peran
penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan,
diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Dan tentunya
hukum kesehatan tersebut tidak terlepas dari landasan-landasan hukum, profesi, etika dan sumpah
beserta peraturan undang-undang yang berlaku.
Demikianlah hasil dari makalah yang kami buat selama lebih kurang 1 (satu) minggu dalam rangka
memperdalam wawasan kami tentang Hukum Kesehatan. Semoga dengan terbentuknya makalah ini,
kami dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua orang yang membacanya dan terutama
bagi mahasiswa dan mahasiswi fakultas hukum Universitas Gunung Rinjani. Kami juga berharap bahwa
terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan informasi yang terkait dengan hukum
kesehatan menjadi tertolong dan tidak kesulitan mencari informasi yang dibutuhkan. Makalah ini kami
persembahkan bagi perkembangan struktur pendidikan, semoga apa yang tertulis dalam makalah ini
selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama.
Terima kasih atas segala pihak dan dosen pembimbing beserta teman-teman yang telah memberikan
informasi dan sangat membantu terbentuknya makalah ini serta semoga bantuan tersebut menjadi tidak
sia-sia nantinya.
Penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar refrensi :
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran, Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Mana
Dokter Sebagai Salah Satu Pihak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 22.
Roscam Abing, 1998, Health, Human Rights and Health Law The Move Towards Internationalization
With Special Emphasis on Europe dalam journal International Digest of Health Legislations, Vol 49 No. 1,
1998, Geneve, hal 103 dan 107.
HJJ. Leenen, 1981, Recht en Plicht in de Gezondheidszorg, Samson Uitgeverij, Alphen aan den
Rijn/Brussel.
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10)
http://www.ilmukesehatan.com/,
PP RI No.32 Tahun 1996 tentang : Tenaga kesehatan,
rahman7syamsuddin@blogpot.com
Diposkan oleh Zain Diyn di 11.38