DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL...................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian.............................................................................................8
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................8
1.5 ManfaatPenelitian...........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Penelitian Terdahulu.....................................................................................10
2.2 Landasan Teoretis.........................................................................................14
2.2.1 Teorisasi Gaya Hidup.............................................................................14
2.3Landasan Konseptual....................................................................................15
2.3.1 Gaya Hidup............................................................................................15
2.3.2Pekerja Seks Komersial..........................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23
3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................................23
3.2 Pendekatan Penelitian...................................................................................24
3.3 Informan Penelitian......................................................................................24
3.4 Sumber Data.................................................................................................25
3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................26
3.6 Teknik Analisis Data.....................................................................................28
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian..........................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
3.1
Waktu Penelitian...................................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
dideklarasikan tahun 2001. Dasar hukum pelaksaan Syariat Islam di Aceh adalah
UU No. 44 tahun 1999 dan UU No 18 tahun 2001. Dalam undang-undang nomor
18 disebutkan bahwa mahkamah Syariah akan melaksanakan Syariat Islam yang
dituangkan ke dalam qanun (Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang larangan
khalwat/perbuatan mesum). Lembaga yang terkait penerapan Syariat Islam adalah
Dinas Syariat Islam, Majelis Permusyarawatan Ulama (MPU) dan Wilayatul
Hisbah (WH).
Banda Aceh dijuluki daerah Serambi Mekkah menerapkan Syariat Islam
yang terdapat dalam Qanun, namun semakin majunya zaman yang disebut sebagai
hasil dari pembangunan telah menyisakan berbagai perubahan gaya hidup dan
memunculkan banyak masalah sosial dalam masyarakat. Salah satunya adalah
pendek yang memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan kepuasan seks
dengan metode yang beraneka ragam.
Tanpa disadari prostitusi secara tidak langsung berdampak bagi
masyarakat. Masyarakat bisa saja menjadi korban dari prostitusi, terancam terkena
penyakit menular seksual, retaknya rumah tangga, berkembangnya pemikiran
hedonisme yang membuat mereka mudah melakukan perbuatan maksiat.
Pemerintah kurang tegas dalam mengatasi kasus prostitusi, hal itu tercermin pada
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang tidak ditujukan kepada
pelacur akan tetapi ditujukan kepada germo dan calo, sedangkan germo dan calo
tersebut tidak diambil tindakan. Padahal secara nyata telah melanggar pasal 4
tersebut. Pasal yang mengatur tentang prostitusi adalah pasal 296, yang bunyinya:
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul
oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
paling banyak Rp 15.000,00. Dan pasal 506 yang berbunyi: Barang siapa
menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya
sebagai pelacur, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun, Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Oleh karena tidak tepat jika melakukan
penertiban prostitusi dengan menggunakan pasal dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP), hukum tidak dapat lagi memfasilitasi permasalahan
prostitusi. Di Provinsi Yogyakarta sendiri prostitusi diatur dalam PERDA DIY no.
18 tahun 1954 tentang larangan pelacuran di tempat-tempat umum.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul penelitian Gaya Hidup Pekerja Seks Komersial (PSK)
di Negeri Syariat Kota Banda Aceh (Studi Kasus di Kota Banda Aceh).
adanya fokus penelitian agar masalah yang diteliti menjadi terarah. Masalah
dalam penelitian ini difokuskan pada gaya hidup pekerja seks komersial (PSK)
yang ada di Negeri Syariat Kota Banda Aceh.
1.5 ManfaatPenelitian
Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan untuk
perkembangan ilmu sosial. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi
untuk penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan gaya hidup
pekerja seks komersial.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaaat bagi peneliti dalam pengembangan
bidang keilmuan, serta diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya
sebagai referensi yang lebih luas lagi, dapat menjadi masukan kepada
lembaga dan pihak lain yang terkait memberi informasi pada lembaga dan
pihak lain yang terkait guna memberikan penanganan tentang masalah
pekerja seks komersial dan bisa memberikan solusi yang baik untuk para
PSK. Pada masyarakat dapat memberi informasi tentang masalah pekerja seks
komersial, agar masyarakat dapat melakukan upaya untuk mengentaskan
pekerja seks komersial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
11
Penelitian tahun 2002 yang dilakukan oleh Lidza Mayshara yang berjudul
Analisis Tingkat Pendapatan dan Konsumsi WTS (Wanita Tuna Susila) di
Kota Banda Aceh, menjelaskan bahwa praktek prostitusi di Kota Banda Aceh
berjalan secara liar dan terselubung rapi
12
13
14
15
2.3Landasan Konseptual
2.3.1 Gaya Hidup
Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini
memiliki arti sosiologi yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup khas
dari berbagai kelompok status tertentu. Dalam budaya konsumen kontemporer
istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang
semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu, pilihan makan dan minuman,
rumah, kendaraan dan pilihan hiburan dan seterusnya dipandang sebagai indikator
dari individualitas selera
(Fatherstone, 2005:201).
Gaya hidup dapat merujuk pada perbedaan cara hidup antara masyarakat
desa dengan masyarakat kota. Gaya hidup dapat pula merujuk pada konstrasnya
cara hidup yang ditemukan pada kelompok-kelompok sosial berbeda dalam
masyarakat misalnya kelompok remaja, pengangguran dan penyimpangan
(Marshall, 1998:370).
Weber (Dalam Sunarto, 2000:93) mengemukakan bahwa persamaan status
dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Dibidang pergaulan gaya hidup ini
16
dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya
lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber
kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli
atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status dibedabedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi. Kelompok
status merupakan pendukung adat, yang menciptakan dan melestarikan semua
adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Perbedaan gaya hidup ini tidak hanya dijumpai pada hierarki prestise,
tetapi juga pada hierarki kekuasaan dan privilege. Kita melihat bahwa setiap kelas
sosialpun menampilkan gaya hidup yang khas. Ogburn dan Nimkoff (1958) dalam
buku Sunarto (2000: 97) menyajikan suatu sketsa dari majalah life yang
menggambarkan bahwa lapisan bawah (Low-brow), menengah bawah (lower
middle-brow), menengah atas(Upper middle-brow) dan atas (High-Brow), masingmasing mempunyai selera yang khas didalam pakaian, hiburan, perlengkapan
rumah tangga, makanan, minuman, bacaan, selera, dan seni musik.
Gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia
yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah
gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria,
Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana
dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961. Gaya hidup bisa dilihat dari
cara berpakaian, kebiasaan, dan lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai relatif
tergantung penilaian dari orang lain. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan
juga bisa dijadikan hal tabu. Contoh gaya hidup baik: makan dan istirahat secara
17
teratur, makan makanan 4 sehat 5 sempurna, dan lain-lain. Contoh gaya hidup
tidak baik: berbicara tidak sepatutnya, makan sembarangan, dan lain-lain.
Kesehatan bergantung pada gaya hidup.
KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rujukan yang sangat
penting dalam bidang bahasa. KBBI juga menjadi salah satu sarana terpenting
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Bisa dibilang bahwa KBBI adalah kamus
bahasa resmi Bahasa Indonesia. KBBI disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa. Selama ini KBBI menjadi acuan baku dan merupakan kamus terlengkap
dan terakurat. Edisi KBBI pertama diterbitkan pada tahun 1988 dan terus
mengalami
pengembangan
sesuai
dengan
perkembangan
Bahasa
18
19
20
untuk
mendapatkan
upah
atau
imbalan
dari
yang
telah
21
buruk(stigma) sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat. Tetapi
orang-orang yang mempekerjakan mereka dan mendapatkan keuntungan besar
dari kegiatan ini tidak mendapatkan cap demikian. Jika dilihat dari pandangan
yang lebih luas. Kita akan mengetahui bahwa sesungguhnya yang dilakukan
pekerja seks adalah suatu kegiatan yang melibatkan tidak hanya si perempuan
yang memberikan pelayanan seksual dengan menerima imbalan berupa uang.
Tetapi ini adalah suatu kegiatan perdagangan yang melibatkan banyak pihak.
Jaringan perdangan ini juga membentang dalam wilayah yang luas, yang kadangkadang tidak hanya di dalam satu negara tetapi beberapa negara.
Perlu diakui bahwa eksploitasi seksual, pelacuran dan perdagangan
manusia semuanya adalah tindakan kekerasan terhadap perempuan dan karenanya
merupakan pelanggaran martabat perempuan dan adalah pelanggaran berat hak
asasi manusia. Jumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) meningkat secara dramatis
di seluruh dunia karena sejumlah alasan ekonomis, sosial dan kultural.
Dalam kasus-kasus tertentu perempuan yang terlibat telah mengalami
kekerasan patologis atau kejahatan seksual sejak masa anak, terjeremus ke dalam
pelacuran untuk mendapat nafkah cukup untuk diri sendiri atau keluarganya.
Beberapa mencari sosok ayah atau relasi cinta dengan seorang pria. Lain-lainnya
mencoba melunasi utang yang tak masuk akal. Beberapa meninggalkan keadaan
kemiskinan di negeri asalnya, dalam kepercayaan bahwa pekerjaan yang
ditawarkan akan mengubah hidup mereka. Jelaslah bahwa eksploitasi perempuan
yang meresapi seluruh dunia adalah konsekuensi dari banyak sistem yang tidak
adil.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
24
25
26
27
28
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
yang paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila
mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan
tidak berubah.
