Anda di halaman 1dari 8

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal.

154 161

PREPARASI, MODIFIKASI DAN KARAKTERISASI KATALIS BIFUNGSIONAL


Sn-H-ZEOLIT ALAM MALANG
Nur Okta Erlina, Suci Amalia, Susi Nurul K
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRAK
Telah dilakukan preparasi, modifikasi dan karakterisasi katalis Sn-H-Zeolit alam Malang. Zeolit alam
diaktivasi dengan menggunakan larutan asam NH4NO3 2 M sehingga dihasilkan H-Zeolit. Logam Sn
diimpregnasikan pada sampel H-Zeolit menggunakan variasi konsentrasi SnCl2.2H2O 0,12: 0,24 dan 0,48 M.
Metode yang digunakan adalah proses hidrotermal menggunakan suhu 90 C selama 12 jam, kemudian
dikalsinasi pada suhu 500 C selama 4 jam. Karakterisasi katalis meliputi morfologi permukaan katalis
menggunakan SEM-EDAX, analisis kesaman menggunakan adsorpsi ammonia, luas permukaan spesifik katalis
menggunakan BET (NOVA-1200) serta kristalinitas katalis menggunakan XRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi logam terbaik pada pengemban zeolit adalah pada
penggunaan konsentrasi logam SnCl2.2H2O 0,24 M. Nilai keasaman dari hasil variasi terbaik adalah 0,4682
mmol/g, sedangkan luas permukaan spesifiknya adalah sebesar 2,268 m2/g. Dari hasil karakterisasi XRD dapat
diketahui bahwa proses modifikasi pada zeolit tidak menyebabkan perubahan struktur dan kristalinitas katalis.
Kata kunci: Zeolit alam, Impregnasi, logam SnCl2.2H2O

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi zeolit alam dalam jumlah
yang cukup besar dan tersebar di 46 lokasi,
antara lain di Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Ditinjau dari nilai
Kapasitas Tukar Kation (KTK), kualitas
zeolit alam Indonesia tergolong baik.
Namun, potensi yang besar ini belum
dimanfaatkan secara optimal dan baru
terbatas untuk mengolah limbah industri,
suplemen pada makanan ternak dan pupuk
(Laniwati, 1999).
Zeolit alam terdiri atas gugus alumina
oksida dan gugus silika oksida yang
masing-masing berbentuk tetrahedral dan
saling dihubungkan oleh atom oksigen
sedemikian rupa sehingga membentuk
kerangka tiga dimensi. Sifat yang dimiliki
oleh
zeolit
dimungkinkan
untuk
dimodifikasi menjadi katalis, adsorben,
penukar ion, maupun sebagai pengemban
logam aktif (Muliasari, 2006).
Salah satu keberadaan zeolit alam
adalah di daerah Malang Selatan. Zeolit
alam asal Malang banyak mengandung
mineral jenis mordenit 55 - 85 % (Laniwati,
1999) dan memiliki kristalinitas mordenit
38 - 39 % (Savitri dan Veronica, 2010).
154

Setiadi dan Astri (2007) juga melaporkan


hasil karakterisasi zeolit alam Malang
dengan kandungan mordenit yang relatif
tinggi dan tercampur dengan jenis
klinoptilolit serta beberapa senyawa
pengotor lainnya.
Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai
katalis karena memiliki struktur kerangka
tiga dimensi dengan rongga di dalamnya
dan luas permukaan yang besar. Upaya
yang dilakukan untuk memaksimalkan
kerja dari zeolit sebagai katalis yakni
dengan aktivasi dan modifikasi. Modifikasi
dilakukan dengan cara mendispersikan
komponen aktif pada pengemban zeolit
(Triyono, 1994). Banyak cara yang dapat
digunakan untuk mendispersikan logam
aktif ke dalam pengemban. Cara yang
paling umum adalah impregnasi, yaitu
dengan memasukkan katalis logam secara
paksa ke dalam rongga-rongga pengemban,
pertukaran ion, kopresipitasi, dan deposisi
(Anderson, 1981).
Pendispersian komponen aktif pada
zeolit merupakan salah satu alternatif untuk
memperbaiki kinerja dan mengatasi
kelemahan katalis logam murni. Kelemahan
katalis logam murni antara lain memiliki
stabilitas termal rendah, mudah mengalami

