Anda di halaman 1dari 4

S3j4r@h d3m0kR45!

Di Indonesia part 2 tolong hapus judul ini


Demokrasi Pancasila
Menurut Profesor Darji Darmo Diharjo, Demokrasi Pancasila adalah suatu paham
demokrasi yang didasarkan pada kepribadian dan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yang
diwujudakan dalam ketentuan-ketentuan UUD 1945. Demokrasi pancasila merupakan
gagasan atau ide yang ingin diterapkan oleh para pendiri negara Republik Indonesia.
Demokrasi Pancasila yang berintikan pada musyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan
dengan berpaham kekeluargaan dan kegotongroyongan, sehingga memiliki ciri khasnya
tersendiri yang membedakannya dengan demokrasi lain.
Dalam pelaksanaanya, sistem Demokrasi Pancasila harus menghargai hak-hak asasi
manusia dan menjamin hak-hak minoritas, pengambilan keputusan sedapat mungkin
didasarkan atas musyawarah untuk mencapai keputusan yang mufakat, dan berdasarkan
hukum. Rakyat sebagai subjek demokrasi berhak untuk ikut secara efektif untuk menentukan
kehidupan bangsa dan negara.
Dalam Demokrasi Pancasila, terdapat prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi HAM, berkedaulatan rakyat, sistem pemisahan kekuasaan, menjamin
berkembangnya otonomi daerah, serta peradilan yang bebas, merdeka, dan tidak memihak,
namun tetap berdasarkan hukum. Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat menumbuhkan
kesejahteraan rakyat dan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Demokrasi sangat erat kaitannya dengan sistem pemerintahan. Untuk memantapkan
stabilitas politik yang dinamis serta pelaksanaan mekanisme demokrasi pancasila, maka
diperlukan pemantapan kehidupan konstitusional, kehidupan demokrasi, dan tegaknya
hukum.
Demokrasi Pancasila Masa Orde Baru (1966-1998)
Masa kepemimpinan Orde Baru merupakan masa kepemimpinan nasional yang
bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen serta bertujuan
menegakkan keadilan dan kebenaran dalam negara Republik Indonesia. Supersemar yang
merupakan cikal bakal dkmulainya Orde Baru memperoleh dukungan rakyat dan aparatur
negara sehingga menjadi titik tolak terwujudnya tata kehidupan baru struktur ketatanegaraan
yang berdasarkan kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Pada masa Orde Baru, semua
lembaga negara terbentuk dan berfungsi sesuai dengan UUD 1945. Selain itu, pada masa ini
telah dilaksanakan pemilu sebanyak 6 kali sebagai perwujudan Demokrasi Pancasila.
Namun pada kenyataanya, terjadi ketidakpuasan masyarakat akibat kepemimpinan
yang bersifat sentralistik dan tidak memperhatikan kepentingan, kemakmuran, dan

kesejahteraan penduduknya. Salah satunya adalah tidak adanya kebebasan masyarakat untuk
menyampaikan kritik dan aspirasinya terhadap pemerintah. Jika warga melakukan
demonstrasi atau kritik terhadap pemerintah, mereka akan ditangkap karena dianggap
menghina pemerintah. Pemerintah tidak dapat membedakan kritik dan penghinaan. Hal ini
menjadi sarana untuk membungkam masyarakat sehingga demokrasi tidak berjalan dengan
semestinya, tidak ada musyawarah dan mufakat.
Selain itu, beberapa penyimpangan dalam pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam
masa Orde Baru adalah :
a. Dalam bidang ekonomi. Pelaksanaan perekonomian cenderung monopolistik. Artinya,
kelompok tertentu yang dekat dengan elit kekuasaan mendapat prioritas khusus yang
mengakibatkan kesenjangan sosial
b. Bidang politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderung menganut sentralistik
kekuasaan. Keadaan ini menghambat pemerataan hasil pembangunan dan pelaksanaan
otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab.
c. Bidang hukum. Undang-undang tentang pembatasan kekuasaan Presiden belum memadai
sehingga memberi peluang terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, terjadi
penyalahgunaan wewenang, pelecehan hukum, dan pengabaian rasa keadilan.
d. Bidang pers. Pada waktu-waktu tertentu pers menikmati kebebasan yang longgar, namun
pada saat tertentu ketika suhu politik meninggi, pengawasan pemerintah terhadap pers
meningkat. Pengawasan yang ketat inilah yang menyebabkan terjadinya kasus pemberedelan
atau pelanggaran terhadap sejumlah surat kabar dan majalah.
Sejarah mencatat pemberedelan pers atau media massa pertama kali di awal
pemerintahan Orde Baru adalah semua media massa yang diduga berkaitan dengan Partai
Komunis Indonesia diberangus. Yang boleh hidup hanya media massa yang mendukung
kekuasaan rezim Orde Baru, yang sebagian besar didukung secara langsung maupun tidak
langsung oleh pihak Angkatan Darat.
Demokrasi Pancasila pada Masa Reformasi (1998-sekarang)
Akibat berbagai penyimpangan dan penyelewengan yang berlangsung selama 32
tahun, masyarakat menginginkan perubahan yang memberikan keadilan dan kesejahteraan
secara merata. Setelah masyarakat, termasuk mahasiswa melakukan cara dan desakan untuk
melakukan perubahan, akhirnya bangsa Indonsesia melakukan reformasi di segala bidang
untuk memperbaiki kondisi negara yang sudah semakin kacau saat itu.
Dalam pelaksanaan demokrasi di masa reformasi, contohnya pemilu, masih banyak
praktik-praktik kecurangan dan penyelewengan. Contohnya suap atau pemberian imbalan
dari pihak kandidat calon pemegang jabatan kepada rakyat agar memilih partainya agar

menang di pemilu, pemakaian uang yang berlebihan saat kampanye, dan lain-lain. Hal
tersebut tentunya merupakan penyelewengan yang tidak sesuai prinsip Demokrasi Pancasila.
Demokrasi merupakan suatu alat atau sarana untuk mengontrol satu sama lain antar lembaga
pada sistem pemerintahan, melibatkan rakyat, t etapi, masyarakat tidak boleh menjalankan
demokrasi karena hanya mau menerima imbalan saja.

Demokrasi di Indonesia dari zaman ke zaman tidak pernah berjalan secara sempurna.
Demokrasi merupakan proses untuk mengupayakan tatanan negara yang lebih baik, oleh
karena itu, kesalahan-kesalahan dalam proses tersebut diharapkan menjadi pembelajaran
untuk pelaksanaan demokrasi pada waktu-waktu yang akan datang.
Pada intinya, demokrasi adalah suatu alat atau tangga untuk mencapai kesejahteraan
pada suatu negara. Secara umum, pendidikan sangat mempengaruhi sistem demokrasi di
Indonesia. Semakin meningkatnya kualitas pendidikan seorang warga negara, semakin baik
kemampuannya untuk berdemokrasi. Secara ideal, semakin meningkatnya kualitas
demokrasi, maka kesejahteraan akan semakin meningkat. Maka dari itu, pendidikan dan
politik dan kewarganegaraan yang diberikan harus mampu mempertajam kemampuan
masyarakat dalam mengkritisi kondisi-kondisi di sekitarnya hingga sistem ketatanegaraan.
Apabila proses demokrasi tidak berjalan dengan semestinya, salah satu faktornya
adalah kurangnya propaganda, pencerdasan, dan sosialisasi tentang pentingnya Demokrasi
Pancasila dan pelaksanaanya dari pemerintah kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk
perkotaan, perkampungan, dan pedesaan. Selain itu mental dan karakter masyarakat
Indonesia juga perlu diperbaiki. Salah satu solusi terhadap masalah tersebut yang telah mulai
direalisasikan pemerintah adalah gerakan Ini Baru Indonesia yang dicanangkan oleh MPR
RI.
Dalam sistem berdemokrasi, pemerintah juga harus transparan lembaga-lembaga lain
terutama rakyat. Suatu lembaga tidak lebih diutamakan daripada lembaga yang lain. Dengan
kata lain, suatu lembaga menjalankan fungsi dan kewenangannya masing-masing, tidak ada
yang lebih mendominasi daripada yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa
reformasi ini telah terjadi perkembangan demokrasi dimana pada lembaga-lembaga
pemerintahan diantaranya eksekutif, legislatif, serta yudikatif tidak ada yang lebih menguasai
lembaga lainnya, melainkan menjalankan hak atau kewenangan dan kewajibannya masingmasing. Sangat penting untuk menyamakan persepsi antara pemerintah dan masyarakat
(didukung adanya proses komunikasi, misalnya forum sebagai sarana komunikasi antar
lembaga). Apabila suatu lembaga menjalankan kewenangan-kewenangan dengan baik dan
terkoordinir, hal tersebut meningkatkan kualitas masyarakatnya, kualitas demokrasi, dan juga
kesejahteraan masyarakat.

https://www.youtube.com/watch?v=JLkNvgTKvDk diakses Selasa, 06 Agustus pukul 12.00


WIB.
Pustaka
Hisyam, Muhamad. 2003. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
C. S. T. Kansil, 1986. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia :
Jakarta.
Sumarsono, et. Al. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai