Anda di halaman 1dari 15

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Gigi


Plak gigi adalah lapisan lunak yang terbentuk dari campuran antara
makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, epitel
rongga mulut yang mengalami deskuamasi, sisa-sisa makanan serta bakteri yang
melekat di permukaan gigi (Shafter, 2009).
Secara luas plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi: (Newman et al, 2012)
a. Plak supragingiva terletak di atas tepi gingiva. Plak supragingiva yang
berkontak langsung dengan tepi gingiva disebut plak marginal.
b. Plak subgingiva terletak di bawah tepi gingiva, di antara gigi dan jaringan
sulkus gingiva.

Gambar 2.1. Plak supragingiva (Newman et al, 2012).

2.1.1. Plak Gigi sebagai Biofilm


Plak gigi merupakan contoh klasik dari biofilm alami dan agen terbesar
yang menyebabkan penyakit periodontal (Samarayanake, 2002). Biofilm adalah
istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan komunitas mikroorganisme yang
tersusun baik serta melekat pada setiap permukaan dan terselubungi matriks
materi ekstraselular. Pada umumnya, biofilm terdiri dari berbagai spesies bakteri

4
SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

serta organisme lain dan debris. Biofilm terbentuk secara cepat pada hampir semua
permukaan yang basah (Nield, 2008).
Biofilm pada umumnya mempunyai sifat sebagai berikut : (Nield, 2008)
1. Terlindung dari unsur pertahanan inang (seperti leukosit atau enzim), agen
antimikroba, dan tahan terhadap pengaruh pembersihan oleh aliran saliva.
2. Pengaturan ruang di dalam biofilm yang memudahkan interaksi metabolik.
3. Peningkatan konsentrasi nutrisi.
Struktur biofilm secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu koloni
bakteri, lapisan lendir ekstrasel, dan saluran cairan. Bakteri dalam biofilm tidak
tersebar secara merata. Ketika bakteri melekat pada suatu permukaan, mereka
berkumpul membentuk mikrokoloni berbentuk gambaran seperti jamur. Tiap
mikrokoloni merupakan komunitas kecil tersendiri yang mengandung ribuan
bakteri. Antar mikrokoloni dapat mengandung kombinasi bakteri yang berbeda.
Di bagian tengah mikrokoloni, bakteri hidup dalam lingkungan anaerobik sedang
bakteri yang berada pada tepi saluran cairan hidup dalam lingkungan aerob
(Nield, 2008).
Lapisan lendir ekstrasel adalah lapisan pelindung yang mengelilingi
mikrokoloni bakteri berbentuk jamur. Lapisan ini melindungi bakteri dari
antibiotik dan unsur pertahanan tubuh inang seperti leukosit (Nield, 2008).
2.1.2. Komposisi Plak Gigi
Plak gigi mempunyai komposisi utama berupa mikroorganisme. Sejumlah
20-30% massa plak pada matriks interselularnya mengandung material organik
dan nonorganik yang berasal dari saliva, cairan krevikular gingiva, dan produk

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bakteri. Komponen organik plak tersebut terdiri atas polisakarida, protein,


glikoprotein, dan material lipid (Newman et al, 2012).
Glikoprotein dari saliva merupakan komponen penting dari pelikel yang
mula-mula melapisi permukaan gigi yang bersih, tetapi pelikel ini juga
berhubungan langsung dengan perkembangan biofilm plak. Bahan polisakarida
berasal dari atau diproduksi oleh bakteri, albumin dari cairan krevikular gingiva,
serta material lipid mengandung debris dari membran bakteri, sel pejamu dan dari
makanan (Newman et al, 2012).
Komponen anorganik dari plak sebagian besar berupa kalsium dan fosfor,
dengan sedikit mineral lainnya seperti sodium, potasium, dan fluorida.
Komponen anorganik dari plak supragingiva berasal terutama dari saliva, seiring
dengan meningkatnya jumlah mineral, maka massa plak semakin membentuk
kalkulus. Komponen anorganik dari plak subgingiva berasal dari cairan
krevikular, yang berupa transudat serum (Newman et al, 2012).
Dalam satu gram plak ( berat basah ) terdapat sekitar 2 x 1011 bakteri.
Diperkirakan terdapat lebih dari 500 spesies bakteri yang berbeda yang terdapat
pada plak. Mikroorganisme nonbakteri yang dapat dijumpai pada plak meliputi
spesies mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Mikroorganisme juga terdapat
dalam matriks interseluler yang juga mengandung beberapa sel inang, seperti sel
epitel, makrofag, dan leukosit (Newman et al, 2012).
2.1.3. Pembentukan Plak Gigi
Plak gigi mungkin dapat terlihat pada gigi setelah 1-2 hari tanpa adanya
oral hygiene. Plak terlihat berwarna putih, keabu-abuan, atau kuning dan
mempunyai penampilan globular. Pergerakan jaringan dan makanan pada gigi

