David K Berlo adalah seorang pakar komunikasi asal Amerika serikat yang meraih gelar
doktornya pada usia 29 tahun di Universitas Illinois, tepatnya pada 1955. Murid dari Wilbur
Schramm ini, menjelaskan suatu teori komunikasi yang cukup terkenal yaitu model komunikasi
SMCR. Dalam bukunya the process of communication, model komunikasi dapat digambarkan
sebagai berikut;
Dalam model komunikasi Berlo, terdapat unsure encoder atau decoder yang dianggap penting.
Encodes artinya menyandi atau memformulasikan pesan, dan hal ini dilakukan oleh sang
pengirim pesan, sedangkan decodes artinya membaca sandi atau menerjemahkan pesan. Sebagai
contoh, seorang dewasa harus menyadi pesan yang berbeda saat berkomunikasi dengan sesame
orang dewasa atau anak kecil, jika hal ini tidak dilakukan maka anak kecil tersebut akan susah
untuk menangkap pesan yang disampaikan oleh orang dewasa. Penjabaran dari unsur-unsur
model komunikasi berlo adalah sebagai berikut;
S ( Source ) = Sumber Komunikasi atau Pembicara
Komunikator dalam menyampaikan pesan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ;
a. Keahlian berkomunikasi : Kemampuan suatu individu untuk berkomunikasi ( seperti
kemampuan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan lain-lain )
b. Sikap : Suatu sikap terhadap penonton, atau pihak yang diajak berkomunikasi
Contoh : seorang siswa harus memiliki sikap untuk mau menyimak dan belajar saat pelajaran
dikelas, begitu juga dengan guru harus punya sikap untuk mau mengajar.
c. Pengetahuan : Pemahaman tentang pesan atau topic yang ingin disampaikan.
Contoh : Seorang yang sedang berpidato harus menguasai topic yang ingin disampaikan
d. Sistem Sosial : adalah hal-hal yang berhubungan dengan elemen-elemen dalam masyarakat
seperti kepercayaan, perasaan, norma, peran dan status.
Contoh : Seorang yang berpidato dihadapan masyarakat di Jakarta, harus menyesuaikan cara
berkomunikasinya jika berpidato di Makassar, karena dua lokasi ini memiliki system sosial yang
berbeda.
MODEL LEARY
Antara individu satu dengan individu lainnya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi, respon
seseorang dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlukan.
Dominance Submission
pada dimensi ini, bila ada pihak yang kuat atau menguasai, maka di sisi lain ada pihak yang
lemah atau dikuasai. (komunikasi satu arah)
Love Hate
pada dimensi ini, bila ada pihak yang dicintai, di pihak lain ada juga yang dibenci. Komunikasi
tidak hanya berlangsung diantara orang yang saling mencintai, namun dengan orang yang tidak
disukai juga perlu dengan komunikasi.
HBM merupakan model teori yang didesain untuk menjelaskan perilaku kesehatan lewat
pemahaman seseorang akan keyakinan tentang kesehatan. Pada awalnya menjelaskan mengapa
individu mau berpartisipasi dalam kegiatan skrining kesehatan atau imunisasi dan mulai
dikembangkan untuk tipe perilaku kesehatan lainnya. Teori ini diadaptasi dari teori ilmu perilaku
(behavioral sciences theory). HBM terdiri dari empat pilar keyakinan (belief) yang mewakili
persepsi terhadap ancaman dan presepsi memperoleh keuntungan: 1)perceived
susceptibility(persepsi kerentanan/ perasaan rentan), 2) perceived severity(persepsi keparahan),
3)perceived benefits (persepsi keuntungan), dan 5) perceived barriers (persepsi
hambatan/halangan).
Pada intinya. Model ini memberikan gagasan mengenai kemungkinan individu untuk mengambil
tindakan terhadap masalah kesehatan yang dialami berdasarkan kepada interaksi antara 4 tipe
keyakianan (belief) atau presepsi (perceive). Model ini dapat memprediksi (meramalkan)
individu akan cenderung mengambil tindakan untuk melindungi atau mendukung kesehatan jika:
1. Mereka merasa diri mereka rentan (beresiko) terhadap sebuah kondisi masalah kesehatan
(Perceived susceptibility)
2. Mereka percaya hal tersebut berpotensi membuat dampak atau masalah yang serius
(perceived severity)
3. Mereka percaya terhadap upaya atau tindakan yang dapat mengurangi resiko atau
meminimalkan dampak buruk (perceived benefits)
4. Mereka percaya keuntungan dengan mengambil tindakan dibarengi dengan harga yang
harus dibayar atau hambatan (perceived barriers) Konsep ini bertujuan sebagai
perhitungan atau prediksi mengenai kesiagaan tindakan seseorang. Atau didalam
konsep HBM dikenal sebagai cues to action (Isyarat tindakan) yang akan mengaktifkan
kesiagaan dan merangsang perilaku yang sebenarnya.
Aplikasi dari teori HBM:
Kasus Hipertensi
Kampanye skrining (pemeriksaan) tekanan darah tinggi, dilakukan untuk
mengindentifikasi orang yang beresiko mengalami serangan jantung dan stroke. Tetapi,
orang yang mengalami hipertensi tidak selalu mengeluh sakit malahan sebagian besar
orang dengan hipertensi tidak mengalami gejala apa pun. Jadi, orang-orang tersebut
berpikir tidak perlu mengkonsultasikan masalah hipertensi dengan dokter, mengikuti
anjuran untuk diet rendah garam, mengontrol berat badan, atau meminum obat anti
hipertensi. Karena faktanya, hanya sebagian kecil orang dengan hipertensi (tekanan darah
> 140/90 mmHg) yang mengeluhkan gejala seperti sakit kepala, mimisan, nafas pendek,
dan kecemasan. Sering pertama kali pasien dengan hipertensi didiagnosa ketika hendak
mencari bantuan kesehatan untuk alasan yang tidak berhubungan dengan hipertensi. Oleh
karena itu, Hipertensi disebut sebagai silent killer pembunuh diam-diam. Teori Health
Belief Model, dapat sangat berguna dalam menganalisa perilaku ketidakpatuhan tersebut.
Sebelum seseorang menerima diagnosa hipertensi dan mengikuti treatmen atau Regimen
yang dianjurkan,
1. Seseorang tersebut harus yakin bahwa kondisi hipertensi dapat terjadi tanpa
mengalami gejala apa pun (penyakit silent killer)->Perceived susceptibility: sejauh
mana sesorang merasa rentan atau beresiko mengalami penyakit tersebut.
2. Hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke-> perceived severity:
sejauh mana seseorang merasa takut atau mengangap hipertensi merupakan hal yang
gawat dan memiliki dampak yang parah.
3. Mengikuti anjuran untuk meminum obat dan menurunkan berat badan dapat
mengurangi resiko hipertensi ->perceived benefit: sejauh mana anggapan seseorang
bahwa dengan mengikuti anjuran petugas kesehatan akan memberi manfaat tehindar
dari resiko tersebut, jadi sejauh mana nilai keuntungan tersebut di maknai apakah
sangat berharga atau tidak.
4. Pelaksanaan anjuran untuk mengontrol hipertensi dengan obat atau penurunan berat
badan tidak meyebabkan efek samping atau kesulitan dalam pelaksanaanya ->
Perceived Barrier: sejauh mana seseorang mengangap bahwa untuk mencapai hal
tersebut harus ada yang dikorbankan atau ada harganya misalnya tidak boleh
merokok, harus meluangkan waktu untuk berolahraga, makan tidak enak karena harus
mengurangi konsumsi garam, jadi sering kecing akibat efek dari obat hipertensi
(diuretik), dll.
5. Apa yang akan dilakukan individu melakukan anjuran tersebut atau malah menolak
->Cues to action (isyarat tindakan): kearah mana seseorang condong berperilaku
setelah mempertimbangkanperceived susceptibility, severity, benefit, dan Barrier.
Komponencues to action dapat di perkuat melalui, pembagian leaflet atau informasi
mengenai hipertensi, surat pos sebagai reminder(pengingat), kalender minum obat
yang dapat membatu konsintesi perilaku, pembuatan kelompok senam, dll. 6) jika
individu mempunyai pengalaman kegagalan sebelumnya mengenai sulit untuk