Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH RANCANGAN PERCOBAAN

Oleh :
1. Lutfi Alfianto

12/336381/PN/13041

2. Fransisca S. R. S.

13/350161/PN/13362

3. Mulia Hady Kesuma

14/364406/PN/13608

4. Hani Mufidah

14/365148/PN/13703

5. Faatihah A.

14/365755/PN/13745

6. Malahah Fiqly Labibah

15/378279/PN/14085

Golongan

: C 1.1

Kelompok

:1

Asisten

: 1. Perwita Agung Nugroho


2. Muhammad Nur Eko Aji P.
3. Fridia Nur Sofiarani
4. Rizka Fauziana Syarifah

LABORATORIUM BIOMETRIKA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna karena akarnya memiliki bintil pengikat
nitrogen bebas. Kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya
digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji.
Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin
(asam fitat) dan lesitin. Permintaan kedelai menunjukkan kenaikan yang cukup besar seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Namun, di sisi lain
kemampuan memproduksi kedelai di dalam negeri belum mampu mencukupi kenaikan
permintaan tersebut (Manurung, 2003).
Usaha peningkatan produksi kedelai sering mengalami berbagai kendala, kendala biotik
utama yang membatasi produktifitas kedelai di daerah tropik yaitu banyaknya jenis hama
potensial yang dapat menyerang dan menurunkan produksi kedelai. Serangan hama merupakan
salah satu faktor yang sering menjadi faktor pembatas, seperti halnya serangan hama Plutella
xylostella yang merupakan saalah satu hama utama pada tanaman kedelei. Serangan hama ini
bahkan dapat menimbulkan kerusakan sampai 100 persen terutama pada musim kemarau
(Sudarwohadi, 1973 dalam Bukhari, 2010)
Pengendalian menggunakan insektisida sintetik dapat membunuh musuh alami hama dan
organisme bukan sasaran lainnya, serta timbulnya hama sekunder, resistensi, resurjensi, masalah
residu dan pencemaran lingkungan, untuk itu diperlukan alterntif lain. Penggunaan insektisida
nabati merupakan salah satu solusi untuk mengendalikan hama dengan meminimalisir kerusakan
lingkungan. insektisida nabati yang berasal dari bahan tanaman berupa biji, daun, akar maupun
bagian tanaman lainnya. Salah satu bahan yang dapat dijadikan pestisida alami adalah daun
mimba. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai
tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik.
Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera,
Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera (Jacobson, 1981 dalam Bukhari, 2010)
Penyemprotan ekstrak daun mimba secara periodik dan tepat konsentrasi diharapkan dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman kedelai terhadap larva Plutella xylostella.

B. Tujuan
Mengetahui efektivitas daun mimba dalam pengendalian larva Plutella xylostella pada
tanaman kedelai.

II.PEMBAHASAN
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efektivitas daun mimba dalam pengendalian
larva Plutella xylostella pada tanaman kedelai. Percobaan dilakukan di dalam laboratorium dan
menggunakan 120 larva P. xylostella. Setiap 6 larva P. xylostella dikembangbiakkan pada 1
tanaman kedelai dan diulang sebanyak 5 kali. Dosis daun mimba yang digunakan adalah 0%,
5%, 10% dan 15% serta diaplikan pada tanaman kedelai dengan cara disemprot. Proses
pemeliharaan tanaman kedelai dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Dinas
Pertanian kecuali tahapan pemeliharaan OPT. Pengamatan dilakukan pada 1 tanaman kedelai
meliputi intensitas serangan larva, bobot segar kedelai dan kemunculan imago. Hipotesis dari
penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan efektivitas daun mimba dari keempat dosis
perlakuan Hipotesis bentuk formal dari percobaan adalah sebagai berikut.
H0: A = B = C = D
H1: tidak semua i adalah sama
Jumlah perlakuan dari percobaan ini adalah 4 macam perlakuan yaitu (A) 0%; (B) 5%;
(C) 10%; dan (D) 15% dengan ulangan sebanyak 5 kali pada setiap perlakuan. Unit percobaan
dari percobaan ini adalah satu tanaman kedelai dengan jumlah 20 unit percobaan. Unit percobaan
adalah satuan percobaan yang dikenai/diberikan satu perlakuan/prosedur tertentu dan darinya
pengamatan respon dilakukan/diukur. Unit sampel adalah tanaman kedelai dengan jumlah 20 unit
sampel. Unit sampel merupakan obyek dimana pengamatan yang merupakan contoh acak
(random sample) dari suatu unit percobaan.
Rancangan percobaan yang sesuai pada percobaain ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) karena lingkungan yang digunakan seragam atau terkontrol. Rancangan Acak Lengkap
adalah desain dimana perlakuan dikenakan sepenuhnya secara acak kepada unit-unit eksperimen
atau sebaliknya. Dengan demikian tidak terdapat batasan terhadap pengacakan seperti misalnya
dengan adanya pemblokan dan pengalokasian perlakuan terhadap unit-unit eksperimen (Sudjana,
1989). Semua tanaman kedelai dipelihara pada lingkungan yang sama sesuai prosedur Dinas
Pertanian kecuali penanganan OPT. Karena lingkungan atau media percobaan dibuat atau dalam
keadaan homogen, maka setiap unit percobaan, memenuhi syarat atau mempunyai hak atau
peluang yang sama untuk menerima perlakuan yang dicobakan, untuk memperoleh hasil yang
obyektif.

