Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1

Gambaran Umum Daerah Penelitian


Kecamatan Depati VII terletak diantara 1,41 sampai dengan 2,26

Lintang Selatan dan diantara 26 sampai 101 Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis
dengan suhu rata rata sekitar 22 C.
Kecamatan Depati VII terdiri dari 20 desa dan mempunyai luas 3.149,4 Hektar
dengan Wilayah Kecamatan depati mempunyai topografi datar, bergelombang, dan
terdiri 20 desa yaitu : Desa Koto lanang, Ladeh, Lubuk Suli, Dusun Baru Kubang,
Kubang Gedang, Koto Panjang, Koto Tuo, Semumu,Sekungkung, Tebat Ijuk, Belui,
Simpang Belui, Belui Tinggi, Kayu Aho Mngkak, Kubang Agung, Tambak Tinggi, Koto
Simpai Kubang, Tebat Ijuk Dili, Pahlawan Belui.
Iklim diwilayah Depati VII dapat dikategorikan dalam tipe iklim sedang hingga
basah dengan rata rata curah hujan 125 mm sampai dengan 135 mm per tahun, dimana
musim kemarau jatuh pada bulan April sampai September sedangkan musim hujan jatuh
pada bulan Oktober sampai maret, akan tetapi perbedaan bulan kering dengan bulan
basah tidak begitu kentara karena setiap bulannya cendrung ada turun hujan.
Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Depati VII sebanyak 18.161 jiwa,
sedangkan jumlah kepala keluarga adalah 5.301 jiwa.

54

Kecamatan Depati VII secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai


berikut:
a.
b.
c.
d.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat


Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Sungai Penuh
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siulak
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat Timur

4.1.2. Penggunaan Tanah


Penggunaan tanah merupakan gambaran faktual serta potensi mengenai tingkat
pemanfaatan lahan, Melalui indikasi ini dapat diketahui sektor andalan yang merupakan
tulang punggung utama dalam menopang roda perekonomian masyarakat, pola
penggunaan tanah di Kecamatan Depati VII relatif bervariasi. Untuk jelasnya keadaan
penggunaan tanah di Kecamatan Depati VII secaa terperinci tertera pada tabel 4 berikut:
No
1.
2.
3.
4.

Penggunaan Tanah
Lahan Pertanian Sawah Irigasi
Lahan Pertanian Sawah Non Irigasi
Lahan Pertanian Non Sawah
Lahan Non Pertanian

Jumlah
Sumber: Depati VII Dalam Angka 2015

Luas (Ha)

Persentase (%)

8
7
36
6

14,04
12,28
63,16
10,53

57

100,00

Tabel : Luas Lahan Petanian Menurut Jenis Pengairan di Kecamatan Depati VII
Kabupaten Kerinci
No
1.

Jenis Pengairan
Tanah sawah pengairan teknis

Luas (Ha)
0

Persentase (%)
0,00

55

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tanah sawah pengairan setengah teknis


Tanah sawah pengairan sederhana
Tanah sawah pengairan Desa / Non PU
Tanah sawah tadah hujan
Pasang Surut
Lebak
Lainnya
Jumlah

656
594
117
94
0
0
0

44,90
40,66
8,01
6,43
0,00
0,00
0,00

1.461

100,00

Sumber: Depati VII Dalam Angka


Tabel 5 memperlihatkan

4.1.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin menggambarkan perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan, secara sosiologis seks rasio penting
untuk dipahami karena keteraturan keseimbangan berkaitan dengan proses regenerasi.
Disamping ketidakseimbangan jumlah penduduk antara laki-laki dengan perempuan
akan menimbulkan masalah sosial. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Depati VII tahun 2015.
Tabel 6.Rincian Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di
Kecamatan Depati VII Tahun 2015.

No
1
2

Desa
Koto Lanang
Ladeh

Jumlah
Pendudu
k
932
371

Jenis Kelamin
Laki-Laki

Perempuan

447
176

485
197

56

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Lubuk Suli
Dusun Baru Kubang
Kubang Gedang
Koto Panjang
Koto Payang
Koto Tuo
Semumu
Sekungkung
Tebat Ijuk
Belui
Simpang Belui
Belui Tinggi
Kayu Aho Mangkak
Kubang Agung
Tambak Tinggi
Koto Simpai Kubang
Tebat Ijuk Dili
Pahlawan Belui
Total

597
502
652
604
1093
919
1348
800
652
867
856
507
919
638
786
397
634
702
14776

301
248
311
307
532
435
660
377
261
457
423
256
437
299
366
180
350
287
7110

296
254
341
297
561
484
688
423
391
410
433
251
482
339
420
217
284
415
7666

Sumber: Data Kecamatan

4.1.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal


Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi pelaku utama
pembangunan pertanian. Melalaui pendidikan formal akan mempengaruhi pola pikir
serta perilaku masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka
akan semakin mampu melihat kemungkinan resiko yang dihadapi, makin efisien dalam
bekerja dan makin cepat mengadopsi inovasi. Untuk jelasnya penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan formal di Kecamatan Depati VII seperti tertera pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di
Kecamatan Depati VII Tahun 2015

57

No

Jenjang Pendidikan Formal

Jumlah (orang)

1.