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

penurunan
luas
permukaan
akibat
pemanasan
dan
mudah
terjadi
penggumpalan serta tingginya harga dan
biaya pemakaian logam murni sebagai
katalis. Pemakaian pengemban akan
memberikan dasar yang stabil sehingga
dapat memperpanjang waktu pakai katalis
(Sadiana, 2001). Selain itu, menurut Sriatun
dan Suhartana (2002) logam yang
diembankan pada padatan zeolit melalui
impregnasi akan menjadikan logam dalam
zeolit sebagai katalis bersifat bifungsional.
Hasil
penelitian
sebelumnya,
Cardenas, dkk., (2002) telah mensintesis
katalis menggunakan logam Sn dan Pd
yang diembankan pada SiO2 dan Al2O3
dengan berbagai pelarut. Moliner, dkk.,
(2010) juga telah mensintesis Sn-Beta dan
Sn-MCM 41 yang digunakan untuk proses
isomerisasi glukosa menjadi fruktosa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa katalis SnBeta memiliki aktivitas katalitik sebesar 80
% dengan selektivitas 30 %, sedangkan
katalis Sn-MCM 41 memiliki aktivitas
katalitik sebesar 31 % serta selektivitas
sebesar 41 %.
Mengacu pada penelitian di atas,
maka pada penelitian ini akan dilakukan
impregnasi logam yang diembankan pada
padatan zeolit sehingga dihasilkan katalis
bifungsional. Zeolit yang digunakan adalah
zeolit alam yang berasal dari daerah Turen
Malang Selatan, sedangkan logam yang
diimpregnasikan adalah Sn mengingat Sn
mampu digunakan sebagai katalis aktif
dalam reaksi isomerisasi glukosa menjadi
fruktosa. Selanjutnya akan dipelajari
pengaruh pengembanan logam terhadap
morfologi, keasaman, luas permukaan serta
kristalinitas katalis.
Dengan metode preparasi dan
modifikasi katalis berbasis zeolit alam
Malang, diharapkan dapat dihasilkan katalis
bifungsional yang memiliki karakter yang
baik (keasaman dan kristalinitas yang tepat)
dan selektif untuk digunakan sebagai katalis
aktif pada proses isomerisasi glukosa
menjadi fruktosa
II. METODE PENELITIAN
Preparasi Sampel

Zeolit alam sebanyak 250 gram


direndam dalam 500 ml aquades sambil
diaduk dengan pengaduk magnet selama
sehari semalam pada suhu kamar.
Kemudian disaring, endapan yang diperoleh
dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C
selama 24 jam.
Aktivasi Zeolit
Padatan zeolit kering hasil preparasi
ditumbuk menjadi serbuk. Ditimbang 50
gram dan ditambahkan dengan larutan
NH4NO3 2 M sebanyak 100 mL. Kemudian
campuran diaduk secara kontinyu selama 2
jam sampai 4 jam tanpa pemanasan.
Campuran disaring dan dicuci dengan
aquades sampai pH filtrat netral. Padatan
yang diperoleh dipanaskan pada suhu 110
C dalam oven selama 12 jam, sehingga
menghasilkan
H-zeolit.
Kemudian
dilakukan uji keasaman zeolit hasil aktivasi.
Modifikasi Sn-H-Zeolit Alam Malang
Dengan Metode Impregnasi Dengan
Menggunakan
Variasi
Konsentrasi
SnCl2.2H2O
H-zeolit hasil aktivasi ditimbang
masing-masing 10 g sebanyak 3 kali.
Kemudian dicampur dengan larutan
SnCl2.2H2O masing-masing 20 mL dengan
konsentrasi 0,12 M, 0,24 M, dan 0,48 M.
Campuran diaduk selama 2 jam, kemudian
dilakukan proses hidrotermal dengan cara
campuran dipanaskan pada suhu 90 C
dalam oven selama 12 jam. Selanjutnya
zeolit hasil hidrotermal didiamkan selama
24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan.
Endapan hasil penyaringan kemudian
dioven dengan suhu 100 C selama 2 jam
untuk menghilangkan air. Selanjutnya
semua
sampel
zeolit
terimpregnasi
diaktivasi dengan cara kalsinasi pada suhu
500 C selama 4 jam dalam oven. Pada
tahap ini akan dihasilkan katalis zeolit
bifungsional yaitu Sn-H-zeolit.

Karakterisasi

155

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal. 154 161

1. Analisis
Scanning
Electron
Microscopy-Energy Dispertive Analysis
X-Ray (SEM-EDAX)
Zeolit alam hasil modifikasi tiap
konsentrasi dikarakterisasi dengan SEMEDAX untuk menganalisa topografi
permukaan dan untuk
menganalisa
elemen yang terdapat dalam sampel
zeolit terimpregnasi. Sampel dilapisi
dengan Pt dan ditempatkan pada
instrumen SEM kemudian dilakukan
pengamatan pada rentang perbesaran
5000 sampai dengan 20.000 kali hingga
terlihat ukuran dan bentuk partikel zeolit
terimpregnasi dengan jelas.
2. Penentuan Keasaman
Zeolit hasil aktivasi dan modifikasi
tiap konsentrasi ditentukan keasamannya
dengan metode gravimetri yaitu dengan
cara adsorpsi gas amoniak pada
permukaan katalis. Katalis hasil aktivasi
dan modifikasi masing-masing dengan
berat 0,5 g diletakkan dalam kaca arloji
yang sebelunya telah diketahui beratnya
selanjutnya dipanaskan dalam oven pada
suhu 120 oC selama 2 jam. Katalis
didinginkan sebentar dalam suhu ruang,
kemudian
ditimbang
lagi
untuk
mengetahui berat katalis sebenarnya
(tanpa air). Kaca arloji yang berisi
katalis diletakkan dalam desikator yang
di dalamnya telah diletakkan cawan krus
yang berisi amoniak dan dibiarkan
selama 24 jam. Kaca arloji dikeluarkan
dari desikator dan diangin-anginkan
selama 4 jam. Katalis ditimbang dan
amoniak yang terserap oleh katalis dapat
dihitung dengan rumus:
WNH 3 1000
Keasaman
BM NH 3 Wkatalis

Corporation
(Nova-1200)
untuk
mengetahui luas permukaan katalis.
Sampel sebanyak 0,1 gram diberi
perlakuan dengan gas nitrogen dengan
laju aliran 30 cm3/menit pada suhu 300
C selama 1 jam dan didinginkan untuk
adsorpsi dan desorpsi nitrogen pada suhu
77 C.
4. Difraksi Sinar-X (XRD)
Zeolit modifikasi dari analisis
SEM-EDAX yang terbaik yaitu yang
menunjukkan distribusi logam merata
pada pengemban zeolit akan dianalisis
menggunakan teknik difraksi sinar-X
(XRD) untuk identifikasi fase kristal dan
kekristalan katalis dengan radiasi Cu K
( = 1.5406 ) pada 40 kV dan 30 mA,
2 20-50 dan kecepatan scan 0,02
/detik.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Scanning Electron Microscopy-Energy
Dispertive Analysis X-Ray (SEM-EDAX)
1. Scanning Electron Microscopy
Permukaan zeolit modifikasi dapat
dilihat menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM). Hal ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat dispersi logam
yang diembankan pada zeolit, dimana
katalis yang memiliki tingkat dispersi
tinggi akan memiliki kinerja yang lebih
baik (Rodiansono, 2009). Sampel yang
dianalisis menggunakan SEM-EDAX
adalah
zeolit
modifikasi
logam
SnCl2.2H2O dengan berbagai konsentrasi
diantaranya 0,12 M, 0,24 M dan 0,48 M.
Morfologi dan topografi permukaan
katalis dilihat menggunakan SEM pada
perbesaran 5000 dan 20.000 kali.

