Anda di halaman 1dari 21

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS

Pengkajian
Identitas : lebih sering terjadi pada anak-anak, prevalensinya meningkat pada perokok, orang yang bekerja atau tinggal di daerah
industri.
Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh sesak napas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien pada umumnya mengeluh dadanya terasa sesak dan terasa sulit untuk bernapas. Diawali batuk produktif berulang 3 bulan tidak
diketahui sebabnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Merupakan faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran napas, adanya riwayat alergi, stress). Frekuensi timbulnya wheezing.
Lama penggunaan obat-obat sebelumnya misalnya bronchodilator atau mukolitik. Adakah riwayat asma ataupun adanya faktor
keturunan terhadap alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang atau
penyakit lain misalnya DM, dan hipertensi
Riwayat Psikososial-Spiritual

1)

Psikologis : perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih

2)

Sosial

: bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang terdekat klien dan lingkungannya ?

3)

Spiritual

: apakah klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan di rumah sakit ?

Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari, ketidakmampuan untuk tidur, dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

b.Sirkulasi
Tanda : Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis, pucat, dapat menunjukkan anemia.
c.

Makanan/cairan

Gejala : Nafsu makan berkurang/anoreksia, penurunan berat badan


Tanda

: Turgor kulit buruk, penurunan berat badan

Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun,
episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat, penggunaan otot bantu pernafasan, bentuk data barel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas
ronchi, perkusi hyperresonan pada area paru, warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan.

Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

Intervensi Keperawatan

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Itervensi

Rasional

Bersihan jalan nafas tidak efektif


Tujuan :
Dorong/bantu latihan
Memberikan cara untuk
berhubungan dengan peningkatan produksi
nafas abdomen/bibir dan mengatasi dan
Mempertahankan
jalan
sekret, hipertropi kelenjar bronkus.
batuk efektif
mengontrol dispoe dan
nafas paten.
menurunkan jebakan

Kriteria hasil :
-

Ronkhi (-)

Sekret keluar

Tingkatkan masukan
cairan sampai 3000
ml/hari

RR menurun 16- Fisioterapi dada :


24x/menit
clapping dan vibrating
-

Batuk efektif (+) Postural drainage

udara.
Hidrasi membantu
menurunkan kekentalan
sekret mempermudah
pengeluaran.
Melepaskan sekret dari
tempat perlekatan
Memudahkan
pengaliran sekret

Kolaborasi pemberian
bronchodilator

Membantu proses
pengenceran sekret

Auskultasi bunyi nafas


Beberapa derajat spasme
bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dan
dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi
nafas.

Kaji/pantau frekuensi
pernafasan.

Takipnea biasanya ada


pada beberapa derajat
dan dapat ditemukan
selama / adanya proses
infeksi akut.

Observasi karakteristik
batuk

Batuk dapat menetap


tetapi tidak efektif,
khususnya pada lansia,
penyakit akut atau
kelemahan

Gangguan pertukaran gas berhubungan


Tujuan :
Tinggikan kepala tempat Pengiriman oksigen
dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
tidur, dorong nafas
dapat diperbaiki dengan
Menunjukkan perbaikan dalam.
spasme bronkus
posisi duduk tinggi dan
ventilasi dan oksigenasi
latihan nafas untuk
jaringan yang adekuat
menurunkan kolaps
dengan GDA dalam
jalan nafas, dispenea
rentang normal dan
dan kerja nafas.
bebas gejala distress
pernafasan.
Dapat
Berikan O2 tambahan memperbaiki/mencegah
sesuai dengan indikasi buruknya hipoksia.
hasil GDA
Kriteria hasil :
-

pH : 7,35-7,45 Awasi GDA

pO2 : 80-100
mmHg,PCO : 35-45
mmHg
-

Dyspnea (-)

PaCO2 biasanya
meningkat, dan PaO2
menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
Bunyi nafas makin

Auskultasi bunyi nafas redup karena penurunan


aliran udara atau area
konsolidasi

Awasi tanda vital dan


irama jantung

Takikardia,disritmia dan
perubahan tekanan
darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.

Berguna dalam evaluasi


derajat distress
pernafasan dan
Kaji frekuensi,
kedalaman pernafasan. kronisnya proses
penyakit.

3.

Resiko tinggi terhadap infeksi


berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis

Tujuan :
Awasi suhu
mengidentifikasi
intervensi untuk
mencegah resiko tinggi
Kriteria hasil:
Observasi warna, bau
sputum

Demam dapat terjadi


karena infeksi atau
dehidrasi.
Sekret berbau, kuning
dan kehijauan
menunjukkan adanya
infeksi.
Mencegah penyebaran
patogen.

