Oleh :
Case Report
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Bp.P
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Wonogiri
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal Periksa
: 27-4-2015
: Sesak nafas
yang ngik-ngik, kemudian pasien merasa lemas dan cepat lelah, batuk (+)
saat udara dingin, pasien merasa lebih nyaman saat istirahat, keluhan
seperti ini di rasakan sudah semenjak kecil. Akhir akhir ini pasien merasa
sesak hampir setiap hari dan pasien memakai ventolin inheler sendiri di
rumah dan kondisi membaik.
1 hari sebelum pergi ke BBKPM, pasien mengakui mengalami 4
serangan dalam semalam, sesak dirasaka saat malam hari karena udara
dingin, demam (+), batuk (+) tetapi dahak susah dikeluarkan, pilek (+),
pusing (+). Keluhan tidak disertai dengan panas (-), nyeri telan (-),
kelemahan otot (-), badan pegel-pegel dan sakit di persendian (-), BAK
tidak nyeri (+) dalam batas normal.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: diakui
Riwayat pengobatan TB
: disangkal
Riwayat perokok
: disangkal
III.
Riwayat asma
: diakui
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: diakui
Riwayat pengobatan TB
: disangkal
Riwayat perokok
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
3
Status gizi
: Cukup
Tanda vital
: TD
Kepala
: 130/80 mmHg
: 94 x / menit
: 26 x / menit
: 36,40C
BB
: 73 kg
: Normocephal
Mata
: CA (-/-) ; SI(-/-)
Leher
Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Cor : Normal
Pulmo : corakan vaskuler kasar,
infiltrat (-)
Kesan :Bronchitis
B. Spirometri
19-8-2014
Kesan : Obstruksi
V.
RESUME
Pasien mengeluh keluhan sesak nafas, sesak nafas dirasakan
semakin memberat 1 bulan ,
VI. POMR
Asassment
Asma
P.Diagnosis
Rontgen
Thorax
Spirometri
P.Terapi
P.monitoring
Nebulizer pulmicort : Vital sign
ventolin = 1:1
Terapi
Ventolin nebu
Salbutamol 1,5mg
Aminophilin 75mg
Citirizin 1-0-1
N asetilsistein 1-0-1
Azitromicyn
500mg
1x1
VII.
DIAGNOSIS
Asma bronkial Persisten Sedang
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik
Emfisema paru
Gagal jantung kiri
Emboli paru
IX. Prognosis
Quo ad vitam
:dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
:dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan
maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
2. Anatomi Fisiologi
1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
a. Bagian luar dinding terdiri dari kulit
b. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
c. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang jumlahnya 3
buah :
1) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
2) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
3) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Fungsi hidung:
a. Bekerja sebagai saluran udara pernapasan
b. Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulubulu hidung
c. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
d. Membunuh kuman yang masuk bersama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdaat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung
2. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antar jalan
pernafasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian :
a. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut
nasofaring
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istimus fausium
disebut orofaring
9
6. Paru-paru
10
12
13
14
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
15
16
mengeluarkan
udara
ekspirasi
dari
paru. Hal
ini
bisa
Gejala
Gejala malam
Faal
Intermiten
paru
Kurang dari 2 kali APE
Mild persistan
Asimtomatik
-Gejala lebih dari 1x/minggu
dalam sebulan
Lebih dari 2 kali
80%
APE
dalam sebulan
>80%
>
persistan
-serangan 2 kali/seminggu,
seminggu
80%
Sering
APE
bisa berahari-hari.
-menggunakan obat setiap hari
Severe
persistan
-Aktivitas terbatas
<60%
-sering serangan
6. Gejala Klinis
Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan
yang meluas pada saluran udara pernafasan yang dapat sembuh spontan atau
17
sembuh dengan terapi. Penyakit ini brsifat episodik dengan eksaserbasi akut yang
diselingi oleh periode tanpa gejala.
Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas mendadak disertai
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh
bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan sesak napas yang kumatkumatan. Pada beberapa penderita asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang
atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama
makin meningkat atau tiba-tiba menjadi berat. Hal ini sering terjadi terutama pada
penderita dengan rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas.
Sedangkan pada sebagian besar penderita keluhan utama ialah sukar bernapas
disertai rasa tidak enak di daerah retrosternal.
18
7. Diagnosis banding
1. Bronkitis kronis
Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam
setahun paling sedikti terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum
biasanya terjadi pada penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya
berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi, menurunya kemampuan
kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor
pumonal.
2. Emfisema paru
Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi
jarang menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma,
emfisema biasanya tida ada fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat
melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan fisik di dapat dada seperti tong,
gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun, suara vesikuler sangat
lemah. Pada foto dada di dapat adanya hiperinflasi.
3. Gagal jantung kiri
Gejala gagal jantung yang sering terjadi pada malam hari dikenal sebagai
paroksisimal dispneu. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena
sesak, tetapi sesak berkurang jika penderita duduk. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya kardiomegali dan udem paru.
4. Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung dan
tromboflebitis dengan gejala sesak nafas, pasien terbatuk-batuk disertai darah,
nyeri pleura, keringat dingin, kejang, dan pingsang. Pada pemeriksaan fisik
didapat ortopnea, takikardi, gagal jantung kanan, pleural friction, gallop,
sianosis, dan hipertensi.
8. Diagnosis asma bronkial
1. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak
yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
19
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit
alergi yang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih
nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru :
Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.
Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
Perkusi : hipersonor
Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan IgE
b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot Leyden.
c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan, adanya
penyakit lain
d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi,
reversibilitas, variabilitas
e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma
yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap
pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau
perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan waktu pengamatan antara satu
sampai dua jam.
Gambaran klinis status asmatikus
Penderita tampak sakit berat dan sianosis.
Sesak nafas, bicara terputus-putus.
Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab
penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat.
20
Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi
lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah
kemudian jatuh ke dalam koma.
9. Penatalaksanaan
1. Tujuan pengobatan asma
a. Menghilangkan & mengendalikan gejala asma
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan & mempertahankan faal paru optimal
d. Mengupayakan aktivitas normal (exercise)
e. Menghindari ESO
f. Mencegah airflow limitation irreversible
g. Mencegah kematian
2. Terapi awal
a. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.
b. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan
pemberian dapat diulang dalam 1 jam.
c. Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.
d. Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan
mempunyai efek supresi profilaksis
e. Ekspektoran adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam
saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya
harus diencerkan dan dikeluarkan, misalnya dengan obat batuk hitam (OBH),
obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)
f. Antibiotik hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh
rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang
meninggi.
21
b. Controller/Pengontrol:
Gol. Adrenergik
Long-acting beta 2-agonis (LABA) Salmeterol & Formoterol (inhalasi)
Gol. Methylxantine: Theophylline Slow Release
Gol. Steroid: inh., oral, inj.
Leukotriene Modifiers: Zafirlukast
22
Terapi
lokasi
ringannya
serangan
Ringan
Sedang
X 2 mg
Terbaik : oksigen 2-4 liter/menit
- puskesmas
Alternatif
:agonis
IM/adrenalin
beta
2 - IGD
Aminofilin 5-6mg/kgbb
Berat
Terbaik :
jam.
- IGD
perbaikan
-pertimbangkan masuk
ICU
keadaan
memburuk progresif.
ICU
Mengancam Terbaik
jiwa
jika
intubasi
dan
ventilasi mekanik
3. Terapi Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk
a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola
penyakit asma sendiri)
23
b. meningkatkan
keterampilan
(kemampuan
dalam
penanganan
asma
sendiri/asmamandiri)
c. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol
asma
4. Pencegahan
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari kelelahan
c. Menghindari stress psikis
d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga renang, senam asma
10. Rehabilitasi
a. Fisioterapi
Diberikan terutama untuk memobilisasi reak, bermanfaat pada penderita asma
kronik dengan produksi sputum yang kental. Fisioterapi juga dapat berbentuk
latihan pernapasan/senam pernapasan. Hal ini selain mengefektifkan kerja
otot-otot pernapasan juga memberikan rasa percaya diri yang besar para
penderita.
b. Rehabilitasi psikis
Pendekatan psikis berguna untuk mengurangi stres dan menstabilkan emosi
penderita. Terutama pada penderita- penderita dengan emosi labil atau bila
faktor emosi sangat berperan dalam mencetuskan serangan.
11. Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Pneumodiastinum dan emfisema subcutis
3. Atelektasis
4. Gagal nafas
Lampiran 3. : Beberapa perbedaan antara bronkiolitis dan asma
Penyebab
ASMA
BRONKIOLITIS
hiper reaktivitas
virus
24
bronkus
Umur
> 2 tahun
6 bulan-2 tahun
Sesak berulang
Ya
Tidak
Onset sesak
akut
insidious
ISPA atas
+/-
selalu +
Atopi keluarga
Sering
Jarang
Alergi lain
Sering
Respon
cepat
Lambat
meningkat
Normal
bronkodilator
Eosinofil
Daftar Pustaka
25
26