Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1 No.

2014

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


OPTIMASI MIX DESIGN BETON KONSTRUKSI
MENGGUNAKAN
METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCES)
Muhammad Farid Fahmi1), Budi Setiyono2), Wahyudi Setiawan3)
Magister Telematika, Jurusan Teknik Elektro, FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2)
Jurusan Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
3)
Program Studi D3 Teknik Multimedia Dan Jaringan, Fakultas Teknik, Universitas
Trunojoyo
Jl Raya Telang, PO. BOX 2, Kamal, Bangkalan
Email : muhammad.farid29@gmail.com : muhammad.farid14@mhs.ee.its.ac.id1)

1)

Abstrak

Dalam penelitian ini penulis akan membuat sebuah aplikasi yang disebut dengan Sistem
Pendukung Keputusan Optimasi Mix Design Beton Konstruksi, Sistem ini dapat membantu Kontraktor
dalam mengoptimalkan proses Mix Design (Perencanaan Campuran) Beton Konstruksi berdasarkan
kendala dari keterbatasan bahan-bahan penyusun beton yang ada di lapangan. Optimasi yang akan dicapai
dalam Mix Design Beton yaitu optimasi dari aspek ekonomi, Kemudahan pengerjaan, Mutu (keawetan) ,
kekuatan struktur . Metode yang akan digunakan dalam proses Mix Design (Perencanaan Campuran)
yaitu Metode British DOE dengan didasarkan pada Standar Perancangan Beton Indonesia SK-SNI T15- 1990-03, sedangkan Metode yang cocok untuk pengambilan keputusan dalam pengoptimalan
campuran yaitu dengan metode AHP (analytical hierarchy process), karena metode tersebut dapat
memecahkan masalah yang multiobjective dan multi kriteria. Kriteria yang digunakan dalam
pengoptimalan campuran pada dasarnya merupakan persyaratan-persyaratan utama dalam campuran
beton yang baik yaitu kemudahan pekerjaan, kekuatan struktur, mutu serta ekonomis. Prosentase yang
diperoleh dari setiap kriteria tersebut digunakan sebagai salah satu pendukung keputusan dalam
menentukan campuran yang optimal.
Kata kunci: Mix Design, Sistem Pendukung Keputusan, AHP.

1. PENDAHULUAN

Proses penyelesaian setiap permasalahan dengan cepat, tepat, dinamis dan efisien
sangatlah dibutuhkan oleh suatu kontraktor dalam mengerjakan suatu proyek pembangunan
sehingga optimalisasi suatu proyek dapat tercapai. Beton sebagai struktur dalam konstruksi
teknik sipil sangat penting dalam banyak hal. Struktur beton digunakan dalam bangunan antara
lain untuk pondasi, kolom , balok, pelat atau dalam teknik sipil hidro beton digunakan untuk
bendungan atau saluran drainase perkotaan. Artinya , semua struktur dalam teknik sipil akan
menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Struktur beton maupun proses
pengerjaan beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas dari bahan-bahan pencampur
beton.Agar dapat merancang beton yang baik seorang perencana beton harus mampu merancang
campuran beton yang optimal dari beberapa aspek sesuai dengan kebutuhan dan keterbatasan
komposisi bahan-bahan pencampur beton maupun kendala teknis pengerjaan yang ada di
lapangan .
Metode yang cocok dalam mendukung keputusan untuk pengoptimalan campuran
beton ini yaitu dengan metode AHP (analytical hierarchy process), karena metode tersebut
dapat memecahkan masalah yang multi objective dan multi criterias. Kriteria yang digunakan
dalam pengoptimalan campuran pada dasarnya merupakan persyaratan utama dalam campuran
beton yang baik yaitu kemudahan pekerjaan, kekuatan struktur, mutu (keawetan) serta
ekonomis. Prosentase yang diperoleh dari setiap kriteria tersebut digunakan sebagai salah satu
pendukung keputusan dalam menentukan campuran yang optimal.
63 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1, No.2