(mmol/g)
3. Adsorpsi Nitrogen
Zeolit modifikasi dari analisis
SEM-EDAX yang terbaik yaitu yang
menunjukkan distribusi logam merata
pada pengemban zeolit akan dianalisis
menggunakan instrumen Quantachrome
156

(a)

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

(b)

Gumpalan putih yang berkelompok


menunjukkan
telah
terjadinya
penumpukan logam terembankan pada
permukaan zeolit, artinya tingkat
dispersi logam Sn pada permukaan zeolit
masih kurang baik.
Hasil analisis zeolit modifikasi
menggunakan SEM perbesaran 20000
kali dapat dilihat pada Gambar 2.

(c)
(a)
Gambar 1. Analisis permukaan zeolit
modifikasi menggunakan SEM dengan
perbesaran 5000 kali (a) konsentrasi
SnCl2.2H2O 0,12 M (b) konsentrasi
SnCl2.2H2O 0,24 M (c) konsentrasi
SnCl2.2H2O 0,48 M
Analisis katalis menggunakan
SEM perbesaran 5000 kali pada Gambar
1
menunjukkan
perbedaan
yang
signifikan. Adanya titik-titik putih
menandakan bahwa logam Sn telah
terdistribusi dalam pengemban zeolit.
Semakin tinggi konsentrasi logam Sn
yang digunakan, maka titik putih yang
ada pada pengemban zeolit juga semakin
banyak.
Pada Gambar 1 terlihat hasil
distribusi logam yang paling baik adalah
pada konsentrasi 0,24 M. Pada
konsentrasi 0,12 M, logam Sn yang ada
pada pengemban masih sedikit sehingga
tidak bisa memberikan distribusi logam
yang maksimal. Pada penggunaan
konsentrasi 0,24 M, logam lebih
terdistribusi
secara
merata
pada
pengemban. Hal ini dapat dilihat dari
adanya titik putih yang tersebar merata
pada pengemban zeolit. Sedangkan pada
konsentrasi 0,48 M logam kurang
terdistribusi secara merata pada zeolit.
Hal ini ditandai adanya gumpalan putih
pada Gambar (c) yang terlihat jelas.

(b)

(c)
Gambar 2 Analisis permukaan zeolit
modifikasi
logam
SnCl2.2H2O
menggunakan SEM dengan perbesaran
20.000 kali (a) konsentrasi SnCl2.2H2O
0,12 M (b) konsentrasi 0,24 M (c)
konsentrasi 0,48 M.
Pada
Gambar
2
analisis
menggunakan SEM perbesaran 20000
kali menunjukkan bahwa terdapat
gumpalan putih yang menumpuk pada
pengembanan logam konsentrasi 0,48 M.
2. Energy Dispertive Analysis X-Ray
Analisis menggunakan Energy
Dispertive Analysis X-Ray dilakukan
untuk
mengetahui
elemen-elemen
penyusun pada sampel yaitu unsur-unsur
157

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal. 154 161

yang ada pada zeolit alam modifikasi


variasi konsentrasi logam Sn

Gambar 3 Difraktogram analisis unsurunsur pada zeolit alam modifikasi


SnCl2.2H2O 0,12 M
Tabel 1 Hasil analisis unsur-unsur zeolit
alam modifikasi SnCl2.2H2O 0,12 M
Elemen
Wt%
At%
C
09,84
17,54
O
34,44
46,07
Na
02,39
02,23
Mg
02,31
02,03
Al
09,37
07,44
Si
24,41
18,60
K
02,15
01,18
Sn
04,29
00,77
Fe
10,80
04,14
Gambar 4 Difraktogram analisis unsurunsur pada zeolit alam modifikasi
SnCl2.2H2O 0,24 M.
Tabel 2 Hasil analisis unsur-unsur zeolit
alam modifikasi SnCl2.2H2O 0,24 M
Elemen
Wt%
At%
C
09,43
16,22
O
40,26
51,99
Na
01,59
01,43
Mg
01,65
01,41
Al
09,63
07,38
Si
22,84
16,80
K
03,04
01,61
Sn
05,61
00,98
Fe
05,95
02,20

158

Gambar 5 Difraktogram analisis unsurunsur pada zeolit alam modifikasi


SnCl2.2H2O 0,48 M
Tabel 3 Hasil analisis unsur-unsur zeolit
alam modifikasi SnCl2.2H2O 0,48 M
Elemen
Wt%
At%
C
07,70
15,77
O
33,05
50,82
Na
01,55
01,66
Mg
00,97
00,98
Al
06,36
05,80
Si
19,21
16,82
K
01,43
00,90
Sn
25,11
05,20
Fe
04,62
02,04
Dari data Energy Dispertive Analysis XRay (EDAX) menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi logam
SnCl2.2H2O yang diimpregnasikan,
maka kandungan Sn dalam sampel zeolit
juga semakin banyak.
Keasaman Katalis
Hasil pengujian keasaman dari zeolit
alam aktivasi dan modifikasi SnCl2.2H2O
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Keasaman Total Sampel H-Zeolit
dan Sn-H-Zeolit
No
Sampel
Keasaman
Total (mmol/g)
1.
H-Zeolit
0,352
2.
Sn-H-Zeolit
0,5011
0,12 M
3.
Sn-H-Zeolit
0,4682
0,24 M
4.
Sn-H-Zeolit
0,4215
0,48 M

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

Dari hasil analisis Tabel 4


menunjukkan bahwa keasaman zeolit
aktivasi yakni H-zeolit paling kecil diantara
zeolit yang telah dimodifikasi dengan
logam SnCl2.2H2O. Pengaruh kalsinasi
serta impregnasi telah menyebabkan
keasaman dari zeolit meningkat. Akan
tetapi semakin besar konsentrasi logam
SnCl2.2H2O yang diimpregnasikan, maka
harga keasaman dari katalis semakin
menurun. Hasil keasaman dari zeolit
modifikasi
yang
semakin
menurun
berhubungan dengan konsentrasi logam
yang diembankan pada zeolit. Dimana pada
penggunaan konsentrasi logam SnCl2.2H2O
0,48 M, logam kurang terdistribusi merata
pada permukaan zeolit sehingga nilai
keasaman
dari
katalis
Sn-H-zeolit
konsentrasi 0,48 M cenderung paling kecil
diantara pengembanan logam konsentrasi
0,12 dan 0,24 M.
Adsorpsi Nitrogen
Analisis dengan metode BET
menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi logam yang diimpregnasikan,
menghasilkan luas permukaan spesifik yang
lebih kecil. Hal ini dapat terlihat pada
Tabel5

diantara penggunaan konsentrasi logam Sn


0,12 dan 0,24 M.
Pada
pengembanan
logam
menggunakan konsentrasi SnCl2.2H2O 0,48
M mengalami distribusi logam Sn yang
tidak merata pada permukaan katalis
(terjadi sintering). Hal ini berkaitan dengan
fenomena impregnasi dimana konsentrasi
logam Sn yang relatif tinggi mengakibatkan
kompetisi antara ion satu dengan yang lain
pada mulut pori. Akibatnya terjadi
akumulasi pada satu tempat dan menutup
mulut pori serta saluran pori, sehingga
jumlah Sn yang relatif banyak tidak
meningkatkan luas permukaan spesifik
sampel.
Difraksi Sinar-X (XRD)
Analisis menggunakan difraksi sinarX (XRD) dilakukan untuk melihat
perubahan yang terjadi pada kristalinitas
zeolit alam dan zeolit modifikasi hasil
pengembanan logam Sn yang memberikan
luas permukaan terbesar. Data difraktogram
zeolit alam Malang dan zeolit alam Malang
modifikasi logam SnCl2.2H2O 0,24 M
ditunjukkan pada Gambar 6.
zeolit modifikasi Sn

Tabel 5 Hasil analisis luas permukaan


katalis zeolit
Konsentrasi
Luas Permukaan
logam Sn
Spesifik
0,24 M
2,268 m2/g
0,48 M
0,946 m2/g

zeolit alam Malang (Botianovi, 2012)

20

Pada
pengembanan
logam
SnCl2.2H2O 0,48 M Tabel 4.8, luas
permukaan dari katalis cenderung turun dan
lebih kecil dari penggunaaan konsentrasi
logam SnCl2.2H2O 0,24 M. Hasil analisis
luas permukaan ini didukung dengan hasil
analisis SEM dan keasaman dari katalis.
Dimana dari hasil SEM menunjukkan
bahwa penggunaan konsentrasi logam Sn
0,48 menghasilkan distribusi logam yang
tidak merata pada pengemban. Selain itu
hasil analisis keasaman juga paling kecil

25

30

35

40

45

50

Gambar 6 Difraktogram hasil karakterisasi


zeolit alam Malang dan zeolit alam Malang
modifikasi SnCl2.2H2O 0,24 M
Berdasarkan Gambar 6 hasil difraksi
menggunakan
X-Ray
Difraktometer
(XRD)-6000 3 kW Shimadzu dalam
operasinya melibatkan radiasi Cu-K pada
40 kV 30 mA. Zeolit alam Malang dan
zeolit hasil modifikasi yang diukur pada
sudut 2 rentang 20o 50o menunjukkan
pola difraksi dengan kristalinitas yang
159

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal. 154 161

tinggi. Hal ini terlihat dari puncak atau peak


yang tajam dan runcing pada zeolit alam
dan zeolit modifikasi logam Sn konsentrasi
0,24 M. Dengan dilakukannya modifikasi
penambahan logam Sn pada zeolit alam
menunjukkan
bahwa
tidak
terjadi
perubahan struktur dan kristalinitas dari
zeolit. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya penampakan puncak khas zeolit
alam Malang pada 2 = 20o 30o yang
relatif sama antara zeolit alam dengan zeolit
modifikasi.
Berikut hasil perubahan sudut 2
antara zeolit alam dengan zeolit alam
modifikasi logam Sn yang ditunjukkan pada
Tabel 6
Tabel 6. Perbandingan sudut 2 20-50
zeolit alam dengan zeolit alam modifikasi
Sudut 2 Zeolit Sudut 2
alam Malang
Zeolit alam
(Botianovi,
Malang
2012)
modifikasi
20,81; 22,00; 20,85; 22,03;
23,56; 24,19; 23,56; 24,23;
25,09; 26,60; 26,62; 27,92;
27,90; 30,44; 30,45; 34,82;
31,27; 34,98; 36,51; 37,38;
36,50; 37,44; 39,43; 40,27;
39,41; 40,25; 42,41;
42,40; 45,74; 45,77;
48,20
48,12;
Berdasarkan puncak pada sudut 2
20-50 antara zeolit alam malang dengan
zeolit alam yang telah dimodifikasi logam
SnCl2.2H2O 0,24 M, menunjukkan bahwa
terjadi pergeseran sudut 2 yang tidak
terlalu jauh antara zeolit alam dengan zeolit
modifikasi. Pergeseran yang terjadi
dikarenakan adanya perubahan fase setelah
Sn diimpregnasikan pada zeolit alam. Hal
ini menunjukkan bahwa logam Sn telah
masuk ke dalam pori zeolit yang
menyebabkan
perubahan
sudut
2.
Berdasarkan hasil analisis dengan XRD
menggunakan standar JCPDS Power
Diffraction File logam Sn diketahui sampel
mempunyai puncak pada harga sudut 2

