Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang
telah

didapatkan.

Pembahasan

ini

meliputi

hasil

diskusi,

keterbatasan penelitian, serta implikasi terhadap keperawatan.


Interpretasi dan diskusi hasil pada penelitian ini disesuakian
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Setelah dilakukan pengumpulan data maka interpretasi dan hasil
diskusi nya adalah sebagai berikut :
6.1 Pengetahuan sesudah diberikan konseling teman sebaya
Berdasarkan

gambar

5.7

dijelaskan

bahwa

tingkat

pengetahuan baik remaja lebih besar dibandingkan dengan


tingkat pengetahuan cukup dan kurang yaitu 51%.
beragam

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

Ada
tingkat

pengetahuan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


pengetahuan tentang seksualitas pada remaja adalah informasi.
Informasi yang diberikan

dapat berupa

konseling

teman

sebaya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Amri (2013)


berasumsi bahwa ada perbedaan antara remaja yang mengikuti
konseling teman sebaya dan tidak. Hal ini sangat jelas bahwa
informasi sangat memberikan dampak terhadap seseorang,

66

67

semakin baik informasi yang didapatkan maka semakin baik


pengetahuan

seseorang,

dan

kurangnya

informasi

yang

didapatkan maka semakin kurang pula pengetahuan seseorang.


Dalam upaya memperoleh pengetahuan tentang seksualitas,
tidak dibedakan antara laki-laki atau perempuan, karena
pendidikan sensualitas diperlukan oleh semua remaja. Hal ini
terjadi karena pada masa remaja, baik laki-laki maupun
perempuan mulai mengalami masa pubertas (Kumalasari &
Andhyanto, 2012). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa pada kedua kelompok responden berjenis kelamin
perempuan, yaitu 28 (57%) dan 29 (66%) responden dan
berjenis kelamin pria sebanyak 21 (43%) dan 15 (34%)
responden.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan remaja
adalah pengalaman. Pengalaman merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan dan dapat diartikan
sebagau suatu hal yang pernah dialami yang memungkinkan
menimbulkan pengetahuan baru bagi seseorang (Notoamodjo,
2007). Pada hal ini pengalaman dari konselor sebaya dapat
ditularkan

kepada

remaja

yang

belum

mendapat

sutu

pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan tentang seksualitas.


Menurut Tarigan (2010) dalam Maolinda, dkk (2012), metode

68

konseling teman sebaya lebih efektif dalam meningkatkan


pengetahuan tentang seksualitas pada remaja dibandingkan
dengan metode ceramah.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden berusia
12-16 tahun pada kelompok eksperimen yaitu 40 orang (80%)
dan pada kelompok kontrol yaitu 41 orang (93%). Berdasarkan
tingkatan

kelas

dari

kelompok

eksperimen

sebanyak

49

responden dan kelompok kontrol sebanyak 44 responden


diketahuai bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah
dari kedua kelompok yaitu kelas X sebanyak 26 dan 24
responden dan pada kelas XI sebanyak 23 dan 20 responden.
Pemilihan subjek pada murid SMA kelas X dan XI dilakukan
dengan pertimbangan sebaran usia remaja awal (12-16 tahun)
dan remaja akhir (17-25 tahun) (Depkes RI, 2009). Menurut
Santrock (2007), usia antara 12-16 tahun seorang remaja
tumbuh kearah kematangan, bukan hanya fisik melainkan sosial
dan psikologis. Masa remaja dalam berhubungan dengan
sosialnya cenderung lebih dekat dengan teman sebaya, dimana
tingkat umur dan kedewasaan yang relatif sama. Hal ini terjadi
karena remaja memiliki personal fable yaitu keyakinan bahwa
hanya dia yang mengalami pengalaman unik, bukan orang
dewasa lain (Widodo, 2010).

