BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
PENDAHULUAN
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi. Ketidakakuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses
konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan
gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana
dengan tepat dan kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya
konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis
detail dan kompilasi dokumen penawaran dan lainnya. Estimasi biaya mempunyai
dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan. Keakuratan dalam estimasi biaya
tergantung pada keahlian dan kerajinan estimator dalam mengikuti seluruh proses
pekerjaan dan sesuai dengan infomasi terbaru.
Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk mengestimasi biaya
langsung yang secara umum digunakan sebagai dasar penawaran. Salah satu metoda
yang digunakan untuk melakukan estimasi biaya penawaran konstruksi adalah
menghitung secara detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks atau
koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja. Saat ini para estimator di
Indonesia masih banyak mengacu pada BOW (Burgerlijke Open bare Werken) yang
ditetapkan tanggal 28 Februari 1921 pada jaman pemerintah Belanda. Sudah ada
upaya yang dilakukan oleh Puslitbang Pemukiman, Departemen Kimpraswil untuk
memperbaharui BOW tersebut dengan membuat Standar Nasional Indonesia (SNI),
meskipun belum mencakup seluruh jenis pekerjaan. Pada kedua acuan tersebut yang
dicantumkan adalah nilai-nilai indeks atau koefisien yang didefinisikan sebagai faktor
pengali pada perhitungan biaya bahan dan upah kerja tukang pada setiap satuan jenis
pekerjaan. Metoda ini dapat dilakukan apabila rencana gambar teknis dan persyaratan
teknis telah tersedia sehingga volume pekerjaan dapat dihitung.
Pada awalnya estimasi biaya penawaran yang menggunakan panduan tersebut adalah
untuk menstandarkan harga bangunan berdasarkan kualitas bangunan yang sarna. Hal
ini sangat membatasi para estimator apabila harus memperhitungkan berbagai faktor
risiko yang berbeda pada setiap daerah. Resiko ketidak-seragaman ketrampilan
tukang, bervariasinya mutu bahan di setiap daerah, kendala-kendala teknis lainnya
Irwan A. Wicaksono 15003125
Digby F. Ardyansah 15003133
2-1
2.2
2-2
dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis
sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk
menjadikan/ mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun waktu tertentu
yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan
yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap
kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan
desain awal (preliminary design), desain rinci (detail design), pengadaan
(procurement) sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah disediakan
(construction) dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance)
sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.
Kebutuhan Pemilik dan
Pemakai
Studi Kelayakan
(Feasibility Study)
Desain/perancangan (Design)
Pra Desain
Detail Desain
Bangunan/Konstruksi
dipergunakan
beroperasi
Pelaksanaan
Konstruksi
Pengadaan (Procurement)
(Construction)
2-3
gagasan menjadi gambar fisik bangunan yang jelas dan dapat dipahami oleh
orang lain, terutama oleh tukang.
Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa (Procurement):
Kegiatan untuk mengadakan penyedia jasa pengadaan barang dan atau jasa
konstruksi berupa resources yaitu material, pekerja, mesin/ alat berat, dan lainlain.
Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi (Construction):
Kegiatan membangun bangunan/ konstruksi yang telah dirancang/ didesain oleh
kontraktor berdasarkan gambar kerja yang telah dibuat oleh desainer.
Bangunan/ Konstruksi dipergunakan/beroperasi:
Kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, dan perawatan bangunan yang telah
dibangun.
2.2.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Jenis-jenis proyek konstruksi dapat diklasifikasikan secara garis besar menurut fungsi
dan sumber dana dari proyek konstruksi, yaitu :
a) Berdasarkan fungsinya :
Konstruksi perumahan
Konstruksi komersial, seperti bank, perkantoran, sekolah dll
Konstruksi konstutisional, seperti rumah sakit, dll
Konstruksi berat dan jalan raya.
b) Berdasarkan sumber dana :
1. Dana Pemerintah, dimana proses pelelangan umumnya kompetitif, harus
sesuai dengan prosedur.
2. Dana Swasta, dimana proses pelelangan umumnya dapat dinegosiasikan dan
ditentukan oleh aturan yang diadakan sendiri oleh pemilik dengan bantuan
konsultan perencana dan manajer konstruksi.
