Pengertian kurikulum
Awal sejarahnya, istilah kurikulum bisa dipergunakan dalam dunia atletik curere yang berarti
berlari. Istilah ini erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung
atau seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Seseorang kurir
harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian
diartikan orang sebagai suatu jarak yang harus ditempuh (Nasution, 1989 : 5). Istilah tersebut
di atas mengalami perpindahan arti ke dunia pendidikan. Sebagai contoh Nasution
mengemukakan bahwa pengertian kurikulum yang sebagaimana tercantum dalam Webters
International dictionary ; Curriculum course a specified fixed course of study, as in a school
or college, as one leading to a degree. Maksudnya, kurikulum diartikan dua macam, yaitu
pertama sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau di
perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Kedua, sejumlah mata pelajaran yang
ditawarkan oleh sesuatu lembaga pendidikan atau jurusan. Secara singkat menurut Nasution
kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di
bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya ( Nasution, 1989: 5).
Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere, yang berarti lapangan perlombaan
lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculumyang berarti a running course,
dan dalam bahasa Prancis dikenal dengancarter berarti to run (berlari). Dalam
perkembangannya (BMPM, 2005 : 1).Menurut J. Galen Sailor dan William M
Alexander (1974 : 74),curriculum is defined reflects volume judgments regarding the
nature ofeducation. The definition used also influences haw curriculum will be
planned and untilized.
Kurikulum merupakan nilai-nilai keadilan dalam inti pendidikan.Istilah tersebut
mempengaruhi terhadap kurikulum yang akan direncanakandan dimanfaatkan.
Kurikulum merupakan subyek dan bahan pelajaran di manadiajarkan oleh guru dan
dipelajari oleh siswa.
Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistematika atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan
(Dakir,2004:3) Menurut Dakir kurikulum itu memuat semua program yang dijalankan
untuk menunjang proses pembelajaran.
2. Konsep perguruan tinggi dan diploma
dan teknologi, termasuk konsep, metode dan nilai. Kurikulum kedokteran, hukum,
teknik, pendidikan, ilmu-ilmu budaya, dan seba gainya berkembang dengan merujuk
kepada prinsip-prinsip akademik yang sudah otonom dan mapan.
Dalam Peraturan pemerintah No. 30 Tahun 1990 tentang tujuan perguruan tinggi
adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan kesenian serta menyumbangkan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.
Dengan tujuan tersebut, perguruan tinggi merupakan wadah atau penampung bagi
parasiswa yang ingin melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih tinggi, harus dapat
melahirkan mahasiswa yang mampu bersaing disegala bidang keilmuan, karena
mahasiswalah tolak ukur majunya pendidikan di Indonesia.
Perguruan tinggi merupakan tempat pertemuan utama dari berbagai kelompok yang
merupakan symbol karena di dalam sektor modern perguruan tinggi dianggap sebagai
lembaga paling modern dan pembaharuan dan sebagai tempat yang nyata yang
merupakan suatu tempat dimana berangkat para intelektual.
Perguruan tinggi bukanlah sekedar lembaga pendidikan saja, melainkan juga sebagai
lembaga yang menjembatani antara mahasiswa (anak didik) dengan masyarakat
sekitar, agar ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi bisa bermanfaat tak hanya bagi
mereka sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain.
Oleh sebab itulah kita harus mempunyai konsep dan tujuan yang jelas dalam
membangun sebuah perguruan tinggi, sebab jika kita asal-asalan, maka perguruan
tinggi akan dihujat oleh masyarakat karena tidak menghasilkan dampak yang nyata
bagi lingkungan sekitar.
Defenisi Perguruan Tinggi
dengan cara-caranya sendiri telah memberikan sumbangan besar bagi pemerintah orde
baru.
Menurut Barnet (1992), ada empat pengertian atau konsep tentang hakikat perguruan
tinggi :
Perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu (qualified manpower).
