LANDASAN TEORI
1.1 Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara
diaphragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
1.2 Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi
pada trauma tumpul abdomen daripada trauma tusuk. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat
tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi
sering menimbulkan kerusakan organ multiple. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen
paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et
al, 2012). Sedangkan pada retropertoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan
organ yang paling jarang cedera adalah pancreas dan ureter (Demetriades, 2000). Pada trauma
tajam abdomen paling sering mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diagfragma (20%), dan
usus besar (15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
1.3 Klasifikasi
Menurut Smith et. al (2011) trauma abdomen diklasifikasikan menjadi dua menjadi
trauma tumpul dan trauma tajam.
1.3.1
Trauma tumpul
Trauma tumpul paling banyak disebabkan oleh kecelakaan ataupun motor vehicle
collisions (MCVs). Daripada itu, kecelakaan antara kendaraan dengan kendaraan dan
kendaraan dengan pejalan kaki telah menyebabkan 50-70 % daripada trauma ini.
Penyebab trauma tumpul yang lain adalah kecelakaan di tempat industri ataupun
kecelakaan rekreasi. Antara penyebab trauma tumpul yang jarang berlaku adalah
iatrogenic trauma apabila melakukan cardiopulmonary resusitasi dan melakukan
Heimlich maneuver (Legome, 2014).
Mekanisme
1
berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau organ yang padat. Bila mengenai
organ yang berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi
pada peritoneum (Sjamsuhiidajat, 2010).
Gejala klinis
Trauma tajam akan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ,
respon stress simpati, perdarahan, dan nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekauan
(rigidity) dinding perut (Smith et al, 2010).
1.4 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan,
suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen. Gejala dan
tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara sistematik
meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
1. Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
2. Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-organ
apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank (Grey Turner
Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi
hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.
3. Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan
adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal.
4. Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang tertinggal
maka kemungkinan adanya peritonitis.
Pada palpasi, perlu diperhatikan :
1. Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dinding perut
abdomen akibat peritonitis.
2. Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan organ-organ
yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.
a. Foto Rontgen
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi abdomen. Paling
tidak diambil 2 radiografi, meliputi radiografi abdomen posisi supine dan foto dada posisi
erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat
terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit
sebelum foto diambil.
Pada foto polos abdomen atau foto dada posisi tegak, terdapat gambaran udara
(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (semilunar shadow) diantara diafragma
kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien.Juga bisa tampak area lusen bentuk oval
(perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen
antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral
dekubitus kanan, tampak triangular sign seperti segitiga (triangular) yang kecil-kecil dan
berjumlah banyak karena pada posisi miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga
udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi
abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi falciform
ligament sign dan Rigler`s sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri dimana udara bebas dapat
terlihat antara batas lateral kanan dari hati dan permukaan peritoneum dan dapat
digunakan untuk setiap pasien yang sangat sakit.
Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi pneumoperitoneum kecil
5
dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang berkaitan dengan lebih dari 1000 ml
udara bebas. Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:
1. Football sign, yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di dalam kantung
dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh kavum abdomen,
mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti bola sepak.
2. Gas-relief sign, Rigler sign, dan double wall sign yang memvisualisasikan dinding
terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal
intralumen.
3. Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada foto
polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak
intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi
urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen
yang berjalam dari kubah vesika urinaria ke arah kepala.Dasar urachus tampak sedikit
lebih tebal daripada apeks.
4. Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior
dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah pelvis sebagai akibat
pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.
5. Telltale triangle sign menggambarkan daerah segitiga udara diantara 2 lingkaran usus
dengan dinding abdomen.
6. Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus
vaginalis yang paten).
7. Udara di dalam sakus lesser dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior
abdomen.
8. Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat
terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih disebabkan
karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat.Foto polos abdomen
menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen.
Udara sesedikit 1 ml dapat dideteksi dengan foto polos, baik foto torak posisi berdiri atau
foto abdomen posisi left lateral decubitus.
