Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT
JULI 2015

PIELONEFRITIS

OLEH :

NUR INDAH PRATIWI S.Ked

PEMBIMBING :

dr. Hj. Ratni Rahim, Sp.PD


TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015

Daftar Isi
Halaman
Halaman sampul .......................................................................

Daftar isi
ii
Lembar Pengesahan ..

iii

REFERAT
BAB I PENDAHULUAN ..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..

II.A......................................................................................................................ANATOMI
DAN FISIOLOGI .........................................................................................
2
II.B.......................................................................................................................DEFINISI
PIELONEFRITIS..........................................................................................
4
II.C.......................................................................................................................ETIOLOGI
......................................................................................................................
4
II.D......................................................................................................................PATOGENESI
S DAN JALUR INFEKSI..............................................................................
5
II.E.......................................................................................................................MANIFESTAS
I KLINIS.......................................................................................................
7
II.F.......................................................................................................................PEMERIKSAA
N PENUNJANG............................................................................................
8
II.G......................................................................................................................PENATALAKS
ANAAN........................................................................................................
10
II.H......................................................................................................................KOMPLIKASI
......................................................................................................................

12

BAB III KESIMPULAN .....................................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

15

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama

: Nur Indah Pratiwi

Judul Referat : Pielonefritis


Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Agustus 2015

Pembimbing,

(dr. Hj. RATNI RAHIM, Sp.PD)

BAB I
PENDAHULUAN
Pielonefritis adalah infeksi saluran kemih ascending yang telah mencapai pyelum
(panggul) dan ginjal (nephros). Pielonefritis umumnya disebabkan oleh Escherichia coli (bakteri
yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar). Bakteri ini merupakan penyebab dari 90%
infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi
biasanya berasal dari daerah genital yang naik ke kandung kemih.1 pielonefritis menunjukkan
adanya infeksi bakteri pada perenkim ginjal. Pielonefritis ini termasuk dalam infeksi saluran
kemih bagian atas1,2.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air
kemih yang akan membersihkan organism dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke
kandung kemh. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal) atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi ginjal1.
Saluran kemih merupakan tempat yang relative sering mengalami infeksi pada bayi dan
anak kecil. Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan dan merupakan penyebab
kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran napas. Prevalensi pada
anak wanita berkisar 3-5% dan pad anak pria 1%. Infeksi oleh bakteri Gram negative
enterococcus merupakan penyebab terbanyak, tetapi virus dan fungus dapat juga ditemukan pada
beberapa penderita. Infeksi berulang sering terjadi pada penderita yang rentan, atau terjadi
karena adanya kelainan anatomic atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya
stasis urin atau refluks. Refluks vesicoureteral (VUR) ini merupakan faktor resiko yang paling
penting dalam terjadinya pielonefritis pada anak-anak. VUR terdeteksi pada sekitar 10% sapai
4

45% dari anak-anak yang memiliki gejala ISK. Sekitar 95% kasus ISK pada anak-anak adalah
akibat dari penyebaran ascendens. Oleh karena itu, perlu pengenalan dini dan pengobatan yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mencegak kerusakan yang lebih lanjut.2,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.A.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat strukturstruktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan
meninggalkan gunjal.5
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini tersapt jaringan lemak perirenal. Di
sebelah cranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/
suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan
jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungsi sebagai
barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta
mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal5.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla
ginjal.. di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medulla
banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distalis dan
duktus kolegentes5.
Selain membuang sisa-sisa metabolism tubuh melalui urine, ginjal juga
berfungsi dalam mengotrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH (anti
diuretic hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolism ion
kalsium dan vitamin D, menghasilkan beberapa hormon, antara lain: eritropoetin
5

yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, rennin yang berperan dalam
mengatur tekanan darah, serta hormon prostaglandin5.