2014

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah perangkat lunak untuk mendukung
keputusan dalam merencanakan Campuran Beton Konstruksi yang optimal dari aspek
ekonomi, waktu pengerjaan, keawetan, aspek kekuatan struktur sesuai deangan kabutuhan serta
komposisi dari bahan-bahan penyusun beton yang ada di lapangan.
Oleh karena itulah, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan perancangan campuran
beton yang optimal dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria optimasi yang dibutuhkan dan
tetap sesuai standar mutu beton dengan kendala yang dihadapi di lapangan. Salah satunya
dengan media komputer untuk membuat suatu program aplikasi yang ditujukan untuk
melakukan mendukung proses optimasi Mix Design (Perancangan Campuran) Beton konstruksi.
Kemudian bagaimana membuat suatu perangkat lunak untuk mendukung keputusan dalam Mix
Design (perencanaan Campuran) Beton yang optimal baik dari aspek ekonomi, kemudahan
pengerjaan, Mutu (Keawetan), aspek kekuatan sesuai kebutuhan dengan keterbatasan bahanbahan penyusun beton yang ada di lapangan.
2. DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Sistem Pendukung Keputusan


Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah Sistem yang dirancang untuk menunjang
pengambilan keputusan yang menyangkut area permasalahan tertentu. SPK merupakan sistem
pengambilan keputusan yang menyangkut masalah atau pekerjaan yang sifatnya semi terstruktur
. SPK merupakan salah satu produk software yang dikembangkan secara khusus untuk
membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan SPK adalah sebagai
second opinion atau information sources sebagai bahan pertimbangan seorang pimpinan
sebelum memutuskan kebijakan tertentu. Karakteristik utama sistem pendukung keputusan
adalah Sistem yang berbasis computer, Untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks,
Melalui cara simulasi yang interaktif serta komponen utamanya data dan model analisis [4].
2.2

Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan penulis untuk mendukungpenelitian
ini adalah Buku-buku, jurnal dan tesis yang penulis sebutkan berikut ini.Penelitian tentang
membangun sebuah sistem pendukung keputusan untukmenilai prestasi kerja karyawan dengan
menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses penentuan prestasi pegawai
dalam penelitian inimenggunakan banyak kriteria (multi criteria). Hasil sistem pendukung
kepuutusanini diharapkan pejabat terkait (misal kepala bagian personalia) tidak akankesulitan
dalam memilih siapa pegawai yang paling berprestasi[8].
Penelitian tentang penilaian prestasi kinerja dokter dengan Analytical Hierarchy Process
menunjukkanbahwa
subjektifitas
kriteria
sangat
diperhatikan
dibandingkan
denganmenggunakan Analytical Hierarchy Process konvensional [9]. Tesis tentang sistem
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan alternatifpemilihan tempat tinggal, dimana
hierarkinya didasarkan atas kriteria yang terdiridari kesuburan tanah, rekreasi dan pengendalian
banjir [7].
2.3

Konsep Mix Design


Konsep Mix Design (Perancangan Campuran) Beton dikenal dengan perancangan
adukan cara Inggris (The British Mix Design Method) yang tercantum dalam Design of Normal
Concrete Mixes yang telah menggantikan cara Road Note No.4 sejak tahun 1975 dalam
dunia konstruksi. Perencanaan sebuah beton dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi
syarat teknis serta ekonomis[3].
Dalam menentukan proporsi campuran dapat mengunakan beberapa metode yang
dikenal, antara lain Metode American Concrete institute, Road No.4, Portland Cament
Associaton, British Standar atau Departement Of Environment (DOE) dan cara coba-coba. Di
Indonesia dikenal dengan cara DOE , Perencanaan dengan metode DOE ini dipakai oleh
64 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1 No. 2

2014

Departemen Pekerjaan Umum sebagai standar Mix Design di Indonesia dan dimuat dalam buku
Standar SK SNI T-15-1990-03[3].
2.4

Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process)


AHP merupakan suatu sistem pendukung keputusan yang mendekomposisikan suatu
problem multi faktor yang kompleks kedalam suatu hirarki, di mana setiap levelnya dibentuk
dari elemen-elemen yang spesifik. Hirarki sendiri didefinisikan sebagai suatu sistem dengan
level-level yang bertingkat, dengan tiap leveelnya terdiri atas elemen-elemen atau faktor-faktor.
AHP lebih dimaksudkan untuk menghasilkan nilai-nilai fungsional dari fungsi utilitas
dibandingkan untuk menghasilkan fungsi itu sendiri. Pengambil keputusan dilibatkan untuk
memberikan pertimbangan dalam penentuan kepentingan relatif dari faktor-faktor tersebut.
Tujuan umum dari keputusan yang akan diambil terletak pada puncak hirarki, sedangkan
kriteria, serta alternatif keputusan secara berurutan masing-masing berada pada level yang lebih
rendah. AHP dapat menangani kombinasi informasi subjektif dan objektif dalam suatu
framework yang sama, di mana hal ini akan sangat menguntungkan bagi proses pengambilan
keputusan[4].
2.5

Prosedur AHP
Prosedur AHP dapat dikelompokkan ke dalam lima langkah utama, yaitu:
1. Pembentukan Hirarki
Hirarki merupakan suatu pohon struktur yang dipergunakan untuk merepresentasikan
penyebaran pengaruh mulai dari tujuan turun hingga sampai pada struktur yang terletak pada
level yang paling dasar.

2. Perbandingan Berpasangan

Gb.2.1 Struktur Hierarki

Langkah dalam AHP melibatkan estimasi prioritas bobot suatu himpunan kriteria atau alternatif
dari suatu matriks bujursangkar yang digunakan dalam perbandingan berpasangan A = [aij],
yang mana nilai bobot ini haruslah positif dan jika kebijakan mengenai perbandingan
berpasangan sudah benar-benar konsisten maka dibuat suatu perbandingan terbalik dari nilai
tersebut, contoh : aij = 1/aij untuk semua i, j = 1, 2, 3,,n.
Selanjutnya, bobot akhir dari faktor ke-i yang telah dinormalkan, yaitu wi, adalah
sebagai berikut :
n
(1)
wij aij / aij
i 1, 2,...,n

i1

Skala perbandingan berpasangan untuk kepentingan relatif yaitu menilai secara perbandingan
tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain. adalah sebagai berikut:

65 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1, No.2

2014

Tabel 2.1. Skala Perbandingan

Intensitas
Kepentinga
n
1 (equal)

Sama penting

3 (weak)

Sedikit lebih penting

5 (strong)

Lebih penting

7 (very
strong)
9 (absolute)

Sangat lebih penting

Definisi

Mutlak lebih penting

2, 4, 6, 8 *
Nilai Tengah
Source: Saaty, Thomas L. (1990)

Keterangan
Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama
pada pencapaian tujuan
Pengalaman dan kebijakan memandang satu
aktivitas sedikit lebih penting dibanding satu
aktivitas yang lain.
Pengalaman dan kebijakan memandang satu
aktivitas lebih penting dibanding satu aktivitas
yang lain.
Satu aktivitas sangat lebih penting dibanding satu
aktivitas yang lain.
Bukti, pengalaman dan kebijakan memandang satu
aktivitas mutlak lebih penting dibanding satu
aktivitas yang lain.
Ketika diperlukan kompromi

Dengan mempertimbangkan elemen-elemen C1, C2. C3, , Cn dari beberapa level


hirarki, diharapkan dapat ditemukan nilai bobot pengaruh dari elemen-elemen tersebut, yaitu w1,
w2, , wn, pada yang terdapat pada level yang sama dengan mengacu pada level berikutnya.
Sarana dasar dari AHP adalah sebuah matriks angka yang merepresentasikan kebijakan
mengenai perbandingan berpasangan. Suatu eigenfactor dengan eigenvalue terbesar dipilih
untuk melengkapi prioritas.
Di sini wi menunjukkan bobot dari elemen Cn sedangkan aij = wi / wj adalah angka yang
menunjukkan kekuatan dari Ci ketika diperbandingkan dengan Cj. Matriks dari angka-angka aij
ini ditunjukkan oleh A, yaitu sebagai berikut :

w1 / w2
1

w /w
1
A aij 2 1
:
:

wn / w1 wn / w2

di mana Ai baris ke-i dari vector A.

.. w1 / wn A1

.. w2 / wn :

Ai
..
:

..
1 An

(2)

3. Pemeriksaan konsistensi

Memeriksa apakah perbandingan berpasangan yang dilakukan berdasarkan kebijakan pengambil


keputusan masih berada dalam batas yang ditentukan atau tidak. Pengukuran konsistensi secara
alamiah atau deviasi dari konsistensi disebut dengan indeks konsistensi (CI = Consistency
Index) yang didefinisikan sebagai berikut:

CI

maxn
n1

(3)

Indeks konsistensi dari suatu matriks perbandingan terbalik skala 1 sampai 9 yang di-generate
secara random, dengan hasil perbandingan terbaliknya, untuk tiap ukuran matriks disebut
dengan Indeks Random (RI = Random Index) yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :

66 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1 No. 2

2014

Tabel 2.2 Random Index (RI)


Matrix Order
RI

0.0

0.0

0.5

0.9

1.1

1.2

1.3

1.4

1.4

Source: Saaty, Thomas L. (1990)