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dapat menyebabkan perpindahan mekanik plak, yang efektif pada permukaan 2/3
mahkota gigi, sehingga plak biasanya terlihat pada 1/3 permukaan gingival pada
permukaan gigi, yang tidak terkena pergerakan makanan dan jaringan selama
mastikasi (Newman et al, 2012).
Proses pembentukan plak gigi dapat dibagi menjadi tiga fase:
1. Pembentukan pelikel gigi
Semua permukaan rongga mulut, termasuk semua permukaan jaringan,
gigi dan restorasi, dilapisi oleh pelikel glikoprotein. Pelikel ini berasal dari
komponen saliva, cairan krevikular, bakteri dan produknya, serta berisi jaringan
sel inang dan debris. Pelikel terbentuk oleh adsorpsi

terhadap

makromolekul

lingkungan, sehingga komposisinya berbeda-beda pada setiap permukaan. Pelikel


berfungsi sebagai pertahanan, menyediakan lubrikasi / pembasahan untuk
permukaan dan mencegah kekeringan jaringan. Tetapi pelikel juga menyediakan
substrat untuk melekatnya bakteri. Melalui pelikel, bakteri akan membuat
kolonisasi awal di permukaan gigi dan membentuk lapisan dasar untuk formasi
dari kompleks biofilm, yang dikenal sebagai plak gigi (Newman et al, 2012).
2. Permulaan kolonisasi pada permukaan gigi
Dalam beberapa jam, bakteri dapat ditemukan berada dalam pelikel.
Bakteri yang mula-mula berkolonisasi pada pelikel sebagian besar berupa
mikroorganisme (+) Gram, yaitu Actinomyces viscosus, Streptococcus mutans,
dan Streptococcus sanguis. Bakteri-bakteri ini melekat ke pelikel melalui
molekul spesifik, disebut adhesins, yang ada pada permukaan bakteri yang
berinteraksi dengan reseptor pada pelikel (Newman et al, 2012).

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Massa plak kemudian menjadi matang melalui pertumbuhan spesies yang


melekat padanya, seiring dengan kolonisasi dan pertumbuhan spesies tersebut.
Pada saat ini, terdapat transisi dari lingkungan aerob awal yang ditandai oleh
spesies (+) Gram fakultatif, menjadi lingkungan tanpa oksigen, yang ditandai
mikroorganisme (-) Gram anaerob (Newman et al, 2012).
3. Kolonisasi sekunder dan maturasi plak
Mikroorganisme yang berkolonisasi sekunder tidak berkolonisasi pada
permukaan gigi bersih, spt. Prevotella intermedia, Prevotella loescheii,
Capnocytophaga sp., Fusobacteriu nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis.
Mikroorganisme-mikroorganisme

ini

melekat

pada

sel-sel

bakteri

yang

sebelumnya sudah berada pada massa plak, melalui proses yang dinamakan
koagregasi. Proses ini berlangsung terutama melalui interaksi kimia dari molekul
protein dan karbohidrat pada permukaan sel bakteri. Agregrasi bakteri ini
disebabkan oleh adanya reseptor dekstran pada permukaan sel bakteri sehingga
interaksi antara sel-sel bakteri dapat terjadi selama pembentukan plak gigi. Pada
tahap selanjutnya dari pembentukan plak gigi, terjadi koagregasi antar spesies
Gram (-) yang berbeda. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi
dan kematangan plak, yaitu (1) faktor bakteri yang terdiri dari produk
ekstraseluler berupa glukan dan fruktan, interaksi bakteri berupa reaksi
koagregasi, serta ekologi plak yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan, kondisi
rongga mulut dan produk bakteri, (2) faktor inang yang terdiri dari mekanisme
pembersihan gigi dan mulut, pH saliva, komponen dalam saliva yang berupa
laktoperoksidase, laktoferin, glikoprotein dan mekanisme adhesi, serta respon

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

imun inang yang berupa sekresi IgA dalam mulut dan cairan krevikular (Newman
et al, 2012).
2.1.4 Kontrol Plak
Kontrol plak adalah pembersihan mikroorganisme plak dan pencegahan
terakumulasinya mikroorganisme pada gigi dan permukaan gingiva di sekitar.
Kontrol pada mikroorganisme plak adalah cara yang efektif untuk perawatan dan
pencegahan gingivitis dan telah menjadi bagian yang penting dari perawatan dan
pencegahan penyakit periodontal (Newman et al, 2012).
Komposisi bakteri plak berubah sampai bakteri gram negatif menjadi
organisme yang mendominasi dan perubahan ini bersifat reversibel. Pembersihan
plak yang dilakukan secara rutin dapat mencegah terjadinya gingivitis. Kontrol
plak supragingiva yang baik telah memperlihatkan dampaknya terhadap
pertumbuhan dan komposisi plak subgingiva, dan mendukung mikroflora yang
sehat dan mengurangi terbentuknya kalkulus. Plak kontrol harian yang dilakukan
secara hati-hati, digabungkan dengan pembersihan plak dan kalkulus oleh dokter
gigi

dapat

mengurangi

jumlah

plak

supragingiva,

mengurangi

jumlah

mikroorganisme pada poket yang agak dalam, termasuk pada daerah furkasi dan
secara drastis mengurangi kuantitas patogen periodontal (Newman et al, 2012).
Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatan mulut, pembersihan plak secara
personal dan rutin yang tepat harus dilakukan. Kontrol plak yang paling umum
dilakukan di rumah adalah sikat gigi. Melalui sikat gigi atau kontrol plak secara
mekanis lainnya, pembentukan plak dan penyakit periodontal dapat dikontrol
(Lindhe et al, 2008).

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10

Kontrol dental plaque tidak selalu cukup hanya dengan melakukan


pembersihan mekanis saja. Penggunaan agen bahan kimia dilaporkan dapat
membantu pengontrolan plak (Hall, 2003). Agen kimia bekerja melalui beberapa
mekanisme untuk menghambat pembentukan plak. Salah satunya adalah dengan
mekanisme antimikroba. Agen antimikroba yang bekerja secara paling efektif
terhadap pencegahan pembentukan plak supragingiva adalah chlorhexidine
(Lindhe et al, 2008).
Media untuk membawa agen kimia ke mulut untuk kontrol supragingiva
bisa bermacam-macam, yaitu : (Lindhe et al, 2008)
1. Pasta gigi
2. Obat kumur
3. Irigasi
4. Spray
5. Permen karet
6. Varnish

2.2 Anggur (Vitis vinifera. L)


Anggur merupakan komoditi yang dapat dikonsumsi sebagai buah segar,
jus, minuman beralkohol, dan kismis. Dalam berbagai penelitian, buah anggur
terbukti memiliki nilai baru di dunia kedokteran yaitu sebagai antimikroba,
antioksidan, antiplatelet, antikanker, dan lain-lain (Tilong, 2012).
Secara umum tanaman anggur tumbuh secara merambat dan mempunyai
sulur yang berfungsi sebagai alat pemegang ketika tanaman merambat. Untuk
membedakan jenis anggur satu dengan yang lain, dapat dilihat dari variasi buah

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11

yang beraneka warna, ukuran dan bentuk. Struktur tanaman anggur antara lain
batang, cabang, tunas dan daun (Tilong, 2012).
Batang merupakan tempat tumbuhnya cabang dan ranting dari tanaman.
Selain sebagai tempat tumbuh, batang berfungsi sebagai jalan, meneruskan bahan
makanan dari akar ke daun dan meneruskan makanan dari daun ke seluruh
bagian tanaman. Cabang yang tua akan menjadi cabang utama. Kemudian akan
tumbuh cabang-cabang baru. Pada cabang ini, terdapat mata tunas yang menjadi
tempat tumbuhnya ranting dan bunga atau buah (Tilong, 2012).
Bunga tumbuh pada mata tunas dan tumbuhnya berlawanan dengan sulur.
Bunga yang berupa bunga majemuk ini tumbuh setelah 6-10 minggu setelah
tunas-tunas muda muncul. Bunga anggur umumnya berkembang biak atau kawin
sendiri. Setelah 2-3 hari penyerbukan, bakal buah akan tumbuh dan berkembang
menjadi buah (Tilong, 2012).
Buah anggur mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari kulit buah,
daging buah dan biji buah. Isi kulit buah sekitar 5-12% dari ukuran buah, daging
buah sebagian besar 80-90%, sedangkan biji buah 0-5% ( jumlahnya 0-5 biji )
dan sisanya berupa serat (Tilong, 2012).
Adapun warna kulit buah anggur bervariasi tergantung pada jenis
varietasnya. Anggur ada yang berwarna merah, hijau, putih atau bening, kuning,
atau merah kehitaman. Anggur dengan warna yang lebih gelap diketahui memiliki
kandungan senyawa fenol yang tinggi (Tilong, 2012).
Akar anggur bisa menembus tanah sampai 1,5 meter, bahkan 3 meter
dalamnya. Kedalaman ini dipengaruhi tebal tipisnya tanah, kesuburan tanah, dan
material yang dikandung tanah (Tilong, 2012).

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

Gambar 2.2. Anggur Probolinggo biru (Zelman, 2012).

2.2.1 Klasifikasi Anggur


Adapun klasifikasi tanaman anggur adalah sebagai berikut : (Tilong, 2012)
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Rhamnales

Famili

: Vitaceae

Genus

: Vitis

Spesies

: Vitis vinifera L.

2.2.2 Kandungan Anggur


Menurut The George Mateljan Foundation, anggur dikenal sebagai buahbuahan yang mempunyai nilai gizi yang sangat baik, terutama kandungan

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13

vitaminnya seperti vitamin C, vitamin B1, vitamin B6, dan mineralnya seperti
mangan dan kalium (Tilong, 2012).
Kandungan mangan pada anggur termasuk kategori sangat baik, karena
mempunyai nilai nutrisi yang sangat tinggi. Mangan sangat diperlukan tubuh
dalam sintesis energi, sehingga membantu menjaga kestabilan gula di dalam
darah. Mangan juga diperlukan tubuh untuk metabolisme lemak dan pembentukan
jaringan ikat dan tulang. Konsentrasi mangan pada anggur adalah 0,07 mg per 100
g buah. Kandungan vitamin C pada anggur yaitu 10.8 mg per 100 gram buah.
Vitamin

C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam

berbagai proses penting, mulai dari pembuatan kolagen ( protein berserat yang
membentuk

jaringan

ikat pada tulang), pengangkutan lemak, pengangkut

elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi sehat, pengatur tingkat
kolesterol, serta pemicu imunitas (Tilong, 2012).
Kalium pada anggur (191 mg / 100 g) diketahui bermanfaat untuk
mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, dan

juga

membersihkan

karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot
dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman
oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh.
Selain itu, anggur juga mengandung phenolic compound diantaranya resveratrol
dan tannin (Tilong, 2012).

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14

Tabel 2.1. Tabel kandungan gizi anggur ( Tilong, 2012 ).

Senyawa polifenol tersebar secara luas pada bagian-bagian buah anggur.


Komposisi polifenol bergantung pada apakah esktraksi dilakukan pada daging
buah anggur, kulit, atau biji. Persentase total fenol pada bagian-bagian anggur
adalah 10% atau kurang pada daging buah, 60-70% pada biji dan 28-35% pada
kulit (Nawaz et al, 2006).
2.2.3 Biji Anggur
Biji anggur dapat dipertimbangkan sebagai sumber polifenol yang relevan,
di mana terkandung dan flavanols, yaitu monomeric flavanols ( monomerics
catechin, epicatechin, epigallocatechin, epicatechin gallate, dimeric, trimeric and
tetrameric procyanidins. ), serta polimeric flavanol / tannins ( polymeric,
oligomeric procyanidins ). Jumlah maksimum polifenol yang didapat dari biji
anggur berkisar antara 11,4% dari berat total biji (Nawaz et al, 2006).
Senyawa polifenol ini telah terbukti menunjukkan beberapa efek biologis
antioksidan atau antibakteri. Ekstrak biji anggur juga dilaporkan potensinya

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15

sebagai bahan pengawet makanan karena aktivitas antibakterinya. Beberapa


temuan melaporkan bahwa ekstrak non- aqueous biji anggur memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Bacillus cereus, Bacillus coagulans, Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Salmonella infantis, Campylobacter coli ( Adamez et al, 2004).

Tabel 2.2. Senyawa phenolic pada bagian-bagian anggur dan produknya (Xia et al, 2010).

2.2.4 Aktifitas Antibakteri Polifenol Biji Anggur


Bakteri yang tertekan oleh paparan polifenol meningkatkan produksi
protein yang berhubungan dengan mekanisme bertahan yang akan melindungi
selnya, juga secara bersamaan menurunkan aktifitas metabolisme dan produksi
biosynthetic proteins seperti asam, phospholipid, carbon, dan metabolisme energi.
Selain itu, polifenol dilaporkan dapat mengganggu quorum sensing dari bakteri
seperti gangguan produksi sinyal molekul sel bakteri Escherichia coli,
Pseudomonas putida

dan Burkholderia cepacia

yang memicu pertumbuhan

populasi bakteri (Ferrazano et al, 2011).