69

Konseling teman sebaya merupakan konseling yang


dilakukan oleh remaja kepada sebayanya. Konseling tersebut
dapat meliputi sumber informasi dan perbandingan tentang
dunia di luar keluarga yang dianggap tabu untuk diungkapakan
di

lingkungan

seksualitas

keluarga.

tabu

untuk

Keluarga
dibicarakan

menganggap
bersama

masalah

remaja,

hal

tersebut akan mengakibatkan pengetahuan remaja cendurung


kurang dan remaja akan bingung dengan perubahan yang
terjadi

dengan

dirinya.

Menurut

Landor,

dkk

(2012)

pengungkapan informasi terkait seksualitas dapat disampaikan


dengan nyaman oleh sebayanya.
Menurut

penelitian

Amri

(2013),

hasil

penelitian

menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara


kelompok

eksperimen

yang

diberi

perlakuan

pendidikan

kesehatan berupa keonseling teman sebaya dengan kelompok


yang tidak diberi perlakuan. Hal ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan bahwa pendidikan
kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok
atau masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan Sehingga
pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai usaha untuk
membantu individu dalam meningkatkan kemampuan untuk

70

mencapai

kesehatan

secara

optimal.

Khususnya

dalam

penelitian ini adalah bagi remaja yang awalnya kurang atau


tidak tahu tentang seksualitas menjadi tahu setelah diberikan
pendidikan kesehatan berupa konseling teman sebaya.
Konseling

teman

sebaya

merupakan

suatu

sumber

informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga,


dimana

remaja

dapat

menerima

umpan

balik

tentang

kemampuan diri. Pada dasarnya konseling teman sebaya


merupakan

suatu

memperhatikan

cara

dan

bagi

remaja

membatu

belajar

anak-anak

bagaimna

lain,

serta

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Suwarjo, 2008).


6.2 Pengaruh metode konseling teman sebaya terhadap
pengetahuan remaja tentang seksualitas
Berdasarkan hasil uji Man-Whitnet test pada tabel 5.10
hasil penelitian menunjukan bahwa hasil signifikansi sebesar
0,041

(p

<0,05)

sehingga

dapat

disimpulkan

pemberian

pendidikan kesehatan reproduksi dengan metode konseling


teman sebaya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pengetahuan remaja tentang seksualitas. Hal ini terlihat dari
rata-rata skor pengetahuan kelompok eksperimen sebesar
52,37 dengan rata-rata skkor pengetahuan kelompok kontrol
sebesar 41,02. Secara praktis dapat dijelaskan ada perbedaan

71

rata-rata

pengetahuan

sebesar

11,35

antara

kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa responden
dengan pengetahuan baik paling menonjol pada kelompok
ekperimen, yaitu sebanyak 25 responden (51%) sedangkan
pada

kelompok

kontrol

sebanyak

12

responden

(27%).

Pengetahuan cukup pada kelompok eksperimen sebanyak 19


responden

(29%)

responden

dan

(10%),

pengetahuan

cukup

pengetahuan

sedangkan
sebanyak

kurang

pada
28

sebanyak

kelompok

responden

kontrol

(64%)

dan

pengetahuan kurang sebayangk 4 responden (9%). Dalam


memperoleh pengetahuan terdapat faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, salah satu faktor tersebut adalah mass media /
informasi, dalam hal ini informasi diberikan melalui konseling
teman sebaya (pada kelompok ekspreimen) dan promosi
kesehatan (pada kelompok kontrol). Informasi tersebut dapat
memberikan
sehingga

pengaruh

menghasilkan

jangka

pendek

perubahan

(immediateimpact)
atau

peningkatan

pengetahuan, sehingga dapat menekan terjadinya pengalaman


buruk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang
berpengaruh pada seksualitas. Remaja dengan pengalaman
buruk akan cenderung mudah terjebak pada aktivitas seks pada

