Anda di halaman 1dari 4

TAHAP IV

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN PEMBAHASAN


A. Diagnosis Holistik
I. Aspek I: Personal
a. Persepsi Keluarga Pasien tentang Penyakitnya
Keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien mengetahui dengan jelas
penyakit yang diderita pasien, cara penularan, risiko tertular, cara minum obat yang
diberikan oleh puskesmas, serta keharusan untuk periksa ke puskesmas untuk
mendapat suntikan streptomisin.
b. Harapan Keluarga Pasien
Keluarga berharap pasien bisa menjalani kehidupannya seperti saat sebelum sakit
termasuk dapat kembali bekerja sehingga tidak tergantung kepada keluarga adiknya.
c. Kekhawatiran Pasien
Pasien khawatir jika pasien tidak bisa beraktivitas, dan bergantung kepada keluarga
adiknya untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Pasien merasa tidak berdaya karena
isterinya tidak mau merawatnya selama sakit sehingga pasien merasa merepotkan
keluarga adiknya karena segala sesuatu ditanggung oleh keluarga adiknya tersebut.
II. Aspek II : Klinis
Pasien merupakan penderita TB kasus relaps dengan anemia, gangguan pendengaran,
dan gizi kurang.
III. Aspek III : Faktor Internal
a. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan keluarga pasien sudah cukup baik. Keluarga dapat merawat
pasien dengan baik, mengetahui mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga
menurunkan risiko tertular dan mampu menjadi PMO yang baik selama pengobatan.
Keluarga pasien juga tidak merasa terbebani dengan kondisi pasien selama merawat
pasien.
b. Persepsi tentang kesehatan
Keluarga pasien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting. Bila ada anggota
keluarga yang sakit langsung dibawa berobat ke klinik, dokter atau Puskesmas.
Keluarga pasien sudah memiliki jaminan kesehatan berupa KIS, sedangkan pasien
memiliki fasilitas BPJS kelas I yang rutin dibayar preminya selama pasien masih
bekerja.. Sebelum pasien didiagosis TB relaps, pasien mengaku tidak memiliki

riwayat sakit tertentu. Sakit yang dialami pasien adalah saat menderita TB
sebelumnya. Pasien menjalani pengobatan secara tertib selama 6 bulan dan
dinyatakan sembuh.
IV. Aspek IV : Faktor Eksternal
a. Sosial ekonomi
Pasien tinggal bersama adiknya Pasien tergolong kepada ekonomi menengah ke
bawah. Interaksi sosial pasien dengan masyarakat cukup baik, dan pasien cukup aktif
dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat.
b. Lingkungan
Lingkungan di dalam rumah pasien kurang memadai. Lingkungan sekitar pasien
secara umum masih kurang bersih dan tidak tertata dengan baik.
Lingkungan indoor dan outdoor rumah yang ditempati pasien meski kurang jika
dianggap baik, bersih dan kondusif, namun mampu memberikan kenyamanan bagi
penghuninya. Cahaya matahari tidak bisa semua masuk melalui ventilasi-ventilasi
yang ada di rumah
Aspek V : Derajat Fungsional
Kategori derajat fungsional :
1. : Sehat tidak butuh bantuan
2. : Sakit ringan (aktifitas berat dikurangi)
3. : Sakit sedang
4. : Sakit berat (aktivitas ringan saja yang bisa)
5. : Butuh orang lain 100%
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien Tn.S pasien
memiliki derajat fungsional 4 sakit berat, sehingga harus mengurangi beberapa aktivitas
sehari-hari dan fungsi kehidupan sangat memerlukan bantuan dari orang lain, terutama
adik pasien terkait kebutuhan sehari-hari.
B. Pembahasan
Tuberkulosis

paru

adalah

penyakit

paru

yang

disebabkan

oleh

bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan paru-paru manusia. Bakteri M.