Penemuan yang ada menyatakan bahwa mekanisme polifenol dalam
mencegah penyakit antara lain, penghambatan enzim replikasi bakteri,

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16

menginduksi apoptosis sel tumor, dan menstimulasi monosit / makrofag untuk


memproduksi cytokin. Efek antibakteri polifenol yang telah dilaporkan antara lain,
kemampuannya dalam menginaktivasi toksin bakteri dan juga merupakan sumber
baru yang dapat digunakan sebagai agen antibaktreri yang telah mengalami
resistensi antibiotik (Ferrazano et al, 2011).
Polifenol dapat berinteraksi dengan protein membran bakteri, enzim, dan
lemak lalu mengubah permebilitas sel dan menyebabkan hilangnya proton, ion,
dan makromolekul. Aktifitas enzim

glucosyl transferase dari Streptococcus

mutans dapat dihambat oleh polifenol dari tumbuhan. Procyanidins juga


merupakan major inhibitors dari glucosyltransferase S. mutans. Flavonol dan
proanthocyanidin dapat menghambat aktifitas glucosyltransferase dan F-ATPase
juga produksi asam oleh S. mutans (Ferrazano et al, 2011).
2.2.4.1 Aktifitas Antibakteri Monomeric Flavanols
Senyawa dari monomeric flavanols

adalah catechin, epicatechin,

epigallocatechin gallate, epicatechin gallate, dimeric, trimeric and tetrameric


procyanidins. Monomeric flavanols merupakan senyawa yang paling banyak
terdapat pada biji anggur.
Flavanols dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel bakteri. Akan
tetapi, membran luar dari bakteri gram-negative dapat berfungsi sebagai
protective barrier dan mencegah flavanols melekat pada sel bakteri, sehingga
bakteri gram-negative lebih resisten terhadap flavanol dibandingkan bakteri grampositive (Rhodes, 2004).

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17

Gambar 2.3. Struktur monomeric catechin dan epicathecin (Rhodes, 2004).

Catechin mengurangi virulensi bakteri seperti pembentukan biofilm dan


motilitas bakteri (Daglia, 2012). Catechin berfungsi dengan cara kerja yang
berbeda pada beberapa bakteri (Escherichia coli, Bordetella bronchiseptica,
Serratia

marcescens,

Klebsiella

pneumonie,

Salmonella

choleraesis,

Pseudomonas aeruginosa, Staphilococcus aureus, and Bacillus subtilis) dengan


menghasilkan hydrogen peroxide dan mengubah permeabilitas membran bakteri
(Rhodes, 2004).

Gambar 2.4. Struktur epigallocatechin dan epicathecin gallate (Rhodes, 2004).

Epicatechin gallate dan epigallocatechin gallate menunjukkan potensi


aktivitas antibakteri karena keberadaan galloyl moiety pada strukturnya. Outer cell
membrane dan membran sitoplasma tersusun oleh sebuah phospholipid bilayer
dan protein dan merupakan tempat utama terjadinya interaksi antar senyawa
dalam bakteri. Kerusakan pada mebran yang penting dapat menyebabkan
kematian bakteri dan dapat terjadi dengan proses berikut : (i) gangguan fisik pada

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18

membran, (ii) menghilangnya proton motive force (PMF), dan (iii) hambatan pada
aktivitas enzim yang ada pada membran. (Perumalla and Hettiarachcy, 2011)
2.2.4.2 Aktifitas Antibakteri Polymeric Flavanol / Tannins
Tannin diklasifikasikan antara lain proanthocyanidins (condensed
tannins), gallotannins dan ellagitannins (hydrolyzable tannins). Tannin yang
terkandung dalam biji anggur adalah proanthocyanidins. Beberapa mekanisme
dapat menjelaskan efek antibakteri dari tipe A- proanthocyanidin seperti dengan
destabilisasi pada cytoplasmic membrane, permeabilitas sel membran dan
penghambatan enzim ekstraseluler bakteri, efek langsung terhadap metabolisme
bakteri atau juga menghilangkan substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
seperti mikronutrien mineral esensial besi dan zinc ( melalui proanthocyanidin
chelation dengan metals), yang dapat membatasi pertumbuhan bakteri (Daglia,
2012).

Gambar 2.5 Struktur proanthocyanidins (Rhodes, 2004)

SKRIPSI

DAYA HAMBAT EKSTRAK ...

BUDIONO WIJAYA

Anda mungkin juga menyukai