2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya 20cm. dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel
transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli5.
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju bui-buli, secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relative lebih sempit daripada
di tempat lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal
seringkali tersangkut di tempat itu. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain
adalah: perbatasan antara pelvis renalis dan ureter (pelvi-ureter junction), tempat
ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan saat ureter masuk ke buli-buli
(ureter-vesico junction). Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan
berada di dalam otot buli-buli (intramural); keadaan ini dapat mencegah
terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter (refluks vesico-ureter) pada
saat buli-buli berkontraksi5.
3. Buli-buli
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri dari 3 lapis otot detrusor
yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal. Di tengah
merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa
buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti mukosa pada pelvis
renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum bulibuli5.
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa 300-450ml5.

II.B.

DEFENISI PIELONEFRITIS
Pielonefritis merupakan infeksi bakterial yang menyebabkan peradangan di

pelvis, tubulus dan jaringan interstitial dari satu atau dua ginjal. Pielonefritis hampir
selalu berkaitan dengan infeksi saluran kemih bawah terus naik ke ginjal8.
Pielonefritis dibedakan menjadi dua, yakni pielonefritis akut dan pielonefritis
kronik. Pielonefritis akut merupakan suatu reaksi inflamasi oleh infeksi bakterial akut
yang terjadi pada kaliks, pelvis dan korteks ginjal8.
Pielonefritis kronik merupakan penyakit infeksi kronik pada ginjal yang
disebabkan oleh infeksi berulang pada ginjal yang memicu terjadinya perubahan struktur
ginjal berupa fibrosis (pembentukan jaringan parut) pada korteks, perubahan bentuk
kaliks ginjal dan atrofi ginjal. Pielonefritis kronik merupakan penyebab terjadinya gagal
ginjal kronik yang mungkin membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti transplantasi
atau hemodialisa. Sebanyak 25% kasus gagal ginjal kronik disebabkan oleh pielonefritis
kronik8.
II.C.

ETIOLOGI
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri

aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain,
tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang
jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran
kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namum tidak tertutup kemungkinan infeksi
dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh gram positif lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan infeksi gram negatif7,8,9.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum,
rectum (dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran
kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai ke kanding
kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal7,8.
Penyebab terbanyak ISK, baik pada yang simtomatik maupun yang asimtomatik,
termasuk pada neonates adalah Escherichia coli (70-80%). Penyebab yang lainnya
seperti: Klebsiella, Proteus, Staphylococcus fecalis dan Streptococcus agalactiiae, jarang
ditemukan7,9.

Pada uropati obstroktif dan pada kelainan struktur saluran kemih pada anak lakilaki, sering ditemukan Proteus species. Pada perempuan remaja dan pada perempuan
seksual aktif, sering ditemukan Staphylococcus saprophyticus7.
Pada pielonefritis akut sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun pada
pielonefritis kronik penyebabnya lebih dari pielonefritis akut, yaitu obstruksi kronik pada
traktus urinarius dan refluks vesikoureteral7.
II.D.

PATOGENESIS dan JALUR INFEKSI


Pielonefritis merupakan penyakit saluran kemih bawah yang pada mulanya

berawal dari infeksi saluran kemih bawah. Pielonefritis disebabkan oleh infasi bakteri
pada saluran kemih seperti bakteri : E.coli yang secara normal terdapat pada saluran
pencernaan, dan secara tidak sengaja dapat menginfeksi atau terbawa ke saluran kemih
karena pola kebersihan yang salah. Disamping E.coli bakteri lain yang dapat
menyebabkan pielonefritis adalah klabsiella, streptococcus. Faktor lain sebagai
predisposisi Pielonefritis seperti : kehamilan, kondisi imun yang menurun, obstruksi
saluran kemih, VUR, diabetes8.
Pielonefritis terjadi berawal dari invasi bakteri ke dalam saluran kemih bagian
bawah, kondisi tubuh dengan imun yang rendah, obstruksi saluran kemih, VUR dapat
menghambat eleminasi bakteri ke dalam urine sehingga bakteri dapat berkembang biak
dan menginfeksi mukosa saluran kemih, di samping itu pada penderita diabetes dengan
kadar gula yang tinggi mengakibatkan glukosa yang lolos dalam filtrasi hanya dapat
direabsorbsi sebesar nilai maksimal reabsorbsi glukosa yaitu 220, sisa glukosa yang tidak
dapat direabsorbsi lagi akan terbawa dan terkandung dalam urine, hal tersebut
mengakibatkan bakteri dapat berkembang biak secara cepat dalam saluran kemih dan
menginfeksi saluran kemih. Kehamilan, pada saat kehamilan hormone estrogen
meningkat sehingga akan mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, vasodilatasi
mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler yang akhirnya akan mengakibatkan
kebocoran protein plasma ke dalam interstitial dan menarik cairan plasma ikut
bersamanya, hal tersebut akan mengakibatkan tingginya tekanan onkotik plasma pada
filtrasi glomelurus yang akan mengakibatkan cairan berpindah dari kapsula bowment ke
kapiler glomelurus melawan gaya filtrasi, disamping itu pada kehamilan terjadi
penekanan pada vesika dan saluran kemih yang akan menghambat aliran urine dan
mengakibatkan penurunan eleminasi bakteri bersama urine8.
8