tuberculosis ini tidak hanya menyerang paru, tetapi bisa juga mengenai organ lain seperti
otak, ginjal, maupun tulang. Namun, kejadian paling banyak adalah menyerang paru.
Penyakit ini tergolong penyakit menular dan memiliki proses penyembuhan yang sangat
lama.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita TB paru yaitu gizi
kurang, lingkungan rumah kurang yang memadai, gaya hidup yang tidak sehat, dan lain-lain.
Beberapa faktor risiko tersebut terdapat pada Tn. S. Lingkungan rumah yang kurang

memadai di mana lantai masih berupa tanah, pencahayaan yang kurang, serta beberapa
kamar yang terbiarkan tidak terurus dapat membuat bakteri M. tuberculosis ini bertahan
lama di udara, bahkan bisa mencapai satu bulan sehingga penyakit TB Paru yang diderita
oleh Tn.S kembali terulang (relaps). Keadaan sosioekonomi dan pengetahuan yang kurang
menyebabkan pasien dan keluarga kurang memerhatikan hal-hal tersebut.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. S secara umum sudah baik. Namun
didapatkan permasalahan pada aspek social ekonomi. Jika yang dimaksud keluarga adalah
orang yang tinggal serumah maka fungsi fisiologis keluarganya baik, namun keluarga inti
pasien sudah tercerai berai. Pasien ditinggalkan isteri dan anaknya saat pasien sangat
membutuhkan bantuan karena penyakitnya, hal ini memaksa pasien untuk menumpang
tinggal di rumah adik kandungnya yang berekonomi menengah kebawah. Hal ini adalah
permasalahan yang kompleks dan mengganggu psikis pasien. Motivasi untuk kembali sehat
juga berkurang karena pasien merasa ditinggalkan orang-orang terdekatnya.
Kembali kepada fungsi holistic dan fisiologis keluarga, meski tidak tinggal bersama
keluarga intinya, pasien mendapatkan perlakuan dan perhatian yang cukup dari keluarga
adiknya. Segala keperluan terkait pengobatan, akomodasi, serta keperluan sehari-hari dapat
dicukupi adiknya. Hal ini sangat membantu pasien dalam usahanya untuk kembali sehat.
C. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah:
Promotif dan preventif
Edukasi kepada keluarga pasien untuk:
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pencegahan, faktor risiko
penyakit, komplikasi, dan penatalaksanaan TB.
2. Pemeriksaan dahak satu keluarga serumah apabila batuk berdahak atau pemeriksaan
mantoux test pada anak yang tinggal serumah sebagai langkah awal skrining risiko
penularan(contact tracing)
3. Menutup mulut ketika batuk atau menggunakan masker.
4. Tidak meludah di sembarang tempat. Ludah bisa dibuang pada pot khusus

kemudian

dibakar atau pada ember yang sudah diberi disinfektan di dalamnya dan rutin diganti
setiap hari.
5. Meninggalkan kebiasan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan memasak
menggunakan kayu.
6. Makan makanan bergizi dan olah raga teratur.
7. Membiarkan matahari masuk dengan membuka jendela dan pintu secara teratur terutama
pagi hari.

8. Tetap menjaga kebersihan rumah jika belum mampu memperbaiki keadaan rumah agar
memadai.
9. Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter
Kuratif
1. Non Medikamentosa
a. Makan-makanan yang bergizi, diet tinggi kalori tinggi protein
b. Olahraga teratur
c. Motivasi terkait kondisi psikologis pasien bahwa pasien bisa sembuh juka patuh dalam
menjalani pengobatan.
d. Motivasi terkait kondisi psikologis pasien akibat ditinggalkan oleh keluarga intinya saat
sedang sakit.
e. Motivasi terkait hilangnya kemampuan pasien untuk menjalani kehidupan mandiri selama
pengobatan.
f. Motivasi terkait kondisi ekonomi pasien.
2. Medikamentosa
FDC 3x1 (Rifampisin 450mg, Isoniasid 225mg, Pirazinamid 1200mg, Etambutol 825mg)
Injeksi streptomisin 750mg I.M.

Anda mungkin juga menyukai