DAFTAR
ISI
Daftar Isi
Dari Redaksi
Surat Pembaca 4
Liputan khusus
l Kiat Sukses (Apoteker) Gubernur Sulteng 5
l Farmasi Klinis di Sulawesi Tengah
7
l Potret Apoteker Komunitas di Palu 9
IYPG
berita
dan Makanan
23
l Rakernas BPOM 2015
24
l Apoteker Cilik dari DIY
34
l Yudisial review UU Tenaga Kesehatan
oleh Asisten Apoteker
63
laporan utama
l UU Jaminan Produk Halal: dari
13
16
KOLOM
l Revolusi Sistem Yankes
l Tantangan Profesi Apoteker di Era
17
dibutuhkan
l Kegalauan Industri Obat
memperoleh Sertifikat (Halal)
l Industri berlabel Halal dari Negara
Tetangga
17
18
19
PD IAI
l PD IAI Sumbar: Perhelatan Tiga Karya 28
36
(Halal)
15
7
42
TEROPONG
Allopurinol, apa solusinya?
44
Kronik
46
TOPIK KHUSUS
l Penggunaan Obat Off-label
50
12
LENSA
l Resertifikasi, Topik Utama Stand IAI
di Pameran CPhI
60
AGENDA
62
DARI
REDAKSI
No. Rekening:
a/n. PT. ISFI Penerbitan,
BCA KC. Tomang : 310 300 9860.
SURAT
PEMBACA
Apayang mesti
saya lakukan
mengingat
memperoleh
sertifikat
kompetensi
lewat SKPA tidak
ada lagi?.
Tanya:
Saya adalah apoteker lulusan tahun
2000. Semenjak menamatkan kuliah
saya tidak pernah bekerja, dan saat ini
saya mendapat tawaran untukmenjadi
penanggung jawab apotek yang
akan didirikan. Namun langkah saya
terkendala karena belum mempunyai
sertifikat kompetensi. Apayang mesti
saya lakukan agar saya dapat bekerja
sebagai penanggung jawab apotek
mengingat memperoleh sertifikat
kompetensi lewat SKPA tidak ada lagi?
Budi R - Bandung
Redaksi menyediakan ruang untuk para pembaca untuk menymbangkan tulisan baik itu
artikel, berita, kolom, dan sebagainya untuk dimuat di majalah MEDISINA. Tulisan yang
dimuat tetap selaras dengan visi dan misi majalah MEDISINA, sehingga kami dari redaksi
berhak untuk melakukan pengeditan seandainya dianggap perlu. Naskah dikirim via e-mail ke alamat ptisfi penerbitan@
yahoo.com. untuk informasi hubungi Redaksi MEDISINA telepon: 021-56943842, Untuk setiap tulisan yang dimuat
akan mendapatkan imbalan yang pantas dari Redaksi. Selamat berkarya dan terima kasih.
liputan
Ketika mengunjungi Sulawesi
Tengah pada April 2015
kemarin, Medisina banyak
mendengar dari petugas
hotel, supir taksi dan orang
kebanyakan perihal gubernur
Sulteng, Longky Djanggola.
Semuanya mengaku dan
memuji kemajuan Sulawesi
Tengah sejak Longky Djanggola
menjadi gubernur. Kenyataan
tentang baiknya kinerja, dan
kenyataan Longky juga seorang
apoteker, membuat Medisina
menampilkan beliau menjadi
sampul majalah Medisina
nomor ini.
khusus
Gubernur Sulteng
luas wilayah daratan 61.841,29 km2
dengan luas keseluruhan 189.480
km2 yang terdiri dari 13 kabupaten/
kotamadya.
Sejak muda Longky Djanggola
banyak memimpin organisasi. Ia
pernah sebagai Ketua Presidium
Pemuda Pancasila, pengurus ICMI,
Sulteng. Sebenarnya takdir yang
membawa Longky menjadi Gubernur.
Awalnya ia pegawai negeri setelah
lulus SAA di Makasar tahun 1971.
Beberapa tahun setelah bekerja, ia
dikirim pemda Sulteng ke Jakarta
untuk sekolah di jurusan farmasi
FIPIA UI. Setelah meraih apoteker, ia
ditugaskan sebagai Kepala Perwakilan
Pemda Sulawesi Tengah di Jakarta
selama 5 tahun. Pada 1989 Longky
kembali ke Palu, ditugaskan di Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
sebagai Kepala Tata Usaha. Sembilan
tahun kemudian ia diangkat sebagai
Kepala Biro Humas Pemda Sulawesi
Tengah. Ketika terjadi pemekaran
wilayah pada tahun 2003, Longky
ditunjuk gubernur Sulteng saat itu
menjadi pejabat bupati Kabupaten
Parigi Moutong yang baru terbentuk.
liputan
khusus
Gubernur Longky Djanggola menerima buku terbaru dari PT ISFI Penerbitan : Imunologi & Virologi edisi revisi
liputan khusus
Farmasi Klinis di
Sulawesi Tengah
Kalau keberadaan tenaga farmasi klinis di rumah sakit negara
maju dianggap sebagai keharusan, di Indonesia masih jarang
RS yang mempekerjakan farmasi klinik. Diperkirakan, hanya RS
Pemerintah kota besar di Jawa saja yang mulai mengisi formasi
tenaganya dengan farmasi klinis untuk menambah mutu
pelayanan. Untuk RS Swasta, keberadaan farmasi klinis di RS
masih dianggap sebagai barang mewah.
liputan khusus
pemenang
liputan khusus
Palu, ibu kota Sulawesi Tengah merupakan kota indah yang
memiliki kontur lengkap karena terdiri atas lembah, lautan, sungai,
pegunungan, dan teluk. Palu yang merupakan ibu kota propinsi
Sulawesi Tengah memiliki penduduk sekitar 375 ribu Jiwa. Walau
penduduknya relatif tidak begitu besar, jumlah apotik di Palu lumayan
banyak, Jumlah apotik di sini menurut Buku Sulawesi Tengah Dalam
Angka, berjumlah 152. Karena jumlah apoteker di Palu terbatas,
sebagian besar apotek di palu diisi oleh apoteker yang sehari-harinya
merupakan pegawai negeri, terutama yang bertugas di fasilitas
Potret Apotek
Komunitas di Palu
enurut pengamatan
Medisina yang berkunjung
ke Palu pertengahan
April kemarin, relatif
tidak ada apotek yang sangat dominan
di Palu. Hal ini karena disparitas harga
jual obat antar apotek cukup wajar.
Hampir semua apotek memperoleh
pembeli yang cukup untuk kelangsungan
apoteknya. Apotek buldozer seperti
yang ada di Jakarta dan beberapa kota
besar di Jawa tampaknya tidak ada.
Perlu diketahui, yang dimaksud dengan
apotek buldozer adalah apotek yang
menjual obat-obatan dengan harga
bantingan, sedikit di atas HNA ( 5
hingga 10% di atas HNA). Apotek ini
biasanya melakukan pembelian obat
dalam jumlah besar secara cash dari
pabrik obat sehingga mendapat diskaun
sangat besar. Karena harga jual apotek
buldozer sangat rendah, apotek kecil
yang menjual dengan harga wajar agar
usahanya bisa berkembang (harga jual
20% hingga 25% di atas HNA) banyak
yang gulung tikar karena kehilangan
pelanggan. Atau setidaknya tidak bisa
menggaji apoteker secara wajar.
Ada hal lain yang menyebabkan
apotek di Palu masih bisa bernafas
lega. Dokter yang membuka praktek
sekaligus memberikan obat (dokter
dispensing) nyaris tidak ada. Sebagian
besar dokter yang praktek sore di Palu
lokasinya berada di ranah apotek. Lihat
saja apotek yang berada di jalan utama
kota Palu, Jl. Walter Monginsidi. Dalam
IYPG
Sebagai bagian dari tenaga
kesehatan, apoteker memiliki
komitmen untuk memenuhi
kebutuhan pengobatan
dan pendidikan kesehatan
pasien pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya.
Berkaitan dengan hal tersebut,
Indonesian Young Pharmacists
Group IYPG (kelompok
apoteker yang berumur di
bawah 35 tahun) melakukan
pembinaan kesehatan berkala
di Panti Asuhan Anak Putra
Utama 2 Sunter Jakarta
Utara pada Desember 2013Desember 2014.
K
Pemberian materi jajanan
sehat dan bahaya rokok
10
IYPG
memiliki pengetahuan yang minim
tentang obat. Antusiasme mereka
terlihat dari berbagai pertanyaan yang
ditanyakan: seperti perbedaan kapsul
dan tablet, cara minum obat yang
baik, bagaimana menjaga kesehatan.
Pada kegiatan ini panitia membawa
berbagai bentuk obat dan jenis obat
untuk digunakan sebagai media
pembelajaran.
Pada 27 September 2014, IYPG
melakukan kegiatan penyuluhan
kembali. Kegiatan ini diikuti oleh
sekitar 82 orang anak yang tinggal
di panti asuhan tersebut. Kegiatan
tersebut mengambil tema Yuk,
Hidup Sehat dan Produktif .
Pada kesempatan kali ini IYPG
melakukan pemeriksaan kesehatan
kembali, sebagai program tindak
lanjut dari kegiatan selanjutnya yang
meliputi penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan dan tes buta
11
resensi
Januari 2015,
PT ISFI Penerbitan
meluncurkan buku
baru Imunologi &
Virologi Edisi Revisi.
Buku dengan kulit
berwarna merah ini
merupakan edisi
perbaikan dari buku
terdahulu (cetakan
pertama). Banyak
perkembangan
terbaru dari ilmu
yang berkaitan proses
pertahanan/ imunitas
tubuh dan ilmu tentang
Virus serta penyakit
yang disebabkannya
ditambahkan pada
Edisi Revisi ini.
Berbeda dengan
cetakan pertama yang
dicetak hitam-putih,
gambar-gambar pada
edisi revisi ini dicetak
berwarna.
Imunologi
& Virologi
Edisi Revisi
12
khususnya dasar-dasar
sistem imunitas tubuh dan
aplikasi praktis imunologi,
juga diuraikan informasi
tentang virus Ebola. Uraian
mekanisme patogenesis virus
dikelompokkan berdasarkan
organ tubuh manusia
menjadi lebih menarik
dan memudahkan para
mahasiwa dalam memahami
jenis-jenis virus yang dapat
menginfeksi organ tubuh
manusia. Diharapkan dengan
diterbitkannya kembali buku
ini dapat memudahkan para
mahasiswa untuk memahami
dengan baik tentang imunologi
dan virologi khususnya tentang
virus yang bersifat patogen pada
manusia.
Di samping itu, buku yang
disusun Prof.DR. Maksum
Radji ini ditulis dengan bahasa
yang enak dibaca, sehingga
orang awam yang tertarik
dengan masalah-masalah
kesehatanpun dapat menambah
wawasan pengetahuannya
dengan membaca buku ini.
Buku Imunologi &
Virologi edisi revisi ini dijual
dengan harga Rp. 99.000,dan sudah diperoleh di toko
buku terkemuka seperti
Gramedia, Gunung Agung, dan
Togamas.n
LAPORAN
Kalau tidak ada aral menghadang, lima tahun lagi
semua obat, makanan, minuman, kosmetika yang
beredar di Indonesia telah menyandang label halal
di kemasannya. Bagi semua produk impor yang
berkaitan dengan obat dan makanan, jangan harap
bisa masuk ke Indonesia tanpa memperoleh label halal
dari instansi berwenang.
Demikianlah amanat yang tertuang dalam UU Jaminan
Produk halal (UU No. 33 tahun 2014) yang telah dirilis
kemasyarakat awal Januari 2015. Ada masa leluasa 5
tahun bagi Produk yang beredar dan diperdagangkan
di wilayah Indonesia untuk sampai pada kewajiban
bersertifikat halal (Pasal 67)
UTAMA
UU Jaminan
Produk Halal:
13
LAPORAN
UTAMA
14
(JPH) ;
b. Menetapkan norma, standar,
prosedur dan kriteria JPH;
c. Menerbitkan dan mencabut
Sertifikat Halal pada produk luar
negeri; dan
d. Melakukan registrasi Sertifikat
Halal pada Produk luar negeri.
Dalam penyelenggaraan JPH,
BPJPH berwenang:
a. merumuskan dan menetapkan
kebijakan JPH;
b. menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria JPH;
c. menerbitkan dan mencabut
Sertifikat Halal dan Label Halal
pada Produk;
d. melakukan registrasi Sertifikat
Halal pada Produk luar negeri;
e. melakukan sosialisasi, edukasi, dan
publikasi Produk Halal;
f. melakukan akreditasi terhadap
LPH (Lembaga Pemeriksa Halal);
g. melakukan registrasi Auditor Halal;
h. melakukan pengawasan terhadap
JPH;
i. melakukan pembinaan Auditor
Halal; dan
j. melakukan kerja sama dengan
lembaga dalam dan luar negeri di
bidang penyelenggaraan JPH
Dalam melaksanakan wewenang
sebagaimana dimaksud, BPJPH
bekerjasama dengan kementerian
dan/atau lembaga terkait, Lembaga
Pemeriksa Halal (LPH), dan Majelis
Ulama Indonesia
Kerja sama BPJPH dengan
kementerian dan/atau lembaga terkait
dilakukan sesuai dengan tugas dan
fungsi kementerian dan/atau lembaga
terkait. Kerja sama BPJPH dengan
LPH dilakukan untuk pemeriksaan
dan/atau pengujian Produk.
(Kerja sama BPJPH dengan MUI
dilakukan dalam bentuk:
a. sertifikasi Auditor Halal;
b. penetapan kehalalan Produk; dan
c. akreditasi LPH.
Sedangkan penetapan kehalalan
LAPORAN
Produk dikeluarkan MUI dalam
bentuk Keputusan Penetapan Halal
Produk.
LPH (Lembaga Pemeriksa Halal)
Selain BPJPH, UU No.33 tahun
2014 juga menyebut mengenai
Lembaga Pemeriksa Halal. Lembaga
Pemeriksa Halal yang selanjutnya
disingkat LPH adalah lembaga yang
melakukan kegiatan pemeriksaan dan/
atau pengujian terhadap kehalalan
Produk (selama ini dan hingga hari ini
tugas ini diemban oleh LPPOM MUI)
Pasal 12 UU ini menyebutkan.
Pemerintah dan masyarakat dapat
membentuk LPH. Dalam hal LPH
didirikan oleh masyarakat, LPH harus
diajukan oleh lembaga keagamaan
Islam berbadan hukum..
Foto: Merdeka.com
laboratorium.
Undang undang ini menyebut
kriteria Auditor Halal yang boleh
diangkat oleh LPH, yakni:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. berpendidikan paling rendah
sarjana strata 1 (satu) di bidang
pangan, kimia, biokimia, teknik
industri, biologi, atau farmasi;
d. memahami dan memiliki wawasan
luas mengenai kehalalan produk
menurut syariat Islam;
e. mendahulukan kepentingan umat
di atas kepentingan pribadi dan/
atau golongan; dan
f. memperoleh sertifikat dari MUI.
Auditor Halal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 bertugas:
a. memeriksa dan mengkaji Bahan
yang digunakan;
b. memeriksa dan mengkaji proses
pengolahan Produk;
c. memeriksa dan mengkaji sistem
penyembelihan;
d. meneliti lokasi Produk;
e. meneliti peralatan, ruang produksi,
dan penyimpanan;
f. memeriksa pendistribusian dan
penyajian Produk;
g. memeriksa sistem jaminan halal
Pelaku Usaha; dan
UTAMA
15
LAPORAN
UTAMA
dengan terlebih dahulu membaca
bismillah dianggap halal jelas M.
Nadratuzzaman Hosen.
Pendapat ini sesuai dengan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia no 11 tahun
2009 Tentang Hukum Alkohol.
Setelah menimbang alcohol banyak
digunakan sebagai bahan baku, bahan
tambahan, ataupun bahan penolong
dalam pembuatan makanan, minuman,
obat-obatan dan kosmetika, serta
kepentingan lainnya, Majelis Ulama
Indonesia antara lain menetapkan :
*
M Nadratuzzaman Husen dari MUI
berbicara pada rapat pleno PP IAI
Hukum Alkohol
Dalam Obat
Tak dapat dipungkiri, banyak obat yang melibatkan alkohol
dalam proses produksinya. Beberapa industri farmasi kuatir
akan banyak kendala dalam memperoleh sertifikat halal karena
sulit menghindari peran maupun paparan alkohol dalam
memproduksi obat.
16
Penggunaan alkohol/etanol
hasil industri non khamr (baik
merupakan hasil sintesis kimiawi
[dari petrokimia] ataupun hasil
industri fermentasi non khamr)
untuk proses produksi produk
makanan, minuman, kosmetika,
dan obat-obatan, hukumnya:
mubah, apabila secara medis tidak
membahayakan.
* Penggunaan alkohol/etanol
hasil industri non khamr (baik
merupakan hasil sintesis kimiawi
[dari petrokimia] ataupun hasil
industri fermentasi non khamr)
untuk proses produksi produk
makanan, minuman, kosmetika
dan obat-obatan, hukumnya:
haram, apabila secara medis
membahayakan.n AK
LAPORAN
UTAMA
Langkah Langkah
Meraih Sertifikat (Halal)
Untuk memperoleh sertifikat halal, terlebih dahulu industri
farmasi membentuk tim manajemen halal yang memiliki
otoritas untuk membangun, mengatur, dan mengevaluasi
sistem jaminan halal.
17
LAPORAN
UTAMA
asal 20 UU Jaminan
Produk Halal menyebutkan,
bahan yang berasal dari
hewan pada dasarnya halal,
kecuali yang diharamkan menurut
syariat, yakni bangkai, darah, babi,
serta hewan yang disembelih tidak
sesuai dengan syariat. Di samping
itu terdapat pula bahan yang berasal
dari hewan yang ditetapkan menteri
agama berdasarkan fatwa MUI. Di
samping itu, bahan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan pada dasarnya
halal, kecuali yang memabukkan dan
atau membahayakan kesehatan bagi
orang yang mengonsumsinya (misalnya
ganja. Red).
Lebih jauh lagi UU Jaminan
Produk Halal menyebut bahan yang
berasal dari mikroba dan bahan yang
dihasilkan melalui proses kimiawi,
proses biologi, atau proses rekayasa
genetik diharamkan jika proses
pertumbuhan dan/atau pembuatannya
tercampur, terkandung, dan /atau
terkontaminasi dengan bahan yang
diharamkan. Bahan-bahan yang
diharamkan ini akan ditetapkan oleh
Menteri agama berdasarkan fatwa
Majelis Ulama Indonesia.
Melihat banyaknya masalah yang
akan timbul bila UU Jaminan Produk
ini Halal ini diterapkan, beberapa
pelaku industri farmasi kelihatan galau,
setelah membayangkan kerepotan yang
akan timbul mengingat banyaknya
18
Kegalauan Industri
Obat Memperoleh
Sertifikat (Halal)
bahan bahan yang terlibat dalam
produksi obat. Untuk mendapatkan
sertifikat halal, setiap bahan baku
harus dibuktikan dahulu kehalalannya.
Variabel-variabel yang terkait tentang
kehalalan bahan- bahan tidak pula
sederhana.
Misalnya saja harus ada bukti
bahan-bahan yang digunakan untuk
produksi obat bukan berasal dari
babi atau turunannya, bahan yang
digunakan tidak diproduksi dari fasilitas
yang juga memproduksi bahan tidak
halal. Dan perlu pula surat pernyataan
bahwa fasilitas produksi bahan-bahan
tersebut bebas dari bahan haram.
Pelik lagi sebagian besar bahan baku
obat diimpor dari luar negeri. Tentu
diperlukan pula surat halal dari lembaga
halal yang ada di negara produsen
bahan baku. Ditambah lagi cerita-cerita
dari tentang sulitnya memperoleh
sertifikat halal selama ini, dan kerepotan
membuat laporan dan klarifikasi
apabila sumber bahan baku berubah ke
pemasok lain, seperti yang biasa terjadi
LAPORAN
bersertifikat halal.
Bagaimana kalau memang
tidak ada obat lain untuk mengatasi
penyakit pasien?
Menurut Lukmanul Hakim,
jika masalahnya kedaruratan,
dalam Islam telah diatur bahwa
UTAMA
ereka adalah
pengonsumsi produk
halal dan sebagian besar
dari mereka berada di
negara-negara dimana ekonominya
berkembang. Melihat perkembangan
yang begitu pesat, maka market
size produk halal yang masih terus
berkembang pada saat ini merupakan
mosaik yang sangat menjanjikan bagi
para manufacturers.
Potensi Pasar Halal
Global
Dewasa ini gejala perkembangan
pasar halal secara global didorong oleh
meningkatnya kesadaran konsumen
akan pentingnya mutu dan keamanan
produk yang dikonsumsi. Dari
Pameran Industri berlabel halal pada World Halal Summit (1-4 April 2015)
di Kua la Lumpur.
19
LAPORAN
UTAMA
20
LAPORAN
UTAMA
21
berita
Berdiri : Eddyningsih, Noffendri Rustam, Ita Hutagalung, Azril Kimin Duduk: Sus Maryati, Saleh Rustandi, Nurul Falah
v
v
v
Direktur Utama :
Drs. Saleh Rustandi, Apt; MM
Direktur :
Drs Azril Kimin Apt. Sp.FRS
Direktur :
Noffendri, SSi, Apoteker,
v Komisaris Utama :
Drs. Dani Pratomo Apt.
v Komisaris :
Kombespol Drs. Sutrisno Untoro
v Komisaris:
Dra. Ediningsih Apt.
berita
Kemitraan Dalam
Pengawasan Obat
dan Makanan
23
berita
MEMENUHI undangan BPOM untuk
mengisi kegiatan pameran di acara
Rakernas BPOM 2015, Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI) membuka sebuah booth.
Stand pameran tersebut dimaksudkan
untuk menginformasikan berbagai
kegiatan yang telah dan akan dilakukan
oleh organisasi yang membawahi
tidak kurang dari 40.000 apoteker se
Indonesia itu. Rakernas yang digelar di
Hotel Bidakara, 16-19 Maret tersebut
diramaikan oleh kegiatan pameran
selama dua hari, yakni Senin-Selasa
(16-17/3).
24
berita
s
Kegiatan lain, menyebarkan kuesioner mengenai
kerjasama BPOM dengan IAI. Kuesioner ini khusus
ditujukan kepada para PNS di BPOM. Untuk menarik
minat para pengunjung mengisi angket, dibagikan kaos
Dagusibu, buku Obat Bebas (OTC) di Apotek serta majalah
Medisina. Suvenir yang dibagikan tersebut, ternyata mampu
menjadi magnet luar biasa bagi para peserta rakernas untuk
mendatangi stand pameran IAI.
Rakernas sekaligus pameran dibuka dan diresmikan
oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek. Bersama Kepala
BPOM, Roy Sparingga, Nila Moeloek berkesempatan
mengunjungi booth IAI. Ketua Umum IAI, Drs Nurul
Falah Edi Pariang, Apt, memberikan penjelasan mengenai
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh IAI.
Dalam sambutannya, Ibu Menteri menekankan
pentingnya budaya hidup sehat yang saat ini belum dimiliki
oleh masyarakat di Indonesia. Karena itu, kampanye
Dagusibu, menjadi sangat relevan dengan hal itu, guna
25
26
27
PD IAI
28
Instr
PD IAI
29
info
30
info
Jam Gadang
31
tokoh
Walau sudah berusia 80 tahun, Syahriar
Harun masih aktif bekerja. Sehari-hari ia masih
berkantor di Lubuk Buaya, Padang, mendidik
calon-calon apoteker. Agaknya, ia merupakan
tokoh yang paling lama pengabdiannya di
pendidikan tinggi Indonesia saat ini. Ia juga
pendiri FIPIA (Fakultas Ilmu Pasti & Ilmu Alam)
dan Jurusan Farmasi Universitas Andalas
lebih 50 tahun silam (kini Fakultas Farmasi)
Syahriar
Harun
Tokoh Perintis
Pendidikan Farmasi
Sumatera Barat
S
32
tokoh
pendiriannya oleh Bung Hatta 13
September 1956, namun akibat
pergolakan daerah/ PRRI tahun
1958-1961, kampus dan perkuliahan
Universitas Andalas Bukittinggi porak
poranda).
Setahun kemudian, Syahriar
Harun dan beberapa temannya seperti
Wildan Lubis menghidupkan kembali
Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam pasca
pergolakan daerah. FIPIA saat itu hanya
memiliki 1 jurusan (Biologi). Pada 1963
Syahriar Harun ditunjuk menjadi Pjs.
FIPIA Universitas Andalas.
Melihat banyaknya peralatan
laboratorium boyongan dari kampus
Universitas Andalas Bukittinggi yang
belum terpakai, Syahriar Harun yang
bergelar Datuk mangkuto Dirajo ini
tergerak hatinya untuk mendirikan
jurusan farmasi yang akan bernaung di
bawah FIPIA. Ia kemudian meyakinkan
Kanwil Kesehatan saat itu Kolonel
Sutrisno dan rektor Prof.dr. A. Roesma
bahwa ia sanggup dan siap mendirikan
jurusan farmasi. Dari sisi peralatan,
hanya timbangan obat yang belum
ada. Pendekatanpun dilakukannya
dengan sejawatnya di Farmasi Unpad
dan ITB untuk membantu niatnya.
Salah satu komitmen yang didapatnya:
apabila kelak Farmasi Unand belum
siap melahirkan apoteker, mahasiswa
Farmasi Unand yang telah melewati
jenjang sarjana muda boleh melanjutkan
di Unpad dan ITB untuk meraih gelar
sarjana dan apoteker. Setelah melewati
tahap persiapan selama setahun, pada
September 1964 dimulailah perkuliahan
Jurusan farmasi Universitas Andalas,
dengan mahasiswa sekitar 40 orang
dengan dosen apoteker hanya 4 orang.
Uniknya jurusan farmasi tersebut saat
awal berdiri tanpa didukung dokumen
formal, kenang Syahriar Harun.
Cobalah cari di Unand, tak akan ketemu
SK Pendirian Jurusan Farmasi Unand,
ujar Syahriar harun kepada Medisina.
Di bidang organisasi profesi,
Syahriar Harun merupakan pendiri
ISFI di Sumatera Barat tahun (1963).
manusia akan
lebih sehat kalau
senantiasa hidup penuh
bersyukur, tidak ngoyo
mengerjakan pekerjaan
dengan senang hati dan
penuh rasa cinta.
33
berita
Usia belia adalah usia
pertumbuhan emas
bagi seorang anak dan
apapun yang diperoleh
baik itu pengetahuan
maupun pengalaman akan
membekas terus dalam
sepanjang hidupnya,
begitu juga pengetahuan
dan pengalaman terkait
beberapa profesi yang
ketika dewasa bisa menjadi
pilihan karirnya.
34
Apoteker Cilik D
Perlu diketahui, profesi tercinta ini
jarang sekali mendapat kesempatan
promosi di sekolah-sekolah. Program
pemerintah terkait peningkatan
pengetahuan dan kesadaran kesehatan
bagi siswa sekolah dasar yang sering
dilakukan adalah dokter kecil belum
pernah terdengar program apoteker
kecil atau apoteker cilik. Hal ini bisa
dijadikan salah satu alasan kenapa
anak-anak sangat jarang sekali bercitacita menjadi apoteker dan lebih
memilih profesi kesehatan lain yang
lebih terkenal.
Bapak Wimbuh Dumadi sebagai
ketua PD IAI DIY mendorong kepada
pengurus maupun anggotanya untuk
menggunakan semua moment yang
ada untuk menyisipkan kampanye
profesi apoteker maupun cara
penggunaan obat yang tepat. Program
apoteker cilik pun digagas untuk
memperkenalkan siapa itu apoteker,
apa keahlian dan tugasnya, dimana
saja bisa bekerja/berpraktik, lewat
Pada Senin 16 Maret 2013 yang
bertepatan hari inspirasi Yogyakarta,
PD IAI DIY menyisipkan Hari
Apoteker Cilik dengan mengirimkan
beberapa anggotanya untuk
berpartisipasi dalam kelas inspirasi.
Salah satu apoteker yang terjun ke
lapangan adalah Sukir Satrija Djati.
Community pharmacist Apotek
FIKAF ini mendapat tugas untuk
menggelar program apoteker cilik
di SDN Tegalpanggung Yogyakarta
dengan siswa kelas 3,4 dan 6 sebagai
pesertanya. Sukir mengawali ice
breaking di kelasnya dengan cerita
inspiratif Wilma Rudolph Sang
berita
Tornado dari Tennesse-USA
bagaimana metamorphosis seorang
bayi lahir premature yang pada usia
4 tahun terserang polio dan harus
berjalan menggunakan kruk / penopang
badan namun mempunyai cita-cita luar
biasa menjadi juara lari dunia. Mission
Imposible ini terjawab sudah pada
olympiade Roma-Itali 1960 dengan
mendapatkan 3 medali emas lomba lari
(100M, 200M dan Estafet). Cerita ini
sangat mengena bagi peserta terbukti
saat meneriakkan yel-yel dalam meraih
cita-cita Saya Luar Biasa Saya Bisa
mereka sangat bersemangat sekali
dan memastikan semua cita-citanya
bisa dicapai dengan semangat, usaha,
disiplin, kejujuran dan doa.
Materi inti dari apoteker kecil ini
adalah cerita dengan tema When I
k Dari DIY
35
kolom
Praktik kolaborasi interprofesional
kesehatan di Indonesia masih
belum maksimal dilaksanakan.
Bila kondisi ini terus dibiarkan,
dikhawatirkan tenaga kesehatan
Indonesia tidak akan mampu
bersaing dalam AFTA 2015.
36
info
37
info
Penerapan Bobot SKP menggunakan Sistem
Integral Treshold :
Pencapaian SKP tidak didominasi oleh salah satu domain
Pencapaian SKP mengikuti struktur/konfigurasi domain
secara proporsional
Bila ada salah satu domain yang dominan (misal,
Pembelajaran = 120 SKP), maka hanya akan dihitung
sebanyak batas maksimal dari domain yang bersangkutan
Domain Kegiatan
Porsi
Pencapain
yang
dianjurkan
Nilai
Maksimum
dalam 1
tahun
Nilai
Maksimum
dalam 5
tahun
Nilai maksimal
bobot SKP
selama 5 tahun
Alat Bukti
30 SKP
Max 20 SKP
5 SKP untuk 5
tahun
Standar Prosedur
Operasional, Catatan/
Rekaman, Daftar Tilik
60 - 75
5 SKP untuk 5
tahun
Standar Prosedur
Operasional, Catatan/
Rekaman, Daftar Tilik
1,5 - 4,5
7,5 22,5
5 SKP untuk 5
tahun
Standar Prosedur
Operasional, Catatan/
Rekaman, Daftar Tilik
0 - 7,5
0 - 37,5
1.
Kinerja Profesional
40 - 50%
12 - 15
60 - 75
2.
Kinerja Pembelajaran
40 - 50%
12 - 15
3.
Kinerja Pengabdian
Masyarakat
5 - 15%
4.
Kinerja Publikasi
ilmiah/popular
0 - 25%
Kinerja
Pengembangan ilmu
0 - 25%
5.
No.
Proporsi SKP
No
0 - 7,5
0 - 37,5
Target SKP
10
11
5 SKP untuk 5
tahun
Brosur/leaflet/banner
12
10 SKP untuk 5
tahun
Nilai
maksimal
2 SKP
/Pasien
Informed Consent
bobot SKP
Alat Bukti
selama 5 tahun
3 SKP/kegiatan Daftar hadir, materi edukasi
Standar Prosedur
5 SKP untuk 5
Operasional, Catatan/
tahun
Rekaman, Daftar Tilik
Standar Prosedur
2 SKP /Laporan Operasional, Catatan/
Rekaman, Daftar Tilik
2 SKP/Surat
Keputusan (SK)
38
info
h. Sertifikat-SKP (SKP-Praktek, SKP-Pembelajaran, SKPPengabdian)
i. Isian Lengkap Borang-borang dalam Buku Log (Log Book).
j. Isian Lengkap Berkas-berkas dalam Portofolio Pembelajaran
2. Membayar Biaya Verifikasi Teknis kepada Pengurus
Cabang sesuai kebijakan setempat yang berlaku ditambah Biaya
Pendaftaran Resertifikasi sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah) kepada Pengurus Daerah melalui Pengurus Cabang
guna keperluan Verifikasi Kelengkapan Administrasi
3. Pengurus Cabang :
a. Memastikan dan menandatangani kelengkapan Lampiran
Daftar Tilik Kelengkapan Dokumen (LDTKD) yang telah
diverifikasi oleh Verifikator Cabang.
b. Melakukan entri data (Excel) sesuai format kolom yang
telah ditetapkan.
c. Menscan permohonan dan lampiran resertifikasi
selanjutnya mengirim hasil scan permohonan beserta
lampiran dan LDTKD yang telah ditandatangani serta
entri-an data (Excel) sebagaimana langkah kedua melalui
email kepada Pengurus Daerah setempat berikut Biaya
Pendaftaran Resertifikasi sebesar Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah) dan Biaya Verifikasi yang besarannya
ditentukan oleh Pengurus Daerah melalui Surat
Keputusan Pengurus Daerah.
d. Waktu pengerjaan 7 (tujuh) hari kerja.
4. Pengurus Daerah :
a. Melaksanakan Pemeriksaan Scan Berkas.
b. Melaksanakan Pemeriksaan entri data (Excel) yang
disampaikan oleh Pengurus Cabang
c. Melakukan rekapitulas entri data (Excel) yang telah
diperiksa kepada Pengurus Pusat c.q. Badan Sertifikasi
Profesi.
d. Waktu pengerjaan 7 (tujuh) hari kerja.
5. Badan Sertifikasi Profesi (Nasional):
a. Melakukan pemeriksaan akhir pengajuan Re-Sertifikasi
b. Mengambil keputusan untuk meloloskan atau tidak
meloloskan permohonan Re-Sertifikasi berdasarkan
ketentuan yang ada.
c. Membuat surat perintah pembayaran biaya resertifikasi
sebesar Rp. 500.000,- bagi pemohon yang lolos melalui
masing-masing Pengurus Daerah.
d. Waktu pengerjaan 7 (tujuh) hari kerja
e. Memeriksa bukti pembayaran biaya Re-Sertifikasi bagi
yang Lolos.
f. Mengirimkan Sertifikat Kompetensi bagi Apoteker yang
Ter-Certified melalui Pengurus Daerah.
39
INFO
OBAT
Wabah demam
berdarah ebola
pertama kali terjadi
pada tahun 1976 di
Zaire dan Sudan.
Galur virus ebola yang
menyebabkan wabah di
Zaire merupakan salah
satu wabah dengan
tingkat kematian yang
sangat tinggi.
Oleh:
Prof. DR. Maksum Raji
Apt. M. Biomed
40
KANDIDAT UTAMA
kompleks trimerik yang merupakan
komponen untuk virus mengikatkan
dirinya pada lapisan sel endotelial
yang melapisi dinding bagian dalam,
pembuluh darah. Komponen dimerik
dari sGP protein, yang merupakan
komponen kompleks trimerik
glikoprotein viral telah mengelabui
kerja neutrofil sehingga virus dapat
berlindung dari sistem imun dengan
menghambat langkah awal aktivasi
neutrofil.
Keberadaan partikel virus dan
kerusakan sel akibat proses budding
pada saat virion keluar dari dalam
sel yang terinfeksi, mengakibatkan
pelepasan sitokin terutama TNF-, IL6, IL-8 dan lainnya, yang merupakan
molekul signal untuk aktivasi proses
demam dan inflamasi. Disamping
itu efek sitopatogenik virus pada sel
endotelial yang melapisi bagian dalam
pembuluh darah, dapat menyebabkan
kebocoran pada dinding sel pembuluh
darah.
Kebocoran dinding pembuluh
darah ini lebih diperparah oleh
efek sintesis glikoprotein viral yang
INFO
OBAT
MA VAKSIN EBOLA
41
INFO
OBAT
42
INFO
OBAT
43
teropong
Hiperurisemia adalah suatu
kondisi berlebihnya asam
urat di dalam darah. Asam
urat secara normal terlarut
di dalam darah, diproses
melalui ginjal dan dikeluarkan
dari tubuh melalui urin.
Jika tubuh membentuk
asam urat dalam jumlah
berlebih (overproduction),
atau ginjal tidak dapat
memprosesnya dengan
baik (underexcretion), maka
kadar asam urat dalam darah
menjadi berlebihan.
Gambar 1. Tahap akhir metabolisme purin dan tempat kerja obat
(site of drug action) hiperurisemia dan gout
iperurisemia sebenarnya
bukanlah suatu penyakit
dan seharusnya tidak
menimbulkan masalah,
namun jika berlangsung dalam
waktu yang lama (kronik) dapat
menyebabkan terbentuknya kristal urat
sehingga menjadi suatu penyakit yang
disebut gout.
Tidak hanya faktor diet,
penyakit dan obat-obatan
juga dapat sebabkan
hiperurisemia
Asam urat berasal dari pemecahan
purin, yaitu senyawa kimia yang secara
alami terdapat dalam diet dan tubuh
kita. Makanan dan minuman yang
paling besar kemungkinannya untuk
menyebabkan hiperurisemia dan gout
yaitu semua yang mengandung purin
kadar tinggi misalnya, daging merah,
jeroan, seafood, bir, dan makanan/
minuman yang dipermanis dengan
44
obat jika:
-
teropong
Allopurinol - sering
diresepkan tidak berarti
bebas risiko alergi
Allopurinol termasuk golongan
xanthine oxidase inhibitor (XOI).
Allopurinol menurunkan kadar asam
urat dengan cara menghambat enzim
xanthin oksidase dalam mengubah
xanthin menjadi asam urat.
Walaupun dikenal sebagai obat
yang sering diresepkan pada kasus
hiperurisemia dan gout, Allopurinol
pun tak luput dari reaksi alergi pada
45
teropong
PERAN FARMASIS
KASUS GAGAL
GINJAL KRONIK
Oleh : Rita Suhadi
Farmasis adalah anggota dari tim kesehatan yang terdiri
dari unsur pasien dan tenaga profesional kesehatan lainnya,
sedangkan professional kesehatan lain meliputi dokter, dokter
gigi, perawat, ahli gizi, psikolog klinis, fisioterapis, analis
laboratorium, dan lainnya. Farmasis bukan tenaga medis
melainkan rekan kerja profesional dari tenaga medis. Pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care) adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PP 51/2009).
Tanggung jawab meningkatkan kualitas hidup pasien (quality of
life) dalam terapi mengandung unsur risiko penggunaan obat
seminimal mungkin, efektivitas penggunaan obat semaksimal
mungkin dengan biaya terapi seefisien mungkin, serta pilihan
terapi yang paling sesuai dengan kondisi pasien.
46
teropong
47
teropong
Ketidakberhasilan pengendalian
TD darah memperparah komplikasi
kardiovaskular maupun penyakit ginjal
itu sendiri. Kegagalan pengendalian TD
disebabkan faktor dokter (health care
provider), pasien, dan sistem layanan
kesehatan yang berlaku.(6) Dua faktor
yang pertama diketahui lebih dominan
dan signifikan pengaruhnya terhadap
outcome terapi. Faktor sistem layanan
kesehatan di antaranya meliputi sistem
pendanaan kesehatan, sistem rujukan,
standar terapi, dan lainnya. Faktor ini
tidak dibahas lebih lanjut.
a. Ketaatan pasien (Adherence)
Faktor paling utama pada pasien
dalam pengendalian penyakit adalah
ketaatan atau persistensi penggunaan
obat. Ketaatan menjadi parameter
kualitas pasien dalam penggunaan
obat yang diresepkan dan menentukan
keberhasilan terapi obat. Semula ketaatan
didefinisikan sebagai perilaku pasien
mengikuti instruksi secara pasif dalam
penggunaan obat yang diberikan oleh
penulis resep. Definisi ini kurang sesuai
dengan prinsip bahwa suatu terapi adalah
hasil kesepakatan yang dibuat dua pihak
antara penyedia layanan dan pasien, dan
selanjutnya penggunaan istilah ini terasa
kurang pas dalam hal manajemen terapi
pasien kronis. Mengikuti instruksi
memberi kesan pasien pasif serta
bertentangan dengan prinsip kolaborasi
dalam proses terapi. Alasan ketidaktaatan
terbesar yang disengaja umumnya karena
timbul masalah adverse drug reactions
(ADR) dengan terapi dan yang tidak
disengaja disebabkan faktor lupa.
Ketidaktaatan terapi pasien
meningkatkan kematian dan
meningkatkan biaya kesehatan,
menambah proporsi pasien yang terpaksa
masuk rumah sakit serta biaya $100
milyar setahun.(7) Pasien gangguan fungsi
ginjal termasuk GGK perlu menjalani
terapi jangka panjang. Perilaku pasien
ginjal dalam penggunaan obat, diet,
dan/atau perubahan pola hidup yang
merupakan hasil persetujuan pasien atas
rekomendasi dari profesional kesehatan,
berdasarkan pemahaman tujuan terapi,
dan hasil negosiasi terhadap terapi. Dalam
hal ketaatan pasien terdapat satu istilah
lain yaitu discontinuation (berhenti terapi)
yang berarti berhenti menggunakan obat
sama sekali.
Ketaatan dapat diukur
48
teropong
memiliki simptom yang jelas atau pada
stage 3 dan 4 hanya berupa simptom
bersifat ringan. Tidak semua pasien
secara berkala melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi fungsi
ginjal. Pada saat kunjungan pasien
ke apotek, farmasis dapat membantu
mengenali gejala dan tanda gangguan
ginjal (GGK) misalnya anemia, tidak
tahan dingin, palpitasi, nyeri otot, sesak,
perubahan warna kulit (menghitam),
lemah tubuh, perubahan berat badan,
edema dan lainnya. Adanya kecurigaan
GGK terutama pada pasien DM/
hipertensi, farmasis perlu merekomendasi
dan mendorong pasien untuk melakukan
skrining/identifikasi gangguan ginjal serta
merekomendasikan pasien mengunjungi
dokter nefrologis.
Edukasi pasien mengenai pentingnya
periksa rutin tahunan beberapa penanda
fungsi ginjal termasuk kadar kreatinin,
ureum, dan asam urat serum serta
albumin urin (kecuali sudah dilakukan
dokter). Hasil pemeriksaan selanjutnya
dapat dikonsultasikan kepada dokter
nefrologis untuk memastikan fungsi ginjal
pasien. Hubungan yang dekat antara
farmasis dan pasien memungkinkan
pasien mengikuti rekomendasi yang
diberikan kepada pasien.
Pada tahap pencegahan GGK
beberapa bukti klinis menunjukkan
kolaborasi dokter layanan primer dengan
farmasis memperbaiki pengendalian
TD dibandingkan dengan dokter yang
bekerja tanpa rekan farmasis. Peran
farmasis utama adalah rekomendasi
intensifikasi terapi dan memperbaiki
ketaatan pasien. Farmasis dapat
merekomendasikan pasien DM dengan/
tanpa hipertensi yang menunjukkan
tanda mikroalbuminuria untuk
mendapatkan golongan ACEI atau ARB,
walaupun pasien sudah mendapatkan
terapi insulin intensif. Pemberian
golongan ACEI dan ARB harus mencapai
dosis yang dapat menekan secara
maksimal ekskresi albumin urin untuk
memperlambat perkembangan GGK.
Pemberian golongan obat tersebut perlu
disertai monitoring kadar kalium dan
meminimalkan asupan kalium.
PERANAN FARMASIS DALAM
PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN
OBAT
49
TOPIK KHUSUS
Seorang pasien komplain ke dokter spesialis syaraf karena
diberi obat epilepsi, padahal dia tidak merasa menderita
epilepsi. Usut punya usut, ternyata ketika dia menebus obat di
apotek, apotekernya menjelaskan bahwa obat tersebut adalah
obat anti kejang. Setelah dikonfirmasi lagi, ternyata dokter
memang meresepkan gabapentin untuk pasien tersebut, tetapi
bukan sebagai anti kejang, namun sebagai analgesik untuk
nyeri neuropatik. Seorang Apoteker lain menilai telah terjadi
drug-related problem, ketika menjumpai bahwa pasien yang
kadar gula darahnya normal dan tidak ada riwayat diabetes
mendapatkan obat metformin. Padahal metformin dalam
kasus pasien tersebut ditujukan untuk terapi polycystic ovarian
syndrome (PCOS) yang dideritanya.
50
Penggunaan Obat O
Tantangan untuk A
off-label bukanlah suatu hal yang
ilegal, tetapi perlu mendapat perhatian,
karena berisiko terhadap adanya
bahaya pada pasien, terutama jika
tidak didukung oleh clinical evidence
yang memadai. Apoteker sangat perlu
mengetahuinya agar bisa memberikan
informasi yang tepat kepada pasien,
atau bahkan menjadi tempat bertanya
bagi sejawat tenaga kesehatan lain
mengingat kompetensi apoteker untuk
menyediakan informasi obat.
Apa pengertian penggunaan obat
Off-label ?
Penggunaan obat off-label adalah
penggunaan obat di luar indikasi
yang disetujui oleh lembaga yang
berwenang, yaitu misalnya Badan
POM di Indonesia atau Food and
Drug Administration (FDA) di
TOPIK KHUSUS
dikatakan juga sebagai penggunaan
obat off-label. Sebagai contoh, pernah
dijumpai peresepan kaptopril tablet
yang diminta untuk digerus untuk
pemakaian secara sublingual.
at Off-label:
k Apoteker
dimintakan approval oleh produsennya
kepada lembaga berwenang karena
berbagai alasan. Salah satu yang sering
menjadi alasan adalah biaya yang
besar untuk suatu uji klinik dan proses
approval, apalagi untuk suatu indikasi
baru dari obat yang sudah terdaftar
dan beredar. Sehingga kerap terjadi
perluasan indikasi tersebut tidak
dimintakan persetujuan, toh obatnya
sudah beredar di pasaran
Selain terhadap indikasi,
penggunaan off-label juga sebenarnya
bisa terjadi terhadap beberapa
parameter lain, yaitu dosis, sub
populasi pengguna, cara pemberian,
dll. Dengan definisi yang lebih ketat,
maka penggunaan obat untuk suatu
indikasi yang sudah sesuai label,
tetapi jika digunakan dengan rute
pemberian yang tidak sesuai, dapat
51
TOPIK KHUSUS
disetujui adalah hanya untuk jenis
kanker tertentu. Tetapi kenyataannya,
dokter sering mencoba obat kanker
tersebut untuk jenis kanker yang lain
yang belum disetujui penggunaannya.
Maka ini termasuk juga penggunaan
obat off-label. Sebuah studi di India
mengenai penggunaan obat off-label
pada pengobatan kanker menjumpai
bahwa sebagian obat kanker digunakan
secara off-label, seperti paclitaxel yang
disetujui untuk terapi kanker ovarium
dan payudara, digunakan pula untuk
berbagai kanker lain seperti paru-paru,
lambung, nasofaring, dll (Gota dan
Patial, 2011).
Apa saja contoh penggunaan
obat off-label ?
Penggunaan obat off-label sendiri
ada dua jenis. Yang pertama, obat
disetujui untuk mengobati penyakit
tertentu, tapi kemudian digunakan
untuk penyakit yang sama sekali
berbeda. Misalnya amitriptilin
yang disetujui sebagai anti depresi,
digunakan untuk mengatasi nyeri
neuropatik. Yang kedua, obat
No Nama Obat
Penggunaan on-label
1 Siproheptadin
Antihistamin, anti alergi
2 Ketotifen
Antihistamin, anti alergi
3. Pizotifen
migrain
Metformin
Diabetes melitus type 2
4. Misoprostol
Sitoprotektif lambung
antidepresan
5. Amitriptilin
antikonvulsan
6. Gabapentin
7. Metoklopramid Anti emetik
8. Celecoxib
Antiinflaamasi
Antidepresan gol SSRI
9. Sertralin
52
Penggunaan off-label
Pemicu nafsu makan
Pemicu nafsu makan
Pemicu nafsu makan
Polycystic ovarian syndrome (PCOS),
penurun berat badan
Induksi kelahiran
Nyeri neuropatik, profilaksis migrain
Nyeri neuropatik, profilaksis migrain
Pelancar produksi ASI
Preventif kanker
Terapi ejakulasi dini pada pria
TOPIK KHUSUS
53
info
Teh hijau yang berasal
dari tanaman Camellia
sinensis menjadi salah
satu minuman yang
dikonsumsi secara luas
di dunia, terutama di
Asia. Manfaat teh hijau
bagi kesehatan diduga
erat kaitannya dengan
kandungan catechin yang
terdapat di dalamnya.
Oleh :
Feby Christina, S.Farm., Apt.
54
info
Chemistry dan European Journal of
Nutrition menunjukkan bahwa ekstrak
teh hijau meningkatkan kemampuan
ambilan glukosa oleh adiposit serta
meningkatkan ikatan spesifik antara
insulin dan reseptor insulin di
jaringan. Selain itu juga meningkatkan
kandungan glucose transporter-4 (GLUT4) yakni protein pembawa glukosa
dalam adiposit yang diisolasi dari tikus.
Hijau Bagi
esMellitus
dalam The American Journal of Clinical
Nutrition mengevaluasi efek teh hijau
pada kontrol glukosa dan sensitivitas
insulin. Penelitian ini melibatkan 17
55
KOLOM
56
kompetensi.Sementara pelaksanaan
uji kompetensi itu sendiri dilakukan
oleh organisasi profesi (IAI).Organisasi
profesi (IAI) berperan dalam menilai
besarnya pembobotan Satuan Kredit
Profesi (SKP) yang dilakukan suatu
organisasi profesi di bawah naungan
IAI yang mengikuti kegiatan ilmiah
baik berupa kongres, simposium,
seminar maupun workshop yang
bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi seorang apoteker.
Untuk dapat melaksanakan
praktek kefarmasian pada fasilitas
pelayanan kefarmasian baik di
rumah sakit, puskesmas, klinik serta
apotik seorang apoteker juga harus
mengantongi Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) yaitu surat izin
KOLOM
po teker di Era
i A SEAN:
g pr ofesi kesehatan
57
kolom
58
Oleh: Iskani *
yang mengatur kefarmasian yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun
1965, Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2009 dimana masingmasing peraturan ini mempunyai
dinamika sendiri-sendiri, disisi lain
perubahan satu peraturan dengan lainnya
memerlukan waktu lama, perubahan PP
25/1965 ke PP 26/1980 memerlukan
waktu 15 tahun dan perubahan PP
25/1980 ke PP 51/2009 memerlukan
waktu 29 tahun, PP 51/2009 telah
berjalan 5 tahun, total 49 tahun
Pengertian Apotik menurut PP 26
Tahun 1965, Pasal 1, Apotik adalah
suatu tempat tertentu dimana dilakukan
usaha-usaha dalam bidang farmasi
dan pekerjaan kefarmasian, pasal 4,
Pertanggungan jawab teknis terletak
kepada seorang apoteker, jadi pada PP
26/1965 apoteker bertindak sebagai
penanggung jawab teknis dan apotik
merupakan tempat bisnis
Pengertian Apotik menurut PP 25
Tahun 1980, Pasal 1, Apotik adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
obat kepada masyarakat; pasal 2, tempat
pengabdian profesi seorang apoteker yang
telah mengucapkan sumpah jabatan,
melaksanakan peracikan, pencampuran
dan penyerahan obat, jadi apoteker tetap
bertindak sebagai penanggung jawab
teknis dan belum melakukan interaksi
dengan pasien
Dari kedua Peraturan Pemerintah
diatas, apoteker berada dalam keadaan
pasif bekerja dalam ruang tidak
berhadapan dengan pasien (drug
oriented) dan apotek lebih didominasi
pengusaha yang berperan aktif dengan
tujuan bisnis, disinilah mulai apoteker
terjebak dan dililit oleh intervensi
kekuatan pengusaha yang semakin lama
semakin kuat dan apoteker menjadi
sebagai pelengkap, tidak berdaya untuk
kolom
penghasilan. Kondisi ini adalah kondisi
wajar karena jasa profesi apoteker ada
yang dibawah UMR (Upah Minimum
Regional)
Perbaikan kepribadian tentu tidak
saja dilakoni oleh organisasi namun tidak
terlepas peran serta apoteker yang harus
melihat, memahami sejarah perjalanan
kefarmasian Indonesia, bahwa budaya
apoteker sekarang ini adalah budaya
masa lalu yang belum siap melakukan
perubahan. Salah satu konsep sederhana
yang disampaikan oleh Bapak H.
Soekaryo , Ketua Majelis Pertimbangan
Etika Apoteker Indonesia PP ISFI,
Kepribadian adalah kunci keberhasilan,
kegagalan apoteker karena apoteker tidak
pernah hadir dan berbuat sesuatu di
tempat kerjanya, dengan kata singkat
tersebut dapatlah diuraikan bahwa harus
ada upaya menata ulang kepribadian
apoteker sebagai langkah awal untuk
membentuk budaya apoteker yang siap
menyesuaikan dengan kondisi perubahan
, dengan tool, peraturan organisasi, dapat
memberikan konsekuen logis bila tidak
dilaksanakan, mengikat apoteker untuk
hadir dan berbuat sesuatu di apotek sesuai
dengan ketentuan praktik kefarmasian
dan sertifikasi.
Peraturan Pemerintah
Nomor 51/2009 dan
Peraturan Organisasi
PP 51 Tahun 2009, pasal 1 ayat
13, Apotik adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker, pasal 39
ayat (1) apoteker wajib memiliki STRA
kemudian pasal 52 ayat (1) apoteker
wajib memiliki SIPA, sudah selaras
dengan kebijakan Pengurus Pusat IAI
menerbitkan Peraturan Organisasi SK
PP IAI Nomor : PO. 005/ PP.IAI /1418
/ VII/2014 Tentang Papan Nama Praktik
Apoteker dimana pada Papan Praktik
tertulis, Praktik Apoteker, nomor STRA,
SIPA, Jam dan hari praktik serta nama
dan alamat apotek yang memperkuat
pasal 39 dan pasal 52. Inilah salah satu
bentuk upaya nyata, membuka jalan
perubahan kepribadian
Keselarasan PO. 005/ PP.IAI /1418 /
VII/2014 akan memperkuat pelaksanaan
sertifikasi pengumpulan 150 SKP bagi
setiap apoteker karena pemasangan
papan praktik harus dijadikan awal
penghitungan pengumpulan nilai SKP 5
tahun ke depan.
Mulai tahun 2015 SKPA tidak
dilaksanakan lagi, dalam kondisi seperti
ini tidak ada pilihan lain bagi apoteker
yaitu harus hadir di apotek, karena pada
akhir 5 tahun kedepan bagi apoteker
yang masih tetap ingin bertindak sebagai
Apoteker Penanggung Jawab wajib
melaksanakan ketentuan sertifikasi
Resiko atau Konsekuensi Logis
tidak boleh praktik pada akhir tahun
ke 5, merupakan sanksi tegas, bila tidak
melaksanakan ketentuan sertifikasi.
Konsekuensi ini menyebabkan apoteker
tidak mempunyai pilihan, harus hadir
di apotek dengan memasang papan
praktik sebagai bentuk komitmen.
Komitmen ini harus menjadi momentum
strategis organisasi untuk mendorong
semangat membangun budaya apoteker
bertanggung jawab.
