Anda di halaman 1dari 15

Itqan Ghazali / G99142115

Hernowo Setyo / G99142116


INFEKSI SALURAN KEMIH KOMPLIKATA
Definisi dan Klasifikasi
Infeksi Saluran Kemih Komplikata adalah infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan
abnormalitas struktural atau fungsional saluran kemih atau penyakit yang mendasarinya yang
meningkatkan resiko infeksi atau kegagalan terapi
ISK komplikata dapat juga dikelompokkan menjadi :
1.

Pasien dengan faktor komplikasi yang dapat dihilangkan seperti batu, kateter

2.

Pasien dengan faktor komplikasi yang tidak dapat dihilangkan seperti neurogenic bladder.

Gejala klinis
ISK komplikata dapat disertai gejala klinis (seperti disuria, urgency, frekuensi, nyeri pinggang,
nyeri tekan sudut kostovertebra, nyeri suprapubik dan demam). Tampilan klinis dapat bervariasi
dari pielonefritis obstruktif akut yang berat dengan imminent urosepsis sampai ISK pasca operasi
yang berhubungan dengan kateter.
Diagnosis
Untuk menegakkan infeksi saluran kemih komplikata harus memenuhi dua kriteria yaitu :
1.

Kultur urin positif dengan bakteriuri bermakna > 105 koloni/ ml

2.

Satu atau lebih faktor dibawah :

Pria
Usia tua
Kehamilan
Terdapat indwelling kateter, stent atau splint (uretra, ureter, ginjal) atau penggunaan kateter
buli-buli intermitten
Residu urin post-void > 100 ml
Uropati obstruktif oleh berbagai sebab, seperti obstruksi bladder outlet (termasuk neurogenic
bladder), batu dan tumor

Modifikasi saluran kemih, seperti ileal loop atau pouch

Trauma kimia atau radiasi uro-epithelium

ISK peri- dan post-operasi

Insufisiensi ginjal dan transplantasi, diabetes mellitus dan immunodefisiensi1

Pemeriksaan Radiologis
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi kelainan yang dapat dikoreksi atau
membutuhkan tindakan khusus melalui foto BNO/IVP dengan memasukkan kontras untuk
menilai saluran kemih secara lebih baik.
Penatalaksanaan
Prinsip umum
Penatalaksanaan tergantung dari keparahan gejala klinis. Dua tatalaksana yang wajib dilakukan
adalah antibiotika yang tepat serta penanganan kelainan saluran kemih.
Lama pemberian terapi antibiotika
Pemberian antiobiotika selama 7 14 hari umumnya direkomendasikan tetapi seharusnya
berhubungan dengan tindakan koreksi kelainan yang mendasarinya. Kadang-kadang dapat
diperpanjang sampai 21 hari.
Follow up
ISK rekurens sering terjadi bila kelainan urologi tidak dapat dikoreksi. Oleh karena itu, kultur
urin ulang dilakukan 5-9 hari setelah terapi selesai dan juga 4 6 minggu kemudian.
Antibiotik pada infeksi saluran kemih
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga

alternative terapi

antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni
fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan
atau tanpa aminoglikosida

PENGHAMBAT SINTETIS DINDING BAKTERI

Antibiotik -Lactam

Cephalosporin

Carbapenem

Ampicillin

PENGHAMBAT SINTETIS PROTEIN DI RIBOSOM

Tetracycline

Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Tetracycline

Amikacin, Gentamycin, Neomycin, Metilmicin, Streptomcin, Tobramycin


Aminoglycoside
Macrolide

Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin

Cholramphenicol

Thiamphenicol

Lyncomycin

Clindamycin

PENGHAMBAT SINTETIS DNA

Quinole
Floroqunolone
Inhibitor Polimerase
Inhibitor
InhibitorMotabolisme
Replikasi
rNA
Nukelotid
DNA

Netroimidazole
Metronidazole

PENGHAMBAT MEMBRAN SEL

Polymyxin
Polyenes
Imidazole

Rifamycin

OMEPRAZOLE
DESKRIPSI SENYAWA
Esomeprazole adalah salah satu senyawa inhibitor pompa proton/pump proton inhibitor (PPI)
yang merupakan agen antisekretorik lambung. Secara struktural dan farmakologis, esomeprazol
berhubungan dengan omeprazole, lanzoprazole, pantoprazole dan rabeparzole. Esomeprazole
pada dasarnya adalah suatu enansiomer dari omeprazole (S-omeprazole). Sedangkan omeprazole
adalah campuran rasemat dari S-omeparazole dan R-omeprazole. Secara kimia obat-obat tersebut
adalah golongan benzimidazole tersubstitusi dan secara farmakologis terkait erat dengan efek
antagonis reseptor H2, antimuskarinik dan analog prostaglandin.