Tunjukkan dan bantu


pasien tentang
pembuangan sputum.
Diskusikan kebutuhan
masukan nutrisi
adekuat.

Malnutrisi dapat
mempengaruhi
kesehatan umum dan
menurunkan tekanan
darah terhadap infeksi.
Dapat diberikan untuk
organisme khusus yang
teridentifikasi dengan
kultur.

Berikan anti mikroba


sesuai indikasi

4.

Intoleran aktifitas berhubungan dengan


insufisiensi ventilasi dan oksigenasi

Tujuan :

Evakuasi respon pasien 1.Menetapkan


terhadap aktivitas.
kemampuan/ kebutuhan
Menunjukkan perbaikan
pasien dan memudahkan
dengan aktivitas
pilihan intervensi
intoleran
2.Otot-otot yang
mengalami kontaminasi
membutuhkan lebih
Dukung pasien dalam banyak O2.
menegakkan latihan
teratur dengan

menggunakan exercise,
berjalan perlahan atau
latihan yang sesuai.
Berikan lingkungan
yang tenang dan batasi 3. Menurunkan stres dan
pengunjung selama fase rangsangan berlebihan,
akut.
meningkatkan istirahat
Jelaskan pentingnya
istitahat dalam rencana
pengobatan dan
perlunya keseimbamgan
aktivitas dan istirahat.

4. Tirah baring
dipertahankan untuk
menurunkan kebutuhan
metabolik

Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan
5. Meminimalkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
5.

Kurang pengetahuan yang berhubungan


dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan di rumah

Tujuan : Mengatakan
Jelaskan proses penyakit Menurunkan ansietas
pemahaman
individu
dan dapat menimbulkan
kondisi/proses penyakit
partisipasi pada rencana
dan tindakan.
pengobatan.

Instruksikan untuk
latihan afas, batuk
efektif dan latihan
kondisi umum.

Diskusikan faktor
individu yang
meningkatkan kondisi
misalnya udara, serbuk,
asap tembakau.

Nafas bibir dan nafas


abdominal membantu
meminimalkan kolaps
jalan nafas dan
meningkatkan toleransi
aktivitas
Faktor lingkungan dapat
menimbulkan iritasi
bronchial dan
peningkatan produksi
sekret jalan nafas.

Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan
bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan
dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi

keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas
efektif, pertukaran gas adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, dan klien memahami kondisi penyakitnya.
B.

ASUHAN KEPERAWATAN PPOK

1. Pengkajian
Keluhan Utama : Keluhan Utama biasanya sesak, dispneu, dan kelelahan
Riwayat Penyakit:
1)
Riwayat atau faktor penunjang : Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting jauh lebih
penting dari faktor penyebab lainnya, tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat, riwayat alergi pada keluarga, riwayat
Asthma pada anak-anak. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan apakah pasien merupakan seorang perokok aktif,
perokok pasif, atau bekas perokok. Penentuan derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Interpretasi hasilnya adalah derajat ringan (0-200), sedang (200600), dan berat ( >600) (PDPI, 2003)
2)
Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi : Alergen, stress emosional, aktivitas fisik yang berlebihan, polusi udara,
infeksi saluran nafas.
Pemeriksaan fisik
1)

Aktivitas dan Istirahat

Gejala
: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur
dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda : Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot
2)

Sirkulasi

Gejala

: Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung, Distensi vena leher, sianosis perifer
3)

Integritas ego

Gejala/tanda : Ansietas, ketakutan dan peka rangsang


4)

Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan, penurunanan BB menetap
(empisema) dan peningkatan BB karena edema (Bronkitis)
Tanda : Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB, penurunan massa otot
5)

Hygiene

Gejala

: Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan


6)

Pernafasan

Gejala : Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum
hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis), Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema), Riwayat
Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitrypsin.
Tanda : Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema), Pengguanaan
otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup, Perkusi hypersonor pada
area paru (udara terjebak, dan dapat juga redup/pekak karena adanya cairan), Kesulitan bicara 94 5 kalimat 0, Sianosis bibir dan
dasar kuku, jari tabuh.
7)

Seksualitas

: Libido menurun

8)