Dari mekanisme diatas, akan terjadi infeksi pada saluran kemih bawah dan
apabila tubuh tidak mampu mengatasi fluktuasi bakteri dalam saluran kemih, maka
bakteri tersebut akan naik ke saluran kemih bagian atas yang mengakibatkan peradanganinfeksi diparemkin ginjal (Pielonefritis). Pada pielonefritis terjadi reaksi radang dan
pengikatan antara antigen dan antibodi, pengikatan tersebut mengakibatkan tubuh akan
melepaskan mediator-mediator kimia yang dapat menimbulkan gejala inflamasi.
Mediator EP (endogen pirogen) dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena EP
merangsang prostaglandin untuk meningkatkan thermostat tubuh di hipotalamus dengan
gejala seperti hipertermi. Kalekrein juga dapat menimbulkan rasa nyeri pada pinggang
akibat peradangan atau kerusakan jaringan parenkim ginjal karena saat radang mediataor
ini dilepas untuk merangsang pusat sensori nyeri (nyeri akut). Disamping itu akibat
kelainan pada medulla ginjal yang mengakibatkan gangguan dalam pemekatan urine
ditambah lagi peningkatan GFR (glomerulus filtration rate) akibat mekanisme radang
pada ginjal mengakibatkan timbulnya poliuri sehingga terjadi gangguan eleminasi
urine. Kehilangan cairan yang berlebih baik ekstrasel maupun intrasel akibat gangguan
dalam proses reabsorbsi mengakibatkan sel-sel tubuh mengalami dehidrasi8.
Jalur Infeksi1,4,7:
1. Penyebab endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2. Hematogen dan limfogen (descending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang
sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat
juga terjadi akibat adanya focus infeksi di salah satu tempat. Contoh
mokroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen adalah Staphilococcus
aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp, Proteus sp.
Ginjal normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli
karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang
mempengaruhi kepekaan ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen.
Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut:
Adanya bendungan total aliran urine
Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun
terdapatnya presipitasi obat intralobular (misalnya: sulfonamide)
9

Terdapat faktor vaskular (konstriksi pembuluh darah)


Pemakaian obat analgetik atau estrogen
Pijat ginjal
Penyakit ginjal polikistik
Penderita diabetes melitus

3.

Infeksi ascending
Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih
Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan petahanan kandung kemih
4. Eksogen sebagai akibat pamakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
II.E.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis infeksi saluran kemih bagian bawah seara klasik yaitu nyeri bila