Perlakuan haruslah di acak secara lengkap di seluruh media percobaan atau pada
setiap satuan atau unit percobaan. Jadi dalam percobaan dengan RAL sumber keragaman atau
variasi hasil analisis data hanya berasal dari perlakuan yang dicoba. Oleh karena itu, percobaan
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) disebut dengan percobaan satu arah (one way
experiment) atau analisis satu arah (one way analisys). Analisis dilakukan dengan melakukan
randomisasi, membuat table uraian model linier, membuat tabel anova dan dapat diambil
kesimpulannya.
Model dari RAL adalah:
Yij = +

+ ij

Keterangan:
Y

: nilai pengamatan atau pengukuran

: nilai rata-rata harapan

: pengaruh perlakuan

: pengaruh sesatan

: perlakuan ke-i

: ulangan ke-j

1. Bagan Percobaan
a. Sebelum diacak
ULANGAN 1

ULANGAN 2

ULANGAN 3

ULANGAN 4

ULANGAN 5

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

DOSI
S
0%
(A)
DOSI
S
5%
(B)

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

6 larva

DOSI
S
10%
(C)

DOSI
S
15%
(D)
b. Sesudah diacak

C3

B4

A2

A5

C4

B5

D3

B3

C1

B1

B2

C5

A4

D1

A3

A1

D2

C2

D5

D4

2. Tabel Uraian Model Linier


Perlakuan

A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5

Yij

^
ij

JKperl

JKses

()
()

(Jumlah kuadrat)
Keterangan:
JKdata

Yij

Jkdata

FK

FK

Yij

JKtotal

Yij

JKperlakuan :

JKsesatan

Yi

/ (n1+n2+n3+.+nt)

- FK

/ ni) - FK

: JKtotal JKperlakuan

3. Tabel Anova
Sumber Keragaman
Antar Perlakuan
Dalam Perlakuan (=Sesatan)
Total
Keterangan:

db
3
16
19

JK

RK

db antar perlakuan

= t-1

db sesatan

= (n1-1) + (n2-1) + (n3-1) +(nt-1)

db total

= (n1+n2+n3+..nt) 1

Jika Fhit

Fhit

Prob

Ftabel maka Ho diterima (tidak ada beda nyata antar rerata perlakuan) dan Fhit >

Ftabel maka Ho ditolak ( ada beda nyata antar rerata perlakuan).


