Good Governance
Good Governance
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat
Good Governance yang efektif menuntut adanya koordinasai yang baik dan
integritas, profesional sertaetos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian
penerapan konsep Good Governance dalam penyelenggaraan kekuasaan
pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.1
Ketika bicara yuridis maka bicara segi-segi hukum, hukum yang baik akan
menuntun kita kearah tujuan negara. Indonesia sebagai negara hukum tentu harus
menjadikan hukum itu sendiri sebagai panglima. Dalam pembuatan suatu produk
hukum, bukan rahasia umum lagii bahwa yang membuat hukum itu adalah para
politisi-politisi. Maka dengan hukum dibuat oleh orang-orang politik maka apakah
masih bisa disebut bahwa hukum sebagai panglima.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
- Apa kendala yuridis dalam mewujudakan pemerintahan yang baik?
BAB II
Dr. Sedarmayanti, 2003, Good Governance Dalam Rangka Otonomi Daerah, Cetakan
Kesatu, Mandar Maju, Bandung, hlm. 2.
PEMBAHASAN
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Aspek
governance oleh UNDP dalam Sedarmayanti mendefinisikan sebagai the
exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nations
affair at all levels. Berdasarkan definisi ini, pemerintahan (governance)
mempunyai tiga kaki, yaitu:
1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang
memfasilitasi terhadap equity, poverty, and quality of life.
2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi
kebijakan.
3. Administrative goernance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
Oleh karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu; state
(negara atau pemerintah), private sector (sektor usaha atau dunia usaha), dan
society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masingmasing.2
Arti good dalam Good Governance mengandung dua pengertian sebegai
berikut. Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat,
dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan
(nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua,
aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien yang dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan pengertian ini, Good Governance berorientasi pada:
2
Ibid, hlm. 6.
ketetapan yang memberatkan dan ketentuan yang terkait pada ketetapanketetapan yang menguntungkan, harus disusun dengan kata-kata yang jelas.
Asas kepastian hukum memberikan hak kepada yang berkepentingan untuk
mengetahui dengan tepat apa yang dikehendaki daripadanya.
2. Asas Keseimbangan
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukum jabatan dan
kelalian atau kealpaan seorang pegawai. Asas ini menghendaki pula adanya
kriteria yang jelas megenai jenis-jenis atau kualifikasi pelanggaan atau
kealpaan yang dilakukan seorang sehingga memudahkan penerapannya alam
setiap kasus yang ada dan sering dengan persamaan perlakuan serta sejaan
dengan kepastian hukum. Artinya, terhadap pelanggaran atau kealpaan serupa
yang dilakukan orang yang berbeda akan dikenakan sangksi yang sama,
sesuai dengan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.7
3. Asas kesamaan
Asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas ini menghendaki badan
pemerintah mengambil tindakan yang sama (dalam arti tidak bertentangan)
atas kasus-kasus yang faktanya sama. Asas ini memaksa pemerintah untuk
menjalankan kebijaksanaan. Aturan kebijaksanaan, memberi arah pada
pelaksanaan wewewnang bebas.
4. Asas bertindak cermat
Asas bertindak cermat, asas ini menghendaki pemerintah bertindak cermat
dalam melakukan aktivitas penyelengaraan tugas pemerintahan sehingga
tidak menimbulkan kerugian bagi warga negara. Dalam menerbitkan
ketetapan, pemerintah harus mempertimbangkan secara cermat dan teliti
semua faktor yang terkait dengan materi ketetapan, mendengar dan
mempertimbangkan
alasan-alasan
yang
diajukan
oelh
pihal
yang
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm 259.
10
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
18