buang air kecil (disuria), sering buang air kecil. Gejala infeksi salurah kemih bagian atas
biasanya panas tinggi, gejala-gejala sistemik, nyeri di daerah pinggang belakang. Namun
demikian sulit membedakan infeksi salurah kemih bagian atas dan bagian bawah
berdasarkan gejala klinis saja7.
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut10,11:
0-1 bulan
: Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang , koma,
demam/hipotermi tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
1 bln-2 thn
: Demam/hipotermi tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan,
anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), urine berbau/
berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
2-6 thn
: Demam/hipotermi tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan
kencing, disuria, enuresis, urine berbau dan berubah warna, diare, muntah, gangguan
pertumbuhan serta anoreksia.
6-18 thn
: Nyeri perut/ pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat
menahan kencing, polakisuria, enuresis, urine berbau/ berubah warna.
Pada pielonefritis akut, biasanya terjadi demam yang mendadak, menggigil,
malaise, muntah, sakit panggul atau perut, nyeri tekan di daerah costovertebra,
leukositosis, piuria dan bakteriuria. Biasanya disertai dengan adanya toksis sistemik.
Ginjal dapat membesar. Nafsu makan jadi buruk, nyeri perut. Gejala pielonefritis kronik
kebanyakan tidak bergejala namun terkadang muncul gejala yang mirip dengan
pielonefritis akut. Hanya saja pada pielonefritis kronik biasa disertai dengan hipertensi
arterial yang berkaitan dengan jaringan parut ginjal1,4,8.

10

II.F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium1, 10
1. Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-kasus
-

urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji :


Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan gula dalam

urine
Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau
bentukan lain di dalam urine.
Pada pasien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis ditemukan
adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan hematuria
(terkandung sel-sel darah merah di dalam urine).

2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit,
laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan

darah

rutinnya

menunjukkan adanya leukositosis (menurunnya jumlah atau kadar leukosit di


dalam darah) disertai peningkatan laju endap darah.
3. Test Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin.
Pemeriksaan BUN, ureum atau kreatinin di dalam serum merupakan uji faal
ginjal yang paling sering dipakai di klinik. Sayangnya kedua uji ini baru
menunjukkan kelainan pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, pasien pielonefritis baru akan menunjukkan adanya
penurunan faal ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
4. Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada pria,
urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada
wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi dapat
diambil urine dari aspirasi suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu
untuk mencari jenis kuman dan sekaligus sensitifitas kuman terhadap antibiotika
yang diujikan. Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan kultur
urinenya terdapat bakteriuria.
11

b) Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)4, 10


1. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrinning
untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Pasien dengan pielonefritis, pada
hasil pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari
bayangan otot psoas dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu
saluran kemih.

2. Pielografi Intra Vena (PIV)


Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau dikenal
dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak.
Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi
ginjal.
Hasil pemeriksaan PIV pada pasien pielonefritis terdapat bayangan ginjal
membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
Adapun pemeriksaan radiologi lainnya yang juga berkaitan dengan urologi, antara
lain :
- Sistografi
Adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Dari sistogram dapat
dikenali adanya tumor atau bekuan darah di dalam buli-buli. Pemeriksaan ini
juga dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress pada wanita dan untuk
-

menilai adanya refluks vesiko-ureter.


Uretrografi
Adalah pencitraan urethra dengan memakai bahan kontras. pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui dan menilai panjang striktura urethra, trauma

urethra, dan tumor urethra atau batu non-opak pada urethra.


Pielografi Retrograd (RPG)
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas (dari ginjal hingga ureter) dengan
cara memasukkan kontras radio-opak langsung melalui kateter ureter yang

dimasukkan transurethra.
Pielografi Antegrad
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan dengan cara memasukkan
kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal.
12

II.G.
PENATALAKSANAAN1,10

Pielonefritis Akut
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan terapi
antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai
pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan
kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral.
Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan
pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau
kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah
program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah
penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor
penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada
terapi jangka panjang.
Terapi acute uncomplicated pyelonefritis8:
Pada infeksi yang disebabkan patogen E. Coli:

First-line: fluoroquinolones:
o Ciprofloxacin:

Dosis: 500mg 2 kali sehari selama 14 hari;

o Levofloxacin:

Dosis: 250mg 1 kali sehari selama 10 hari;

o Kontraindikasi: wanita hamil dan anak-anak

Second-line: Trimethroprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX):


o Dosis: 1 Double strength tablet, 2 kali sehari, selama 14 hari.