Struktur Esomeprazole
Esomeprazole terikat pada hidrogen-kalium ATPase pada sel parietal lambung, sehingga
menyebabkan inaktivasi sistem enzim ini (secara umum dikenal sebagai proton, hidrogen atau
pompa asam) sehingga memblok langkah akhir dalam sekresi asam klorida (HCl) oleh sel-sel,
sehingga produksi asam lambung akan menurun/berkurang.

Esomeprazole merupakan molekul yang bersifat asam labil. Esomeprazole yang tersedia
dipasaran adalah kapsul pelet berselaput enterik dengan pelepasan tertunda sehingga
memungkinkan peningkatan bioavailabilitasnya. Esomeprazole dimetabolisme secara luas.
Dihati, esomeprazole dimetabolisme melalui enzim sitokrom P450 (CYP) isoenzim 2C19 dan
dalam jumlah yang lebih kecil melalui isoenzim CYP3A4 membentuk metabolit dengan aktivitas
antisekretorik yang lebih rendah.
PPI seperti halnya omeprazole dan esomeprazole dapat menekan pertumbuhan bakteri H. Pylori
pada pasien dengan ulkus duodenum/refluks esofagitis yang terinfeksi bakteri tersebut. PPI
hanya mampu menekan pertumbuhannya, namun tidak mampu memberantas/ mengeradikasi
bakteri tersebut. Sehingga dalam penangan ulkus atau refluks esofagitis tersebut dilakukan terapi
kombinasi PPI dengan antibiotik seperti klaritromisin atau amoksisilin.

Terjadinya peningkatan pH lambung selama terapi esomeprazole dapat merangsang sekresi


gastrin melalui mekanisme umpan balik negatif dan enterochromaffin-like
cell (ECL) hyperplasia. Meskipun sebuah studi yang dilakukan pada tikus yang telah mengalami
lesi karsinoid tidak menunjukan adanya perubahan pada adenomatoid, diplastik, atau neoplastik
pada kelompok tikus yang menerima terapi esomeprazole hingga selama 1 tahun.
Terapi jangka panjang dengan PPI dkaitkan dengan adanya peningkatan resiko patah tulang
pinggul pada kelompok usia diatas 50 tahun. Resiko ini mungkin diakibatkan adanya penurunan
absorpsi sekunder kalsium terlarut untuk meningkatkan pH lambung.

INDIKASI/KEGUNAAN
Gastroesophageal Reflux (GERD)
Magnesium esomeprazole digunakan untuk terapi jangka pendek (4-8 minggu) pada pasien
esofagitis erosif dengan GERD. Obat ini juga digunakan dalam terapi pemeliharaan setelah
penyembuhan esofagitis erosif untuk mengurangi resiko kekambuhannya. Selain itu juga
digunakan untuk terapi gejala GERD (seperti mulas) meski tanpa disertai adanya esofagitis
erosif. Esomeprazole dieliminasi lebih lambat daripada omeprazole sehingga memberikan
jangkaun yang lebih luas terhadap pompa proton dan akhirnya dapat memberikan kontrol pH
lambung yang lebih besar dibanding omeprazole rasemat.
Mekanisme penekanan terhadap sekresi asam lambung menjadi andalan dalam terapi GERD. PPI
dan antagonis reseptor H2 dalam hal ini digunakan untuk menekan sekresi asam lambung,
mengontrol gejala dan mencegah komplikasi penyakit GERD. Pasien GERD umumnya
memerlukan terapi jangka panjang bahkan seumur hidup, dan ACG menyatakan bahwa untuk
keperluan ini PPI lebih efektif daripada antagonis reseptor H2. PPI juga memberikan kontrol
yang lebih besar terhadap refluks asam dibandingkan dengan prokinetik (seperti cisapride atau
metoklopramide) tanpa resiko efek samping yang parah.
Ulkus Duodenum
Magnesium esomeprazole digunakan dalam terapi jangka pendek (10 hari) pasien dengan ulkus
duodenum akibat infeksi H. Pylori dalam kombinasinya dengan klaritromisin dan amoksisilin
(triple therapy).
Pencegahan Ulkus yang Terinduksi Agen Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)
Magnesium esomeprazole juga digunakan untuk terapi pencegahan ulkus duodenum pada pasien
yang beresiko terhadap ulkus duodenum, yaitu kelompok pasien yang berusia 60 tahun atau lebih
atau pasien yang memiliki riwayat ulkus duodenum yang menerima terapi AINS.
Ulkus Terkait Penyakit Crohn's

