Tugas Uas INDO
Tugas Uas INDO
berbelanja barang. Ingin membeli tas misalnya. Tas yang ingin dibeli pun bukan
sembarang merk pula. Merk ternamalah yang akan dipilih jika budget yang
dimiliki dapat men-support pembelian tersebut. Tak puas hanya dengan pergi
mobil, makan di salah satu restoran yang terdapat di mall yang menawarkan
pemandangan sekitar (yang dimaksud adalah tempat makan yang memiliki
dinding kaca, sehingga orang yang ada di luar mall pun dapat melihat apa yang
sedang dilakukan para konsumen di dalamnya), dan juga belanja tas bermerk. Ada
keinginan juga untuk membeli sepatu juga misalnya. Namun budget untuk hari ini
mulai menipis. Terdapat keinginan untuk memakai kartu kredit untuk membeli
barang yang lain, namun sayang juga jika uang digunakan untuk suatu hal yang
sebenarnya tidak penting. Dalam membeli sepatu ini hanya dengan motivasi
mengikuti trend dan juga referensi dari teman (peers group). Mungkin bagi
sebagian orang akan terasa tertekan dalam kehidupan sosialnya jika tidak
mengikuti trend yang ada. Untuk menangani keadaan tersebut, barang asli tidak
perlu dibeli. Masih ada alternatif lain untuk menunjang kehidupan sosial yang
seperti itu, antara lain tersedianya barang KW atau barang tiruan. Dalam
pemilihan barang KW pun yaitu KW premiun misalnya. Pemilihan tersebut dapat
terjadi karena barang KW lebih murah dibandingkan dengan barang yang asli dan
bersertifikasi pula dalam pembeliannya. Sehingga jika kapanpun ada beberapa
teman yang bertanya, dengan percaya diri menegaskan bahwa barang tersebut
barang asli, walaupun sebenarnya barang tersebut merupakan barang KW
premium.
Makna yang dapat kita temukan dari sepenggal ilustrasi di atas antara lain
menyangkut gaya hidup (lifestyle). Gaya hidup yang dianut setiap orang tentunya
berbeda-beda. Tergantung dengan faktor apa yang dapat mempengaruhi gaya
hidup tersebut. Menurut pendapat Amstrong (Nugraheni: 2003) gaya hidup
seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan
jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang
berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan
pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Sedangkan faktor
eksternalnya yaitu keluarga, kelompok referensi dan juga kelas sosial.
Jika kita kaji lebih dalam, memang benar adanya bahwa faktor-faktor
tersebut berpengaruh terhadap gaya hidup sehari-hari seseorang. Mari kita ulas
lagi sepenggal cerita yang telah diilustrasikan di atas. Esay ini menekankan pada
gaya hidup sehari-hari kita sebagai konsumen, yaitu bagaimana memaknai apa
yang dilakukan sebagai konsumen dalam merepresentasikan gaya hidup apa yang
dianut. Perilaku konsumtif terkadang menjadi seperti racun yang terus
menggrogoti manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, hal tersebut
dikarenakan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya dan
kita hanya cenderung pada pemenuhan kebutuhan yang bersifat tersier sehingga
tidak
menutup
kemungkinan
justru
kebutuhan
yang
primer
menjadi
sembarangan seperti kita membeli sesuatu di pasar maupun toko biasa. Gaya
hidup berbelanja dalam mall ini menuntut konsumen untuk berpenampilan
menarik, karena mall didesain untuk kalangan menengah ke atas dengan
penampilan yang elegan sehingga penampilan mall yang dinilai sebagai tempat
yang berkelas menuntut pembelinya untuk berpenampilan yang berkelas juga.
Produk-produk yang ditawarkan pun bisa dikatakan merupakan kreatifitas dari
suatu produk yang biasa tetapi yang membuat harga jualnya menjadi lebih tinggi
adalah brand suatu produk itu sendiri, entah produk tersebut merupakan produk
fashion, gadget, elektronik, hingga makanan. Harga juga menjadi tidak masalah
bagi pemenuh kebutuhan yang menjadi gaya hidup yang sudah biasa, karena
brand sendiri menjadi sesuatu yang berharga bagi suatu individu. Maraknya gaya
hidup berbelanja yang seperti ini, menuntut pengembang-pengembang mall untuk
terus meningkatkan fasilitas serta membangun beberapa mall baru untuk
memfasilitasi gaya hidup masyarakat. Pengelolaan mall sendiri tidak dapat
dilakukan dengan sembarangan, karena segala tata letak serta pengaturan kioskios yang dapat menjajakan kebutuhan para konsumen dibuat sedemikian rupa
dengan tujuan meningkatkan kebutuhan dan pemenuhan gaya hidup dalam
berbelanja yang telah merebak di kalangan masyarakat. Sebenarnya gaya hidup
seperti ini memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri. Sisi positifnya salah
satunya adalah mall memiliki magnet dalam menarik konsumen dengan gaya
hidup tinggi untuk semakin meningkatkan eksistensi sosial individu tersebut
walaupun sisi negatifnya adalah dalam gaya hidupnya mall tidak dapat dinikmati
seluruh elemen masyarakat karena jika memasuki mall dengan gaya pakaian yang
tidak sesuai (tidak berpakaian dengan baik) akan timbul sikap diskriminasi dari
orang lain terhadap individu tersebut. Gaya hidup berbelanja di mall ini telah
marak dan setiap orang yg hendak ke mall selalu memperhatikan penampilan
mereka.
Fenomena-fenomena yang seharusnya menjadi telaah yang mendasar
dalam kehidupan kita, karena perlu adanya kesadaran bahwa gaya hidup
konsumtif seperti hal tersebut hanya akan menyakiti diri sendiri bagi yang
memang tidak mampu. Setiap manusia memiliki kemampuannya masing-masing,
maka tidak tepat bagi kita untuk selalu mengikuti trend yang berkembang tetapi
dari
media
tersebut
sangat
berperan
besar
terhadap
perkembangan gaya hidup masyarakat luas, dimana media massa mudah sekali
untuk mengaksesnya dan menjadi makanan setiap harinya bagi individu. Media
massa dengan memampangkan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kultur yang
ada pada suatu daerah akan berakibat terjadinya ketimpangan pada daerah tersebut
maupun ketidaksesuaian. Oleh karena itulah masyarakat harus dapat melakukan
filterisasi dengan tepat terhadap pola penyebaran media massa terhadap
pengaruhnya pada gaya hidup yang akan berkembang nantinya. Media massa pun
dapat menjadi media iklan, hal tersebut memiliki efek positif dan negatifnya.
Dalam hal ini efek positifnya adalah masyarakat dapat mengakses media iklan
dengan mudah untuk mencari kebutuhan yang memang diperlukan tanpa harus
repot untuk mencari-carinya lagi. Sedangkan, efek negatifnya adalah akan
mendorong timbul rasa ingin memiliki dari barang yang ditampilkan media iklan
dan bisa jadi menjadi sebuah trend di masyarakat sehingga masyarakat tersebut
cenderung berbelanja karena tertarik dengan penampilan yang disajikan dalam
media massa. Semula hanya untuk memenuhi keinginan untuk memiliki suatu
barang, tetapi lambat-laun menjadi perilaku konsumtif hanya demi mengikuti
gaya hidup yang dianggap menjadi trend di masa tersebut walaupun sebenarnya
individu tersebut tidak terlalu memikirkan kegunaan kedepannya dari apa yang
mereka beli, kembali lagi mereka cenderung untuk mempertahankan eksistensi
sosialnya di khalayak sebagaikepuasan pribadi yang akhirnya hanya menjadi
keunikan dalam dinamika gaya hidup. Hal tersebut alangkah lebih baiknya
pandangan terhadap media massa dapat menjadi filter yang menyeleksi berbagai
hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi
atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolannya. Di sini kita
dipilihkan oleh media tentang apa saja yang layak diketahui dan mendapatkan
perhatian. Selain itu media massa seringkali dipandang sebagai guide, penunjuk
jalan atau intrepeter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai
ketidakpastian, atau alternatif yang beragam. Hal-hal tersebut seharusnya dapat
menjadi tolak ukur dalam mengawal perkembangan gaya hidup yang terjadi
ataupun yang akan terjadi selanjutnya. Sehingga dengan arus penyebaran media
kita dapat memprediksi gaya hidup apa saja dalam pola berbelanja untuk
menunjukkan eksistensi sosial suatu individu.
Dari paparan di atas jelas bahwa gaya hidup seseorang dalam hal
pengukuran status, mereka cenderung memiliki sifat konsumerisme. Dalam
bahasan ini sikap konsumtif ditunjukkan dengan adanya pengaruh globalisasi,
media massa, dan jega keberadaan barang-barang yang memiliki brand maupun
barang KW. Sikap konsumerisme telah mampu menggeser gaya hidup yang
beraspirasi ke atas dewasa ini, dibandingkan dengan pemerkayaan intelektualitas,
kreatifitas dalam berproduksi masih dikesampingkan sebagai pendukung status
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup (Lifestyle) yang diakses pada tanggal
25 Desember 2013 pukul 20.25 WIB oleh Verry Octa K.