Peraturan dan Sanksi
Membangun budaya apoteker
bertanggung jawab, tidak akan berhasil
bila menggunakan peraturan tanpa
sanksi, karena peraturan yang ada saat
ini lebih terfokus kepada ketertiban dan
petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan
profesi sedangkan sanksi terhadap tidak
melaksanakan dan melanggar ketentuan
pasal-pasal dalam peraturan tidak
dikenakan sanksi, hal ini sejalan dengan
pemikiran, Bapak Dani Pratomo, Ketua
Umum 2010 2013, yang disampaikan
dalam pertemuan IAI bersama Dirjen
Binfar Alkes, APTFI, KFN di Garden
Permata Hotel Bandung, bahwa Suatu
peraturan tanpa sanksi, peraturan tersebut
tidak akan berjalan
Peraturan Organisasi
Karena peraturan pemerintah untuk
membangun budaya apoteker, mungkin
tidak ada, maka pilihan lain adalah
Peraturan Organisasi harus mengisi
kekosongan ini yang berorientasi kepada
perubahan kepribadian, Peraturan
Organisasi sudah cukup kuat, terbukti
dapat dilaksanakan, asal semua ketua
organisasi mempunyai komitmen yang
sama untuk melaksanakannya
Metoda PICA
Pembangunan budaya apoteker
harus dimulai oleh budaya organisasi
yaitu berorientasi kepada pelaksanaan/
AKSI. Untuk dapat melihat gambaran
59
lensa
Selama tiga hari, 8-10
April 2015 lalu, Ikatan
Apoteker Indonesia kembali
berpartisipasidalam sebuah
eksibisi. Kali ini terlibat
dalam pameran niaga
industri farmasi terkemuka,
Convention on Pharmaceutical
Ingredient Southeast Asia
(CPhI SEA) 2015. Dibuka oleh
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia yang diwakili
oleh Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,
Dra. Maura Linda Sitanggang,
Apt, PhD. Diselenggarakan
keempat kalinya di Indonesia,
di Jakarta Internasional
Expo Kemayoran, CPhI SEA
merupakan peluang bagi
para pelaku industri farmasi
dan penyedia bahan baku
obat dari seluruh dunia
untuk menjangkau pasar
Asia Tenggara yang sedang
tumbuh pesat.
60
60
Edisi
Edisi XXII
XXII April
April 2015
2015 -- Juni
Juni 2015
2015
Partisipasi (SKP).
Proses pengumpulan SKP inilah
yang selama 3 hari berturut-turut
diinformasikan dan disikusikan
dengan sejawat apoteker serta para
mahasiswa yang berkunjung. Berbagai
pertanyaan muncul, yang paling utama
adalah apakah bila apoteker di industri
bekerja di bagian marketing, bussiness
development atau regulatory misalnya,
maka bisa dihitung sebagai SKP
kinerja profesional. Sejawat apoteker
yang bekerja di bidang ini mengaku
khawatir, bila ternyata tidak menjadi
bagian dari penghitungan SKP, lalau
bagaimana masa depannya sebagai
61
61
agenda
62
berita
Yudicial Review UU
Tenaga Kesehatan
oleh Asisten Apoteker
isosialisasikan UU
ini pada awal Januari
2015 merisaukan
Heru Purwanto,
Guru SMK Farmasi Ditkesad. Ia
lalu mengajukan permohonan uji
materi Undang Undang tersebut ke
Mahkamah Konsitusi. Heru Purwanto
memfokuskan uji materi pada pasal
8 ayat 1 dan pasal 96 UU Tenaga
Kesehatan. Menurut penggugat,
pemberlakuan ke dua pasal tersebut
mengancam puluhan ribu tenaga
kesehatan yang berijazah di bawah
diploma 3. Menurut pasal 8 ayat 1
UU tersebut, tenaga kesehatan yang
berijazah di bawah D3 yang selama
ini melakukan praktek sebagai tenaga
kesehatan hanya diberikan kesempatan
pemerintah.
Dalam sidang tersebut
Nurul Falah menyampaikan
pendapatnya bahwa penyelenggaraan
upaya kesehatan salah satunya
adalah pelayanan kefarmasian harus
dilakukan oleh tenaga kefarmasian
yang bertanggung jawab, yang
memiliki etik dan moral yang tinggi,
keahlian, dan kewenangan yang secara
terus menerus harus ditingkatkan
mutunya melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan, sertifikasi,
registrasi, perizinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar
penyelenggaraan upaya kesehatan
memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
Untuk memenuhi hak dan
kebutuhan kesehatan setiap individu
dan masyarakat, untuk memeratakan
pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat, dan untuk memberikan
pelindungan serta kepastian hukum
kepada tenaga kesehatan dan
masyarakat penerima upaya pelayanan
kesehatan, perlu pengaturan mengenai
tenaga kesehatan terkait dengan
63
berita
perencanaan kebutuhan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan.
Pembinaan dan pengawasan mutu
Tenaga Kesehatan terutama ditujukan
untuk meningkatkan kualitas Tenaga
Kesehatan sesuai dengan Kompetensi
yang diharapkan dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
bagi seluruh penduduk Indonesia.
Pembinaan dan pengawasan mutu
Tenaga Kesehatan dilakukan melalui
peningkatan komitmen dan koordinasi
semua pemangku kepentingan dalam
pengembangan Tenaga Kesehatan
serta legislasi yang antara lain meliputi
sertifikasi melalui Uji Kompetensi,
Registrasi, perizinan, dan hak-hak
Tenaga Kesehatan.
Berdasarkan kewenangan pada
peraturan perundang-undangan,
Pelayanan Kefarmasian telah
mengalami perubahan yang semula
hanya berfokus kepada pengelolaan
Obat (drug oriented) berkembang
menjadi pelayanan komprehensif
meliputi pelayanan Obat dan
pelayanan farmasi klinik yang
64
kolom
65
kolom
Terus terang saya ngeri jika
profesor tersebut adalah representasi
profesor lainnya di bidang farmasi
di tempatnya mengajar, lebih lebih
jika itu merepresentasikan sebagian
profesor-profesor perguruan tinggi
farmasi di seluruh negeri ini. Betapa
tidak, pemerintah telah bekerja keras
secara mendalam bahwa Negara pantas
mengatur pekerjaan kefarmasian yang
merupakan porsi dan kapling profesi
Apoteker di semua area pekerjaan
kefarmasian mulai dari pengadaan,
industri dan distribusi farmasi serta
pelayanan kefarmasian di rumah sakit,
puskesmas, klinik dan apotek.
Tentu pemerintah mempertimbangkan bahwa obat pada dasarnya adalah
barang kesehatan bukan komoditi biasa,
yang tujuannya adalah memberikan efek
terapi yang maksimal bagi tubuh dengan
tanpa efek samping atau efek lainnya
yang membahayakan bagi tubuh.
Sehingga patut dan pantas bahkan
harus, jika apoteker dalam prakteknya
terutama di pelayanan,bertanggung
jawab secara langsung melakukan
tindakan kefarmasian kepada pasien,
menjamin kualitas obatnya dan
menjelaskan serta menguraikan obat
nya kepada pasien demi keselamatan
pasien sesuai dengan standar pelayanan
di apotek, rumah sakit atau puskesmas.
Lha wong PP 51 bagus sekali je,
lah kok ini anti mainstream, maka
saya sambil mengelus dada, saya
berpikir apakah profesor tersebut
ber madzab bahwa apoteker cukup
sebagai apoteker penanggung jawab
di apotek yang sifatnya hanya modal
ijasah dan nama saja tanpa keahlian
praktek, sebagaimana kecenderungan
yang masih dapat kita lihat sekarang
ini dimana apotekernya hanya
penampakan tanpa wujud kecuali
hanya nama yang tercantum di dalam
ijin apoteknya. Apotekernya jarang
datang ke apotek, jarang melakukan
pelayanan langsung kepada pasien tapi
menuntut agar imbalannya dibuatkan
standard oleh IAI, dan bilamana perlu
menuntut agar imbalannya besar dan
membesar.
Saya mendoakan agar profesor
66
67
68