Meskipun bukti studi masih terbatas, PPI digunakan sebagai terapi tambahan untuk menekan
sekresi asam lambung pada pengobatan gejala penyakit Crohn's.
CARA PEMBERIAN

Oral
Esomeprazole diberikan secara oral sekali sehari, dan sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan,
karena penyerapan esomeprazole yang diberikan bersamaan dengan makanan dapat menurunkan
absorpsinya sekitar 33-53%. Kapsul harus ditelan utuh, tidak boleh dihancurkan atau dikunyah.
Namun pada pasien yang mengalami kesulitan menelan, kapsul dapat dibuka, isi dikosongkan
secara hati-hati dan dicampurkan dengan 1 sendok makan saus apel, campuran kemudian ditelan
perlahan-lahan. Campuran esomprazole dan saus apel harus segera digunakan, tidak boleh
disimpan.
Untuk pemberian melalui selang nasogastrik, kapsul dapat dibuka dan pelet utuh dimasukan
dalam jarum suntik 60 mL dan dicampur dengan 50 mL air. Campuran dalam jarum suntik harus
diguncang selama 15 menit sebelum kemudian diberikan. Dalam pemberian ini, pelet harus
dipastikan dalam keadaan utuh, tidak hancur. Jika pelet telah hancur maka campuran tersebut
tidak boleh digunakan. Campuran harus segera diberikan setelah proses penyiapan melalui
selang nasogastrik dan kedalam selang harus segera dialirkan air tambahan.
Intravena (IV)
Natrium-esomeprazole digunakan secara suntikan IV selama tidak kurang dari 3 menit atau
secara infus IV selama 10-30 menit.
Untuk injeksi IV langsung, bubuk natrium-esomeprazole dilarutkan dengan menambahkan 5 ml
larutan NaCl 0,9% pada vial berlabel mengandung 20 atau 40 mg esomeprazole. Sejumlah 5 ml
larutan tersebut kemudian disuntikan selama tidak kurang dari 3 menit. Larutan hasil rekonstitusi
dapat disimpan pada suhu kamar (hingga 30 derajat celcius) dan harus digunakan dalam waktu

12 jam setelah rekonstitusi. Setiap vial esomeprazole hanya dimaksudkan untuk pemakaian
tunggal.
Untuk infus intravena, bubuk natrium-esomeprazole dilarutkan dengan menambahkan 5 ml NaCl
0,9% atau dektrosa. Larutan hasil rekonstitusi kemudian dilarutkan dalam larutan injeksi NaCl
0,9%, dekstrosa, ringer laktat hingga diperoleh volume akhir sebesar 50 ml, kemudian diinfuskan
selama 10-30 menit. Larutan natrium-esomeprazole yang direkonstitusi dalam larutan NaCl 0,9%
atau ringer laktat harus disimpan pada suhu kamar dan harus digunakan dalam waktu 12 jam
setelah rekonstitusi. Sedangkan natrium-esomeprazole yang direkonstitusi dalam dektrosa 5%
harus disimpan pada suhu kamar dan harus digunakan dalam waktu 6 jam.
Larutan natrium-esomeprazole harus diperiksa kemungkinan adanya partikel atau adanya
perubahan warna sebelum digunakan.
Produsen menyatakan bahwa esomeprazole tidak boleh diberikan secara bersamaan dengan obat
lain dalam satu infus.
DOSIS

Dosis natrium-esomeprazole maupun magnesium-omeprazole dinyatakan sebagai omeprazole.


Refluks Gastroesophageal (GERD)
Dosis esomeprazole oral yang direkomendasikan untuk terapi jangka pendek esofagitis erosif
dengan GERD adalah 20 atau 40 mg sekali perhari selama 4-8 jam, dengan tambahan selama 4-8
minggu dapat dipertimbangkan utuk memperoleh penyembuhan yang lengkap.
Untuk terapi GERD tanpa disertai esofagitis erosif adalah 20 mg sekali sehari selama 4 minggu,
dan tambahan terapi selama 4 minggu dapat dilakukan bila gejala GERD belum sepenuhnya
hilang.