Dalam pengertian ini pendidikan tinggi merupakan suatu proses dan mahasiswa
dianggap sebagai keluaran (output) yang mempunyai nilai atau harga (value) dalam
pasaran kerja, dan keberhasilan itu di ukur dengan tingkat penyerapan lulusan dalam
masyarakat (employment rate) dan kadang-kadang di ukur juga dengan tingkat
penghasilan yang mereka peroleh dalam karirnya.
Perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu perguruan
tinggi ditentukan oleh penampilan/ prestasi penelitian anggota staf. Ukuruan masukan
dan keluaran di hitung dengan jumlah staf yang mendapat hadiah/ penghargaan dari
hasil penelitiannya (baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional), atau
jumlah dana yang diterima oleh staf dan/atau oleh lembaganya untuk kegiatan
penelitian, ataupun jumlah publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam majalah ilmiah
yang diakui oleh pakar sejawat (peer group).
Perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien. Dalam
pengertian ini perguruan tinggi di anggap baik jika dengan sumber daya dan dana
yang tersedia, jumlah mahasiswa yang lewat proses pendidikannya (throughput)
semakin besar.
Perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan
kehidupan. Indikator sukses kelembagaan terletak pada cepatnya pertumbuhan jumlah
mahasiswa dan variasi jenis program yang ditawarkan. Rasio mahasiswa-dosen yang
besar dan satuan biaya pendidikan setiap mahasiswa yang rendah juga dipandang
sebagai ukuran keberhasilan perguruan tinggi.
Jenis-jenis Perguruan Tinggi
Jenis-jenis Perguruan Tinggi menurut Wikipedia (2012), yaitu :
Universitas: Perguruan tinggi yang mempunyai program studi beragam dan
dikelompokkan dalam fakultas-fakultas. Fakultas-fakultas yang ada itu dibagi lagi ke
dalam beragam jurusan dan Akutansi, Manajemen dan Studi Pembangunan.
Institut:
Perguruan tinggi yang mempunyai program studi dengan ilmu yang
sejenis. Misalnya institut pertanian memiliki program studi pertanian, peternakan dan
kehutanan, atau institut teknologi mengajarkan beragam ilmu yang berhubungan
dengan teknik.
Sekolah Tinggi:
Perguruan tinggi yang hanya menyelenggarakan satu program
profesi sesuai dengan spesialisasinya. Misalnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
memiliki program profesi spesialis ekonomi, atau Sekolah Tinggi Seni Rupa
Indonesia memiliki jurusan Seni Lukis, Seni Patung dll.
Akademi dan Politeknik:
Institusi pendidikan tinggi yang hanya
menyelenggarakan satu program studi dan lebih menekankan pada keterampilan
praktek kerja dan kemampuan untuk mandiri. Lama pendidikan tiga tahun dan tidak
memberikan gelar. Hanya saja, di politeknik porsi praktek lebih besar.
Secara umum program Diploma sama dengan Sarjana yang membedakan adalah
kurikulumnya, Diploma memiliki bobot studi 60% praktek dan 40% teori, sebaliknya Sarjana
memiliki bobot studi 40% Praktek dan 60% teori. Dengan penyusunan kurikulum yang
seperti ini diharapkan lulusan Diploma ini akan siap untuk bekerja, sedangkan lulusan
Sarjana diarahkan ke bidang riset dan disiapkan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih
tinggi sampai jenjang akademis Doktor, sama halnya dengan SMA dan SMK.
Program diploma memiliki beberapa karakteristik seperti :
- Mata kuliahnya bertujuan memberikan skill/vokasional
- Masa studi 1 tahun (D1), 2 tahun (D2) dan 3 tahun (D3)
- Membekali praktik lebih banyak
- Tugas akhir berupa kerja praktik dan laporan
- Melahirkan tenaga terampil berkualifikasi pendidikan tinggi formal ke dunia usaha/industri
- Bergelar Ahli Pratama/A.P. (D1), Ahli Muda/A.Ma (D2) atau Ahli Madya/A.Md. (D3)
Bagi yang memutuskan pilihan sarjana terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
misalnya :
- Masa studi berkisar 3,5 sampai 5 tahun.
