ronggamulut.
Mereka
tidak
mengharapkan
kesempurnaan,
gigi.
Mereka
pesimis
terhadap
kemampuan
mereka
untuk
Pengalaman pasien yang lalu dengan dokter gigi dan perawatannya seperti
yang telah diketahui pada wawancara awal, akan menyediakan beberapa petunjuk
yang baik mengenai sikap dan motivasi pasien. Pemeriksaan dokter gigi mengenai
faktor-faktor ini harus dicatat, karena harus dipertimbangkan dalam menentukan
rencana perawatan dan prognosis.
Informasi dasar tersedia untuk klinisi, namun detail spesifik dan foto kllinis yang
lebih lanjut terdapat dalam literatur ilmiah seperti yang digambarkan oleh
McGarry et al.:
1. Kriteria 1: Lokasi dan perluasan daerah edentulous dibedakan menjadi empat
tingkat, yaitu daerah edentulous ideal atau kompromis minimal (satu rahang),
daerah edentulous kompromis sedang (kedua rahang), daerah edentulous
kompromis substansial, dan daerah edentulous kompromis parah.
2. Kriteria 2: Kondisi gigi penyangga digambarkan sebagai gigi penyangga ideal
atau kompromis minimal, gigi penyangga kompromis sedang, gigi penyangga
kompromis substansial, dan gigi penyangga kompromis parah.
3. Kriteria 3: Oklusi termasuk dalam kriteria oklusi ideal atau kompromis
minimal, oklusi kompromis sedang (beberapa penyesuaian tambahan dengan
relasi molar kelas I klasifikasi Angle), oklusi kompromis substansial
(perbaikan oklusi dengan relasi molar kelas II klasifikasi Angle), dan oklusi
kompromis parah (penyesuaian oklusi dan dimensi vertikal oklusi dengan
relasi molar kelas II divisi 2 dan Kelas III klasifikasi Angle).
4. Kriteria 4: Klasifikasi linggir alveolar mengikuti klasifikasi yang biasa
digunakan untuk mengelompokkan berbagai daerah edentulous yang akan
digantikan pada pasien edentulous parsial.
Tabel 2.2 Sistem klasifikasi ACP untuk daerah edentulous lengkap. Dicetak
dengan seizin Classification System for Partial Edentulism, Journal of
Prosthodontics Vol. 11, no. 3, 2002; 181-193.
Sistem Klasifikasi ACP Untuk Daerah Edentulous Lengkap
Kelas I
Kelas ini ditandai dengan tahap daerah edentulous yang dapat dirawat dengan baik
menggunakan gigi tiruan lengkap dengan teknik prostodontik konvensional. Berikut
Kelas II
Kelas ini ditandai dengan degradasi fisik anatomi pendukung gigi tiruan. Kelas ini
juga memiliki karakteristik munculnya penyakit sistemik dini, manajemen spesifik
pasien, dan pertimbangan pola hidup.
1. Tinggi tulang alveolar 16-20 mm diukur dari mandibula paling rendah dalam
bidang vertikal pada radiografi panoramik
2. Morfologi linggir alveolar resisten terhadap pergerakan horizontal dan vertikal
pada landasan gigi tiruan; maksila tipe A atau B
3. Lokasi perlekatan otot memiliki berpengaruh yang terbatas terhadap stabilitas
dan retensi landasan gigi tiruan; mandibula tipe A atau B
4. Hubungan maksilomandibular Kelas I
5. Modifikasi minor, pertimbangan psikososial, penyakit sistemik ringan dengan
manifestasi oral
Kelas III
Kelas ini ditandai dengan perlunya prosedur perbaikan secara bedah pada jaringan
pendukung untuk memungkinkan fungsi struktur prostetik yang adekuat. Faktor
tambahan memiliki peran yang signifikan dalam hasil perawatan.