10
1.49

Sehingga rasio konsistensi (CR = Consistency Ratio) didefinisikan sebagai rasio antara CI dan
RI untuk ordo matriks yang sama.
CR = CI / RI
Nilai dari CR < 0.01 biasanya digunakan sebagai suatu batas penerimaan. Nilai yang lebih
tinggi dari batas tersebut berarti menunjukkan adanya kebutuhan pemeriksaan konsistensi
pengambil keputusan yang biasanya dilakukan dengan cara meninjau kembali atau merevisi
kebijakan yang telah diambil. Langkah lain dalam AHP adalah pembuatan kebijakan melalui
hirarki untuk memasukkan seluruh prioritas alternatif dengan mengacu pada tujuan yang ingin
dicapai. Bobot-bobot dibuat dengan cara menjumlahkan prioritas dari tiap elemen-elemen
menurut criteria yang ditetapkan per bobot criteria tersebut.

4. Evaluasi Bobot Keseluruhan


Suatu kebijakan disintesa (digabungkan) melalui suatu model yang menggunakan pembobotan
dan menambah proses untuk menurunkan bobot keseluruhan alternatif-alternatif. Bobot tersebut
dinormalkan untuk tiap matriks perbandingan berpasangan. Alternatif terbaik adalah alternatif
yang memiliki prioritas tertinggi.
5. Pengambilan Keputusan kelompok atau penetapan kebijakan.
Untuk menurunkan hasil kebijakan kelompok, tiap anggota kelompok membuat kebijakankebijakan sendiri pada copy model yang mereka miliki dan kemudian mengkombinasikan
hasilnya.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Data
Data Primer merupakan data utama yang digunakan dalam pembuatan sistem
pendukung keputusan optimasi Mix Desain. Data tersebut meliputi: data survei, data kriteria dan
data sub kriteria. Sedangkan data Sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari
beberapa sumber baik dari buku, jurnal yang berfungnsi untuk melengkapi data dalam
penyusunan laporan penelitian. Data tersebut meliputi deskripsi sistem pendukung keputusan,
analytical hierarchy process, prinsip kerja metode ahp, langkah/prosedur metode ahp, kelebihan
dan kelemahan metode ahp.
2.2 Metode Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka, merupakan metode pengumpulan data melalui buku, majalah, paket modul, ebook, jurnal dan literatur lain yang masih berkaitan dengan pembahasan dan menunjang.

1. Penentuan Kebutuhan Sistem, melakukan survei dan wawancara terhadap narasumber untuk
mendefinisikan kebutuhan sistem.
2. Pembuatan Perangkat Lunak, pembuatan program pendukung keputusan untuk Optimasi
Mix Design Beton Konstruksi .
3. Evaluasi Perangkat Lunak, prototype yang telah jadi di uji coba dan dibandingkan dengan
perhitungan manual agar dapat memastikan keberhasilan dari prototype, jika ternyata ada hal
yang tidak sesuai dengan tujuan maka perlu dilakukan modifikasi pada prototype.

67 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1, No.2

2014

4. Pengujian dan Pembahasan


Berikut adalah salah satu contoh Kasus yang akan diselesikan, misalkan seorang
kontraktor merencanakan campuran beton untuk pembetonan masal mutu K175 pada. dimana
beton tersebut akan berada pada lingkungan normal. Misalkan Optimasi yang diharapkan yaitu
dari aspek Biaya tetapi tetap memperhatikan tingkat kemudahan pengerjaan. Berikut ini adalah
langkah-langkah untuk mencari keputusan campuran yang optimal.
1. Proses input data bahan form rencana campuran baru
Proses dilakukan untuk menginputkan data bahan yang ada.sehingga dari data bahan yang ada
diperoleh campuran yang optimal.

Gambar 4.1 Input Data bahan pada rencana

Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan alternatif rencana campuran pada Form Alternatif campuran dan
mencari campuran yang optimal dari alternatif yang ada, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Alternatif Rencana


68 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1 No. 2

2014

2. Proses Pencarian Campuran Optimal dengan AHP


Proses ini terdapat terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan sesuai dengan langkahlangkah AHP yaitu :
A. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Kekuatan
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria
kekuatan.

Gambar 4.3 Nilai alternatif campuran berdasarkan kriteria

Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masins alternatif campuran berdasarkan kriteria
kekuatan, setelah itu klik next untuk melanjutkan.
B. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Mutu Pengerjaan
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria Mutu
Pengerjaan.

Gambar 4.4 Nilai alternatif campuran berdasarkan kriteria


69 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1, No.2

2014

Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masins alternatif campuran berdasarkan kriteria
Mutu Pengerjaan, setelah itu klik next untuk melanjutkan.
C. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Biaya
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria Biaya.