- Mendapatkan pendalaman teori yang kuat
- Memiliki kemampuan riset dan analisis mendalam
- Peluang mengikuti organisasi internal dan eksternal kampus lebih luas
- Mendapatkan kesempatan magang di institutusi (perusahaan/pemerintahan/LSM)
- Beberapa perguruan tinggi mewajibkan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
- Tugas akhir berupa skripsi
- Bergelar sarjana sesudah lulus
3. Pengembangan standar kompetensi
Standar Kompetensi (SK)
1. Pengertian
Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat
didefinisikan sebagai pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam
mempelajari suatu mata pelajaran (Center for Civics Education, 1997:2).
Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards),
dan standar penampilan (performance stan-dards).
SK yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran
yaitu yang dikelompokan berdasarkan mata pelajaran atau biasa disebut seprated
subject curriculum, dan juga pengorganisasian yang bersifat terpadu.
Menurut Rusman (Rusman, 2009, p. 27), organisasi kurikulum harus
mempertimbangkan dua hal: pertama, berguna bagi siswa sebagai individu yang
dididik dalam menjalani kehidupannya dan kedua, isi kurikulum tersebut harus siap
untuk dipelajari siswa. Organisasi isi kurikulum dilandasi oleh landasan logis dan
psikologis.
3.
Sudut pandang orientasi penyusunan kurikulum.
Menurut Sukadinata (Musthofa, 2012), mengemukakan bahwa pengembangan
kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum
construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum
improvement). Pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh perangkat
kurikulum mulai dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar
program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya. Hal lain yang berkenaan
dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun pusat menjadi rencana dan
persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan
Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan sebagainya.
Model-model Pengembangan Kurikulm.
1.
3.
4.
2.
3.
Perencanaan kurikulum terjadi pada berbagai tingkatan. Kurikulum dapat terlibat pada
beberapa tingkat kurikulum dalam waktu yang sama. Guru yang terlibat dalam perencanaan
kurikulum di tingkat kelas, guru juga yang paling berpartisipasi dalam kurikulum. Tingkat
perencanaan di mana fungsi guru dapat dikonseptualisasikan sebagai sosok yang ditunjukkan.
a)
Azas Filosofi
Azas filosofi merupakan azas yang berkaitan dengan pandangan ke depan What man
can become?akan menjadi apa seseorang di masa depan. Pengembangan kurikulum harus
melihat ke depan, akan dijadikan seperti apa anak-anak kelak, sehingga dalam langkah
pengembangan kurikulum lebih terarah dan dapat mencapai tujuan seperti yang telah
dirumuskan. Azas ini tentunya memperhatikan bagaimana perkembangan yang terjadi di
masyarakat secara global sehingga lulusan yang dihasilakan dapat diterima oleh masyarakat
sebagai pengguna output. Rendahnya moralitas sekarang ini merupakan satu contoh
kegagalan kurikulum yang diterapkan, karena kurangnya perhatian terhadap aspek moral
yang dikembangkan masih berorientasi pada pencapaian hasil belajar semata yaitu nilai ujian
yang tinggi.
b)
Asas Sosiologi
Azas sosiologi berkaitan dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan masyarakat
sekitar, karena sekolah merupakan bagian dari masyarakat sehingga dalam pengembangan
kurikulumnya harus memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat secara luas. Dari hasil
dan proses pendidikan formal akan dihasilakan output yang sadar dan paham akan nilai-nilai
yang ada di masyarakat sehingga nantinya dapat menjadi agent of social change (agen
perubah nilai-nilai sosial tentunya ke arah yang lebih baik) dan conservation of value
(mengkonservasi nilai-nilai menuju pada suatu tatanan masyarakat sosial yang harmonis dan
lebih baik).