Menurut Arikunto (2000:234) metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal variasi yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah
kabar, majalah prasasti, notulen, raport, leger dan sebagainya.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi notulen yang
berisi pengakuan tentang bagaimana gaya hidup seorang PSK.
29
30
2. Reduksi data
Reduksi data berarti proses memilih, merangkum dan menyederhanakan halhal pokok yang sesuai dengan permasalahan penelitian dengan tujuan untuk
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam
melakukan pengumpulan data. Data yang telah diseleksi dan disederhanakan,
peneliti melakukan pengelompokkan data sesuai dengan topik permasalahan.
Pada tahap ini, peneliti memilih data primer yang terkait dengan gaya hidup
pekerja seks komersial di daerah Peunayong Kota Banda Aceh dan data
sekunder dari artikel, internet dan catatan ilmiah yang terkait dengan topik
permasalahan yang diteliti.
3. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses
penyajian data ini belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian
disusun sehingga peneliti tidak boleh terburu-buru untuk menghentikan
kegiatan ini sebelum yakin bahwa semua hal yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian telah dipaparkan atau disajikan oleh peneliti. Pada
tahap ini, peneliti membandingkan data dari hasil studi lapangan dengan data
yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan untk memperoleh hasil yang
relevan.
31
Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa data hasil studi lapangan berkaitan
atau berjalan searah dengan hasil studi kepustakaan mengenai teori yang
diungkapkan oleh beberapa ahli tentang pekerja seks komersial yang
dijabarkan pada bab pembahasan.
4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan bisa saja dilakukan saat proses
pengumpulan data berlangsung, kemudian dilakukan reduksi dan penyajian
data. Tetapi kesimpulan yang dilakukan di awal akan menjadi kesimpulan
awal belum menjadi kesimpulan final. Simpulan perlu diverifikasi agar data
relevan dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data
kembali dengan cepat. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan melakukan
replikasi dalam satuan data yang lain.
32
Kegiatan
Persiapan proposal
Seminar proposal
Perbaikan proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Penyusunan skripsi
Sidang skripsi
Waktu Penelitian
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sept
BAB IV
32
33
: 6,2 ha/m2
Luas Perkarangan
: 2,9 ha/m2
Luas Taman
: 1,8 ha/m2
Luas Perkantoran
: 3,6 ha/m2
: 21,8 ha/m2
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Garuda
287
243
530
Cendrawasih
286
244
530
Merpati
816
732
1.548
Gajah Putih
225
206
431
1.614
1.425
3.039
Jumlah
34
Susunan Keuchik dan Lurah dari masa ke masa sejak tahun 1963 berdasarkan
keterangan dari website Gampong Peunayong sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pimpinan Gampong Peunayong dari Masa ke Masa
No.
Nama
Jabatan
1. H. Rahman
Keuchik
2. H. Ridwan
Keuchik
3. Zakaria
Keuchik
4. Misnan Khalidi
Lurah
5. Mohd. Thaher
Lurah
6. Sulaiman Abdullah
Lurah
7. Fuadi Hasan
Lurah
8. Said Fauzan, S. Stp
Pj. Lurah
9. Harapan M. Husin
Lurah
10. Drs. Kurnia Lahna, MT
Pj. Keuchik
11. Reza Kamilin, S. Stp
Pj. Keuchik
12. Sharifuddin Adi
Keuchik
Sumber: Situs Website www.peunayong.or.id
35
Periode
1963-1970
1970-1976
1976-1981
1981-1991
1991-1993
1993-2005
2005-2008
2008
2008-2009
2010
2010
2010-2016
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
George. Ritzer. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Pranada Media Group
Hamdani, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Darussalam: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Kartini. Kartono. 2011. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Margono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Moleong. 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Supardi. 2006. Metodologi Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press
Sutrisno. Hadi. 2000. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset
Suyanto,dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2008. Metode Penelitian Sosial
Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
32
33
Jurnal
Sihombing. 2011. Gambaran Kecemasan pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di
Bandung. Jurnal Kedokteran Maranatha, Vol. 11, No. 1.
Sivie, dkk. 2015.Hubungan Antara Coping Strategy Dengan Subjective WellBeing Pekerja Seks Komersial Di Kota Bandung. Jurnal LPPM-UISBA
Vol. LPPM-UISBA Vol. 5, No. 1
Internet
Yuanda.
2016.
Masalah
Prostitusi
di
Banda
Aceh.http://dokumen.tips/documents/masalah-prostitusi-di-bandaaceh.html. Diakses Juli 2016
34