Tidak jarang, pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami perforasi tidak
menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen.Diagnosis banding biasanya meliputi
kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus. Sebagai tambahan pemeriksaan, sekitar
50 ml kontras terlarut air diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi
Trauma hepar :
1. Grade I :
Hematoma : subkapsular tebal < 1 cm, avulsi kapsuler, terbatas pada periporta
Laserasi : parenkim ketebalan < 1 cm
2. Grade II :
Hematoma : subkapsuler / sentral, tebal 1-3 cm
7
Indikasi
DPL
Menentukan
USG
adanya Menentukan
CT-Scan
adanya Menentukan
organ-
tekanan
darah tekanan
bila
menurun
menurun
tekanan darah normal
Diagnosis cepat dan Diagnosis cepat dan Paling spesifik untuk
sensitive
(akurasi tidak
98%)
Kerugian
darah dilakukan
Invasive,
invasive
dapat
tidak
mengetahui
diulangi 98%)
(akurasi 86-97%)
bisa Tergantung operator, Biaya mahal, waktu
cedera dapat terdistorsi oleh lama,
tidak
bisa
cedera
1.6 Penatalaksanaan
1.6.1 Tatalaksana inisiasi
Fokus penatalaksanaan sebelum di rumah sakit pada penilaian dan penangangan masalah
yang mengancam nyawa, termasuk inisiasi resusitasi dan transport ke rumah sakit terdekat.
Penggunaan intubasi endotrakeal untuk membebaskan jalan nafas pada pasien yang tidak mampu
mempertahankan jalan nafas atau yang berpotensial terjadinya gangguan pada jalan nafas.
Perdarahan eksternal jarang dihubungkan dengan trauma tumpul abdomen. Jika ada, kontrol
perdarahan dengan tekanan langsung. Perhatikan tanda-tanda kurangnya perfusi sistemik. Inisiasi
resusitasi cairan dengan cairan kristaloid.
Diagnosis tension pneumothoraks diobati dengan kompresi jarum diikuti dengan
penempatan pipa torakostomi. Faktor mekanis lain yang berhubungan dengan ventilasi termasuk
hemotorak, dan kontusio pulmonal
11
kemudian
stabilisasi
pasien
dengan
cairan
merupakan
hal
penting
(Udeani&Steinberg,2011).
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Data Pasien
Nama
: Tn. A
12
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Agama
Tanggal MRS
: 18 th
: Laki-laki
: Kertosari, 11/02 Pakusari
: Belom menikah
: Swasta
: SMP
: Madura
: Islam
: 24/11/2012
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : nyeri perut kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien pengendara sepeda motor terjatuh di tikungan. Helm (+), pingsan (-),
darah dari telinga (-), darah dari hidung (-), mual muntah (+). Pasien terjatuh
dan perut terbentur setir motor.
Riwayat Penyakit Dahulu :
o Riwayat penyakit jantung (-)
o Riwayat penyakit ginjal (-)
o Riwayat penyakit Diabetes (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
o Riwayat penyakit jantung (-)
o Riwayat penyakit Diabetes (-)
o Riwayat alergi obat-obatan (-)
cahaya +/+
: hematom -, krepitasi : normocolli
13
Palpasi
Thorax
o Pulmo :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris (+/+), retraksi (-/-), ketinggalan
gerak (-/-)
Palpasi : Vokal fremitus sinistra dan dextra sama
Perkusi : sonor (+) pada pulmo dextra dan sinistra
Auskultasi : suara dasar : vesikuler pada kedua lapang paru ronkhi halus
(-/-), wheezhing (-/-)
o Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Perkusi : Kanan atas : ICS II Sinistra
Kiri atas : ICS II Dextra
Kana bawah : ICS IV Dextra
Kiri bawah : ICS V medial Sinistra
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : flat, benjolan region iliaka sinistra 11x8 cm, jejas (+), sikatrik (-)
Auskultasi : Bising Usus (+), normal
Palpasi
: defens muscular, nyeri tekan R. iliaka sinistra (+), hepar dan lien
tidak teraba, teraba panas di R. iliaka Sinistra.
Perkusi : timpani, pekak hepar (+)
Ekstremitas
Oedem (-/-), ekstremitas hangat (+/+), nadi kuat.
Gerakan
B/B
B/B
Kekuatan otot
5/5
5/5
2.4 Pemeriksaan penunjang
Darah Lengkap
Hemoglobin
Hematocrit
Leukosit
Trombosit
PPT
Kontrol
Hasil
14 g/dl
45,1%
14.700 sel/cmm
360.000 sel/cmm
11,2
11,2
APTT
25,1
14
Kontrol
28,9
SGOT
SGPT
Albumin
Natrium
Kalium
Chlorida
Calsium
Magnesium
Fosfor
20
18
4,6
133,5
3,07
101,8
2,15
0,77
1,17
detik
10-35 U/L
9-43 U/L
3,4-4,8 fr/dL
135-155 mmol/L
3,5-5,0 mmol/L
90-110 mmol/L
2,15-2,57 mmol/L
0,73-1,06 mmol/L
0,85-1,60 mmol/L
15
BAB III
PEMBAHASAN
16