Belum Sekolah

2.

Sekolah Dasar

3.

SLTP

276

4.

SLTA

465

5.

DIII

275

6.

S1

341

Persentase (%)

Jumlah
Sumber:
Tabel 7 memperlihatkan

4.1.5. Mata Pencaharian Penduduk


Mata pencaharian merupakan lapangan pekerjaan atau usaha yang ditekuni
seseorang sebagai sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin
beragam mata pencaharian seseorang maka tingkat pendapatan yang diperoleh juga
akan semakin tinggi. Disamping itu pekerjaan yang ditekuni seseorang akan
memberikan gambaran kebutuhan tenaga kerja serta ketersediaan waktu luang untuk
mencurahkan tenaga kerja pada kegiatan ekonominya. Mata pencaharian penduduk
Depati VII relatif bervariasi. Untuk jelasnya keadaan mata pencaharian penduduk di
Depati VII seperti terlihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Depati VII Tahun
2015

58

No

Mata Pencaharian

Jumlah

Persentase

(Orang)

(%)

1.

Petani Tanaman Pangan/Hortikultura Pekebun

2.

Pembudidaya Ikan

175

3.

PNS/POLRI/TNI

4.

Pertukangan

680

5.

Pedagang

285

6.

Jasa

299
Jumlah

17.400

18.839

Sumber:
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk memiliki mata
pencaharian sebagai petani tanaman pangan atau hortikultura yaitu sebanyak 17.400
orang (

%), dengan demikian usaha pertanian tanaman pangan atau hortikultura

memegang peran penting dalam kehidupan penduduk, karena ketergantungan penduduk


terhadap sub sektor ini sangat tinggi. Untuk itu pembangunan pertanian perlu memberi
prioritas pada sub sektor ini dengan melengkapi sarana prasarana yang memadai,
program, bimbingan dan penyuluhan serta ketersediaan saprodi dengan harga yang
terjangkau.

4.2

Identitas Petani Responden


Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh
melaluipengisian kuisioner atau pertanyaan kepada responden petani padi sawah
yang diteliti, yaitupetani padi sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten

59

Kerinci.Peneliti

berhasil

mendapatkan

sampel

sebanyak

69petani

padi

sawah.Secara rinci lokasi desa menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5: Jumlah Sampel atau RespondenBerdasarkan Desa


No

Desa

Jumlah Responden

Semumu

18

Belui

18

Tebat Ijuk

18

Tebat Ijuk Dili

15
Jumlah

69

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Identitas petani responden merupakan ciriciri yang meletak pada dari seseorang petani.
Keadaan ciri-ciri ini akan menggamarkan potensi yang dimiliki oleh seorang petani.
Potensi yang dimiiki seorang petani akan menentukan cara pengambian keutusan
terhadap pengelolaan usahatani khususnya padi saah dalam mencapai keberhasian.
Identitas petani responden yang dimaksudkan dalam penelitian ini meipputi umur,
pendidikan, luas ahan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusahatani padi sawah, dan
produksi padi sawah ang diperoleh.Idntitas ini digunakan seagai variabel penjeas yang
erkaitan dengan produktivitas kerja petani padi sawah di daerah penelitian.
4.2.1. Umur Petani Responden
Umur merupakan salah satu identitas yang dapat mempengaruhi ketahanan fisik
dan kemampuan seseorang dalam bekerja dan berfikir untuk pengambilan keputusan,
seseorang yang erumur relatif muda dan sehat maka akan memiliki kemampuan fisik
yang lebih aik jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki umur relatif tua.
60

Disamping itu, seseorang yang memiliki umur relatif muda biasanya memiliki sifat
progresif terhadap inovasi (Hardikanto, 1993).
Umur petani responden di daerah penelitian ervariasi dari umur 34 tahun hingga
68 tahun dengan rata-rata umur 45 tahun.
Untuk jelasnya mengenai distribusi frekuensi dan persentase petani responden
berdasarkan kelompok umur seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan


Kelompok Umur Di Daerah Penelitian
No

Kelompok Umur (Tahun)

Frekuensi (Orang)

Persentase(%)

1.