Ulkus Duodenum
Dosis untuk dewasa dengan ulkus duodenum dalam triple kombinasi dengan amoksisilin dan
klaritromisin adalah 40 mg sekali perhari peroral selama 10 hari.
Pencegahan Ulkus yang Terinduksi AINS
Dosis lazim dewasa adalah 20 atau 40 mg sekali sehari hingga selama 6 bulan.
Populasi Khusus
Pada kelompok pasien dengan kerusakan hati yang parah dosis oral esomeprazole tidak boleh
lebih dari 20 mg perhari karena AUC pada kelompok pasien ini adalah 2-3 kali lebih besar
dibanding dengan AUC pada pasien dengan fungsi hari normal. Penyesuaian dosis tidak perlu
dilakukan pada kelompok pasien dengan kerusakan fungsi hati ringan hingga sedang, gangguan
fungsi ginjal dan geriatrik.
KONTRAINDIKASI

Pasien dengan hipersensitivitas terhadap esomeprazole atai benzimidazole lainnya atau bahan
lain dalam formula.
PERINGATAN/KEWASPADAAN

Kewaspadaan Umum
1.

Efek pada gastrointestinal (GI); gastritis atrofik dapat terjadi pada pasien dengan terapi

jangka panjang esomeprazole


2.

Efek pada pernafasan; PPI dikaitkan dengan adanya peningkatan resiko infeksi tertentu

(misal pneumonia)
3.

Efek pada muskoloskeletal; penggunaan PPI jangka panjang dan dalam dosis tinggi

meningkatkan resiko patah tulang pinggul terutama pada kelompok pasien usia lebih dari 50
tahun.

4.

Efek pada jantung; Ada kemungkinan penggunaan esomeprazole atau omeprazole dalam

jangka panjang beresiko meningkatkan gangguan jantung (infark miokard dan kematian
mendadak)
Kewaspadaan pada Populasi Khusus
1.

Kehamilan; kategori B

2.

Laktasi; tidak diketahui apakah esomeprazole didistribusikan kedalam jaringan susu atau

tidak, namun omeprazole telah terbukti didistribusikan kedalam susu, karenanya sebaiknya
menghentikan menyusui selama terapi dengan obat ini.
3.

Pediatrik; Khasiat dan keamanan esomeprazole pada anak kurang dari 12 tahun belum

diketahui.
4.

Geriatrik; khasiat dan keamanan esomeprazole pada geriatrik sama dengan pada dewasa

yang lebih muda.


5.

Pasien dengan kerusakan hati yang parah; diperlukan penyesuaian dosis

REAKSI OBAT MERUGIKAN YANG UMUM


Efek samping yang terjadi pada sekitar 1% atau lebih pasien yang menerima terapi esomeprazole
diantara adalah sakit kepala, diare, mual, perut kembung, sakit perut, sembelit dan mulut kering.
Efek samping pada pemberian esomeprazole IV hampir sama dengan oral.
INTERAKSI OBAT
1. Obat-obat yang dimetabolisme melalui enzim mikrosomal hati; mungkin terjadi interaksi
farmakokinetik dengan obat-obat yang dimetabolisme melalui sitokrom P-450 (CYP)
isoenzim 2C19 (esomeprazole menyebabkan penghambatan metabolisme)
2. Obat-obat yang tergantung pH lambung, misal ketokonazole, garam besi, dan digoksin
penyerapan obat tersebut dipengaruhi oleh pH lambung.
3. Warfarin; terjadi peningkatan INR dan waktu protrombin
4. AINS

HIPONATREMIA

Definisi

: keadaan kadar darah Na < 130 mEq/L

Kadar Na aman sekurangnya 125 mEq/L

Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau kadar Na < 120
mEq/L

mEq Na = 125 Na Serum x 0,6 x BB (kg)

Rumus lainnya:[3]

Defisit Natrium = 0,6 x BB (kg) X (140 Na serum)


Durasi penggantian = 2 x (140 Na serum) [jam]

Larutan NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L)

Koreksi diberikan dalam 4 jam. Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1 mL/kgbb


diharapkan dapat meningkatkan kadar Natrium sekitar 1,6 mEq/L. Larutan ini
tidak untuk diberikan pada keadaan hiponatremia yang asimptomatik.
Kenaikan kadar natrium serum idealnya tidak melebihi 1 mEq/jam

NaCl 3% 1 mEq = 2 cc

HIPERNATREMIA

Definisi

: keadaan bila kadar Na darah > 150 mEq/L

Pada keadaan dehidrasi berat disertai syok/presyok berikan NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat atau Albumin 5%