Untuk bidang pekerjaan sipil, penggolongan bidang pekerjaan untuk usaha
pemborongan berdasarkan Petunjuk Teknis Keppres No.16/ 1994 adalah :
2-4
1. Proyek drainase
2. Proyek jaringan pengairan
3. Proyek jembatan
4. Proyek jalan
5. Proyel landasan
6. Proyek pengeboran air darat
7. Proyek jalan kereta api
8. Proyek jembatan kereta api
9. Proyek bangunan gedung
10. Proyek reklamasi dan pengerukan
11. Proyek dermaga
12. Proyek penahanan tanah
13. Proyek bangunan bawah air
14. Proyek pertamanan
15. Proyek perumahan, permukiman
16. Proyek pencetakan sawah
17. Proyek pembukaan areal
18. Proyek perpipaan
19. Proyek interior
20. Proyek mekanikal & elektrikal
21. Proyek bendungan
2.2.3
Pada proyek konstruksi, terdapat empat parameter penting yang menjadi ukuran
keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi dari segi teknis, yaitu biaya
yang harus dialokasikan, waktu penyelesaian yang harus ditepati, kualitas, dan
keamanan (safety) yang harus dipenuhi.
Keempat parameter ini terkait satu sama lain dan dialokasikan sebagai sasaran
yang ingin dicapai didalam pelaksanaan proyek konstruksi. Oleh karena itu, pada
saat perencanaan proyek perlu diadakan usaha penanganan risiko untuk
mengantisipasi dan meminimalkan risiko-risiko. Usaha tersebut akan berperan
dalam merencanakan cara penanggulangan atau pencegahan kendala serta
mengurangi akibat-akibat dari semua kejadian yang menghambat selama proses
konstruksi. Semuanya itu berfungsi untuk memenuhi parameter-parameter yang
menjadi ukuran keberhasilan pekerjaan proyek konstruksi.
2-5
1. Biaya
Proyek konstruksi harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi rencana
anggaran biaya proyek. Dalam pelaksanaan konstruksi, dituntut suatu manajemen
biaya untuk pengeluaran dana yang efisien yaitu diharapkan bahwa biaya untuk
menyelesaikan proyek diatur dengan pengendalian yang baik agar tidak terjadi
pembengkakkan biaya diluar anggaran yang telah direncanakan. Untuk proyek
yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal pelaksanaan yang relatif
lama, perlu dilakukan estimasi biaya pelaksanaan proyek secara detail dengan
mengetahui komponen-komponen pembentuknya serta periode-periode pekerjaan
proyek.
2. Waktu
Proyek konstruksi harus dikerjakan sesuai dengan jangka waktu sampai dengan
tanggal akhir yang telah ditentukan. Penyelesaian proyek dalam jangka waktu
tertentu telah disesuaikan dengan perencanaan biaya yang dialokasikan. Oleh
karena itu, tidak terpenuhi batas waktu pelaksanaan akan menimbulkan kendalakendala baru misalnya penambahan biaya proyek yang tidak direncanakan.
3. Kualitas
Produk berupa konstruksi sebagai hasil kegiatan proyek konstruksi harus
memenuhi spesifikasi dan kriteria yang diisyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil
kegiatan proyek tersebut berupa gedung bertingkat, maka kriteria yang harus
dipenuhi adalah gedung tersebut harus mampu beroperasi dengan memuaskan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan desain yang telah
direncanakan.
4. Safety
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi harus memiliki tingkat
keamanan yang cukup tinggi agar tidak membahayakan keselamatan pihak yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan proyek.
Perencanaan juga mempengaruhi faktor keamanan konstruksi yang dirancang
sehingga tidak membahayakan saat penggunaannya.
Keempat parameter keberhasilan proyek konstruksi bersifat tarik menarik, artinya
jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak,
maka umumnya harus diikuti dengan peningkatan kualitas, yang selanjutnya
mengakibatkan peningkatan biaya sehingga melebihi anggaran yang telah
ditetapkan. Sebaliknya, jika ingin menekan biaya, maka umumnya perlu
2-6
dilakukan penyesuaian kualitas, jadwal dan safety. Hal ini harus ditangani secara
menyeluruh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek konstruksi.
2.3
2.3.1
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung berkaitan dengan
kegiatan/pekerjaan konstruksi. Secara garis besar biaya langsung meliputi biaya
material, upah pekerja, dan biaya peralatan.
Komponen biaya langsung (direct cost) antara lain dipengaruhi oleh :
1. Lokasi pekerjaan.
Contoh, harga material dan upah pekerja di Bandung berbeda dengan harga
material dan upah pekerja di Makasar.
2. Ketersediaan bahan, peralatan, atau pekerja.
Contoh, ketika semen langka di pasaran, harga yang normalnya Rp. 31.000/zak
menjadi Rp. 40.000/zak.
3. Waktu.
Contoh, pekerjaan galian yang normalnya dilaksanakan dalam 2 hari biayanya Rp.
25.000,- per m3, bila harus dipercepat menjadi 1 hari, biayanya meningkat
menjadi Rp. 45.000,-.
2.3.1.1 Biaya Material
Biaya material yang digunakan adalah biaya di lokasi pekerjaan. Agar diperoleh
biaya tersebut, maka harus diketahui harga pembelian material dan biaya
pemindahannya ke lokasi pekerjaan. Pekerjaan pemindahan ini meliputi
pengelolaan (bongkar, muat, penyimpanan, dan lain-lain) dan pengankutan
material.
Dalam membuat penawaran harga, seorang estimator atau disebut quantity
surveyor biasanya membuat suatu daftar bahan yang diperlukan dan daftar ini
dipakai oleh para pemborong. Harga bahan yang dipakai biasanya harga bahan di
tempat pekerjaan jadi sudah termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan
menurunkan, pengepakan, penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan
kwalitas dan asuransi. Harga material diperoleh dari komposisi jumlah bahan
untuk item-item pekerjaan. (Sastraatmaja,1994).
Irwan A. Wicaksono 15003125
Digby F. Ardyansah 15003133
2-7
Proses pembelian bahan lazimnya dimulai dengan adanya usulan dari pihak
pemakai untuk pengadaan bahan dan peralatan tertentu kepada bidang pembelian
dalam organisasi proyek. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum
kegiatan pembelian dilaksanakan adalah penelitian atas kesiapan perusahaan
rekanan, evaluasi penawaran, dan perjanjian antara pejual dan pembeli yang
dituangkan dalam surat kontrak pembelian. (Soeharto,1998).
Proses pengadaan material dan peralatan mendapat perhatian besar dari
penyelenggara proyek, karena pengeluaran untuk proses ini dapat mencapai 50-60
persen dari total biaya. Pengadaan material dan peralatan meliputi
kegiatankegiatan pembelian, identifikasi kebutuhan, pemeliharaan persediaan,
pemantauan produksi, penerimaan dan penyimpanan barang di lokasi proyek,
persiapan dan penyusunan dokumen yang diperlukan. (Sorharto,1998).
Harga satuan pekerjaan adalah harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan
satu jenis pekerjaan/konstruksi. (SNI 2002). Harga satuan bahan adalah harga
yang harus dibayar untuk membeli persatuan jenis bahan bangunan. (SNI 2002).
Harga bahan merupakan harga di tempat pekerjaan, jadi sudah termasuk
memperhitungkan biaya pengangkutan, menaikkan dan menurunkan, pengepakan,
asuransi, pengujian, penyusutan, penyimpanan di gudang dan sebagainya.
(Dipohusodo,1996). Harga bahan tergantung dari kontraktor, lokasi, kualitas,
jumlah dan potongan harga. (Anshworth,2004).
2.3.1.2 Biaya Peralatan
Peralatan untuk suatu jenis konstruksi meliputi alat-alat berat/mesin-mesin dan
alat-alat tangan/ringan. Peralatan ini ada yang hanya dapat dipakai sekali saja, ada
pula yang dapat dipakai untuk proyek berikutnya. Biaya yang dibutuhkan untuk
alat berat jauh lebih besar dibandingkan dengan alat tangan dan dalam proyek
yang besar sangat menentukan di dalam penyusunan harga satuan suatu item
pekerjaan, sehingga perkiraan biaya alat berat ini harus diteliti dan mendekati
kenyataan.
Penentuan biaya perlalatan didasarkan pada biaya produksinya, yang terdiri dari
biaya pemilikan alat, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat memiliki
peralatan tersebut baik selama operasi maupun waktu menganggur, dan biaya
operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan pada waktu alat beroperasi.
2-8
Adapun cara pemilikan alat berat ada tiga macam, yaitu pembelian, penyewaan,
dan leasing. Berikut adalah penjelasan biaya pemilikan untuk masing-masing cara
pemilikan alat berat yaitu :
1. Biaya pemilikan untuk pembelian alat berat
Tinggi rendahnya biaya pemilikan suatu alat tidak hanya tergantung pada harga
alat tersebut, tetapi juga dipengaruhi antara lain factor-faktor kondisi medan kerja,
tipe pekerjaan, harga lokal dari bahan-bahan dan minyak pelumas, tingkat bunga,
pajak, dan asuransi. Dengan demikian, biaya pemilikan meliputi interest/bunga
modal, pajak yang dikenakan atas kepemilikan alat, asuransi, biaya penyimpanan,
biaya perbaikan alat, dan depresiasi alat.
2. Biaya pemilikan untuk penyewaan alat berat
Penyewaan didasarkan pada perjanjian jangka pendek, yaitu : harian, mingguan,
atau bulanan. Jangka waktu sewa harian sampai dengan 3 hari ( 24 jam), sewa
mingguan sampai dengan 15 hari ( 120 jam), dan sewa bulanan minimal 176
jam.
3. Biaya pemilikan untuk pengadaan cara leasing
Leasing adalah transaksi sewa menyewa. Dalam transaksi ini suatu perusahaan
leasing, yang telah memperoleh ijin usaha di bidang leasing dari Departemen
Keuangan, menyewakan alatnya dan pihak penyewa membayar cicilan sewa per
bulan dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu (lebih dari satu
tahun).
2.3.1.3 Biaya Tenaga Kerja
Secara umum harga pasaran tenaga kerja dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu
indeks biaya hidup dan tingkat kemakmuran. Dalam perhitungan biaya tenaga
kerja, ada dua faktor utama yang harus diperhatikan. Faktor pertama adalah uang
atau harga yang berkaitan dengan upah per hari atau per jam, tunjangan tambahan,
asuransi, pajak, dan premi upah. Faktor kedua adalah produktivitas, yaitu
banyaknya pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seorang pekerja ataupun regu
kerja dalam suatu periode yang sudah ditentukan (per hari atau per jam).
Dari kedua faktor tersebut, faktor produktivitas merupakan bagian yang paling
sulit untuk ditentukan. Upah dan komponen uang lainnya dapat bertahan dengan
konstan selama jangka waktu suatu operasi, sedangkan produktivitas dapat
bervariasi secara tidak menentu. Untuk dapat memperkirakan dan mengendalikan
2-9
1. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan
biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja.
Biaya overhead umumnya terbagi 2, yaitu biaya overhead umum dan biaya
overhead proyek. Biaya overhead umum adalah biaya overhead yang tidak dapat
segera dibebankan pada biaya proyek, yang digunakan untuk menutup biaya-biaya
kantor cabang dan kantor pusat. Seperti biaya sewa kantor, alat-alat tulis, air,
listrik, transportasi, pajak, bunga uang, asuransi, telekomunikasi, biaya-biaya
notaris, sebagian atau seluruh gaji karyawan. Biaya overhead umum ini dapat
diambil dari keuntungan yang dtetapkan pada satu proyek.
Biaya overhead proyek adalah biaya overhead yang dapat dibebankan langsung
pada biaya total proyek atau biaya tiap-tiap paket pekerjan, seperti pajak upah,
asuransi jiwa, tunjangan kesehatan, dan tunjangan lain-lainnya jika belum
diperhitungkan dalam biaya tenaga kerja, telepon di proyek, pembelian tambahan
dokumen kontrak pekerjaan, survey, surat-surat ijin, honorarium arsitek dan
insinyur, sebagian gaji pengawas proyek, risiko-risiko kenaikan bahan, upah,
interest, pajak, dan sebagainya. Disamping pembagian seperti di atas, penentuan
biaya overhead dapat pula dihitung sebagai persentase dari biaya komponen
material, alat, upah, dan lain-lain.
2 - 10
2 - 11
2.4
2.4.1
2 - 12
Biaya estimasi
Biaya aktual
2 - 13
Sponsors study
Preliminary engineering
Initial estimate
Detailed engineering
Re-estimate
Procurement
Re-estimate
Construction
Bid-estimate
2 - 14
AACE
Other
Approximate
Estimating
Classification
Accuracy
Nomenclature
Engineering
Method
Range (%)
Order of
-30 to + 50
Magnitude
Budget
Progress
Conceptual
05%
Screening
-15 to + 30
Preliminary
Indices Capacity
Curves
5 20 %
Appropriation
Component
Ratio, Equipment
Factored
Semi detailed
30 50 %
Square Foot,
Parameter or
Elemental
Definitive
- 5 to + 15
Engineers,
Bid, Detailed
60 % +
Detailed Pricing
and takeoff
2 - 15
Conceive
Develope
Post-Fund Authorization
Excecute
+50 %
+30 %
+15 %
Expcted
Percent
Variance w /o
Contigency
0%
5%
50 %
-5 %
Amount of
Information
Available
-15 %
-30 %
Order of
Magnitude
Devinitive
(Detailed)
Budget
2 - 16
yang diperlukan dalam suatu proyek konstruksi secara akurat maka diperlukan
level informasi yang tinggi pula.
Kebutuhan
Pemilik dan
Pemakai
Bangunan/Konstruksi
dipergunakan
beroperasi
Studi
Kelayakan
(Feasibility Study)
Pelaksanaan
Konstruksi
(Construction)
Desain/perancangan (Design):
- Pra Desain (Preliminary Design)
- Detail Desain (Detail Engineering Design
- DED)
Pengadaan Pelelangan
(Procurement)
2 - 17
Gambar 2.7 Biaya Konstruksi, Biaya Non Konstruksi, dan Biaya Daur Hidup
2.4.2
Menurut Pratt (1995) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah :
a. Untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan
biaya yang ada.
b. Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.
c. Untuk kompentesi pada saat proses penawaran.
Tujuan dari estimasi biaya adalah untuk menentukan perkiraan biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek konstruksi berdasarkan kontrak dan
spesifikasinya. Ada dua tujuan yang jelas dalam estimasi biaya, yaitu menentukan
biaya dan waktu untuk melaksanakan proyek konstruksi.
2.4.3
2 - 18
2 - 19
2.4.4
2 - 20
2.4.5
2 - 21
2.4.6
2 - 22
2 - 23
Bill of Quantity
2 - 24
2 - 25
2 - 26
Metode ketiga cut and shuffle method, metode ini merupakan salah satu cara
untuk mempersingkat pembuatan Bill of Quantity dengan memanfaatkan hasil
yang didapat dari metode tradisional yang diurutkan menurut daftar urutan
pekerjaan. Sebenarnya pada metode ini tidak terdapat suatu standar yang dipakai.
Proses yang dilalui adalah dengan membuat satu set salinan lembar dimensi yang
akan dimasukkan kedalam Bill of Quantity dan satu set yang lain (biasanya asli)
untuk disimpan oleh estimator.
Pengukuran dituliskan pada formulir yang terbuat dari kertas A4 terdiri dari tiga
atau empat kolom. Pengukuran dilakukan dengan cara konvensional tetapi cukup
dengan satu deskripsi, dengan berbagai macam dimensi dalam satu lembar. Untuk
mempermudah pencarian dilakukan penomoran pada setiap lembar dimensi.
Setelah pengukuran selesai dilanjutkan dengan memeriksa perhitungan dimensi,
dan waste calculation. Lembar-lembar dimensi yang telah dilarmpulkan perbagian
pekerjaan diurutkan dan disusun secara berurutan. Untuk setiap bagian pekerjaan
terdiri dari beberapa lembar dimensi dimana pada halaman pertama lembar
dimensi, disebut master slip, diberikan keterangan dengan jelas mengenai
deskripsi pekerjaan dan volume serta satuan pekerjaan. Deskripsi yang tertulis
pada master slip tidak boleh disingkat dan harus jelas. Selain itu volumenya sudah
merupakan jumlah dari semua lembar dimensi pada satu bagian pekerjaan.
Dengan demikian penulisan deskripsi dan volume pekerjaan dapat langsung
dilihat pada master slip. Metode ini mengurangi proses pemberian deskripsi yang
bertele-tele dan mengurangi penulisan pekerjaan yang dilakukan berulang kali.
Perbedaan yang mendasar antara metode tradisional dan metode cut and shuffle
adalah pada metode cut and shuffle terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, misalnya saja penggunaan lembar dimensi, tata cara penulisan. Untuk
proyek-proyek sederhana dimana kebutuhan untuk reevaluasi hasil pengukuran
dan perhitungan kecil, maka metode tradisional dirasakan cukup praktis.
Sedangkan untuk proyek besar, maka hal sebaliknya yang terjadi.
Metode komputerisasi didasari oleh kemajuan teknologi, dimana komputerisasi
mendukung pembuatan Bill of Quantity, khususnya mengurangi proses penulisan
deskripsi yang berulang, dan menghilangkan proses perhitungan. Untuk membuat
suatu sistem komputerisasi dalam pembuatan Bill of Quantity hanrs terdapat suatu
acuan dasar, dalam hal ini adalah Metode Pengukuran Standar (Standard Method
of Measurement, SMM). Semua pekerjaan, cara pengukuran, beserta kode
pekerjaan di dalam SMM dimasukkan dengan jelas ke dalam suatu software
pembuatan Bill of Quantity. Setelah itu dengan bantuan software tersebut dapat
dilakukan pembuatan Bill of Quantity yang bervariasi dari standar Bill of Quantity
Irwan A. Wicaksono 15003125
Digby F. Ardyansah 15003133
2 - 27
yang ada. Dengan adanya perkembangan dunia konstruksi yang meliputi material,
cara pengerjaan dan didukung oleh perkembangan teknologi software yang ada
dapat semakin disempurnakan.
2.4.8
2 - 28
2.4.9
Dalam bidang konstruksi yang sekarang ini mulai bangkit kembali, makin banyak
pihak ikut berperan dalam proyek konstruksi dan makin besar kompetisi untuk
mendapatkan proyek. Tender-tender mulai banyak diikuti dan kompetitif, baik
tender terbuka maupun tender tertutup. Dalam tender kontraktor akan memberikan
penawaran berupa Rencana Anggaran Biaya (RAB), berupa daftar pekerjaan
disertai dengan volume dan harga satuan, untuk proyek konstruksi, dan pemilik
akan menganalisa dan memilih kontraklor yang akan mengerjakan proyek
tersebut. Jika pemilik memiliki konsultan Quantity Survey maka akan dibuatkan
format RAB yang harus diikuti oleh semua kontraktor yang mengikuti tender,
akan tetapi jika tidak terdapat format RAB yang dapat dijadikan acuan maka
peserta tender harus membuat format sendiri. Biasanya bentuk penawaran dari
Irwan A. Wicaksono 15003125
Digby F. Ardyansah 15003133
2 - 29
2 - 30
2 - 31
5. Biaya provisi bank, yaitu segala biaya yang diperlukan untuk menerbitkan surat
jaminan bank, berupa :
Jaminan tender (bid bond)
Merupakan surat yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lain
untuk menjamin apabila peserta tender menarik diri sebelum batas waktu
berlakunya penawaran. Biasanya jaminan tender ini sebesar 1% - 3% dari
harga penawaran.
Jaminan pelaksanaan (performance bond)
Merupakan surat yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lain,
untuk menjamin apabila kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
atau tidak memenuhi kewajibannya selama masa pelaksanaan. Besarnya
jaminan pelaksanaan pada umumnya adalah 5% - 10% dari nilai kontrak.
2 - 32
2.5
2 - 33
2.5.1
Saat ini komputerisasi pada bidang teknik sudah maju dan berkembang dengan
pesatnya sampai bagian yang terkecil. Sebagai gambaran ada beberapa programprogram di bidang teknik sipil yang sudah banyak digunakan di bawah ini :
1.
2.
3.
2 - 34
5.
6.
2 - 35
Electrical*
Mechanical Design Series (include Architectural Base, HVA, Electrical,
mPlumbing & prod. Tools)
7.
8.
Adcadd Civil
DTM (requires COGO)
Earthwork (requires COGO & DTM)
Advanced Design (requires COGO)
Productivity Tools
Landscape
Site series (COGO, Survey, Design, DTM, Earthwork, Prod. Tools)
Roadway series (COGO, Survey, DTM, Advanced design, Prod.Tools)
Highway Design And Maintenance (HDM III)
2.5.2
2 - 36
2 - 37
Beberapa software esimasi biaya yang dapat dijumpai di pasaran antara lain
adalah :
- WinEst
- Bid4Build
- Virtual Estimator
- ProEst
- Dan lain-lain
2.5.3
2 - 38
2.5.4
2 - 39
2.6
PENUTUP
2 - 40