30-35

7,25

2.

36-41

16

23,19

3.

42-47

26

37,68

4.

48-53

17

24,64

5.

54-59

5,80

6.

60-65

1,45

Jumah

69

100,00

Tabel 12 memperihatkan bahwa frekuensi petani responden tertinggi berada


pada kelompok umur 42-47 tahun yaitu 26 oraang.Sementara frekuensi terendah berada
pada kelompok umur 60-65 tahun yaitu ada 1 orang.Disamping itu dari variasi umur

61

dapat diketahui baha mayoritas petani responden berada pada kelompok umur produktif
yaitu 15-54 tahun (Hermanto, 1996).Dengan demikian secara umum petani di daerah
penelitian memiiki kemampuan kerja yang relatif dinamis serta responsif terhadap
inovasi.Keadaan ini memberikan peluang kepada petani di daerah penelitian melalui
mayoritas erada pada umur produktif diharapkan memiliki produktivitas kerja.

4.2.2. Pendidikan Petani Responden


Pendidikan merupakan salah satu faktor penting agi pelaku pembangunan
pertanian. Melalui pendidikan forma dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, pola
pikir serta perilaku seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka
makin ampu melihat kemungkinan resiko yang dihadapi, makin efisien dalam bekerja
dan makin mampu menginterprestasi pesan yang diterima. Cepat atau lambatnya inovasi
yang diterima, terburuk atau tidaknya seseorang terhadap inovasi tergantung pada
tingkat intelektualitasnya (Hardikanto,1993).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan formal petani
responden bervariasi dari SD hingga S1. Untuk jelasn mengenai distribusi frekuensi dan
persentase petani responden erdasarkan tingkat pendidikan formal seperti tertera pada
tabel 13 berikut:
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Formal di Daerah Peneitian

62

No

Tingkat Pendidikan Fomal

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

1.

SD

2,90

2.

SMP

13

18,84

3.

SMA

40

57,97

4.

S1

14

20,29

Jumah

69

100,00

Sumber: Olahan Data Primer


Tabel 1 memperlihatkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan petani
responden adalah SMA yaitu sebanyak 40 orang, sedangkan yang terendah adalah SD
yaitu sebanyak 2 orang.
4.2.3. Luas Lahan Garapan Petani Responden
Faktor luas lahan yang digarap oleh petani sangat menentukan dalam penerapan
suatu inovasi.Petani yang memiliki lahan luas memungkinkan menerima inovasi guna
diterapkan pada lahannya, sedangkan petani yang memiliki lahan sempit menyebabkan
investasi yang ditanam selalu terganggu oleh keperuan sehari-hari karena terbatasnya
pendapatan dan produksi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa luas lahan garapan petani responden
berkisar antara 0,32 Ha 0,68 Ha dengan rata-rata uas lahan garapan 0,49 Ha. Untuk
jelasnya mengenai distriusi frekuensi dan persentase petani responden berdasarkan luas
lahan garapan seperti tertera pada tabel 14 erikut:
Tael 14. Distriusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan
Garapan Di Daerah Penelitian

63

No

Luas Lahan Garapan (Ha)

Frekuensi

Persentase (%)

(Orang)
1.

0,30-0,55

2.

0,60-0,85
Jumlah

Sumber: Olahan Data Primer


Tael 14 memperlihatkan bahwa frekuensi terbesar luas lahan garapan petani
responden berkisar 0,49 Ha, yaitu sebanyak
4.2.4. Jumlah Tanggungan
Besarnya jumlah tanggungan keluarga akan berkaitan dengan penggunaan
jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga dan tinggi rendahna tinkat konsumsi
pada gilirannya kondisi tersebut akan menentukan produktivitas kerja, kemampuan
erinvestasi dan erinovasi. Disamping itu seseorang emiliki jumlah tanggungan keluarga
yang relatif esar akan selalu berusaha meningkatkan produktivitas kerja sehingga
produksi usahatani yang diperoeh akan semakin meningkat.
Hasil penelitian memperihatkan baha jumah tanggungan keuarga petani
responden bersikar antara 2 orang sampai 5 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan
keuarga 4 orang. Untuk jelasnya mengenai distriusi frekuensi dan persentase petani
responden berdasarkan jumah tanggungan keuarga di daerah penelitian seperti tertera
pada tabel 15 berikut :
Tabel 15. Distriusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah
Tanggungan Keluarga di Daerah Penelitian

64

No
1.
2.
3.

Jumlah Tanggungan Keluarga Frekuensi


(Orang)
(Orang)
2
2
3-4
49
5
18
Jumlah

Persentase (%)
2.898
71.014
26.086

69

Sumber: Olahan Data Primer

Tabel 15 memperlihatkan bahwa sebagian besar petani responden memiliki jumlah


tanggungan keluarga 3-4 orang yaitu sebanyak 49 orang.Fakta ini memberikan petunjuk
aha jumlah tangggungan keluarga petani di daerah penelitian relatif esar. Esarnya
jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas
kerjanya sehingga produksi usahatani yang diperoleh akan meningkat sehingga dapat
terpenuhinya kebutuhan keluargaa.
4.2.5. Pengalaman Berusaha Padi Sawah
Menurut Hardikanto (1993) ahwa pengalaman berusahatani merupakan salah
satu faktor penting terutama dalam pengamilan keputusan.Seseorang yang mempunyai
pengalaman yang cukup seseorang yang mempunyai pengalaman yang cukup umumnya
dapat mengamil keputusan yang leih baik jika dibandingkan dengan orang yang elum
memiiki pengalaman. Pengalaman mengenai kegagalan dan keberhasian selama bekerja
akan memperkarya pengetahuannya. Kegagalan akan membuat seseorang berhati-hati
dalam bbertindak,, sedangkan berdasarkan yang di alami akan semakin memantapkan
daam pengamilan keputusan dan akan selau erusaha menghasilkan produktivitas karya
yang baik.

65

Hasil penelitian memperlihatkan pengalaman berusahatani petani responden


bberkisar antara 8 tahun hinggga 23 tahun dengan rata-rata 9,48 tahun. Untuk jelasnya
mengenai distriusi frekuensi dan persentase petani responden berdasarkan pengalaman
berusahatani padi sawah seperti tertera pada tabel 16 berikut:

Tabel 16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Peetani Responden Berdasarkan


Pengaaman Berusahatani Padi Saah di Daerah Penelitian
No

Pengalaman Berusahatani Padi Frekuensi


Sawah (Tahun)
(Orang)

Persentase (%)

1.

5-10

60

86,96

2.

11-16

8,70

3.

17-22

0,00

4.

23-28

4,35

Jumlah

69

100,00

Sumber: Olahan Data Primer


Tabel 16 menunjukkan baha frekuensi petani responden tertinggi berada pada
pengalaman berusahatani padi saah 5-10 tahun yaitu sebanyak 60 orang.Sementara yang
berada pada pengalaman berusahatani sawah 23-28 tahun hanya 3 orang, dengan
demikian dapat dijelaskan baha pengalaman berusahatani padi saah petani di daerah
penelitian tergolng relatif lama. Keadaan ini memberikan pemahaman bahwa
kemampuan mereka dalam pengelolaan usahatani padi sawah pada pengambbilan
keputusan relatif telah teruji, sehingga memberikan harapan melalui pengalaman

66

berusahatani padi sawah yang relatif lama akan memberikan dorongan dalam
meningkatkan produktivitas kerja berusahatani padi sawah.

4.2.6. Produksi Usahatani Padi Sawah


Usahatani merupakan suatu kegiatan pengelola aset dan cara dalam pertanian
atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi
pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian.
Hasil penelitian memperlihatkan produksi usahatani padi sawah yang diperoleh
petani responden berkisar antara 1,67 ton sampai 4,16 ton dengan rata-rata 2,68 ton.
Untuk jelasnya mengenai distribusi frekuensi dan persentase petani responden
berdasarkan produksi usahatani padi sawah seperti tertera pada tabel 17 berikut:
Tabel 17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Produksi
Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian
No

Produksi Usahatani
Sawah (Ton)

Padi Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

1.

1,65-2,60

29 Orang

42,03

2.

2,61-3,56

36 Orang

52,17

3.

3,57-4,52

4 Orang

5,80

Jumlah

69 Orang

100,00

Sumber: Olahan Data Primer

67

Tabel 17 memperlihatkan frekuensi petani padi sawah tertinggi berada pada


kisaran produksi usahatani padi sawah 2,61-3,56 ton yaitu sebanyak 36 Orang.
Semantara frekuensi petani padi sawah terendah pada kisaran produksi usahatani padi
sawah 3,57-4,52 ton yaitu sebanyak 4 Orang. Dengan demikian produksi usahatani padi
sawah yang dihasilkan petani di daerah penelitian masih relatif rendah.Rendahnya
produksi usahatani padi sawah yang dicapai petani di daerah penelitian memberikan
gambbaran bahwa produktivitas kerja yang masih relatif rendah baik dari aspek jumlah
maupun kombinasi yang belum tepat.
4.3

Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran kondisi sampel

berdasarkan data yang terkumpul terutama yang berhubungan dengan indikatorindikator pengukuran variabel yang diteliti. Berdasarkan estimasi data yang telah
dilakukan ditemukan gambaran statistik umum dari data yang diuji adalah seperti yang
tertera pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6: Deskriptif Statistik
Variabel