Parameter yang diamati dari penelitian adalah intensitas serangan larva, bobot segar
kedelai dan kemunculan imago. Intensitas serangan larva adalah derajat serangan OPT atau
derajat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT. Penilaian terhadap tingkat
serangan hama baik berdasarkan tingkat kepadatan populasi hama maupun tingkat intensitas
kerusakannya. Besarnya kerusakan tanaman oleh hama merupakan fungsi dari kepadatan
populasi, ciri perilaku makan, serta ciri biologi tanamannya sendiri. Masing-masing faktor
tersebut di pengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik maupun biotik. Penilaian kerusakan tanaman
umumnya dinyatakan dalam bentuk intensitas kerusakan dalam persen. Pada serangan mutlak
angka persen intensitas kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I : (a/b) x 100 %

Keterangan:
I

: Intensitas kerusakan (%)

: Banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang terserang hama dari sampel yang diamati

: Banyaknya tanaman atau bagian tanaman sample yang diamati.


Namun tidak semua bentuk kerusakan dapat diperhitungkan dengan rumus tersebut.

Seringkali bentuk kerusakan yang tidak langsung (serangan tidak mutlak) atau mengalami
kerusakan bertahap maka penilaian intensitas kerusakan dilakukan dengan pemberian skor yang
menunjukan tahap kerusakan. Nilai skor kerusakan bertahap misalnya:
0 = tidak ada kerusakan
1 = tingkat kerusakan 1 20 %
3 = tingkat kerusakan 21 40 %
5 = tingkat kerusakan 41 69 %
7 = tingkat kerusakan 61 80 %
9 = tingkat kerusakan lebih 80 %
Selanjutnya untuk menghitung intensitas kerusakan dengan rumus :
I = (ni x vi)x 100 %
ZxN
Keterangan:
I

: intensitas serangan

Ni

: banyaknya tanaman, bagian tanaman yang terserang pada skor ke 1

Vi

: nilai skor ke I

: banyaknya tanaman bagian tanaman sampel yang diamati.

: skor tertinggi
Parameter selanjutnya adalah bobot segar kedelai. Bobot segar tanaman terdiri dari

batang dan daun. Batang dan daun dibersihkan sebelum ditimbang menggunakan timbangan
analitik (Nurmayulis et al., 2014). Kemunculan imago menunjukkan bahwa larva mampu
bertahan hidup dan tumbuh, semakin banyak imago maka kemampuan pengendaliannya rendah.
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap daun
mengakibatkan daun tanaman mengalami klorosis, layu, gugur daun dan mati (Deptan, 2007).

III.PENUTUP
A. Kesimpulan
Serangan hama Plutella xylostella yang merupakan saalah satu hama utama pada
tanaman kedelai. Penggunaan insektisida nabati merupakan salah satu solusi untuk
mengendalikan hama dengan meminimalisir kerusakan lingkungan Salah satu bahan yang dapat
dijadikan pestisida alami adalah daun mimba. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
efektivitas daun mimba dalam pengendalian larva Plutella xylostella pada tanaman kedelai.
Percobaan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) karena menggunakan
lingkungan yang seragam atau terkontrol. Terdapat 4 perlakuan dari penelitian tersebut yaitu (A)
0%; (B) 5%; (C) 10%; (D) 15% dengan 5 ulangan untuk tiap perlakuan. Unit percobaan dari
penelitian adalah satu tanaman kedelai dan jumlah unit percobaan adalah 20 unit percobaan. Unit
sampel adalah tanaman kedelai dan jumlah unit sampel 20 unit sampel. Parameter yang diamati
dari penelitian adalah Intensitas serangan larva, bobot segar kedelai dan kemunculan imago.

DAFTAR PUSTAKA
Bukhari. M.P. 2010. Efektifitas ekstrak daun mimba terhadap pengendalian hama Plutella
Xylostella L. pada tanaman kedele. Journal Sains. 1(1) : 11.
Deptan. 2007. Bemisia tabaci.<www.Deptan.go.id>. Diakses tanggal 1 Oktober 2016.
Manurung, R.M.H. 2003. Upaya Khusus Terobosan Pengembangan Produksi Agribisnis Kedelai
2003. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Jakarta.
Nurmayulis, P. Utama dan R. Jannah. 2014. Growth And Yield Of Lettuce Plant (Lactuca Sativa)
That Were Given Organic Chicken Manure Plus Some Bioactivators. Agrologia. 3(1):
44-53.
Sudjana, 1989. Desain Dan Analisis Eksperimen edisi ke III. Tarsito. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai