Anda di halaman 1dari 13

Usulan Program Kreativitas Mahasiswa

Judul Program
Penyaringan Air Tanah Menggunakan Arang Aktif Untuk
Mengurangi Kadar Besi dan Mangan

Diusulkan Oleh :
Deby Anggraini (1110413049)

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Padang
2014

HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan

: Penyaringan Air Tanah Menggunakan Arang Aktif Untuk


Mengurangi Kadar Besi dan Mangan.

2. Bidang Kegiatan : () PKM-P


3. Bidang Ilmu

: () Kimia

4. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap

: Deby Anggraini

b. NIM

: 1110413049

c. Jurusan

: Kimia

d. Universitas/institut

: Universitas Andalas

e. Alamat Rumah dan No. HP

: Jalan Irigasi No. 29A/081261320372

f. Alamat email

: debyanggraini32@gmail.com

5. Anggota Pelaksana
6.

: 3 orang

Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar

b. NPM
c. Alamat Rumah dan HP

:
:

(tempat, tanggal-bulan-tahun)
Menyetujui
Wakil/ Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Kegiatan

(......................................................................)
NIP.

BAB I

Ketua Pelaksana

(.........................................)
NPM.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber paling penting bagi manusia untuk keberlangsungan
hidup, baik digunakan untuk minum, memasak, mencuci, dan mandi. Namun kondisi
air dari setiap tempat itu berbeda-beda, tergantung kemajuan dari daerahnya masingmasing. Di Indonesia jangkauan pelayanan air bersih dari PAM atau PDAM masih
sangat rendah, mereka hanya mampu memasok air bersih untuk daerah perkotaan
saja. Akibatnya masih banyak masyarakat di perdesaan yang menggunakan air tanah
dan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak semua air
tersebut memenuhi standar kelayakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI (1990) menyatakan bahwa tanpa pengolahan, kualitas
fisik, kimiawi, dan biologis air permukaan dan air tanah di sebagian besar wilayah
Indonesia belum memenuhi standar sehingga tidak layak untuk diminum.
Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara yang kaya mineral, sehingga
air tanahnya sering mengandung logam berat besi dan mangan yang bersifat toksik
dan berbahaya bagi tubuh manusia jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang
karena dapat menyebabkan kematian. Di negara-negara sedang berkembang saat ini,
hampir 25 juta orang mati setiap tahun akibat pencemaran biologis dan kimia dalam
air (Schimdt, 1998:106). Keberadaan logam besi dan mangan didalam air tidak saja
dapat dideteksi secara laboratoris tetapi juga dapat dikenali secara organoleptik.
Dengan konsentrasi besi atau mangan sedikitnya 1 mg/L, air terasa pahit-asam,
berbau tidak enak, dan berwarna kuning kecoklatan (Csuros M.1994).
Logam besi dan mangan merupakan logam-logam golongan transisi deret
pertama, dimana kedua logam ini memiliki sifat magnetik yang tinggi sehingga dapat
menghantarkan listrik dengan baik. Logam besi memiliki nomor atom 26 dan massa
atom relatifnya sebesar 55,85 g/mol. Sementara itu logam mangan memiliki nomor
atom 25 dan massa atom relatifnya 54,94 g/mol. Kedua logam ini bersifat
elektropositif karena mudah melepaskan elektron.
Erlinda (dalam Vouk, 1986) menyatakan bahwa terdapat 80 jenis dari 109 unsur
kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat.

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis.
Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam ini salah satunya adalah
besi dan mangan. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat seperti besi dan mangan
ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana
logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja
sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih
jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen
atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan
pencernaan.
SMA3 (dalam Arifin, 2007 ; Eaton Et.al, 2005) konsentrasi besi dalam air
minum

dibatasi

maksimum

0.3

mg/l

(sesuai

Kepmenkes

RI

No.

907/MENKES/SK/VII/2002), hal ini berdasarkan alasan masalah warna, rasa serta


timbulnya kerak yang menempel pada sistem perpipaan. Manusia dan mahluk hidup
lainnya dalam kadar tertentu memerlukan zat besi sebagai nutrient tetapi untuk kadar
yang berlebihan perlu dihindari. Garam ferro misalnya (FeSO4) dengan konsentrasi
0.1 0.2 mg/L dapat menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum. Dengan
dasar ini standar air minum WHO untuk Eropa menetapkan kadar besi dalam air
minum maksium 0.1 mg/l sedangkan USEPA menetapkan kadar maksimum dalam air
yaitu 0.3 mg/l.
Berdasarkan analisis tersebut terdapat cara konvensional yang sangat mudah
dilakukan oleh masyarakat dalam mengurangi kadar besi dan mangan didalam air
tanah dengan menggunakan arang aktif. Isna (2011) mengatakan bahwa arang aktif
adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap atau
adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif
secara luas digunakan sebagai adsorben dan secara umum mempunyai kapasitas yang
besar untuk mengadsorpsi molekul organik. Arang aktif atau karbon aktif adalah
arang yang dapat menyerap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik

maupun anorganik, larutan ataupun gas. Karbon aktif terdiri dari berbagai mineral
yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan karakteristiknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu logam besi dan mangan bagaimana sifatnya?
2. Apa bahaya logam besi dan mangan bagi kesehatan manusia?
3. Bagaimana cara mengurangi logam besi dan mangan didalam air tanah?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui logam besi dan mangan serta sifatnya.
2. Untuk mengetahui bahaya logam besi dan mangan bagi kesehatan manusia.
3. Untuk mempelajari cara mengurangi logam besi dan mangan didalam air
tanah.
1.4 Luaran yang Diharapkan
Arang aktif atau karbon aktif sangat banyak ditemukan di Indonesia. Karbon aktif
merupakan adsorben yang baik untuk memperbaiki kualitas air karena arang dapat
menyerap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun
anorganik, larutan ataupun gas. Dengan kemampuan arang sebagai adsorben maka
diharapkan arang aktif dapat menyerap logam-logam berat serta mengikat bekteri
E.coli.
1.5 Mamfaat Penelitian
Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa kuliah
dan sekaligus menambah wawasan dan pengalaman. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang aplikasi arang
aktif alam termodifikasi sebagai adsorben nitrat dalam medium air tanah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Adsorpsi
Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air
limbah adalah adsorpsi (Rios et al. 1999 dan saiful et al. 2005). Adsorpsi merupakan

terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme
penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika
(fisiosorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisiosorpsi gaya yang
mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der waals. Molekul terikat
sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20
kj/mol (Castellan 1982). Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins, 1999).
Mekanisme proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana
molekul meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben secara
kimia dan fisika. Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan
adsorben melalui pembentuk-an ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan
adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben
melalui gaya van der waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh
adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika.
Menurut Webber (1972) adsorpsi dibatasi terutama oleh proses film diffusion atau
pore diffusion, tergantung besarnya pergolakan dalam sistem. Jika pergolakan yang
terjadi relatif kecil maka lapisan film yang mengelilingi partikel akan tebal sehingga
adsorpsi berlangsung lambat. Apabila dilakukan pengadukan yang cukup maka
kecepatan difusi film akan meningkat.
Menurut Reynold (1982) adsorpsi adalah reaksi eksoterm. Maka dari itu
tingkat adsorpsi umumnya meningkat seiring dengan menurunnya suhu. Waktu
kontak merupakan hal yang menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya adsorpsi
molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan
karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik.
Kapasitas adsorpsi dari karbon terhadap suatu zat terlarut tergantung pada
dua-duanya, karbon dan zat terlarutnya. Kebanyakan limbah cair adalah kompleks
dan bervariasi dalam hal kemampuan adsopsi dari campuran-campuran yang ada.

Struktur molekul, kelarutan dan sebagainya, semuanya berpengaruh terhadap


kemampuan adsorpsi.
Karbon Aktif
Karbon aktif telah banyak digunakan untuk menghilangkan berbagai spesies
bahan kimia dari fase gas ataupun cair. Ukuran porinya terdistribusi luas dan dikenal
sebagai adsorben universal. Namun, untuk meningkatkan kelemahannya diperlukan
perlakuan kimia pada permukaannya. Karena karbon aktif memiliki makropori, maka
dapat dimanfaatkan untuk impregnasi (Yoshida, 2004), salah satu tujuannya untuk
membentuk komposit karbon aktif dan garam logam yang bersifat antibakteri.
Impregnasi karbon aktif dengan berbagai mineral dan senyawa organik telah
dipaparkan oleh penelitian-penelitian terdahulu. Karbon aktif diimpregnasi dengan
senyawa organik dengan gugus aktif seperti .SH, -NH dapat menghasilkan adsorpsi
yang lebih efektif dan mengurangi logam berat dari limbah dan air tanah.
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara
di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut
hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang aktif biasanya disebut karbon aktif
yang dapat menyerap beberapa jenis zat di dalam cairan ataupun gas. Berarti arang
aktif dapat digunakan sebagai bahan penjernih ataupun untuk menghilang-kan bau
busuk. Pada arang aktif terdapat banyak pori (zone) berukuran nano hingga
mikrometer. Sedemikian banyaknya pori sehingga dalam satu gram arang aktif bila
semua dinding rongga pori direntangkan, luas permukaannya dapat mencapai ratusan
hingga ribuan meter persegi.

Karbon aktif merupakan bahan adsorpsi dengan permukaan lapisan yang luas dengan
bentuk butiran (granular) atau serbuk (powder). Kontaminan dalam air terserap
karena tarikan dari permukaan karbon aktif lebih kuat dibandingkan dengan daya kuat
yang menahan di dalam larutan. Senyawa-senyawa yang yang mudah terserap karbon
aktif umumnya memiliki nilai kelarutan yang lebih kecil dari karbon aktif.
Kontaminan dapat masuk ke dalam pori karbon aktif dan terakumulasi didalamnya,
apabila kontaminan terlarut di dalam air dan ukuran pori kontaminan lebih kecil
dibandingkan dengan ukuran pori karbon aktif.
Menurut Soetarto (2008), semua organisme selalu membutuhkan air untuk
kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung
di dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam medium air. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Tetapi sering sekali
terjadi pengotoran dan pencemaran air dengan kotoran-kotoran dan sampah. Oleh
karena itu air dapat menjadi sumber atau perantara berbagai penyakit.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan
secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar.
Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil
pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan

demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan


adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Jumlah
atau dosis arang aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
2. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya
untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan
bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari
sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorsi juga dipengaruhi oleh
gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa
serapan.
3. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur pada saat
berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan
mengenai temperatur yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi
temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas termal senyawa
serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti
terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada
titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar
atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.
4. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam minreal. Ini disebabkan karena kemampuan asam
mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH
asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Sampel yang diteliti adalah air tanah yang mengandung logam berat Fe dan Mn.
Parameter yang di uji adalah kemampuan penyerapan arang aktif briket batubara
komersial terhadap logam berat Fe dengan variasi kecepatan pengadukan dan waktu
pengadukan.
Perlakuan Terhadap Sampel
Karbon aktif dipecah dan ditumbuk menjadi ukuran yang sangat halus.
Kemudian butiran halus karbon aktif dicuci dengan akuades beberapa kali untuk
menghilang debu dan serbuk yang lebih kecil, kemudian dikeringkan diudara terbuka
dalam ruangan ber-AC (air conditioning). Setelah kering butiran halus karbon aktif
dipak dalam kolom gelas ber-stopcock berdiameter 4 cm panjang 50 cm (volume
kolom 2,5 L). kolom berkarbon aktif kemudian dipasang vertical pada statif,
diketuk-ketuk agar padat dan dialiri akuades untuk conditioning sehingga kolom terisi
larbon aktif separuhnya (25 cm). kolom siap dipakai untuk eksperimen setelah
seluruh airnya dikeringkan dengan membuka stopcock-nya.
Dalam eksperimen ini digunakan air tanah pada daerah kumuh di kota Padang
sebagai sampel. Air ini mengandung Fe dan Mn tinggi karena pemipaannya
menggunakan logam. Sampel diperoleh dengan menampung air keran sekitar 1 jam
sebelum eksperimen.
Seluruh ekperimen dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA-UNAND, Padang.
Setiap kali running dipakai 500 mL sampel air, divariasikan menurut waktu kontak
(W) dan laju filtrasi atau kecepatan aliran (V) dengan 3 replikasi kolom. Konsentrasis
Fe

dan

Mn

diukur

secara

spektrofotometri

menggunakan

DR/2000

Spectrophotometer (HACH, USA).


Eksperimen dilakukan dengan cara berikut :
1. Sebelum sampel air tanah difiltrasi dalam kolom karbon aktif, beberapa parameter
penting diukur secara spektrofotometri (DR/2000 Spectrophotometer, HACH,
USA) untuk mengetahui karakterisitik awalnya, yaitu Ph, warna, bau, rasa, NH,
HS, Fe, dan Mn.
2. Kolom karbon aktif diisi dengan sampel air tanah sampai kira-kira 2/3-nya
dengan stopcock tertutup. Stopcock kemudian dibuka dan bukannya diatur-atur

untuk mendapatkan V 16 mL/menit. Segera setalah V 16 mL/menit didapat, filtrat


ditampung dan diukur konsentrasi Fe dan Mn-nya. Hasil pengukuran ini
dinyatakan sebagai W = 0 menit. Sampel dibiarkan mengalir dari kolom dan
filtratnya ditampung untuk diukur Fe dan Mn-nya pada menit ke-30, 60, 90,120,
dan 150.
3. Prosedur 2 diulangi untuk V 14,12,10, 8, 6, 4, dan 2 mL/menit dan W 30, 60, 90,
120, dan 150 menit.
4. Data hasil pengukuran konsentrasi Fe dan Mn ditabulasi. Konsentrasi Fe dan Mn
dalam filtrat hasil eksperimen kemudian dikonversi menjadi grafik untuk
mendapatkan kondisi penyaringan optimum.

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya

No

Uraian Kegiatan
Jenis Pengeluaran

1 20 liter akuades
Pendahuluan
@ Rp 20.000
Pengambilan
sampel air

2
Kolom
gelas
ber-stopcock
Pengambilan karbon aktif

@ Rpalat
500.000 x 3
Persiapan

3 Analisis karakteristik air dengan

Bulan KeBiaya
2
3
Rp

400.000,00

Rp 1.500.000,00
Rp 1.000.000,00

DR/2000 Spectrophotometer
@ Rp 500.000 x 2
Perlakuan
Persiapan dan pengeringan

4 Operasional
Rp 500.000,00
karbon
aktif

Analisis spektrofotometri

5 Lain-lain
Filtrasi
sampel dengan karbon

- Dokumentasi dan laporan


Rp 300.000,00
aktif.
- Peralatan
Botol film 1 L 2 buah @ Rp 75.000
Rp 150.000,00
Daregen 50 L 2 buah @ Rp 25.000
Rp 100.000,00
Perlindungan kerja @ Rp 400.000
Rp 400.000,00
Ember besar 5 buah @ Rp 100.000
Rp 500.000,00
Ember menengah 5 buah @ Rp
Rp 250.000,00
Penyelesaian
50.000
Data hasil
penelitian

Anggran
Rp 5.100.000,00
AnalisisTotal
penelitian

Penarikan kesimpulan

Pembuatan laporan

4.2 Jadwal Kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Atkins PW. 1999. Kimia Fisika ed ke-2 Kartahadiprojo Irma I, penerjemah Indarto
Purnomo Wahyu, editor. Jakarta Erlangga. Terjemahan dari: Physical
Chemistry.
Adora, Erlinda. 2013. Penentuan Kadar Logam Besi Dan Mangan Dalam Air.
Diakses melalui http pada tanggal 29 Januari 2011.
Castellan GW. 1982. Physical Chemistry Third Edition. New York: General Graphic
Services.
Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
Penerbit UI Press.
Csuros M. 1994. Environmental Sampling and Analyis for Technicians. Boca Raton :
Lewis Publisher.
Departemen Kesehatan RI. 1990.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

416/MenKes/Per/IX/1990. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.


Prof.Dr. H.A, Amiruddin. 1982. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta :
Gramedia.
SMK3. 2010. Penghilangan Besi Dan Mangan Dalam Air. Diakses melalui http pada
28 februari 2010.
Reynold, T.D. 1982. Unit Operation and Process in Environmental Engineering.
Woods Worths Inc : Texas.
Webber, 1972. Adsorption Analysis: Equilibria and Kinetics. Queensland: Imperial
College Press.

Anda mungkin juga menyukai