Gambar 4.5 Nilai alternatif campuran berdasarkan

Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masing alternatif campuran berdasarkan kriteria
biaya, setelah itu klik next untuk melanjutkan.
D. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Kemudahan Pengerjaan.
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria
Kemudahan.

Gambar 4.6 Nilai alternatif campuran berdasarkan kriteria


70 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1 No. 2

2014

Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masing alternatif campuran berdasarkan kriteria
kemudahan, setelah itu klik proses dan sistem akan menganalisa prioritas akhir dari bobot
kriteria serta nilai dari masing-masing alternatif berdasarkan kriteria , kemudian sistem akan
menghasilkan keputusan campuran optimal berdasarkan tingkat kepentingan dari kriteria yang
diinginkan user. seperti yang terlihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hasil Analisa dan


Berdasarkan penghitungan AHP untuk campuran yang optimal dari aspek ekonomi,
bobot tertinggi yaitu di KPI C yaitu kriteria ekonomi/biaya. Apabila kita mempunyai beberapa
kemungkinan campuran beton dari bahan yang ada , maka Berdasarkan perhitungan akhir bobot
dikalikan dengan nilai masing kriteria dalam satu alternatif , maka diperoleh hasil bahwa
alternatif campuran yang biayanya paling kecil atau nilai biayanya paling besar (Sangat
Murah) di antara yang lain akan mempunyai kemungkinan kriteria bobot tertinggi dan
kemungkinan nilai optimal dari aspek biaya.Meskipun campuran 4 lebih optimal dari segi
kemudahan pengerjaan tetapi berdasarkan tingkat kepentingan yang lebih tinggi untuk biaya,
maka berdasarkan perhitungan maka Sistem pendukung keputusan akan menyarankan user
untuk memilih alternatif campuran 1 untuk campuran paling optimal.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dengan dibangunnya perangkat lunak Pendukung
Keputusan optimasi Mix design beton konstruksi adalah :
1. Sistem mampu melakukan penghitungan bobot kriteria serta penilaian tingkat kepentingan
campuran terhadap kriteria berdasarkan permasalahan yang dihadapi user.
2. Sistem dapat mendukung keputusan dalam merencanakan campuran beton konstruksi yang
optimal dari aspek biaya , kemudahan pengerjaan, mutu pengerjaan ,aspek kekuatan
strukturserta optimal dari semua aspek sesuai deangan kebutuhan serta komposisi dari
bahan-bahan penyusun beton yang ada di lapangan.
3. Software ini belum dapat dikatakan sempurna secara penuh dikarenakan hierarki yang telah
dibuat masih membutuhkan kriteria-kriteria lain sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
user yang dapat membuat hierarki ini bisa menjadi lebih baik dan lebih lengkap, sehingga
hasil yang didapatkan nantinya diharapkan memang bisa menjadi suatu keputusan yang
terbaik.
71 | N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. 1, No.2

6. DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]

2014

H. Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Andi Yogyakarta, 1994.


Fathansyah, Basis Data, Informatika Bandung, 2003.
Mulyono, Teknologi Beton, Andi Yogyakarta, 2004.
Kadarsah, Suryadi, Ramadhan Ali,"Sistem Pendukung Keputusan Suatu Wacana
Struktural Idealisasi dan Konsep Pemgambilan Keputusan", Remaja Rosdakarya
Bandung, 2002.
J. Ramalho, SQL Server 7.0, Elekmedia Komputindo Jakarta, 2002
W. Dewobroto, , Aplikasi Sains dan Teknik dengan Visual Basic 6.0, Elekmedia
Komputindo Jakarta, 2003.
Carolin, N,Analisis Pengambilan Keputusan Menggunakan Pendekatan Analytic
Hierarchy Process (AHP), Tesis, S2 Ilkom FMIPA UGM Yogyakarta, 2004.
Kusrini, dan Gole, A.W, Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prestasi Pegawai
Nakertrans Sumba Barat Di Waikabubak, SNATI 2007, STMIK AMIKOM
Yogyakarta, 2007.
Tomianto., Sistem Pendukung Keputusan dengan MetodeAnalitycal Hierarchy
Process(AHP) untuk penentuan prestasi kerja Dokter di RSUD Sukoharjo, Jurnal
Infokes, Vol.2 No.1, Agustus, 2012.
Saaty, T.L., The Analytic Hierarchy Process, McGraw-Hill, New York , 1990.

72 | N E R O

Anda mungkin juga menyukai