Artinya,
pada tubuhnya terdapat dua alat kelamin, yaitu jantan dan betina. Namun, untuk pembuahan
cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi harus dilakukan oleh sepasang cacing
tanah. Dari perkawinan tersebut, masing-masing cacing tanah dapat menghasilkan satu kokon
yang didalamnya terdapat beberapa butir telur. Subowo (2008) menyatakan bahwa kopulasi dan
produksi kokon biasanya dilakukan pada bulan panas. Berbagai hasil penelitian didapat lama
siklus hidup cacing tanah hingga mati mencapai 1-10 tahun. Palungkun (1999), menjelaskan
siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing produktif dan cacing
tua. Lama siklus hidup tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan
jenis cacing tanah. Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur 14 21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat mencapai dewasa
kelamin dalam waktu 2,5 - 3 bulan. Saat dewasa kelamin cacing tanah akan menghasilkan kokon
dari perkawinannya yang berlangsung selama 6 - 10 hari dan masa produktifnya berlangsung
selama 4-10 bulan. Sherman (2003) menjelaskan bahwa cacing tanah tidak mempunyai kepala,
tetapi mempunyai mulut pada ujungnya (anterior) yang disebut prostomium. Bagian belakang
mulut terdapat bagian badan yang sedikit segmennya dinamakan klitelium yang merupakan
pengembangan segmensegmen, biasanya mempunyai warna yang sedikit menonjol atau tidak
dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Cacing tanah tidak mempunyai alat pendengar dan
mata, tetapi peka sekali terhadap sentuhan dan getaran, sehingga dapat mengetahui
kecenderungan untuk menghindari cahaya, selain itu cacing tidak mempunyai gigi.
2.2 Siklus Hidup Cacing tanah:
SIKLUS HIDUP CACING TANAH
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor
cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100%
setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai
dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=977848
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=981048
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=981048
https://www.researchgate.net/publication/258835024_Taxonomic_status_and_eco
logy_of_Oriental_Pheretima_darnleiensis_Fletcher_1886_and_other_earthworms_
Oligochaeta_Megascolecidae_from_Mt_Kinabalu_Borneo
http://etheses.uin-malang.ac.id/467/6/10620050%20Bab%202.pdf
https://books.google.co.id/books?
id=8_DPNNEUAikC&pg=PA259&dq=biology+of+earthworms&hl=id&sa=X&ved=
0ahUKEwi5gv6YvrbMAhUHI5QKHe5RCSY4ChDoAQgnMAI#v=onepage&q=biology
%20of%20earthworms&f=false
UMUR TAMBANG
Pengertian:
Umur tambang adalah lamanya operasi penambangan atau waktu yang dibutuhkan untuk
menambang suatu endapan bahan galian dari suatu kegiatan penambangan, yang didapat dari
pembagian jumlah cadangan endapan bahan galian yang ada dengan target produksi perusahaan
tambang tersebut.
Alasan:
Berpengaruh terhadap biaya yang akan digunakan, yakni semakin lama umur tambang maka biaya
penambangan juga akan semakin besar. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap penggunaan
penyangga, misalnya untuk umur tambang yang lama kemungkinan akan menggunakan penyangga
dan untuk umur tambang yang singkat jika melihat segi ekonomis, lebih baik tidak menggunakan
penyangga (namun perlu memperhatikan geometri dan karakteristik endapan maupun batuan
samping).