Minimum

Maximum

Rata-Rata

Standar Deviasi

Pembinaan

69

187.00

315.00

2.6384E2

32.09436

Perilaku Petani

69

56.00

80.00

75.2464

5.39173

Produktivitas Usahatani

69

41.00

63.00

54.8551

5.07959

Valid N (listwise)

69

Sumber: Hasil Pengolahan Data


Dari tabel terlihat bahwa untuk variabel pembinaan, periaku petani, produktivitas
usahatani dengan jumlah data sebanyak 69, ditemukan nilai Pembinaan terendah sebesar
187.00 dan Pembinaan tertinggi sebesar 315.00. Jika dilihat secara umum rata-rata

68

Pembinaan di Depati VII Kabupaten Kerinci adalah 2.6384 yang menghasilkan standar
deviasi sebesar 32.09436.
Untuk variabel yang diukur dengan Perilaku petani diperoleh nilai Perilaku
petani terendah adalah sebesar 56.Sedangkan nilai periaku petani tertinggi adalah
sebesar 80.00.Jika dilihat secara umum rata-rata lamnya perilaku petani yang adalah
75.2464 yang menghasilkan standar deviasi sebesar 5.39173.
Untuk variabel yang diukur dengan produktivitas usahatani diperoleh nilai
terendah adalah sebesar 41.00.Sedangkan nilai produktivitas tertinggi adalah
sebesar 63.00.Jika dilihat secara umum rata-rata produktivitas usahatani yang
dimiliki adalah 54.8551 yang menghasilkan standar deviasi sebesar 5.07959.
Jika kita lihat nilai rata-rata dari ketiga variabel jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan nilai standar deviasinya.Ini menunjukkan bahwa data
mengenai Peminaan, Perilaku petani, Produktivitas Usahatani termasuk data yang
efektif.

4.4

Analisa Korelasi

69

Untuk mengetahui hubungan antara Pembinaan,

Perilaku Petani dengan

Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah dapat dianalisis sebagai berikut :

Correlations
Pembinaan
Kendall's Pembinaan
tau_b

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Perilaku
Petani

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Produktivitas Correlation Coefficient


Usahatani
Sig. (2-tailed)
N
Spearman' Pembinaan
s rho

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Perilaku
Petani

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Produktivitas Correlation Coefficient


Usahatani
Sig. (2-tailed)
N

Perilaku Produktivita
Petani s Usahatani

1.000

.931**

.970**

.000

.000

69

69

69

.931**

1.000

.913**

.000

.000

69

69

69

.970**

.913**

1.000

.000

.000

69

69

69

1.000

**

.977**

.000

.000

69

69

69

.964**

1.000

.948**

.000

.000

69

69

69

.977**

.948**

1.000

.000

.000

69

69

69

.964

Korelasi Kendalls tau_b Pembinaan Perilaku Petani : 0,931**dengan Sig.


(2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Pembinaan
dengan Perilaku petani.

70

Korelasi Kendalls tau_b Pembinaan Produktivitas Usahatani :


0,970**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara Pembinaan dengan Produktivitas Usahatani Padi Sawah.
Korelasi Kendalls tau_b Perilaku Petani Produktivitas Usahatani :
0,913**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara Perilaku Petani dengan Produktivitas Usahatani Padi Sawah.
Korelasi Spearman's rho Pembinaan Perilaku Petani : 0,964**dengan Sig.
(2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Pembinaan
dengan Perilaku petani.
Korelasi Spearman's rho Pembinaan Produktivitas Usahatani :
0,977**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara Pembinaan dengan Produktivitas Usahatani.
Korelasi Spearman's rho Perilaku Petani Produktivitas Usahatani :
0,948**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara Perilaku Petani dengan Produktivitas Usahatani
4.5

Analisis Regresi Linear Berganda


Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara pembinaan dan
perilaku petani terhadap produktivitas usahatani padi sawah maka dilakukan
dengan analisa regresi linear berganda (dalam penelitian ini digunakan lebih dari
satu variable independent). Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan
diperoleh hasil analisis seperti terlihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9 : Hasil Analisa Regresi Linear Berganda.