72

usia dini dan kecenderungan untuk memiliki pasangan seksual


yang berganti-ganti (Notoatmodjo, 2007; Putriani, 2010).
Hal ini sesuai dengan teori menurut Corey, dkk yang
dikutip dalam Widodo (2010) bahwa salah satu tujuan konseling
teman sebaya antara lain terjadinya perubahan kearah positif,
meningkatkan pengetahuan dan satu kondisi agar konseli
merasa bebas melakukan eksplorasi diri, penyesuaian diri dan
kesehatan mental, kebebasan psikologis tanpa mengabaikan
tanggungjawab sosial. Hal ini terjadi karena konseling teman
sebaya dilakukan oleh orang non-profesional artinya bahwa
individu yang berperan sebagai konselor sebaya bukanlah
konselor professional atau ahli terapi, dengan kata lain usia
konselor sebaya kurang lebih sama dengan individu yang
dilayani. Mereka adalah siswa yang memberikan bantuan
kepada siswa lain di bawah bimbingan dan supervisi konselor
ahli/professional. Menurut Tiego (2015), tujuan lain dari
konseling

teman

sebaya

adalah

membantu

pembentukan

karakter, meningkatkan efiksi diri, meningkatkan performa


akademis, membangun kembali hubungan yang retak antara
sesama siswa/siswa-guru/siswa-orang tua, dan menjadi role
model.

73

Beberapa keunggulan dari metode

konseling teman

sebaya adalah sumber informasi dan perbandingan dunia diluar


keluarga, remaja yang melakukan konseling teman sebaya
dapat menerima umpan balik tentang kemampuan dirinya,
seorang remaja dapat menilai apa yang dilakukannya dengan
bercermin pada hal-hal yang dilakukan oleh sebayanya dan
dapat mengimplementasikan kemandiriannya (BKKBN, 2012).
6.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat keterbatasan-keterbatasan
penelitian yang meliputi :
1. Intrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner,
dimana

pertanyaan-pertanyaan

ini

kemungkinan

diinterpretasikan berbeda oleh setiap responden sehingga


jawaban

responden

bergantung

persepsi

terhadap

pertanyaan yang diajukan. Selain itu, terdapat kelemahan


lain

yaitu

memiliki

tingkat

kejujuran

lebih

rendah

dibandingkan dengan menggunakan wawancara mendalam.


2. Jumlah pertanyaan pada tiap aspek penilaian dalam
kuesioner tidak merata.
3. Waktu
mengerjakan
soal/mengisi

kuesioner

terlalu

sempit/kurang, karena pihak sekolah hanya menghendaki


pada saat mata pelajaran BK (Bimbingan Konseling).

74

Padahal responden ada yang kurang konsentrasi karena


khawathir waktu penelitian akan memakai jam berikutnya,
ditambah dengan pemahaman terhadap pertanyaan dalam
kuesioner membutuhkan waktu yang lama.
6.4 Implikasi Keperawatan
1. Implikasi untuk keperawatan
Promosi kesehatan dalam bentuk pendidikan kesehatan
merupakan upaya yang dilakukan melalui penyampaianpenyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan individu, perawat sebagai tenaga
kesehatan dalam fungsinya Health Edukator dan Promotor
dibutuhkan untuk menjadi perawat dilingkungan sekolah
yang mampu memberi solusi untuk permasalahan anak
khususnya terkait masalah kesehatan. Perawat sebagai
tombak untuk mewujudkan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat

dapat

mengambil

bagian

sebagai

sumber

informasi tentang pendidikan reproduksi, terkait masalah


seksualitas rema yang benar terutama dalam menanamkan
secara dini pada remaja di usia sekolah yang akan memasuki
masa dewasa awal dalam menentukan kehidupan mendatang.