160

yang berkesesuaian dengan logam Sn


(54,85) (Zhang., et.al, 2011).
IV. KESIMPULAN
Hasil morfologi pemukaan katalis
yang terbaik ditunjukkan pada penggunaan
logam SnCl2.2H2O 0,24 M yang
diimpregnasikan pada pengemban. Nilai
keasaman dari zeolit modifikasi hasil
variasi konsentrasi SnCl2.2H2O yang
terbaik yaitu pada penggunaan logam
SnCl2.2H2O 0,24 M adalah sebesar 0,4682
mmol/g. sedangkan luas permukaan
spesifiknya adalah sebesar 2,268 m2/g.
V. DAFTAR PUSTAKA
Botianovi, A. 2012. Modifikasi Zeolit Alam
Malang dari mikropori ke Mesopori
dengan Penambahan SurfaktanCTaBr
(Cetyltrimethylammoniumbromide).
Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:
Jurusan Kimia Fsaintek Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Cardenas, G., Oliva, R., Reyes, P. 2002.
Synthesis
and
Properties
of
PdSn/Al2O3 and PdSn/SiO2 Prepared
by Solvated Metal Atom Dispersed
Method. Journal of Moleculer
Catalysis. Chile: Departamento de
Polimeros.
Laniwati, Melia. 1999. lsomerisasi 1-buten
Menggunakan Zeolit Alam asal
Malang, Jawa Timur Sebagai Katalis.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Bandung:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi
Bandung.
Maryani.
2010.
Pengaruh
Cara
Pengembanan Logam Ni dan Mo
Pada Zeolit Alam Aktif Terhadap
Karakter Katalis Bimetal. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Surakarta: Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Sebelas
Maret.
Moliner, M., Leshkov, Y., and Davis, M.
E., 2010. Tin-Containing Zeolites
Are Highly Active Catalysts For The
Isomerization of Glucose In Water,
PNAS Early Edition, 1-5.

ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

Muliasari, Evi. 2006. Pemanfaatan Zeolit


Aktif Dari Turen Malang Untuk
Pertukaran Ion Timbal (II). Skripsi
Tidak Diterbitkan. Surabaya: Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Airlangga.
Rodiansono, Trisunaryanti, Triyono. 2007.
Pengaruh Pengembanan Logam Ni
dan Nb2O5 Pada Karakter Katalis Nizeolit dan Ni-Zeolit Nb2O5. Jurnal
Sains dan Terapan Kimia Vol 1 (1)
20-28.
Sadiana, I.M., Falah, I.I., Triyono. 2001.
Pembuatan Katalis Pt-Zeolit untuk
Konversi n-Oktanol. Indonesian
Jurnal of Chemistry. Vol 1 (2).
Savitri, N. D dan Veronica. 2010. Proses
Produksi Dietil Eter dengan Dehidrasi
Etanol pada Fase Cair. Skripsi Tidak
Diterbitkan.
Semarang:
Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
Setiadi dan Astri, P., 2007. Preparasi dan
Karakterisasi Zeolit Alam Untuk

Konversi Senyawa Abe Menjadi


Hidrokarbon. Prosiding Konggres
dan Simposium Nasional Kedua
MKICS ISSN: 0216-4183.
Suharto, T. E., Irfan G., Sundaryono, A.,
2007, Pembuatan dan Karakterisasi
Katalis Bifungsional dari Zeolit
Alam, Jurnal Gradien Vol.3 No.2,
267-272.
Sundaryono, A., dan Budiyanto. 2008.
Pembuatan Bahan Bakar Hidrokarbon
Cair Melalui Reaksi Cracking
Minyak
Pada
Limbah
Cair
Pengolahan Kelapa Sawit. Jurnal
Teknoin Vol 20 (1) 14-19.
Zhang, G., Liu, N., Ren, Z., Yang, B. 2011.
Synthesisof High Purity SnO2
Nanobeltsby
Using
Exothermic
Reaction.
Wuhan
University:
Department of Materials Engineering
and Center for Electron Microscopy.

161

Anda mungkin juga menyukai