71

Variabel

Koefisien
Unstandardized

Koefisien
Standardized

Standar
Error

Sig

Alpha

Konstanta (Y)

9,298

2,102

Pembinaan (X1)

0,135

0,854

0,008

0,003

0,05

Perilaku Petani
(X3)

0,132

0,140

0,050

0,000

0,05

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil analisis diatas dapat ditentukan persamaan regresi linear


berganda sebagai berikut :
Y = 9,298 + 0,135 X1 + 0,132 X2 + e
Dan Nilai Adjusted R Square0,956 (dapat dilihat pada lampiran), hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau kemampuan

menjelaskan dari variabel

pembinaan dan perilaku petani terhadap produktivitas usahatani padi sawah


sebesar 95,60% dan 4,40% ditentukan oleh faktor lainnya.
Dari tabel diatas diketahui bahwa variabel Pembinaan menghasilkan nilai
koefisien regresi berslope positif sebesar 0,135hal ini mengindikasikan bahwa
Pembinaan memiliki pengaruh positif terhadap Produktivitas Usahatani Padi
sawah, atau dengan kata lain jika Pembinaan terhadap petani terusditingkatkan
maka akan mengakibatkan semakin meningkatnya Produktivitas Usahatani Padi
Sawah tersebut sebesar 0,135dengan asumsi faktor lain selain pembinaan
dianggap tetap atau konstan.
Untuk variabel independen kedua yaitu Perilaku Petani ditemukan nilai
koefisien regresi berslope positif sebesar 0,132 hal ini mengindikasikan bahwa
perilaku petani berpengaruh positif terhadap Produktivitas Usahatani Padi sawah,

72

artinya jika terjadi perilaku petani berubah atau meningkat maka akan
mengakibatkan semakin meningkatkan pula Produktivitas Usahatani Padi
Sawahtersebut sebesar 0,132dengan asumsi faktor lain selain perilaku petani
dianggap tetap atau konstan.
Dari nilai Koefisien Standardized dapat diketahui bahwa variable yang
dominan mempengaruhi Produktivitas Usahatani Padi Sawah di Kecamatan
Depati VII Kabupaten Kerinci adalah variabelPembinaan barukemudianPerilaku
Petani.
4.6

Pengujian Pengaruh Variabel


Untuk membuktikan pengaruh antara Pembinaan dan Perilaku Petani
terhadap Produktivitas Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten
Kerinci, maka dilakukan pengujian variabel sebagai berikut:
4.6.1

Uji t
Untuk mendapatkan bukti empiris ada atau tidaknya pengaruh nyata antara

Pembinaan dan Perilaku Petaniterhadap Produktivitas Usahatani Padi sawah di


Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci, maka dilakukan pengujian tstatistik.Berdasarkan hasil pengujian diperoleh ringkasan hasil seperti terlihat pada
Tabel 10 berikut:
Tabel 10 : Hasil Pengujian t-Statistik
Variabel

Sig

Alpha

Kesimpulan

Pembinaan

0,000

0,05

Signifikan

Perilaku Petani

0,010

0,05

Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan Data

73

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel independen pertama yaitu


Pembinaan diperoleh nilai Sig. 0,000 sedangkan dalam melakukan pengujian
digunakan tingkat kesalahan atau alpha sebesar 0,05 hal ini berarti nilai Sig.
0,000<0,05 hal ini menunjukkan

bahwa Pembinaan berpengaruh signifikan

terhadap Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Depati VII


Kabupaten Kerinci.
Untuk variabel independen yang kedua yaitu Perilaku Petani diperoleh
nilai Sig. 0,010 sedangkan dalam melakukan pengujian digunakan tingkat
kesalahan atau alpha sebesar 0,05 hal ini berarti nilai Sig. 0,010<0,05 hal ini
menunjukkan

bahwa Perilaku Petanijuga berpengaruh signifikan terhadap

Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten


Kerinci.
4.6.2

Uji F
Untuk melakukan pengujian secara simultan digunakan uji F. Dari hasil

pengujian diperoleh nilai seperti Tabel 11 berikut:


Tabel 11: Hasil Pengujian F-Statistik
ANOVAb

Model

Sum of
Squares

df

Mean Square

sig

Regression

1679,554

839,777

739,036

0,000a

74,997

66

1,136

1754,551

68

Residual
Total
a.
b.

Predictors: (Constant), Pembinaan, Perilaku Petani


Dependent Variable: Produktivitas Usahatani Padi
Sawah

Sumber : Hasil Pengolahan Data

74

Berdasarkan pengujian secara simultan ditemukan nilai F-statistic adalah


sebesar 739,036 dengan Sig (F-statistic) sebesar 0,000, sedangkan dalam
melakukan pengujian digunakan tingkat kesalahan atau alpha sebesar 0,05 hal ini
berarti nilai Sig (F-statistic). 0,000<0,05, ini menunjukkan bahwa secara simultan
atau bersama-sama semua variabel independen baik Pembinaan dan Perilaku
Petani dapat menjelaskan variabel Produktivitas Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci.
4.7

Pembahasan
4.7.1

Hubungan Pembinaan terhadap Produktivitas Usahatani Padi


Sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci
Dari hasil analisis Korelasi Kendalls tau_b Pembinaan Produktivitas

Usahatani : 0.970**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan


yang signifikan antara Pembinaan dengan Produktivitas Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci.
Korelasi Spearman's rho Pembinaan Produktivitas Usahatani :
0,977**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara Pembinaan dengan Produktivitas Usahatani
Korelasi Spearman's rho Perilaku Petani Produktivitas Usahatani :
0,948**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara Perilaku Petani dengan Produktivitas Usahatani
........