1. Tinggi tulang alveolar 11-15 mm diukur dari mandibula paling rendah dalam
bidang vertikal pada radiografi panoramik
2. Morfologi linggir alveolar dengan pengaruh yang minimal terhadap resistensi
pergerakan horizontal dan vertikal landasan gigi tiruan; maksila tipe C
3. Lokasi perlekatan otot dengan pengaruh sedang terhadap stabilitas dan retensi
landasan gigi tiruan; mandibula tipe C
4. Relasi maksilomandibular Kelas I, II, atau III
5. Kondisi yang membutuhkan bedah preprostetik
1) Prosedur jaringan lunak minor
2) Prosedur jaringan keras minor, termasuk alveoloplasty
3) Penempatan implant sederhana; tanpa membutuhkan augmentasi
4) Ekstraksi lebih dari 1 gigi yang mengarah pada daerah edentulous lengkap
untuk penempatan gigi tiruan immediate
5) Jarak antar rahang yang terbatas (18-20 mm)
6. Pertimbangan psikososial sedang dan/atau manifestasi oral sedang dari penyakit
sistemik atau kondisi seperti xerostomia
7. Gejala TMD
8. Lidah besar (tanpa menyebabkan ruang interdental) dengan atau tanpa
hiperaktivitas
9. Refleks muntah hiperaktif
Kelas IV
Kelas ini menunjukkan kondisi tidak bergigi yang paling lemah. Rekonstruksi bedah
hampir selalu diindikasikan tapi tidak selalu dapat dilakukan karena kesehatan
pasien, pilihan, riwayat gigi sebelumnya, dan pertimbangan finansial. Jika perbaikan
bedah bukan pilihan, teknik prostodontik yang bersifat khusus harus digunakan
untuk mencapai hasil yang adekuat.
1. Ketinggian vertikal tulang yang tersisa < 10mm diukur pada ketinggian vertikal
paling rendah dari mandibula pada foto panoramik
2. Hubungan maksilomandibular kelas I, II, atau III
3. Linggir yang tersisa tidak resisten terhadap pergerakan horizontal atau vertikal;
Maksila tipe D
4. Lokasi perlekatan otot yang dapat diharapkan memiliki pengaruh yang penting
terhadap stabilitas dan retensi landasan gigi tiruan; mandibula tipe D atau E
a. Kondisi umum membutuhkan bedah preprostetik
b. Penempatan complex implant, diperlukan augmentasi
c. Perbaikan secara bedah pada kelainan dentofasial diperlukan
d. Augmentasi jaringan keras diperlukan
e. Perbaikan jaringan lunak secara umum diperlukan, antara lain perluasan
vestibulum dengan atau tanpa graft jaringan lunak
5. Riwayat parestesi atau disestesi
6. Ruang antarlengkung yang tidak memadai sehingga memerlukan perbaikan secara
bedah
7. Defek maksilofasial bawaan atau kongenital
8. Manifestasi oral yang parah dari keadaan atau penyakit sistemik, misalnya akibat
perawatan onkologi
9. Ataksia maksilomandibular (inkordinasi)
10. Hiperaktivitas lidah yang kemungkinan berhubungan dengan posisi lidah yang
mundur dan/atau karena morfologi
11. Refleks muntah yang berlebihan ditangani dengan obat
12. Pasien refraktori: pasien yang memberikan keluhan kronis saat terapi, yang
kemudian mengalami kesulitan mencapai harapan mereka mengenai perawatan
meskipun ketelitian atau frekuensi perawatan sudah terpenuhi
Tabel 2.3 Daftar lembar kerja yang digunakan untuk menetukan klasifikasi.
Dicetak ulang dari Classification System for Partial Edentulism, Journal of
Prosthodontics Vol. 11, no. 3; 2002; 181-193.
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Lokasi
dan
Perluasan Area
Edentulous
Ideal atau kompromis minimal satu
lengkung
Kompromis sedang kedua lengkung
Kompromis substansial > 3 gigi
Kompromis parah prognosis
meragukan
Defek maksilofasial bawaan atau
kongenital
Kondisi gigi penyangga
Ideal atau kompromis minimal
Kompromis sedang 1-2 sextan
Kompromis substansial > 3 gigi 3
sextan
Kompromis parah 4 atau lebih
sextan
Oklusi
Ideal atau kompromis minimal
Kompromis sedang terapi ajuvan
lokal
Kompromis substansial > 3 gigi
skema oklusi
Kompromis parah - perubahan
dimensi vertikal oklusi
Linggir residual
Tidak bergigi kelas I
Tidak bergigi kelas II
Tidak bergigi kelas III
Tidak bergigi kelas IV
Kondisi khusus
10
masalah dan kebutuhan pasien dianalisa, dokter gigi dapat mulai menjawab lima
pertanyaan dasar yang telah dijelaskan pada awal bab. Jawaban dari pertanyaan
tersebut terangkum pada rencana perawatan. Pertanyaan pertama adalah, Jenis
perawatan prostodontik apakah yang paling tepat untuk kebutuhan pasien ketika
semua faktor-faktor yang berhubungan dan berbagai sudut pandang telah
dipertimbangkan? Faktor-faktor tersebut, antara lain:
1. Kesehatan sistemik dan rongga mulut pasien. Pasien yang sehat dapat
memiliki keadaan mulut yang sehat, dan kombinasi ini akan menghasilkan
perawatan yang sukses. Namun, perawatan yang rumit atau berisiko tidak
diindikasikan bagi pasien dengan masalah kesehatan yang kronis.
2. Usia pasien. Usia pasien yang lebih tua bisa saja penting jika faktor usia ini
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pasien dan status ekonomi.
3. Pertimbangan fisiologis dan mekanis.
4. Harapan pasien, nilai dan perhatian untuk perawatan kesehatan rongga mulut
mereka. Keinginan pasien untuk mempertahankan atau mencabut gigi harus
dipertimbangkan karena akan mempengaruhi rencana perawatan akhir.
5. Status psikologis pasien.
6. Status ekonomi dan prioritas pasien. Faktor finansial, manfaat, dan
keterbatasan asuransi gigi berpengaruh pada pilihan perawatan yang
memungkinkan bagi pasien.
11
12
13
gigi
sebaiknya
mempertimbangkan
keuntungan
GTSL
saat
memikirkan pemilihan perawatan antara GTC atau GTSL. Pada saat memilih
perawatan GTSL atau GTL (Gigi Tiruan Lengkap) untuk pasien, dokter gigi
sebaiknya mengingat beberapa poin di bawah ini:
1. Gigi yang ada akan mempertahankan tulang alveolar. Ekstraksi gigi yang
terlalu dini pada pasien muda dapat memperepat perusakan dan resorpsi
tulang terlalu dini.
2. GTSL rahang bawah secara keseluruhan lebih stabil dan fungsional
dibanding GTL mandibular, sehingga pasien lebih mudah belajar
memasang dan memakainya. Sehingga, kapanpun memungkinkan
sarankan pasien untuk menjaga gigi mandibula yang strategis untuk
mendukung GTSL atau overdenture.
14
Keuntungan GTSL
1. GTSL dapat menggantikan jaringan pendukung yang hilang akibat
kehilangan gigi. Kontur normal, penampilan, dan dukungan fasial dapat
digantikan dengan material resin akrilik pada landasan gigi tiruan dimana
tulang alveolar telah hilang.
2. GTSL dapat menggunakan area jaringan lunak di mulut untuk dukungan
sebagai pengganti menggunakan gigi, sehingga GTSL dapat berfungsi
dengan baik saat gigi saja tidak dapat mendukung GTC.
3. GTSL dapat membantu pasien untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut
hingga level yang dapat diterima.Penggunaan GTSL memungkinkan
pasien untuk membersihkan protesa dan gigi asli yang masih ada karena
protesa tersebut dapat dilepas.
4. GTSL dapat didesain sebagai splinting dan menstabilkan gigi gigi
penyangga yang lemah sehingga dapat mencegah terjadinya kegoyangan,
drifting, dan ekstrusi gigi. Penggunaan GTSL dapat menghindari masalah
masalah seperti biaya restorasi cor dan splint tersolder yang tidak
higienis.
5. GTSL didesain untuk mendistribusikan tekanan mastikasi ke banyak area
dukungan dan memperbanyak gigi gigi penyangga untuk mencegah
kelebihan beban jika hanya pada dua atau tiga gigi.
15
Kombinasi GTL (Gigi Tiruan Lengkap) dan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan)
Rahang atas dan bawah sering direstorasi dengan jenis protesa yang berbeda
karena indikasi untuk masing-masing perawatan rahang dapat berbeda. Sebagai
contoh, situasi klinis yang sering ditemui adalah penggunaan Gigi Tiruan
Lengkap pada rahang atas dan beroklusi dengan GTSL pada rahang bawah.
Kombinasi protesa ini biasanya berjalan sukses, memberikan dukungan GTSL
mandibula yang tepat sepanjang masa proteesa. GTL rahang bawah yang
berlawanan dengan gigi asli rahang atas lebih ditoleransi dengan baik. Gigi rahang
atas pasien dengan dukungan yang baik akan lebih banyak menahan tekanan ke
gigi tiruan rahang bawah dibanding yang dapat ditahan oleh linggir mandibula
yang edentulous, sehingga jaringan yang berada dibawah gigi tiruan
rahang
bawah mengalami trauma secara konstan. Konsekuensi dari hal tersebut adalah
luka yang berlanjut dan percepatan resorpsi linggir rahang bawah. Situasi tersebut
menekan pentingnya mempertahankan beberapa gigi rahang bawah (untuk GTSL
atau overdenture) untuk membantu bertahan dari tekanan pengunyahan.