Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: 1501103010112
Fauza Aliya
: 1501103010113
Erlita
: 1501103010111
Riza Mulyana
1301103010004
Chairanisa Natasha Miraza
1301103010021
: 13011030100
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Revaluasi Aktiva Tetap berdasarkan Sewa Guna Usaha (Leasing) dengan Hak Opsi
(Operating Lease) dan Tanpa Hak Opsi (Capital/Finance Lease)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA..............................................................................
2.2 PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK SEWA GUNA USAHA.....................................
2.2.1
2.3.2
2.4.2
2.5 PERBANDINGAN
ANTARA
SEWA
GUNA
USAHA
DENGAN
PEMBELIAN LANGSUNG.....................................................................
2.6 PERBANDINGAN ASET YANG SUDAH DIMILIKI SEBAIKNYA
DIREVALUASI,
TIDAK
DIREVALUASI
ATAU
DIJUAL
DISEWAKAN KEMBALI........................................................................
DAN
3.1
KESIMPULAN..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................
BAB I
PENDAHULUAN
untuk membeli barang modal langsung atau menyewa barang modal dengan hak opsi sangat
berkaitan dengan perencanaan pajak, secara legal baik peraturan menteri keuangan ataupun
peraturan standar akuntansi keuangan (PSAK).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
utamanya adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan yang dimaksud jika seorang nasabah membutuhkan
barang-barang modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli
secara kredit dapat diperoleh diperusahaan leasing. Pihak Leasing dapat membiayai
keinginan nasabah dengan perjanjian yang telah disepakati kedua pihak.
Perusahaan Leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang berdiri sendiri.
Keterbatasan perusahaan leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh
bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor memyediakan barang dengan hak
penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan
No. 1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang dimaksud dengan finance lease
adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya, operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna
usaha.
2.2
Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessee sesuai dengan pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1
berikut :
1. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dis
menggunakan hak opsi untuk membeli.
2. setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan pe
adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan.
3. pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas ta
dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut memenuhi
ini.
4. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam Pasal 3 Kepu
melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha tersebut dan memperlakukannya sebagai
5. Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha.
2.2.1 Penjualan dan Penyewaan Kembali
Hal-hal yang berkaitan dengan penjualan dan penyewaan kembali adalah sebagai berikut :
1. Untuk penjualan dan penyewaan kembali tanpa hak opsi, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masukan
harus dibayar kembali.
2. Atas penyewaan kembali barang modal tersebut, maka lessor harus memungut Pajak Pertambahan Nil
3. Pengalihan tanah dan bangunan sewa guna usaha :
A. saat lessee menjual kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5 % dari nilai jual (nilai akta) atau
digunakan untuk menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP.
B. Saat lessor menjual kepada lessee, lessor dikenakan PPh 5% dari nilai opsi.
Contoh kasus sewa guna tanpa hak opsi :
Lessor PT ABC meng-SGU-kan mesin golongan II dengan harga. pokok Rp 200.000.000,00 kepada PT DEF
bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam kontrak SGU tidak tercantum klausul
mesin tersebut dengan harga murah pada akhir periode SGU. Pembayaran per bulan Rp8.000.000,00.
Perlakuan Pajaknya sebagai berikut :
Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp 8.000.000,00 x 24 bulan = Rp 19
kecil dari jumlah pokok mesin sebesar Rp 200.000.000,00. Selain itu tidak ada klausa pilihan bagi penyewa
akhir periode leasing.
Oleh karena itu SGU ini tergolong SGU tanpa hak opsi (Operating Lease) atau sewa menyewa biasa .
Lessor : PT ABC
Lessee : PT DEF
Lessor PT ABC meng-SGU-kan mesin golongan II (masa manfaat 8 tahun) dengan harga pokok Rp 200.0
Jangka waktu leasing 36 bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam kontrak S
lessee untuk membeli mesin tersebut dengan harga murah pada akhir periode SGU. Pembayaran per bulan Rp
pokok hutang leasing sebesar Rp 5.555.555,00 dan bunga Rp 2.444.445,00.
Perlakuan pajaknya sebagai berikut :
Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp 8.000.000,00 x 36 bulan = Rp 28
menutupi harga pokok mesin sebesar Rp 200.000.000,00 dan nilai sisa barang setelah periode leasing. Sel
penyewa untuk memiliki mesin tersebut. Jangka waktu leasing adalah 3 tahun (36 bulan) sedangkan bar
memenuhi syarat Finance Lease karena untuk barang golongan II jangka waktu leasing minimal 3 tahun.
maka SGU ini tergolong SGU dengan hak opsi (Finance Lease).
Lessor : PT ABC :
Mencatat piutang Leasing sebesar
= Rp 288.000.000
= Rp
2.444.445
= Rp
5.555.555
= Rp
8.000.000
2.3
Berdasarkan PSAK Nomor 30 tentang Standar Akuntansi Sewa Guna Usaha 2002, dalam menentukan j
utama yang digunakan adalah asas makna ekonomi. Suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelom
dengan hak opsi apabila memenuhi semua syarat-syarat berikut ini :
1. Lessee memiliki hak opsi untuk membeli aset yang disewagunausahakan pada akhir masa sewa gu
disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah dengan niali sisa mencakup pen
modal serta bunganya sebagai keuntungan lessor (full payout lease).
3. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun.
Apabila salah satu syarat diatas tidak terpenuhi, maka transaksi tersebut dikelompokkan sebagai se
usahan tanpa hak opsi. Transaksi leasing yang dikelompokkan ke dalam financial lease atau sewa
dikenakan pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai. Tetapi transaksi yang tergolong ope
kepada lessor merupakan objek pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai.
2.3.1 Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)
A. Finance lease
1. Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penana
penanaman neto tersebut terdiri dari Jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) y
sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha y
income), dan simpanan jaminan (security deposit).
2. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan
diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income).
3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapata
tingkat pengembalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.
4. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna usaha sebelum berakh
perbedaanantara harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan dilakuk
keuntungan atau kerugian periode berjalan.
5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha harus diakui dan dicatat seb
B. Operating lease
1. Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha b
2. Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa gun
pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang
pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap periode.
3. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam Jumlah yang layak
berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
4. Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus dia
atau kerugian tahun berjalan.
2.3.2 Perlakuan Akuntansi oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee)
A. Capital Lease
1. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa
dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyew
guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat
sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban
2. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah t
perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
3. Aktiva yang disewagunausaha harus diamortisasi dalam Jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa man
4. Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan
dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.
5. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan p
penyewa guna usaha.
6. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka transaksi terseb
transaksiyang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jua
harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntunga
harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewagunausaha apabila leaseba
merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operatin
B. Sewa Menyewa Biasa (Operating lease)
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasar
sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap pe
2.4 PERENCANAAN PAJAK UNTUK SEWA GUNA USAHA
Perencanaan pajak dapat digunakan untuk aset tetap yang baru akan dibeli maupun aset tetap yang telah
akan dibeli pertimbangannya adalah membeli secara lansgung (tunai atau kredit) atau dengan menyewa. Sed
dimiliki pertimbangannya adalah mempertahankannya, melakukan revaluasi, atau dijual dan disewagunausah
2.4.1 Membeli Secara Langsung atau Melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak untuk hal ini, antara lain sebagai berikut :
1. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung pe
penyusutan.
2. Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis ya
perpajakan.
3. Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk membaya
dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
4. Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat membiaya
dibandingkan apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang dipercepat). Masa sewa guna usah
tahun untuk barang modal golongan I,3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun un
2.4.2 Penjualan dan Penyewaan Kembali
Pada saat penjualan dari lessee kepada lessor, lesse dikenakan PPh 5% dari nilai jual (nilai akta) atau N
digunakan untuk menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. Saat lessor menjual kepada lessee (p
PPh 5% dari nilai opsi. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah jika gedung dimiliki secara langsung, m
hanya beban penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka waktu 20 tahun. Apabila diperole
hak opsi maka semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran sewa baik atas tanah maupun bangunan dapa
2.5 PERBANDINGAN ANTARA SEWA GUNA USAHA DENGAN PEMBELIAN LANGSUNG
Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung s
membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak.
Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan beban penyusutan
pembelian langsung adalah sebesar beban penyusutannya saja. Di samping dihitung berdasarkan nilai nom
tunai (PV).
Walaupun sewa guna usaha lebih mahal dari pembelian langsung, penghematan pajaknya juga lebih be
dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha lebih pendek dari umur ekonomis.
2.6 PERBANDINGAN ASET YANG SUDAH DIMILIKI SEBAIKNYA DIREVALUASI, TIDAK DIR
DISEWAKAN KEMBALI
1. Jika perusahaan melakukan revaluasi, maka atas selisih lebih setelah revaluasi akan dikenakan PPh
merupakan dasar untuk melakukan penyusutan pada tahun bersangkutan dan seterusnya.
2. Tanah dan bangunan yang telah dimiliki tidak direvaluasi, sehingga untuk beban penyusutan
sebelumnya.
3. Apabila dilakukan penjualan dan penyewaan kembali dengan hak opsi, maka perusahaa pada saat
PPh final sebesar 5% dari nilai jual.
4. Untuk penjualan kembali tanah dan bangunan semua biaya yang dibayarkan kepada lessor dapat
tanah maupun bangunan. Pada saat akhir masa sewa dan pengambilan opsi dilakukan, perusahaan
atas nilai bangunan sesuai dengan nilai opsinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf b Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991 masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk
barang modal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 tahun
untuk Golongan Bangunan, jika suatu leasing tidak memenuhi ketentuan tersebut maka
leasing diperlakukan sebagai sewa biasa atau disebut operating lease.
Transaksi leasing yang dikelompokkan ke dalam financial lease atau sewa guna usaha
dengan hak opsi tidak dikenakan pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai. Tetapi
transaksi yang tergolong operating lease atas pembayaran lesee kepada lessor merupakan
objek pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai.
Harga perolehan tanah dan bangunan melalui penjualan dan penyewaan kembali lebih
mahal, tetapi semua biaya sewa boleh dibiayakan, baik biaya sewa atas tanah maupun
bangunan boleh disusutkan, sedangkan atas tanah tidak boleh disusutkan. Hal ini akan
memengaruhi besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian, walaupun penjualan dan penyewaan kembali harga
perolehannya lebih mahal tetapi penghematan pajaknya juga yang paling besar, sehingga
alternatif ini sebaiknya dipilih oleh perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA