BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
serta organisme lain dan debris. Biofilm terbentuk secara cepat pada hampir semua
permukaan yang basah (Nield, 2008).
Biofilm pada umumnya mempunyai sifat sebagai berikut : (Nield, 2008)
1. Terlindung dari unsur pertahanan inang (seperti leukosit atau enzim), agen
antimikroba, dan tahan terhadap pengaruh pembersihan oleh aliran saliva.
2. Pengaturan ruang di dalam biofilm yang memudahkan interaksi metabolik.
3. Peningkatan konsentrasi nutrisi.
Struktur biofilm secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu koloni
bakteri, lapisan lendir ekstrasel, dan saluran cairan. Bakteri dalam biofilm tidak
tersebar secara merata. Ketika bakteri melekat pada suatu permukaan, mereka
berkumpul membentuk mikrokoloni berbentuk gambaran seperti jamur. Tiap
mikrokoloni merupakan komunitas kecil tersendiri yang mengandung ribuan
bakteri. Antar mikrokoloni dapat mengandung kombinasi bakteri yang berbeda.
Di bagian tengah mikrokoloni, bakteri hidup dalam lingkungan anaerobik sedang
bakteri yang berada pada tepi saluran cairan hidup dalam lingkungan aerob
(Nield, 2008).
Lapisan lendir ekstrasel adalah lapisan pelindung yang mengelilingi
mikrokoloni bakteri berbentuk jamur. Lapisan ini melindungi bakteri dari
antibiotik dan unsur pertahanan tubuh inang seperti leukosit (Nield, 2008).
2.1.2. Komposisi Plak Gigi
Plak gigi mempunyai komposisi utama berupa mikroorganisme. Sejumlah
20-30% massa plak pada matriks interselularnya mengandung material organik
dan nonorganik yang berasal dari saliva, cairan krevikular gingiva, dan produk
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
dapat menyebabkan perpindahan mekanik plak, yang efektif pada permukaan 2/3
mahkota gigi, sehingga plak biasanya terlihat pada 1/3 permukaan gingival pada
permukaan gigi, yang tidak terkena pergerakan makanan dan jaringan selama
mastikasi (Newman et al, 2012).
Proses pembentukan plak gigi dapat dibagi menjadi tiga fase:
1. Pembentukan pelikel gigi
Semua permukaan rongga mulut, termasuk semua permukaan jaringan,
gigi dan restorasi, dilapisi oleh pelikel glikoprotein. Pelikel ini berasal dari
komponen saliva, cairan krevikular, bakteri dan produknya, serta berisi jaringan
sel inang dan debris. Pelikel terbentuk oleh adsorpsi
terhadap
makromolekul
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
ini
melekat
pada
sel-sel
bakteri
yang
sebelumnya sudah berada pada massa plak, melalui proses yang dinamakan
koagregasi. Proses ini berlangsung terutama melalui interaksi kimia dari molekul
protein dan karbohidrat pada permukaan sel bakteri. Agregrasi bakteri ini
disebabkan oleh adanya reseptor dekstran pada permukaan sel bakteri sehingga
interaksi antara sel-sel bakteri dapat terjadi selama pembentukan plak gigi. Pada
tahap selanjutnya dari pembentukan plak gigi, terjadi koagregasi antar spesies
Gram (-) yang berbeda. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi
dan kematangan plak, yaitu (1) faktor bakteri yang terdiri dari produk
ekstraseluler berupa glukan dan fruktan, interaksi bakteri berupa reaksi
koagregasi, serta ekologi plak yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan, kondisi
rongga mulut dan produk bakteri, (2) faktor inang yang terdiri dari mekanisme
pembersihan gigi dan mulut, pH saliva, komponen dalam saliva yang berupa
laktoperoksidase, laktoferin, glikoprotein dan mekanisme adhesi, serta respon
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
imun inang yang berupa sekresi IgA dalam mulut dan cairan krevikular (Newman
et al, 2012).
2.1.4 Kontrol Plak
Kontrol plak adalah pembersihan mikroorganisme plak dan pencegahan
terakumulasinya mikroorganisme pada gigi dan permukaan gingiva di sekitar.
Kontrol pada mikroorganisme plak adalah cara yang efektif untuk perawatan dan
pencegahan gingivitis dan telah menjadi bagian yang penting dari perawatan dan
pencegahan penyakit periodontal (Newman et al, 2012).
Komposisi bakteri plak berubah sampai bakteri gram negatif menjadi
organisme yang mendominasi dan perubahan ini bersifat reversibel. Pembersihan
plak yang dilakukan secara rutin dapat mencegah terjadinya gingivitis. Kontrol
plak supragingiva yang baik telah memperlihatkan dampaknya terhadap
pertumbuhan dan komposisi plak subgingiva, dan mendukung mikroflora yang
sehat dan mengurangi terbentuknya kalkulus. Plak kontrol harian yang dilakukan
secara hati-hati, digabungkan dengan pembersihan plak dan kalkulus oleh dokter
gigi
dapat
mengurangi
jumlah
plak
supragingiva,
mengurangi
jumlah
mikroorganisme pada poket yang agak dalam, termasuk pada daerah furkasi dan
secara drastis mengurangi kuantitas patogen periodontal (Newman et al, 2012).
Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatan mulut, pembersihan plak secara
personal dan rutin yang tepat harus dilakukan. Kontrol plak yang paling umum
dilakukan di rumah adalah sikat gigi. Melalui sikat gigi atau kontrol plak secara
mekanis lainnya, pembentukan plak dan penyakit periodontal dapat dikontrol
(Lindhe et al, 2008).
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
10
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
11
yang beraneka warna, ukuran dan bentuk. Struktur tanaman anggur antara lain
batang, cabang, tunas dan daun (Tilong, 2012).
Batang merupakan tempat tumbuhnya cabang dan ranting dari tanaman.
Selain sebagai tempat tumbuh, batang berfungsi sebagai jalan, meneruskan bahan
makanan dari akar ke daun dan meneruskan makanan dari daun ke seluruh
bagian tanaman. Cabang yang tua akan menjadi cabang utama. Kemudian akan
tumbuh cabang-cabang baru. Pada cabang ini, terdapat mata tunas yang menjadi
tempat tumbuhnya ranting dan bunga atau buah (Tilong, 2012).
Bunga tumbuh pada mata tunas dan tumbuhnya berlawanan dengan sulur.
Bunga yang berupa bunga majemuk ini tumbuh setelah 6-10 minggu setelah
tunas-tunas muda muncul. Bunga anggur umumnya berkembang biak atau kawin
sendiri. Setelah 2-3 hari penyerbukan, bakal buah akan tumbuh dan berkembang
menjadi buah (Tilong, 2012).
Buah anggur mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari kulit buah,
daging buah dan biji buah. Isi kulit buah sekitar 5-12% dari ukuran buah, daging
buah sebagian besar 80-90%, sedangkan biji buah 0-5% ( jumlahnya 0-5 biji )
dan sisanya berupa serat (Tilong, 2012).
Adapun warna kulit buah anggur bervariasi tergantung pada jenis
varietasnya. Anggur ada yang berwarna merah, hijau, putih atau bening, kuning,
atau merah kehitaman. Anggur dengan warna yang lebih gelap diketahui memiliki
kandungan senyawa fenol yang tinggi (Tilong, 2012).
Akar anggur bisa menembus tanah sampai 1,5 meter, bahkan 3 meter
dalamnya. Kedalaman ini dipengaruhi tebal tipisnya tanah, kesuburan tanah, dan
material yang dikandung tanah (Tilong, 2012).
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
12
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Rhamnales
Famili
: Vitaceae
Genus
: Vitis
Spesies
: Vitis vinifera L.
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
13
vitaminnya seperti vitamin C, vitamin B1, vitamin B6, dan mineralnya seperti
mangan dan kalium (Tilong, 2012).
Kandungan mangan pada anggur termasuk kategori sangat baik, karena
mempunyai nilai nutrisi yang sangat tinggi. Mangan sangat diperlukan tubuh
dalam sintesis energi, sehingga membantu menjaga kestabilan gula di dalam
darah. Mangan juga diperlukan tubuh untuk metabolisme lemak dan pembentukan
jaringan ikat dan tulang. Konsentrasi mangan pada anggur adalah 0,07 mg per 100
g buah. Kandungan vitamin C pada anggur yaitu 10.8 mg per 100 gram buah.
Vitamin
berbagai proses penting, mulai dari pembuatan kolagen ( protein berserat yang
membentuk
jaringan
elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi sehat, pengatur tingkat
kolesterol, serta pemicu imunitas (Tilong, 2012).
Kalium pada anggur (191 mg / 100 g) diketahui bermanfaat untuk
mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, dan
juga
membersihkan
karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot
dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman
oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh.
Selain itu, anggur juga mengandung phenolic compound diantaranya resveratrol
dan tannin (Tilong, 2012).
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
14
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
15
Tabel 2.2. Senyawa phenolic pada bagian-bagian anggur dan produknya (Xia et al, 2010).
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
16
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
17
marcescens,
Klebsiella
pneumonie,
Salmonella
choleraesis,
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA
18
membran, (ii) menghilangnya proton motive force (PMF), dan (iii) hambatan pada
aktivitas enzim yang ada pada membran. (Perumalla and Hettiarachcy, 2011)
2.2.4.2 Aktifitas Antibakteri Polymeric Flavanol / Tannins
Tannin diklasifikasikan antara lain proanthocyanidins (condensed
tannins), gallotannins dan ellagitannins (hydrolyzable tannins). Tannin yang
terkandung dalam biji anggur adalah proanthocyanidins. Beberapa mekanisme
dapat menjelaskan efek antibakteri dari tipe A- proanthocyanidin seperti dengan
destabilisasi pada cytoplasmic membrane, permeabilitas sel membran dan
penghambatan enzim ekstraseluler bakteri, efek langsung terhadap metabolisme
bakteri atau juga menghilangkan substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
seperti mikronutrien mineral esensial besi dan zinc ( melalui proanthocyanidin
chelation dengan metals), yang dapat membatasi pertumbuhan bakteri (Daglia,
2012).
SKRIPSI
BUDIONO WIJAYA