c)
Azas Psikologi
Bahwa dalam pengembangan kurikulu harus memperhatikan aspek perkembangan
peserta didik yaitu psikis, fisik, dan belajar peserta didik sehingga benar-benar akan dapat
menjadikan peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan minat. Hal ini
berkaitan dengan how to teach bagaimana guru mengajar berkaiatan dengan rancangan
pembelajaran yang disusun, metode, dan media pembelajaran agar sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik.
d)
Azas Organisatoris
Azas organisatoris mengacu pada organisasi kurikulum
e)
Azas Yuridis
Bahwa dalam Negara hukum untuk dapat melaksanakan kurikulum perlu adanya
payung hukum sebagai asas legalitas dan keabsahan kurikulum. Contoh UU Sisdiknas No 20
Tahun 2003.
Prinsip-Prinsip Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengembangan Kurikulum
a.
Prinsip Relevansi
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yaitu Pedoman Kurikulum dan
Pedoman Instriktusional.
1.
Pedoman Kurikulum
Pedoman kurikulum merupakan sebuah susunan untuk menentukan garis besar dari
kurikulum tersebut. Dalam pedoman kurikulum meliputi :
Latar Belakang, berisi tentang rumusan falfasah dan tujuan lembaga pendidikan,
populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang study atau mata kuliah, serta struktur
organisasi bahan pelajaran.
Silabus, mata pelajaran secara lebih terperinci yang diberikan yaitu ruang lingkup dan
urutan penyajiannya.
Desain Evaluasi, strategi refisi atau perbaikan kurikulum mengenai bahan pelajaran
dan organisasi bahan dan strategi instruksionalnya.
2.
Pedoman Instruktional
Pedoman Instruktional bersubjek kepada pihak pengajar. Pengajar tersebut
menguraikan isi dari pedoman kurikulum hingga lebih mendetail. Hal ini berfungsi agar
kegiatan belajar mengajar benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum.
5.Konsep dan penerapan standar kompetensi
Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi secara umum mengacu kepada surat
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Selanjutnya, keputusan tersebut menetapkan pula arah pengembangan program yang
dinamakan dengan kurikulum inti dan kurikulum institusional. Jika diartikan melalui
kurikulum institusional berisikan kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya.
Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045: Kurikulum inti yang merupakan penciri
kompetensi utama, bersifat:
1) dasar untuk mencapai kompetensi lulusan
2) acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi
3) berlaku secara. nasional dan internasional
4) lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa mendatang, dan
5) kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan
pengguna lulusan
Dengan kurikulum berbasis kompetensi maka sistem penilaian hasil belajar haruslah
berubah. Ciri utama perubahan penilaiannya adalah terletak pada pelaksanaan penilaian
yang berkelanjutan serta komprehensif, yang mencakup aspek-aspek berikut:
a. Penilaian hasil belajar
b. Penilaian proses belajar mengajar
c. Penilaian kompetensi mengajar dosen
d. Penilaian relevansi kurikulum
e. Penilaian daya dukung sarana. dan fasilitas
f. Penilaian program (akreditasi)
Sementara itu strategi yang dapat digunakan adalah:
a. Mengartikulasikan standar dan desain penilaian di lingkungan pendidikan pendidikan
tinggi.
b. Mengembangkan kemampuan dosen untuk melakukan dan memanfaatkan proses
pernbelajaran
c. Mengembangkan kemampuan subyek didik untuk memanfaatkan hasil penilaian dalam
meningkatkan efektifitas belajar mereka
d. Memantau dan menilai dampak jangka panjang terhadap proses dan hasil belajar.
Perubahan yang mendasar juga terjadi pada kriteria lulus dan tidak lulus (menguasai
kompetensi atau tidak). Dalam konteks ini tidak setiap kompetensi memiliki rentangan 0 4 atau E, D, C. B, dan A, melainkan pendekatan penilaian yang bersifat mastery
(Mastery-based Evaluation) untuk menggantikan pendekatan skala yang digunakan pada
saat ini.
Untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KBK ini dengan baik sejumlah
komponen perlu terlibat secara inten dan memberikan perannya masingmasing sesuai
dengan kapasitasnya, antara lain:
1) Visi dan Misi kelembagaan dan kepemimpinan yang berorientasi kualitas dan
akuntabilitas serta peka terhadap dinamika pasar.
Secara umum terdapat lima jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh SDM yang dapat
menunjang pekerjannya, yaitu kompetensi dasar, kompetensi umum, kompetensi
akademik, kompetensi vokasional dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi dasar adalah kecakapan, kebisaan atau ketrampilan ketrampilan awal dan
essensial yang harus dikuasai siswa untuk menguasai kompetensi kompetensi yang lebih
tinggi (pengembangan diri). Berbicara, membaca, menulis dan berhitung permulaan di
kelas satu, merupakan kompetensi dasar bagi penguasaan kompetensi yang lebih tinggi
dalam bicalistung di kelas kelas selanjutnya.dasar yang harus dikuasai bukan hanya oleh
anak-anak tetapi juga remaja dan orang dewasa.
b. Kompetensi umum, merupakan penguasaan kecakapan dan ketrampilan yang
diperlukan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, di sekolah, di masyarakat
ataupun di lingkungan kerja. Kecakapan menyeberang di tempat penyeberangan (zebra
cross), menghidupkan dan mematikan radio dan tv, naik bis umum, naik tangga berjalan,
naik lift, menggunakan tilfun, menulis surat, mengendarai kendaraan, merawat kompor,
kulkas, mesin cuci dsb, merupakan contoh-contoh dari kompetensi umum.
c. Kompetensi akademik merupakan kemampuan, kecakapan ketrampilan
mengaplikasikan atau menerapkan teori, konsep, kaidah, prinsip, model di dalam
kehidupan. Kompetensi akademik juga berkenaan dengan penerapan dan pengembangan
kecakapan dan masalah dan kreativitas. Peserta didik tidak hanya dituntut mengetahui dan
mengerti teori, kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mereka terima dalam
berbagai bidang ilmu.
d. Kompetensi vokasional, berkenaan dengan pengembangan kecakapan dan keterampilan
praktis dalam satu bidang pekerjaan. Kompetensi vokasional bisa berkenaan dengan
penguasaan kecakapan dan keterampilan kerja pada tahap prakarya (prakejuruan),
kejuruan dan tahap vokasional.
e. Kompetensi profesional merupakan penguasaan kecakapan, kebisaan, keterampilan
akademik dan vokasional tingkat tinggi. Kompetensi ini berkenaan dengan penguasaan
kemampuan intelektual, sosial, motorik tingkat tinggi, seperti proses berfikir abstrak,
analisis sintesis, konvergen-divergen, evaluatif, pemecahan masalah, dan kreatifitas,
keterampilan berkomunikasi ddan memimpin, keterampilan mengoperasikan alat
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai
oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah
ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar
kompetensi.
1.
Pengertian indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi..
Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifisik yang dapat dijadikan
untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana
penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu
1.
B.
A.
Adapun dalam mengkaji Kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada
standar isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada distandar isi.
2.
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
3.
Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang tidak
operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok pemahaman
dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar.
Sehinggah langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
1)
yang harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai? jawaban dari pertanyaan
tersebut kemudian didaftar baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2)
1.
2.
3.
yang dianggap relevan tanpa memikirkan urutannya lebih dahulu juga tentukan indikatorindikator yang relevan dan tuliskan sesuai urutannya.
2)
Tambahkan indikator lain sebelumnya dan rubahlah rumusan yang kurang tepat dengan
1.
C.
A.
2.