75

4.7.2

Hubungan Perilaku Petani terhadap Produktivitas Usahatani Padi


Sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci
Hasil analisis Korelasi Kendalls tau_b Perilaku Petani Produktivitas

Usahatani : 0.913**dengan Sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 berarti terdapat hubungan


yang signifikan antara Perilaku Petani dengan Produktivitas Usahatani Padi
Sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci.
......

4.7.3

Pengaruh Pembinaan dan Perilaku Petani terhadap Produktivitas


Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci
Dari analisis regresi ternyataPembinaan menghasilkan nilai koefisien

regresi berslope positif sebesar 0,135hal ini mengindikasikan bahwa Pembinaan


memiliki pengaruh positif terhadap Produktivitas Usahatani Padi sawah, atau
dengan kata lain jika Pembinaan terhadap petani terusditingkatkan maka akan
mengakibatkan semakin meningkatnya Produktivitas Usahatani Padi Sawah

76

tersebut sebesar 0,135dengan asumsi faktor lain selain pembinaan dianggap tetap
atau konstan
....................

Dari analisis regresi ternyataPerilaku Petani ditemukan nilai koefisien


regresi berslope positif sebesar 0,132 hal ini mengindikasikan bahwa perilaku
petani berpengaruh positif terhadap Produktivitas Usahatani Padi sawah, artinya
jika terjadi perilaku petani berubah atau meningkat maka akan mengakibatkan
semakin meningkatkan pula Produktivitas Usahatani Padi Sawahtersebut sebesar
0,132dengan asumsi faktor lain selain perilaku petani dianggap tetap atau konstan.
............

77

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan model regresi berganda yang
diajukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 (H-1) menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara Pembinaan Perilaku Petani terhadap Produktivitas
Usahatani, atau dengan kata lain jika Pembinaan yang diterima petani
ditingkatkan maka akan mengakibatkan semakin meningkatnya Produktivitas
Usahatani. Pendidikan merupakan suatu indikator yang mencerminkan
kemampuan seseorang untuk dapat mengerjakan atau menjabat suatu jabatan.
Karena dengan latar belakang pendidikan ini dianggap seseorang akan mampu
menjabat suatu jabatan tertentu. Demikian juga halnya dengan suatu unit usaha
industri, kemampuan pengelola, pemilik atau penanggung jawab termasuk
karyawan yang ada sangat dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai
sehingga mampu menerima, menerapkan upaya pengembangan usaha yang
ditekuni. Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa Efesiensi dan
efektivitas suatu perusahaan sangat tergantung pada baik dan buruknya
pengembangan

karyawan

yang

ada

dalam

perusahaan

itu

sendiri.

Pengembangan karyawan dimaksud disini adalah dengan meningkatkan


78

pendididikan dan dilatih secara sempurna. Pendidikan dan pelatihan yang baik
diperlukan setiap saat, baik bagi karyawan-karyawan baru maupun karyawan
yang telah lama berada dalam perusahaan.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 (H-2) menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara Permodalan terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil
Pengolahan Hasil Pertanian, artinya jika terjadi peningkatan modal usaha
maka akan mengakibatkan semakin meningkatkan pula Kinerja Usaha Industri
Kecil Pengolahan Hasil Pertanian perusahaan tersebut. Dengan demikian hasil
ini menerima H-2 dengan arah pengaruh yang positif. Modal didefinisikan
sebagai benda-benda berharga yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian,
tidak termasuk milik pribadi dan milik-milik yang tidak berharga. Modal
terdiri dari dua macam, yaitu modal tetap, termasuk pabrik, peralatan dan
fisilitas-fasilitas lainnya yang digunakan dalam kegiatan usaha, dan modal
kerja, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan dan pengeluaran
dalam produksi, inventaris dalam artian bahan baku, barang jadi dan barang
dalam proses. Industri kecil atau industri pengolahan hasil pertanian
mempunyai peranan yang strategis, baik dalam aspek pemerataan kesempatan
berusaha yang menumbuhkan banyak wiraswasta dalam sektor industri;
pemerataan penyebaran lokasi usaha yang mendorong pembangunan daerah;
pemerataan kesempatan kerja; maupun dalam menunjang program ekspor non
migas dan melestarikan seni budaya bangsa. Berdasarkan pengertian diatas
dapat dikatakan bahwa Permodalan merupakan salah satu kebutuhan penting
yang diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan UKM