75

Selain memberikan informasi, perawat hendaknya mampu


memberikan solusi atau intervensi yang baik untuk semua
lapisan masyarakat tak terkecuali remaja pada usia sekolah
apabila menemukan permasalahan kesehatan. Remaja usia
sekolah lebih cenderung dekat dengan sebayanya, sehingga
konseling teman sebaya akan menjadi media pemberian
informasi
merupakan

yang

lebih

kegiatan

efektif.
yang

Konseling

diatur

secara

teman

sebaya

sengaja

dan

sistematis, dimana sebelumnya para konselor sebaya diberi


materi oleh seorang ahli. Dalam hal ini perawat dapat
memberikan promosi kesehatan kepada konselor sebaya
yang nantinya akan disalurkan kepada sebayanya.
2. Implikasi untuk tempat penelitian
Salah satu metode pembelajaran yang efektif dalam
memberikan informasi yang berkenaan dengan seksualitas
adalah dengan konseling teman sebaya. Hal ini dikarenakan,
remaja cenderung lebih dekat dengan sebayanya dan lebih
nyaman menceritakan masalah dilura keluarganya. Selain itu
konselor sebaya merupakan konselor yang sudah dilatih oleh
konselor profesional sehingga diharapkan dapat memberikan
pengetahuan yang bisa diterima oleh remaja. Selain itu,

76

metode ini dapat meningkatkan kemandirian remaja dalam


kehidupan sosialnya.
3. Implikasi untuk orang tua
Orang tua

memiliki peranan penting dalam

fase

pertumbuhan pada masa remaja. Dimana memasuki masa


remaja anak akan mengalami sederet perubahan-perubahan
yang dramatis baik perubahan fisik maupun emosional.
Sehingga untuk mengontrol anak agar dapat menghadapi
masa

awal

remaja/pubertas

dengan

baik,

orang

tua

diharapkan untuk lebih aktif dan terbuka mengenai hal-hal


yang berkaitan dengan reproduksi khususnya mengenai
seksualitas, mulai dari hal yang paling sederhana hingga
yang paling kompleks. Hal ini diharapkan dapat mencegah
dampak negatif atau permasalahan dalam memeasuki masa
remaja/pubertas.

77

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

penelitian

tentang

pengaruh

metode

konseling teman sebaya terhadap pengetahuan remaja tentang


seksualitas, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1 Ada perbedaan skor pengetahuan antara kelompok ekserimen
dan kelompok kontrol, dimana rata-rata ranking pengetahuan
kelompok eksperimen diperoleh sebesar 52,37 dan rata-rata
ranking pengetahuan kelompok kontrol sebesar 41,02. Secara
praktis terdapat selisih rerata pengetahuan sebesar 11,35
antara kelompok eksperimen dan kontrol.
2 Berdasarkan hasil analisa Mann-Whitney dapat disimpulkan
ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan
kesehatan reproduksi dengan metode konseling teman sebaya
terhadap pengetahuan remaja tentang seksualitas.
7.2 Saran
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi sekolah
terkait materi seksualitas. Materi tersebut menadi sangat
tabu

apabila

dibicarakan

diluar

pendidikan

seksualitas,

sehingga akan lebih baik apabila siswa diberi pembekalan

78

materi melalui pendidikan seksualitas. Salah satu cara


pemberian

materi

seksualitas

adalah

dengan

bantuan

konselor sebaya, karena para rremaja dapat dengan nyaman


berbicara dengan sebaya.

2. Bagi Siswi/Responden
Hendaknya responden yang telah mendapatkan sebagian ilmu
tentang

pendidikan

seksualitas

dapat

reproduksi,

membagikan

terutama
ilmu

mengenai

tersebut

kepada

sebanyanya, untuk mencegah perilaku seksual beresiko dan


meningkatkan pengetahuan. Materi mengenai seksualitas
tersebut lebih nyaman apabila dibicarakan dengan sebayanya
sehingga akan lebih mudah memberikan informasi tersebut
kepada sebaya.
3 Bagi Institusi
Sebagai

bahan

referensi

dan

acuan

untuk

melakukan

penelitian atau riset lebih lanjut dalam rangka peningkatan


pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan reproduksi
khususnya yang berkaitan dengan seksualitas.
4 Bagi Peneliti

79

Sebagai suatu proses belajar untuk bersosialisasi dalam suatu


komunitas anak sekolah, serta untuk mengaplikasikan ilmu
keperawatan maternitas yang sudah diperoleh di bangku
kuliah.

Anda mungkin juga menyukai