2014
1)
Abstrak
Dalam penelitian ini penulis akan membuat sebuah aplikasi yang disebut dengan Sistem
Pendukung Keputusan Optimasi Mix Design Beton Konstruksi, Sistem ini dapat membantu Kontraktor
dalam mengoptimalkan proses Mix Design (Perencanaan Campuran) Beton Konstruksi berdasarkan
kendala dari keterbatasan bahan-bahan penyusun beton yang ada di lapangan. Optimasi yang akan dicapai
dalam Mix Design Beton yaitu optimasi dari aspek ekonomi, Kemudahan pengerjaan, Mutu (keawetan) ,
kekuatan struktur . Metode yang akan digunakan dalam proses Mix Design (Perencanaan Campuran)
yaitu Metode British DOE dengan didasarkan pada Standar Perancangan Beton Indonesia SK-SNI T15- 1990-03, sedangkan Metode yang cocok untuk pengambilan keputusan dalam pengoptimalan
campuran yaitu dengan metode AHP (analytical hierarchy process), karena metode tersebut dapat
memecahkan masalah yang multiobjective dan multi kriteria. Kriteria yang digunakan dalam
pengoptimalan campuran pada dasarnya merupakan persyaratan-persyaratan utama dalam campuran
beton yang baik yaitu kemudahan pekerjaan, kekuatan struktur, mutu serta ekonomis. Prosentase yang
diperoleh dari setiap kriteria tersebut digunakan sebagai salah satu pendukung keputusan dalam
menentukan campuran yang optimal.
Kata kunci: Mix Design, Sistem Pendukung Keputusan, AHP.
1. PENDAHULUAN
Proses penyelesaian setiap permasalahan dengan cepat, tepat, dinamis dan efisien
sangatlah dibutuhkan oleh suatu kontraktor dalam mengerjakan suatu proyek pembangunan
sehingga optimalisasi suatu proyek dapat tercapai. Beton sebagai struktur dalam konstruksi
teknik sipil sangat penting dalam banyak hal. Struktur beton digunakan dalam bangunan antara
lain untuk pondasi, kolom , balok, pelat atau dalam teknik sipil hidro beton digunakan untuk
bendungan atau saluran drainase perkotaan. Artinya , semua struktur dalam teknik sipil akan
menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Struktur beton maupun proses
pengerjaan beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas dari bahan-bahan pencampur
beton.Agar dapat merancang beton yang baik seorang perencana beton harus mampu merancang
campuran beton yang optimal dari beberapa aspek sesuai dengan kebutuhan dan keterbatasan
komposisi bahan-bahan pencampur beton maupun kendala teknis pengerjaan yang ada di
lapangan .
Metode yang cocok dalam mendukung keputusan untuk pengoptimalan campuran
beton ini yaitu dengan metode AHP (analytical hierarchy process), karena metode tersebut
dapat memecahkan masalah yang multi objective dan multi criterias. Kriteria yang digunakan
dalam pengoptimalan campuran pada dasarnya merupakan persyaratan utama dalam campuran
beton yang baik yaitu kemudahan pekerjaan, kekuatan struktur, mutu (keawetan) serta
ekonomis. Prosentase yang diperoleh dari setiap kriteria tersebut digunakan sebagai salah satu
pendukung keputusan dalam menentukan campuran yang optimal.
63 | N E R O
2014
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah perangkat lunak untuk mendukung
keputusan dalam merencanakan Campuran Beton Konstruksi yang optimal dari aspek
ekonomi, waktu pengerjaan, keawetan, aspek kekuatan struktur sesuai deangan kabutuhan serta
komposisi dari bahan-bahan penyusun beton yang ada di lapangan.
Oleh karena itulah, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan perancangan campuran
beton yang optimal dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria optimasi yang dibutuhkan dan
tetap sesuai standar mutu beton dengan kendala yang dihadapi di lapangan. Salah satunya
dengan media komputer untuk membuat suatu program aplikasi yang ditujukan untuk
melakukan mendukung proses optimasi Mix Design (Perancangan Campuran) Beton konstruksi.
Kemudian bagaimana membuat suatu perangkat lunak untuk mendukung keputusan dalam Mix
Design (perencanaan Campuran) Beton yang optimal baik dari aspek ekonomi, kemudahan
pengerjaan, Mutu (Keawetan), aspek kekuatan sesuai kebutuhan dengan keterbatasan bahanbahan penyusun beton yang ada di lapangan.
2. DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan penulis untuk mendukungpenelitian
ini adalah Buku-buku, jurnal dan tesis yang penulis sebutkan berikut ini.Penelitian tentang
membangun sebuah sistem pendukung keputusan untukmenilai prestasi kerja karyawan dengan
menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses penentuan prestasi pegawai
dalam penelitian inimenggunakan banyak kriteria (multi criteria). Hasil sistem pendukung
kepuutusanini diharapkan pejabat terkait (misal kepala bagian personalia) tidak akankesulitan
dalam memilih siapa pegawai yang paling berprestasi[8].
Penelitian tentang penilaian prestasi kinerja dokter dengan Analytical Hierarchy Process
menunjukkanbahwa
subjektifitas
kriteria
sangat
diperhatikan
dibandingkan
denganmenggunakan Analytical Hierarchy Process konvensional [9]. Tesis tentang sistem
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan alternatifpemilihan tempat tinggal, dimana
hierarkinya didasarkan atas kriteria yang terdiridari kesuburan tanah, rekreasi dan pengendalian
banjir [7].
2.3
2014
Departemen Pekerjaan Umum sebagai standar Mix Design di Indonesia dan dimuat dalam buku
Standar SK SNI T-15-1990-03[3].
2.4
Prosedur AHP
Prosedur AHP dapat dikelompokkan ke dalam lima langkah utama, yaitu:
1. Pembentukan Hirarki
Hirarki merupakan suatu pohon struktur yang dipergunakan untuk merepresentasikan
penyebaran pengaruh mulai dari tujuan turun hingga sampai pada struktur yang terletak pada
level yang paling dasar.
2. Perbandingan Berpasangan
Langkah dalam AHP melibatkan estimasi prioritas bobot suatu himpunan kriteria atau alternatif
dari suatu matriks bujursangkar yang digunakan dalam perbandingan berpasangan A = [aij],
yang mana nilai bobot ini haruslah positif dan jika kebijakan mengenai perbandingan
berpasangan sudah benar-benar konsisten maka dibuat suatu perbandingan terbalik dari nilai
tersebut, contoh : aij = 1/aij untuk semua i, j = 1, 2, 3,,n.
Selanjutnya, bobot akhir dari faktor ke-i yang telah dinormalkan, yaitu wi, adalah
sebagai berikut :
n
(1)
wij aij / aij
i 1, 2,...,n
i1
Skala perbandingan berpasangan untuk kepentingan relatif yaitu menilai secara perbandingan
tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain. adalah sebagai berikut:
65 | N E R O
2014
Intensitas
Kepentinga
n
1 (equal)
Sama penting
3 (weak)
5 (strong)
Lebih penting
7 (very
strong)
9 (absolute)
Definisi
2, 4, 6, 8 *
Nilai Tengah
Source: Saaty, Thomas L. (1990)
Keterangan
Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama
pada pencapaian tujuan
Pengalaman dan kebijakan memandang satu
aktivitas sedikit lebih penting dibanding satu
aktivitas yang lain.
Pengalaman dan kebijakan memandang satu
aktivitas lebih penting dibanding satu aktivitas
yang lain.
Satu aktivitas sangat lebih penting dibanding satu
aktivitas yang lain.
Bukti, pengalaman dan kebijakan memandang satu
aktivitas mutlak lebih penting dibanding satu
aktivitas yang lain.
Ketika diperlukan kompromi
w1 / w2
1
w /w
1
A aij 2 1
:
:
wn / w1 wn / w2
.. w1 / wn A1
.. w2 / wn :
Ai
..
:
..
1 An
(2)
3. Pemeriksaan konsistensi
CI
maxn
n1
(3)
Indeks konsistensi dari suatu matriks perbandingan terbalik skala 1 sampai 9 yang di-generate
secara random, dengan hasil perbandingan terbaliknya, untuk tiap ukuran matriks disebut
dengan Indeks Random (RI = Random Index) yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :
66 | N E R O
2014
0.0
0.0
0.5
0.9
1.1
1.2
1.3
1.4
1.4
10
1.49
Sehingga rasio konsistensi (CR = Consistency Ratio) didefinisikan sebagai rasio antara CI dan
RI untuk ordo matriks yang sama.
CR = CI / RI
Nilai dari CR < 0.01 biasanya digunakan sebagai suatu batas penerimaan. Nilai yang lebih
tinggi dari batas tersebut berarti menunjukkan adanya kebutuhan pemeriksaan konsistensi
pengambil keputusan yang biasanya dilakukan dengan cara meninjau kembali atau merevisi
kebijakan yang telah diambil. Langkah lain dalam AHP adalah pembuatan kebijakan melalui
hirarki untuk memasukkan seluruh prioritas alternatif dengan mengacu pada tujuan yang ingin
dicapai. Bobot-bobot dibuat dengan cara menjumlahkan prioritas dari tiap elemen-elemen
menurut criteria yang ditetapkan per bobot criteria tersebut.
1. Penentuan Kebutuhan Sistem, melakukan survei dan wawancara terhadap narasumber untuk
mendefinisikan kebutuhan sistem.
2. Pembuatan Perangkat Lunak, pembuatan program pendukung keputusan untuk Optimasi
Mix Design Beton Konstruksi .
3. Evaluasi Perangkat Lunak, prototype yang telah jadi di uji coba dan dibandingkan dengan
perhitungan manual agar dapat memastikan keberhasilan dari prototype, jika ternyata ada hal
yang tidak sesuai dengan tujuan maka perlu dilakukan modifikasi pada prototype.
67 | N E R O
2014
Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan alternatif rencana campuran pada Form Alternatif campuran dan
mencari campuran yang optimal dari alternatif yang ada, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2
2014
Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masins alternatif campuran berdasarkan kriteria
kekuatan, setelah itu klik next untuk melanjutkan.
B. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Mutu Pengerjaan
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria Mutu
Pengerjaan.
2014
Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masins alternatif campuran berdasarkan kriteria
Mutu Pengerjaan, setelah itu klik next untuk melanjutkan.
C. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Biaya
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria Biaya.
Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masing alternatif campuran berdasarkan kriteria
biaya, setelah itu klik next untuk melanjutkan.
D. Proses Pencarian Nilai Campuran berdasarkan Kriteria Kemudahan Pengerjaan.
Proses ini mencari Nilai dari masing-masing Alternatif Campuran berdasarkan kriteria
Kemudahan.
2014
Hasil Pengujian :
Proses akan menghasilkan nilai dari masing-masing alternatif campuran berdasarkan kriteria
kemudahan, setelah itu klik proses dan sistem akan menganalisa prioritas akhir dari bobot
kriteria serta nilai dari masing-masing alternatif berdasarkan kriteria , kemudian sistem akan
menghasilkan keputusan campuran optimal berdasarkan tingkat kepentingan dari kriteria yang
diinginkan user. seperti yang terlihat pada Gambar 4.7.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
2014
72 | N E R O