Setelah syok teratasi berikan larutan yang mengandung Na 75-80 mEq/L,


misalnya NaCl-dextrosa (2A) atau DG half strength sampai ada diuresis,
kemudian berikan K 40 mEq/L

Bila ada hipokalsemia berikan Ca glukonas sesuai kebutuhan

Penurunan kadar natrium serum tidak melebihi 0,5 mEq/L/jam

Jumlah cairan: defisit cairan dikoreksi dalam 2 x 24 jam (sd 72 jam)


Hari ke-1: 50% defisit + kebutuhan rumatan (rumus Holliday Segar)
Hari ke-2: 50% defisit + cairan rumatan sda
Ideal TBW x 145 mEq/L = Current TBW x Current serum sodium
Current TBW = 0,6 x current weight (kg)
TBW = total body water
Perbedaan perhitungan ideal TBW dan current TBW memberikan perkiraan free
water deficit. Sisa volume dehidrasi yang mengandung elektrolit diasumsikan
bahwa 60% kehilangan adalah ekstraseluler (mengandung Natrium 140 mEq/L), dan
40% adalah intraseluler (mengandung Kalium 150 mEq/L)

HIPERKALEMIA

Definisi

: kadar K darah > 5,5 mEq/L

EKG: gelombang T tinggi, interval PR memanjang, depresi segmen ST,


kompleks QRS melebar

Bila kadar K <6 mEq/L : Kayeksalat 1 g/kgbb po dilarutkan dalam 2 mL/kgbb


larutan sorbitol 70%; kayeksalat 1 g/kgbb enema, dilarutkan dalam 10 ml/kg
larutan sorbitol 70% dan diberikan melalui kateter folley yang diklem selama
30-60 menit

Bila kadar K 6-7 mEq/L: NaHCO3 7,5% dosis 3 mEq/kg i.v. atau 1 unit insulin /
5 gram glukosa

Bila kadar K >7 mEq/L: Ca Glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 mL/kgbb i.v. dengan
kecepatan 2 mL/menit

Kalitake mengandung Ca polystirene sulfonate, untuk hiperkalemia akibat


gagal ginjal akut dan kronis. Dosis dewasa 15-30 g oral, daily, dilarutkan
dalam 30-50 mL air, dosis terbagi 2-3 kali sehari. Dosis anak yaitu dosis
dewasa. Sediaan serbuk @ 5 gram (20 buah = 300.000 MIMS)
Prospan mengandung ivy leaf dried, sorbitol solution 70%, K sorbate 0,134
gram, asam sitrat, untuk pereda batuk dan mukolitik, sediaan syr 100 ml
Sorbitol corsa (Sanofi): sorbitol murni, diberikan sebelum makan, dewasa 3 sachet
sehari, anak dosis dewasa, untuk konstipasi 2 dosis sebelum tidur, 1 dosis
sebelum sarapan. Sediaan sachet @ 5 gr

HIPOKALEMIA

Definisi : bila kadar K darah < 3,5 mEq/L

EKG: depresi segmen ST dan gel T, ditemukan gelombang U

Bila kadar K <2,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 3,75% i.v.
dengan dosis 3-5 mEq/kgbb, maksimal 40 mEq/Liter cairan

Bila kadar K 2,5-3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 75
mg/kg/hari p.o. dibagi 3 dosis
Aspar-K mengandung K-L-aspartate, diminum setelah makan!, tablet salut
film 300 mg
KSR mengandung KCl, jangan digerus/dikunyah, film coated tab 600 mg
Renapar mengandung K-L aspartat 300 mg, Mg L-aspartat 100 mg, untuk
suplementasi K dan Mg pada penyakit jantung dan hati, untuk hipokalemia
dan hipomagnesemia akibat penggunaan diuretik jangka panjang

HIPOKALSEMIA

Definisi: kadar Ca di bawah 8,0 mg/dL atau ion Ca kurang dari 4,6 mg/dL

Penatalaksanaan akut:

Calsium chloride 10-20 mg/kg i.v.


Ca glukonate 50-100 mg/kg/dosis

Gunakan vena sentral

Jangan bersamaan dengan bikarbonat

Dapat menyebabkan bradikardia, hipotensi, dan aritmia

Untuk kasus kronik tambahkan kalsium dalam asupan enteral atau


parenteral

HIPOMAGNESEMIA

Definisi : kadar Mg < 1,7 mEq/L

Penatalaksanaan

Magnesium sulfat 25-50 mg/kg/dosis i.v.

Dapat menyebabkan hipotensi, flushing, nausea, warmth, depresi


pernapasan

Anda mungkin juga menyukai