79

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 (H-3) menunjukkan adanya pengaruh


yang signifikan antara Pembinaan terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil
Pengolahan Hasil Pertanian, artinya jika terjadi peningkatan Pembinaan oleh
pemerintah maka akan mengakibatkan semakin meningkatkan Kinerja Usaha
Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian perusahaan tersebut. Dengan
demikian hasil ini menerima H-3 dengan arah pengaruh yang positif.
Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilaksanakan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Membina diartikan sebagai suatu kegiatan
manusia untuk membimbing seseorang dalam perkembangan hidupnya. Dan
pembinaan dan pengembangan diarahkan agar pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability) dan ketrampilan (skill) sumberdaya manusia sesuai
dengan tuntutan pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan pengertian diatas
dapat dikatakan bahwa pembinaan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan
kinerja dan perkembangan struktur unit usaha industri kecil sebagai salah satu
kontributor

terhadap

pembangunan

ekonomi

nasional

sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995


tentang Usaha Kecil.
5.2

Implikasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan, permodalan dan
pembinaan oleh pemerintah berpengaruh terhadap kinerja usaha industri kecil
pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Kerinci dan perlu penerapan dan

80

operasional perencanaan oleh pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten


Kerinci melalui dinas/instansi terkait sebagai berikut:
1.

Peningkatan fasilitasi akses permodalan dan kemampuan


pelaku usaha industri kecil dalam memanfaatkan sumber dana yang tersedia
(dana sendiri maupun dana pinjaman atau bantuan) agar usaha yang dikelola
dapat berkembang

2.

Untuk meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan alih


teknologi perlu didukung oleh kualitas SDM pelaku usaha industri kecil yang
tinggi, termasuk pendidikan formal yang ditempuhnya. Pemerintah perlu
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang terjangkau oleh
masyarakat pedesaan (khususnya petani).

3.

Pembinaan

berbagai

intansi

teknis

terkait

dalam

pemberdayaan ekonomi kerakyatan terhadap usaha industri kecil pengolahan


hasil pertanian perlu lebih ditingkatkan agar adanya sinkronisasi program dan
materi pembinaan (dari budidaya pertanian, pengolahan hasil pertanian,
peningkatan mutu produk dan pemasaran hasil).
4.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan instansi terkait


lainnya disarankan agar lebih mengintensifkan peningkatan Kinerja Usaha
Industri Kecil Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Kerinci yang
berpotensi cukup besar memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten
Kerinci. Terutama sekali meningkatkan pendidikan dan pelatihan , berupaya

81

menyediakan skem kredit dan bantuan permodalan serta mengintensifkan


pembinaan terhadap Usaha Kecil Pengolahan Hasil Pertanian
5.3

Keterbatasan
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang dihasilkan didalam penelitian
ini dapat disampaikan keterbatasan sebagai berikut :
1. Sampel Unit Usaha didalam penilitian ini lebih difokuskan pada sentra-sentra
industri kecil di Kabupaten Kerinci, untuk lebih baiknya agar dapat ditindak
lanjuti dengan sample unit usaha diluar sentra yang ada.
2. Sampel unit usaha didalam penelitian ini merupakan masyarakat petani yang
sekaligus sebagai pengrajin industri kecil pengolahan hasil pertanian sehingga
pembiayaan untuk kebutuhan keluarga, usaha pertanian dan usaha industri
sulit dipisahkan atau kurang tercatat. Disarankan unit usaha sampel untuk
meninjau kembali sistem pengelolaan usaha yang selama ini digunakan, sudah
saatnya bagi pengrajin untuk tidak lagi terbelenggu pada persepsi yang
menganggap usaha yang dijalani sebagai usaha sambilan keluarga yang tidak
butuh pengelolaan secara profesional.
3. Bagi

peneliti

selanjutnya

disarankan

dalam

memperoleh

data

agar

menggunakan kuesioner yang item-item pertanyaannya betul-betul mewakili


variabel yang akan diteliti. Dan juga lebih memperpanjang rentang waktu
yang digunakan dalam melakukan penelitian yang akan membahas
permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian

82

ini. Hal ini penting dilakukan agar hasil yang ditemukan dalam penelitian
tersebut akan lebih sempurna dari penelitian ini.

83

Anda mungkin juga menyukai