Interaksi sosial

Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung


Tanda: Keterbatasan mobilitas fisik dan Kelalaian hubungan antar keluarga
Pemeriksaan Penunjang
1) Test faal paru: Kapasitas inspirasi menurun, Volume residu : meningkat, FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif
Penyakit Paru Obstruktif Kronik, FVC awal normal menurun pada bronchitis, TLC normal sampai meningkat sedang (predominan
pada emphysema).
2) Transfer gas (kapasitas difusi): Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik, Pada emphysema : area
permukaan gas menurun, Transfer gas (kapasitas difusi) menurun.
3)
Darah : Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder, Jumlah darah merah meningkat, Eo dan total IgE serum
meningkat, Pulse oksimetri menunjukkan SaO2 oksigenasi menurun, Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor
pulmunale.
4)

Analisa Gas Darah

PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
5)

Sputum :

Pemeriksaan gram

kuman/kultur adanya infeksi campuran

Kuman patogen meningkat: Streptococcus pneumonia, Hemophylus influenza, Moraxella catarrhalis


6)

Radiologi :

Thorax foto (AP dan lateral): Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada emphysema paru : Nampak distensi, Diafragma letak rendah dan mendatar, Ruang udara retrosternal > (foto lateral), Jantung
tampak memanjang dan menyempit.

7)

Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.

2. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lender
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mucus
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang kurang
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan
untuk bekerja.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber informasi.

3.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan


1.

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
berhubungan dengan
peningkatan produksi
mukus/peningkatan
sekresi lender

Intervensi

Tujuan : Klien dapat


Kaji kemampuan klien untuk
meningkatkan bersihan jalan memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :
nafas
Ajarkan metode batuk terkontrol
Kriteria Hasil :
Gunakan suction (jika perlu untuk
1.Bunyi nafas
mengeluarkan sekret)
bersih/Vesikuler
Lakukan fisioterapi dada
2. Batuk (-)
2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan
3.Mampu mendemonstrasikan auskultasi dada untuk mengetahui
batuk terkontrol.
kualitas suara
4.Intake cairan adekuat

3. Berikan obat sesuai dengan resep;


mukolitik, ekspektorans
4. Anjurkan minum kurang lebih 2 liter
per hari bila tidak ada kontra indikasi
5. Anjurkan klien mencegah infeksi /
stressor

2.

Gangguan pertukaran
Tujuan : Klien mampu
gas berhubungan dengan menunjukkan perbaikan
peningkatan produksi
oksigenasi.
mukus.

Rasional
Memantau tingkat kepatenan
jalan nafas dan
meningkatkan kemampuan
klien merawat diri /
membersihkan/membebaskan
jalan nafas.
Memantau kemajuan
bersihan jalan nafas.

Mengencerkan secret agar


mudah dikeluarkan.
Mengencerkan secret
Menghindarkan bahan iritan
yang menyebabkan
kerusakan jalan nafas

1. Observasi status pernafasan, hasil gas Memantau perkembangan


darah arteri, nadi dan nilai oksimetri.
kegawatan pernafasan
2. Awasi perkembangan membran

Gangguan Oksigenasi perifer

Kriteria Hasil :

mukosa / kulit (warna).

tampak cianosis

1. Warna kulit perifer


membaik (tidak cianosis)

3. Observasi tanda vital dan status


kesadaran.

Menentukan status
pernafasan dan kesadaran

2. RR : 12 24 x /menit

4. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi Mengurangi penggunaan


aktivitas klien.
energi berlebihan yang
membutuhkan banyak
Okigen

3. Nafas panjang
4. Tidak menggunakan otot
bantu pernafasan.
5. Ketidaknyamanan dada ()
6. Nadi 60 100 x/menit.
7. Dyspnea ()

5. Berikan oksigenasi yang telah


dilembabkan.

Memenuhi kebutuhan
oksiegen.

6. Pertahankan posisi fowler dengan


tangan abduksi dan disokong dengan
bantal atau duduk condong ke depan
dengan ditahan meja.

Meningkatkan kebebasan
suplay oksigen

7. Kolaborasi untuk pemberian obat yang Obat mukolitik dan


telah diresepkan.
ekspektoransia akan
mengencerkan produksi
mukus yang mengental.
3.

Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Intake makanan yang
kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi


dapat terpenuhi

1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan


makan.

Kriteria Hasil :
a. Berat badan dan tinggi
badan ideal.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet


b. Pasien mematuhi dietnya. yang telah diprogramkan

Untuk mengetahui tentang


keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan
pengaturan diet yang
adekuat.
Kepatuhan terhadap diet

dapat mencegah komplikasi.


Identifikasi perubahan pola makan.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain


untuk pemberian diet Tinggi Kalori dan
Tinggi Protein.

4.

Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas


berkurang/hilang.

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami


oleh pasien.

Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat
mengidentifikasikan sebab
kecemasan.

Mengetahui apakah pasien


telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
Pemberian diet yang sesuai
dapat mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
komplikasi.

Untuk menentukan tingkat


kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang
cepat dan tepat.
Dapat meringankan beban
pikiran pasien.

2. Emosi stabil., pasien


tenang.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk


mengungkapkan rasa cemasnya.

3. Istirahat cukup.

3. Gunakan komunikasi terapeutik

4.Beri informasi yang akurat tentang


proses penyakit dan anjurkan pasien

Agar terbina rasa saling


percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
Informasi yang akurat
tentang penyakitnya dan
keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat

untuk ikut serta dalam tindakan


keperawatan.

mengurangi beban pikiran


pasien.

Sikap positif dari


timkesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa dirasakan pasien.
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain Pasien akan merasa lebih
selalu berusaha memberikan pertolongan tenang bila ada anggota
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
keluarga yang menunggu.
6. Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mendampingi pasien secara
bergantian.

Lingkungan yang tenang dan


nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan pasien.
nyaman.

5.

Kurangnya pengetahuan Tujuan : Pasien memperoleh Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga


tentang proses penyakit, informasi yang jelas dan
tentang penyakit paru obstruktif kronik.
diet, perawatan, dan
benar tentang penyakitnya.
pengobatan berhubungan
Kriteria Hasil :
dengan kurangnya
informasi.
1. Pasien mengetahui tentang
Kaji latar belakang pendidikan pasien.
proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya

Untuk memberikan informasi


pada pasien/keluarga,
perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau
pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
Agar perawat dapat
memberikan penjelasan

dan dapat menjelaskan


kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan
perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan
yang diperoleh.

dengan menggunakan katakata dan kalimat yang dapat


dimengerti pasien sesuai
tingkat pendidikan pasien.

Jelaskan tentang proses penyakit, diet,


perawatan dan pengobatan pada pasien Agar informasi dapat
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah diterima dengan mudah dan
dimengerti.
tepat sehingga tidak
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, menimbulkan
kesalahpahaman.
manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.

Dengan penjelasdan yang


ada dan ikut secra langsung
dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih
kooperatif dan cemasnya
berkurang.

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkhioli, bronkhus, dan trakhea oleh berbagai sebab. Bronkhitis dapat didisebabkan oleh virus,
lebih sering dengan jenis (Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), Influenza virus, parainfluenza virus, dan coxsackie).
Bronkitis akut juga dapat pada anak-anak yang sedang menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae.Penyebab

bronkitis lainnya juga bisa oleh bakteri seperti Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenzae. Selain itu,
bronkitis juga dapat disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. (Mutaqin Arif, 2012)
Masalah keperawatan yang mungkin pada pasien dengan Bronkitis antara lain :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar
paru.Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif (kronik), emfisema, dan asma bronkhial (Mutaqin Arif, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC.


Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ;
alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta, EGC.
Global Strategy For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. 2006. Global Initiative
for chronic Obstructive Lung Disease

(GOLD).http://www.acofp.org/education/LV_10/handouts/Fri_3_9_10/11am_WIllsie_sandra_COPD.pdf. Diperoleh tanggal 01


Novemvber 2014.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2009/10/02/askep-bronkitis/
(http//:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter%20II.pdf
Author :oleh RT Simanjuntak,diakses tanggal 01-11 - 2014)
https://www.scribd.com/doc/102449007/laporan-kasus-dan-tinjauan-pustaka-bronkitis-kronis,author Susan T diakses 1-11-2014)
Ignativicius D., & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing: Critical Thingking For Collaborative Care 5th. St. Louis: Elsevier Inc.
Muttaqien, Arif, 2012, Askep Klien dengan Gangguan Pernapasan, Jakarta, Salemba Medika
Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, Jakarta, EGC.
Nanda, NIC NOC, Judith Wilkinson,2013, Diagnosa Keperawatan Jakarta, EGC
PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
Price, S.A & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2. Edisi 6. Jakarta: EGC
Rini, Ika Setyo. 2011. Tesis Hubungan ANtara Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis Dalam
Konteks Asuhan Keperawatan Di RS Paru Batu Dan RSU DR. Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sharma, et.al. 2010. Pulmonary Rehabilitation. Helath Sciences Care. University of Manitoba,
Canada. http://emedicine.medscape,com/article/319885-overview. Diperoleh tangal 01 Novermber 2014
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor
Monica Ester, Edisi 8, Jakarta, EGC.
Smeltzer, S., & Bare. 2008. Brunner & Suddraths textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincot.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Jaka

Anda mungkin juga menyukai