Pada infeksi yang disebabkan patogen bakteri gram-positif:

Amoxicillin atau amoxicillin-clavulanic acid:


o Dosis: 500mg, setiap 8 jam, selama 14 hari

Pielonefritis Kronik

13

Agens antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur


urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama
jika medikasi potensial toksik.
Pengobatan pielonefritis :
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Terapi
kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari atau ampisilin 500 mg 4x
sehari selama 5 hari. Setelah diberikan terapi antibiotik 4 6 minggu, dilakukan
pemeriksaan urin ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
b. Pada

penyumbatan,kelainan

struktural

atau

batu,mungkin

perlu

dilakukan

pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.


c. Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
d. Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
II.H.

KOMPLIKASI
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, hidronefrosis,

gagal ginjal kronik dan sepsis (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor
predisposisi)10.
Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada

penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.


Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks

mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.


Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

14

BAB III
KESIMPULAN
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal dimana terjadi reaksi
inflamasi pada pielum dan parenkim ginjal yang sifatnya akut maupun kronis.
Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Pielonefritis
kronis merupakan lanjutan dari pielonefritis akut
Refluks vesicoureteral ini merupakan faktor risiko yang paling penting dalam terjadinya
pielonefritis pada anak-anak. Refluks vesicoureteral terdeteksi pada sekitar 10% sampai
45% dari anak-anak yang memiliki gejala ISK.
Penyebabadalah Escherichia coli (70-80%). Penyebab yang lainnya seperti: Klebsiella,
Proteus,

Staphylococcus

saphrophyticus,

coagulase-negative

staphylococcus,

Pseudomonas aeroginosa, Streptococcus fecalis dan Streptococcus agalactiiae, Proteus


species jarang ditemukan.
Infeksi akut/kronik vesika urinaria akibat infeksi yang berulang mengakibatkan
perubahan pada dinding vesika dan dapat mengakibatkan inkompetensi dari katup
vesikoureter. Akibat rusaknya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama pada
waktu berkemih (waktu kontraksi kandung kemih). Akibat refluks ini ureter dapat
melebar atau urin sampai ke ginjal dan mengakibatkan kerusakan pielum dan perenkim
ginjal (pielonefritis).
Pada pielonefritis akut terjadi demam yang timbul mendadak, menggigil, malaise,
muntah, sakit panggul atau perut, nyeri tekan di daerah kostovertebral, leukositosis,
piuria dan bakteriuria. Biasanya disertai dengan adanya toksik sistemik. Demam dan
iritabel adalah gejala paling umum yang ditunjukkan pada bayi yang memiliki
pielonefritis. Temuan lain termasuk nafsu makan yang buruk, letargi dan nyeri perut.

15

Anak-anak dengan pielonefritis kronik seringkali tidak bergejala. Hipertensi arterial


biasanya berkaitan dengan jaringan parut ginjal
Penegakan diagnosis pielonefritis akut dilihat dari gejala dan tanda yang biasanya
diadahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih yang menunjukkan bahwa infeksi
dimulai pada bagian bawah traktus urinarius. Adanya silinder leukosit membuktikan
infeksi terjadi di dalam ginjal.
Diagnosis pielonefritis ktronik biasanya ditegakkan apabila pasien memperlihatkan gejala
insufisiensi ginjal kronik atau hipertensi, atau temuan proteinuria saat pemeriksaan rutin.
Anamnesis yang teliti pada beberapa kasus lain, mungkin dapat, menemukan adanya
riwayat disuria, sering kencing atau kadang-kadang nyeri pada selangkangan yang tidak
jelas. Kebanyakan pasien tidak memiliki gejala sampai penyakit mencapai tahap lanjut.
Pengobatan pielonefritis akut, disertai gejala sistemik infeksi, setelah sampel urin diambil
untuk dibiakkan, diberi antibiotik parenteral (tanpa menunggu hasil biakan urin) untuk
mencegah terjadinya parut ginjal. Sebaiknya anak dirawat di rumah sakit terutama bula
disertai tanda toksik.

16

17

Anda mungkin juga menyukai