Seimbang, artinya dimana setiap peserta Kompetensi perlu dapat dicapai melalui
alokasi waktu yang cukup untuk pembelajaran yang efektif.
3.
4.
Adapun Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan KD yang baik adalah sebagai
berikut:
1.
Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada perubahan
tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa sebagai peserta didik.
2.
Rumusan KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-kata operadional.
3.
Rumusan KD harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang akan
diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar
7. Draf awal standar kompetensi untuk perkembangan kurikulum
Sehingga jika digabungkan, standar kompetensi profesi adalah suatu yang bernilai tetap dan
baku yang digunakan untuk mengukur pekerja dalam bidang pekerjaan keahlian tertentu
apakah mampu, berpengetahuan cukup, terampil dan memiliki sikap yang memungkinkan
untuk melaksanakan keahliannya dengan efektif.
Dengan dikuasainya Kompetensi oleh seseorang, maka orang tersebut mampu:
Menyelesaikan masalah yang ada dan apa yang harus dilakukan, bilamana terjadi
sesuatu keadaan yang berbeda dengan rencana semula (contingency management
skill)
Pengetahuan dan keterampilan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal
ditempat kerja.
Standar kompetensi tidak berarti bila hanya terdiri dari kemampuan menyelesaikan
tugas/pekerjaan saja, tetapi dilandasi pula dengan bagaimana dan mengapa tugas itu
dikerjakan
yang terkait dan sesuai dengan bidang keahlian atau sektor industri yang akan dikembangkan.
Tim pengembang tersebut dapat bersifat ad hoc dan akan berakhir bila telah menyelesaikan
tugasnya.
2. Pengumpulan referensi
Data dan informasi yang berkaitan dengan penyusunan standar seperti uraian
pekerjaan/jabatan, SOP yang terkait, manual, peraturan perundangan-undangan, standar
produksi, kamus istilah, referensi adapatif dan referensi lain yang terkait dengan bidang
keahlian/sektor industri yang akan dikembangkan dikumpulkan dan dipilah berdasar
katagorinya.
3. Penyusunan draf I
Pada tahap ini draf standar kompetensi disusun dengan menetapkan lingkup bidang keahlian,
mengidentifikasi unit-unit kompetensi, merumuskan sub-sub kompetensi untuk setiap unit
kompetensi yang telah diidentifikasi, menetapkan kriteria unjuk kerja untuk setiap
subkompetensi, menetapkan k. ondisi unjuk dan acuan penilaian dan menetapkan level
kompetensi untuk setiap unit yang dirumuskan.
4. Validasi draf I
Draf I yang telah tersusun divalidasikan kepada pihak yang terkait atau stake holder yang
kompeten, untuk memberikan masukan dan koreksi serta keterbacaan dari draf tersebut.
Dalam proses validasi tersebut harus dilakukan secara sistimatis sesuai dengan kelaziman
yang berlaku dalam kegiatan validasi suatu konsep.
5. Workshop
Workshop pengembangan standar kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh masukan
yang lebih komprehensif dari pihak yang terkait dan relevan.. Workshop harus
diselenggarakan secara formal pada tingkat nasional, agar hasil dari kegiatan tersebut
sekaligus sebagai bagian dari serta merupakan wahana untuk sosialisasi sekaligus pengakuan
ataukeberterimaan atas standar kompetensi dimaksud secara nasional.
6. Penyempurnaan hasil
Draf yang telah dibahas dan disepakati dalam workshop disempurnakan pada aspek
penyempurnaan bahasa, kesalahan ketik, peristilahan teknis dan non teknis selanjutnya
dilakukan pengesahan sebagai Standar Kompetensi Versi Pertama
8. Desain program istruksonal kurikulum
a. KONSEPSI DASAR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau
acuan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pengembangan sistem intruksional ialah
proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa
berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku pengembangan sistem ini
memerlukan pemantauan interaksi siswa. Pengembangan senantiasa didasarkan pada
pengalaman. Pengamatan yang sesama dan percobaan yang terkendali. Sedangkan
menurut Twelker, Pengembangan instruksional ialah cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangakan dan mengevaluasi seperangkat materi dan
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua proses
pengembangan, pertama ialah pendekatan secara empiris yang menggunakan dasardasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman pengembang.
Pendekatan kedua ialah dengan pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan
pengajaran ada langkah-langkah secara sistem : cara mencapainya dipilihkan caracara tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu.[1]
Ada banyak sekali konsepsi dasar tentang pengembangan sistem intruksional yang
dapat kita jumpai dalam berbagai kepustakaan, yang rumusannya saling berbeda.
Untuk memperoleh pengertian yang komprehensif, berikut ini diberikan beberapa
konsepsi dasar yakni:
AECT (1979: 20) mendefenisikan sebagai berikut:
Pengembangan pembelajaran adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam
desain, produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang
lengkap termasuk komponen-komponennya dan contoh manajemen
penggunaannya.
AETT (dalam Miarso, 1988: 8) mendefenisikan bahwa:
Pengembangan instruksional adalah pengembangan sumber-sumber belajar
secara sistematik agar dapat terjadi perubahan perilaku.
Ely (1978: 4) mendefenisikan bahwa:
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses secara sistematis
dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar
mendapatkan pemecahan yang teruji validitas dan praktis bisa dilaksanakan.
.
b. PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
Sebagai
bagian
dari
teknologi
pendidikan,
pengembangan
sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip dasar yang sama dengan teknologi
pendidikan, yakni: berfokus pada siswa, menggunakan pendekatan sistem, dan
berupaya memaksimalkan penggunaan berbagai sumber belajar.
1.
Berfokus pada siswa
Prinsip ini memandang bahwa, dalam rangka penerapan pengembangan sistem
instruksional, siswa adalah sentral kegiatan pembelajaran. Prinsip ini juga
memandang bahwa dalam setiap proses pembelajaran, siswa hendaknya bertindak
sebagai pihak yang aktif dan dibuat aktif. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa guru
adalah pihak yang pasif. Keduanya harus bertindak aktif.
2.
Pendekatan sistem
Prinsip ini memandang bahwa masalah belajar adalah suatu sistem. Maksudnya,
penanganan terhadap satu komponen pembelajaran dalam rangka pelaksanaan
pengembangan sistem instruksional harus pula mempertimbangkan integrasi
komponen yang lain sehingga diperoleh efek yang sinergistik untuk memecahkan
masalah-masalah belajar.
3.
Pemanfaatan sumber belajar secara maksimal
Prinsip ini memandang bahwa semua komponen sumber belajar baik pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik, dan latar harus dimanfaatkan secara luas dan maksimal
dalam rangka memecahkan masalah-masalah belajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
c. TINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
Beberapa tingkatan pengembangan sistem instruksianal dapat kita lihat sebagai
berikut:
1.
Tingkatan Sistem
Pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem ini dimaksudkan untuk
menghasilkan sistem pembelajaran yang besar. Kegiatan biasanya berangkat dari nol,
yakni tidak adanya sistem tersebut sampai dengan dihasilkannya suatu sistem.
Kegiatan ini didahului dengan kegiatan awal yang mendalam dan menyeluruh, yang
meliputi: analisis kebutuhan, analisis topik, serta analisi tugas. Kegiatan ini tidak
hanya berbicara masalah pembelajaran saja tetapi juga masalah pendidikan secara
keseluruhan. Masalah yang mendorong dilakukannya kegiatan ini bukan hanya
sekedar masalah pembelajaran, melainkan keseluruhan sistem pendidikan dan latihan
yang dihadapi oleh lembaga yang bersangkutan. Sedangkan sistem pendidikan/latihan
yang menyeluruh itu meliputi masukan mentah (siswa/peserta), jumlah dan
kualifikasinya; masukan instrumental (kurikulum/program, fasilitas, dana, dan
lainnya); proses/pelaksanaan kegiatan pendidikan/latihan itu sendiri; serta hasil itu
yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. Oleh karena itu kegiatan ini melibatkan
banyak orang terdiri dari ahli teknologi pembelajaran, ahli bidang studi, guru, dan
sebagainya.
2.
Tingkatan Kelas
Pengembangan sistem instruksianal tingkat kelas ini pada hakikatnya adalah
merupakan penjabaran lebih lanjut dari pengembangan sistem instruksianal tingkatan
sistem untuk dilaksanakan dalam tingkatan kelas. Dengan kata lain, pengembangan
sistem instruksianaltingkatan kelas ini adalah identik dengan penyusunan persiapan
mengajar oleh guru untuk satu atau lebih topik tertentu. Kegiatan awalnya sangat
sederhana, biasanya berupa penilaian tingkat kemampuan awal siswa. Pada
pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini diasumsikan bahwa
5. Evaluasi kurikulum
Definisi Evaluasi Kurikulum
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan
pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu
penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara
per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi
menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang
manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan
evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid
dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray
1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai
implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat
keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang
sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari
definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan
prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas
suatu program.1Sedangkan pengertian kurikulum adalah :
Worthen & Sanders, 1987 : 41-49
Evaluasi adalah proses pengumpulan informasi untuk membantu mengambil keputusan
dan di dalamnya terdapat perbedaan mengenai siapa yang dimaksudkan dengan
pengambilan keputusan
Tyler (1949)
Evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada
hasil belajar (behavior).
Orint, M. (1993)
Evaluasi kurikulum adalah memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang
disepakati dan data yang diperoleh dari lapangan.
Cronbach (1980)
Evaluasi kurikulum adalah proses pemeriksaan sistematis terhadap peristiwa yang terjadi
pada waktu suatu kurikulum dilaksanakan dan akibat dari pelaksanaan pengembangan
kurikulum tersebut.
Meyer (1989)
Evaluasi kurikulum sebagai suatu usaha untuk memahami apa yang terjadi dalam
pelaksanaan dan dampak dari kurikulum.
Longstreet dan Shane (1993)
Evaluasi kurikulum adalah pemberian pertimbangan untuk mencapai kesuksesan.
Mawid Marsan (2004 : 41)
Evaluasi kurikulum adalah sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai
suatu kurikulum untuk diguanakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari
kurikulum dalam suatu konteks tertentu.
Grayson (1978)
Menurut Tyler :
DI SUSUN OLEH
INDAH KURNIA
11340050
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001
A. S, Homby, Oxford Advanced Learner Dictionary Of Current English, Oxford University
Press :New York, 1995.
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.
Jakarta.
Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Badan Nasional Sertifikasi Profesi Tahun
2005
Wahyudin.2011.Komponen-komponen Kurikulum Online
http://whyfaqoth.blogspot.com/2011/07/komponen-komponen-kurikulumdan.htmlDiakses tanggal 23 Pebruari
http://www.sutisna.com/pendidikan/kurikulum/fungsi-kurikulum/
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha, 2008. Kompetensi Plus, Teori, Desain, Kasus, dan
Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Uratari, Retno, 2011. Taxonomy, Apa dan Bagaimana Pengunggunaannya.
http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/attachments/766_1-Taksonomi Bloom
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004.
Jakarta
Lembaga Administrasi Negara. 2009. Rancang Bangun Program Diklat. Bahan Diklat Bagi
Pengelola Diklat. Jakarta
Mulyana, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Smith, Andrew. 2000. Training and Development In Australia. Butterworths. Sydney
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran.
Rajawali Pers. PT Rajagrafindo Persada
Peraturan Pemerintah No.101/2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai
Negeri Sipil
Undang-Undang No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional