Anda di halaman 1dari 20

KEUANGAN DISNAKAN KAB.

BANDUNG
Selasa, 17 Februari 2015
PENGELOLAAN KEUANGAN SKPD

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KAB. BANDUNG


TAHUN ANGGARAN 2015

PENDAHULUAN
Dasar Hukum:
a. Undang Undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
b. Undang Undang No. 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang Undang No. 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab Keu.
Negara;
d. Undang Undang no. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah diperbaharui dg. UU no. 23
tahun 2014;
e. Undang Undang No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah;
f. PP no. 58 tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
g. Permendagri no. 13 tahun 2006 Tentang. Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah, yang terakhir
diperbaharui dgn Permendagri No. 21 tahun 2011;

h.

Perpres no. 70 tahun 2012 Tentang Perubahan kedua Perpres no 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

MAKSUD DAN TUJUAN


Menyeragamkan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan dan barang
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Diharapkan menjadi acuan bagi pejabat/aparat pengelola keuangan dan barang milik daerah
dalam rangka melaksanakan tertib administrasi pengelolaan keuangan dan barang milik daerah.
Pelaksanaan Program dan Kegiatan Dinas dari Sisi Anggaran berjalan lancar, tertib, efektif,
efisien, dan akuntabel.
Laporan Keuangan Dinas tepat waktu dan wajar, memberikan kontribusi dalam meraih wajar
tanpa pengecualian (WTP) bagi laporan keuangan Pemda Kabupaten Bandung .

PEJABAT DAN PETUGAS PENGELOLAAN KEUANGAN


1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran adalah Kepala Dinas. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi SKPD, dalam hal ini adalah Kepala Bidang Peternakan, Perikanan, Bina
Usaha dan Kesehatan Hewan
Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran Memiliki Tugas:
Memeriksa kas yang dikelola Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan;
Menyetujui atau menolak SPJ pengeluaran yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu;
Mengawasi pelaksanaan anggaran kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK);
Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah;
Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran;
Pengguna Anggaran melakukan evaluasi kegiatan setiap bulan.

2. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)


Yaitu Pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan di SKPD, di Dinas Peternakan dan
Perikanan adalah Kepala Sub Bagian Keuangan, Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK SKPD)
Memiliki Tugas:
Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS Gaji yang disampaikan oleh
Bendahara Pengeluaran/Bendahara pengeluaran pembantu;
Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang/jasa yang disampaikan Bendahara
Pengeluaran/Bendahara pengeluaran pembantu dan diketahui/disetujui oleh PPTK;
Menyiapkan SPM;
Melakukan verifikasi SPJ;
Melaksanakan Akuntansi Dinas;

Menyiapkan Laporan Keuangan Dinas;


Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Daerah.
Membuat register SPJ pengeluaran yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran /Bendahara
pengeluaran pembantu dalam buku register penerimaan SPJ pengeluaran;
Membuat register SPJ pengeluaran yang telah disahkan oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku
register pengesahan SPJ pengeluaran;
Membuat register SPJ pengeluaran yang telah ditolak oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku
register penolakan SPJ pengeluaran
.
3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Yaitu dijabat oleh pejabat eselon IV (Kasi/Kasubbag). Jika pejabat eselon IV berhalangan/kosong
maka PPTK dapat dijabat oleh Staf yang dianggap mampu yang diusulkan oleh Kepala
Bidang/UPTD/Sekretaris kepada Kepala Dinas
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
Menyiapkan dokumen anggaran atas beban penerimaan dan pengeluaran pelaksanaan kegiatan;
Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Dinas secara rutin dalam bentuk
laporan bulanan;
Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya pada akhir kegiatan;
Dalam pertanggungjawaban keuangan, PPTK dapat dibantu staf yang menangani pembukuan
keuangan kegiatan yang selanjutnya disebut Bendahara Pengeluaran pembantu;
Koordinasi dengan Penyimpan Barang/Pengurus Barang terhadap realisasi dan pengunaan
belanja bahan pakai habis, belanja bahan/material dan belanja modal yang tercantum dalam
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) masing-masing kegiatan;
PPTK dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran melalui atasan langsungnya.
4. Bendahara Penerimaan
Menerima, Menyetorkan, Menatausahakan, dan Mempertanggung-jawabkan penerimaan daerah.
Berdasar bukti setor asli, Bendahara Penerimaan membukukan dalam Buku Kas Umum
Pendapatan dan melakukan penatausahaan berupa: Register Penerimaan, Buku Pembantu per
Rincian Obyek, Laporan Fungsional dan Laporan Administratif.
Bendahara Penerimaan melakukan pencatatan dan penyetoran penerimaan berdasar Tanda Bukti
Penerimaan (TBP) dan Surat tanda Setor (STS).
Bendahara Penerimaan melaporkan penerimaan kepada Kepala Sub Bagian Keuangan dengan
dilampiri TBP dan STS paling lambat tanggal 5 (lima) pada bulan berikutnya.
Bendahara Penerimaan melakukan pelaporan ke DPPK setiap bulan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) pada bulan berikutnya.

5. Bendahara Pengeluaran
Memiliki Tugas:
Meneliti kelengkapan perrmintaan pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran;

menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam permintaan pembayaran;


menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban ;
Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP/GU/TU, dan LS pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, Buku Pembantu Pajak, Buku Pembantu
Panjar, dan Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Objek Belanja;
Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ yang akan diserahkan ke
Pengguna Anggaran (melalui PPK) untuk disahkan.

6. Pengurus Barang dan Penyimpan Barang


Memiliki Tugas:
Melakukan pembukuan barang-barang yang berasal dari realisasi Belanja Bahan Pakai Habis dan
Belanja Bahan/Material yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pada
Daftar Persediaan;
Melakukan pembukuan barang-barang yang berasal dari realisasi Belanja Modal yang tercantum
dalam DPA pada Daftar Aset;
Koordinasi dengan PPTK terhadap realisasi belanja bahan pakai habis, belanja bahan/material
dan belanja modal;
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pengelolaan persediaan dan aset kepada Kepala Dinas.

7. Bendahara Pengeluaran Pembantu


Yaitu seorang staf yang ditugaskan membantu PPTK dalam pembukuan keuangan kegiatan,
memiliki Tugas:
Melaksanakan pembukuan keuangan kegiatan yang ditugaskan;
Mempersiapkan bahan pengajuan Nota Dinas;
Menyusun rekapitulasi SPJ kegiatan;
Mengkompilasi dokumen kegiatan yang telah disetujui;
Mengarsip dan menyampaikan dokumen kegiatan ke Subbag. Keuangan;
Melakukan rekonsiliasi anggaran dan realisasi kegiatan dengan petugas akuntansi di Subbag.
Keuangan, baik secara bulanan maupun triwulan.
8. Verifikator
Yaitu staf yang membantu Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD.
Dengan tugas:
Memperoleh keyakinan bahwa SPJ yang disajikan PPTK dianggarkan dalam DPA SKPD dan
pengeluaran kas dalam batas anggaran yang telah ditentukan, dan dibebankan pada mata
anggaran yang tepat;
Memperoleh keyakinan bahwa pengeluaran (SPJ) didukung dengan bukti-bukti yang sah dan
lengkap;
Memperoleh keyakinan bahwa terjadi efisiensi dalam penggunaan anggaran
Memperoleh keyakinan bahwa SPJ tersebut telah ditandatangani oleh yang berhak;
Memperoleh keyakinan bahwa penggunaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan rencana baik
dari sisi keterjadian maupun keakurasian.

PELAKSANAAN BELANJA

1. PPTK mengajukan permohonan dana dengan mengisi Nota Dinas untuk melaksanakan kegiatan
kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA);
2. PA/KPA memberi persetujuan pada Nota Dinas tersebut, selanjutnya PPTK mengajukan Nota
Dinas kepada Bendahara Pengeluaran untuk mengeluarkan sejumlah dana yang dimaksud
sebagai Panjar Kerja.
3. PPTK wajib mengarsip dokumen-dokumen yang terkait pengeluaran belanja kegiatan tersebut.
Selanjutnya PPTK memberikan dokumen-dokumen tersebut sebagai dasar Bendahara
Pengeluaran dalam melakukan Pertanggungjawaban Belanja;
4. Bendahara Pengeluaran melakukan pembukuan setelah dilakukan verifikasi oleh PPK terhadap
kebenaran dokumen yang diberikan oleh PPTK. Bendahara Pengeluaran mencatat pelaksanaan
belanja dalam Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, Buku Pembantu
Pajak, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Pembantu Pengeluaran Perincian Objek Belanja;
5. Pengurus Barang/Penyimpan Barang melakukan pembukuan barang setelah SPJ belanja Bahan
Pakai Habis, Belanja Bahan/Material dan Belanja Modal dibukukan oleh Bendahara
Pengeluaran, PPTK klarifikasi kepada Bendahara Pengeluaran terkait ketersediaan dana untuk
Panjar kerja;

TAHAP-TAHAP PENGELOLAAN KEUANGAN


1. Panjar Kerja/Uang Muka Kegiatan
Panjar Kerja merupakan uang persediaan bagi PPTK yang disediakan oleh Pengguna Anggaran
secara proporsional sesuai dengan anggaran yang tersedia dalam rangka pelaksanaan kegiatan
masing-masing.
Sebelum mengajukan Nota Dinas kepada PA/KPA, PPTK terlebih dahulu melakukan klarifikasi
ketersediaan Dana di Bendahara Pengeluaran.
Panjar Kerja diajukan PPTK kepada Bendahara Pengeluaran dengan menyampaikan Nota Dinas
yang telah disetujui PA/KPA.
Pengajuan panjar dapat dikuasakan secara tertulis kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu
Panjar Kerja berpedoman pada: jumlah UP di Bendahara Pengeluaran, DPA, Anggaran Kas, dan
Jadwal yang telah disusun PPTK, serta kemampuan menyelesaikan SPJ.
Lampiran untuk pengajuan Nota Dinas antara lain:
Rincian Penggunaan
Kuitansi Panjar
Surat pengantar Pengembalian belanja + 7 hari kerja Batas Waktu Tambahan Uang (TU)
Panjar Kerja paling lambat 7 (tujuh) hari kerja, dihitung dari tanggal diterimanya Panjar Kerja,
harus sudah dipertanggungjawabkan.
Apabila terdapat Panjar Kerja yang belum dapat dipertanggungjawabkan, maka sisanya harus
disetor kembali kepada Bendahara Pengeluaran.
Besaran Panjar Kerja diberikan sesuai kemampuan PPTK/BPP dalam mempertanggungjawabkan
dalam 7 (tujuh) hari kerja. Selanjutnya dapat mengajukan tambahan Panjar Kerja.
2. Pertanggung Jawaban
PPTK dari tanggal diterimanya panjar kerja harus sudah menyerahkan SPJ secara lengkap dan
benar untuk dipertanggungjawabkan (masuk verifikasi);

Apabila terdapat sisa panjar kerja maka dana yang tidak dapat di-SPJ-kan disetor kembali kepada
Bendahara Pengeluaran, Selanjutnya SPJ tersebut akan dipergunakan oleh Bendahara
Pengeluaran sebagai bahan permintaan pengisian kembali UP melalui SPP GU,
Kelengkapan SPJ:
Bukti Pengeluaran (kwitansi)
Tanda Terima yang dipersamakan dengan bukti pengeluaran
Penyelesaian perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pernyataan belanja terukur berdasarkan DPA (nama kegiatan, nomor rekening belanja, jenis
pembayaran);
Kwitansi beserta lampirannya dibuat.
Paraf PPTK dibubuhkan di sebelah kanan baris nama Bendahara Pengeluaran, sedangkan paraf
PPK di sebelah kanan baris nama PA/KPA, sebelum Bend 26a ditandatangani PA/KPA.
Penanda tangan Penerima Barang/Jasa
belanja barang pakai habis (ATK, Barang cetakan, dll) ditandatangani oleh Penyimpan Barang.
pengadaan barang inventaris (aset tetap), ditandatangani oleh Pengurus Barang.
Belanja Jasa (pihak ke tiga/konsultan) ditandatangani oleh PPTK.
Belanja Makan Minum/Konsumsi ditandatangani oleh PPTK
Tanda tangan Bendahara Pengeluaran dilaksanakan setelah isi dan kelengkapan sesuai dengan
semua ketentuan di atas.

DOKUMEN SURAT PERTANGGUNG JAWABAN


1. Honorarium PNS SPJ dilengkapi:

Kwitansi atau Daftar Penerima Uang;


SSP (PPh pasal 21);
Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas
Foto Copy DPA 2.2.1.
Catatan:
Dalam satu rincian obyek rekening honorarium, PNS tidak boleh mendapat honorarium lebih dari
satu. Jika satu orang merangkap jabatan/kedudukan maka dapat diberikan satu honor jabatan.
Pelaksanaan kegiatan yang melibatkan Tim pengarah dan/atau Tim Teknis yang personilnya dari
luar SKPD, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas.
Honor disesuaikan DPA. Jika di DPA lebih besar dari Satuan Harga Belanja Daerah (SHBD)
maka harus disesuaikan dengan Satuan Harga Belanja. Jika tidak ada di SHBD dikonsultasikan
dengan Bagian Pembangunan SETDA

2. Honorarium Non PNS /Narasumber SPJ dilengkapi:


Bend 26 a (kwitansi) atau Daftar Penerima Uang;
SSP (PPh pasal 21);
Surat Keputusan (SK) KPA;
Jadwal Kegiatan;
Daftar Hadir;

Foto Copy DPA 2.2.1. Untuk TA. 2015 Terdiri dari:


Honorarium Pegawai Honorer/Tidak tetap;
Honorarium Harian Non-PNS;
Belanja jasa Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber.

Catatan:
Jika satu orang merangkap jabatan/kedudukan maka dapat diberikan satu honor jabatan. Kecuali
honor Pembuat makalah merangkap narasumber. Makalah bukan handout atau slide powerpoint.
Jadwal dibuat per 1 jpl (45 menit); bila tidak menginap 8 jpl, jika menginap 12 jpl.
Honor disesuaikan DPA dan SHBD. Jika di DPA lebih besar dari SHBD maka harus disesuaikan
dengan SHBD. Jika tidak ada di SHBD dikonsultasikan dgn Bagian Pembangunan SETDA
Pada Daftar Penerimaan Uang mencantumkan Golongan dan Materi yang disampaikan.
Honorarium Penulisan Artikel atau yang sejenis dilampiri Hasil Pekerjaan atau Softcopynya
3. Uang Lembur SPJ dilengkapi:
Surat Perintah Tugas lembur dari Kepala Dinas;
Daftar Penerima Uang;
Daftar Hadir Elektronik;
Bend 26a (kuitansi) jamuan lembur;
SSP (PPh pasal 21)
SSP (PPh pasal 23)
Foto Copy DPA 2.2.1
Laporan Hasil Pelaksanaan lembur.
4. Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis SPJ dilengkapi:
Bend 26 a (kwitansi)
SPT dari Kepala Dinas
Bukti keikutsertaan (surat keterangan) dari Penyelenggara;
Laporan Hasil Kursus, Pelatihan dan Bimbingan Teknis
Sertifikat
Foto Copy DPA 2.2.1
5. Belanja Beasiswa PNS SPJ dilengkapi :
MoU antara Pengguna Anggaran dengan Penerima Beasiswa
SK Penetapan dari Kepala Dinas
Bend 26a (kwitansi)
Bukti keikutsertaan dari Lembaga Penyelenggara (Kartu Mahasiswa)
Laporan Hasil Studi (transkrip nilai)
Ijazah bagi yang telah lulus
Foto Copy DPA 2.2.1

6. Belanja BBM SPJ dilengkapi :

Bend 26 a (kwitansi)
Nota Pembelian dari SPBU setempat
Jika Pembelian berwujud Kupon, dilampiri Nomor Seri Kupon BBM
Foto Copy DPA 2.2.1
7. Belanja ATK SPJ dilengkapi :
Bend 26 a (kwitansi)
Rincian Belanja, meliputi jenis barang dan mereknya
Faktur pengeluaran barang yang diketahui oleh Penyimpan Barang
SSP (PPh pasal 22 jika lebih dari 2 juta, PPN jika lebih dari 1 juta)
Foto Copy DPA 2.2.1

8. Belanja Listrik, Telpon, Air, Internet SPJ dilengkapi dengan :


Bend 26 a (kwitansi)
Rekening pembayaran PLN/Telkom/PDAM asli.
Foto Copy DPA 2.2.1

9. Belanja Jasa kantor (Pihak Ketiga) SPJ dilengkapi :


Bend 26 a (kwitansi)
SSP (PPN dan PPh pasal 23) disertai Faktur pajak
Kontrak
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
Berita Acara Pemeriksaan
Berita Acara Serah terima Barang/Jasa
Berita Acara Pembayaran
Foto Copy DPA 2.2.1

10.

Belanja Sewa SPJ dilengkapi :

Bend 26a (kwitansi)


Kontrak Sewa
SSP (PPh pasal 23/PPh pasal 4 (2). Jika lebih dari 1 juta dikenai PPN
Catatan:
Belanja Sewa harus menunjukkan Jumlah Unit yg disewa x Jumlah Hari x Harga/Biaya satuan.
SPJ untuk Belanja Sewa Mobilitas Darat harus menunjukkan Nomor Kendaraan yang disewa dan
dilampiri Copy STNK, KTP
11. Belanja Makanan dan Minuman Rapat SPJ dilengkapi :
Bend 26 a (kwitansi)
Undangan
Daftar hadir (disertai Penanggungjawab Daftar Hadir)
Notulen (menyebutkan tanggal selesai acara)
SSP (PPh pasal 23 atau 22 )

STS Pajak Daerah (10%)


Catatan:
Jumlah pembelian disesuaikan dengan daftar hadir, kecuali dalam undangan menyertakan daftar
nama yang diundang.
Nota per tanggal pembelian, ditandatangani oleh penerima barang.
Notulen ditandatangani Pimpinan Rapat.
12. Belanja Perjalanan Dinas SPJ dilengkapi :
Bend 26a (Kwitansi) atau Daftar penerima (jika lebih dari 1 orang)
Surat Perintah Tugas (SPT).
SPPD lembar 1 dan 2 yang telah disahkan
Rincian permintaan uang yg telah ditandatangani.
Laporan Tertulis Hasil Perjalanan, paling lambat 7 hari kalender, kepada pejabat yg memberi
perintah
Undangan (jika perjalanan dinas berdasar undangan penyelenggara).
Tiket dan Boarding pass atas nama perorangan (untuk Perjalanan Dinas Luar Daerah).
13. Pengadaan Barang/Jasa Rp 10.000.000,- s.d Rp 50.000.000,- pembayaran melalui Bendahara
Pengeluaran SPJ dilengkapi:
Bend 26a (kwitansi)
Nota Pembelian dari penyedia barang/jasa beserta jenis barang dan mereknya
SSP (PPN dan PPh pasal 22/ pasal 23/pasal 4 ayat 2)
SPK
HPS
Berita Acara Peneriman Hasil Pekerjaan
14. Pengadaan Barang/Jasa Rp 50.000.000,- s.d Rp 200.000.000,- pembayaran LS SPJ dilengkapi
dengan :
Bend 26a (kwitansi)
Permintaan/penawaran ke Perusahaan
Penawaran dari Perusahaan
Berita Acara Negosiasi
SPK
Berita Acara Pembayaran
Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa
SSP (PPN dan PPh pasal 22/ pasal 23/ Pasal 4 Ayat 2) disertai faktur pajak
SK Panitia/Pejabat Pengadaan
Foto Copy Rekening Bank dan NPWP
Foto Copy DPA 2.2.1

Pengajuan LS:

Kontrak dan kelengkapannya sudah ditandatangani Pejabat/Panitia Pengadaan, Pejabat/Panitia


Penerima/Pemeriksa, PPK, dan Penyedia Barang/Jasa.
Sudah dilengkapi dengan Format Verifikasi Kelengkapan LS

1.
2.
3.
4.
5.
6.

BUKTI PERJANJIAN
Nilai Pekerjaan Bukti Perjanjian
sampai dengan Rp. 10.000.000,
- bukti pembelian (kuitansi) disahkan oleh Bendahara Pengeluaran
belanja modal yang nilainya sampai dengan Rp.10.000.000,
- bukti pembelian disertai Berita Acara Penerimaan Hasil Pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa nilainya lebih dari Rp.10.000.000 sampai Rp.50.000.000,
- kuitansi disertai Berita Acara Penerimaan Hasil Pekerjaan dan SPK (sesuai SOP Disnakan)
Pengadaan Barang/Jasa nilainya lebih dari Rp.50.000.000 sampai Rp.200.000.000,
- atau sampai dengan Rp.50.000.000,- untuk jasa konsultansi Surat Perintah Kerja (SPK) disertai
Berita Acara Penerimaan Hasil Pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa nilainya lebih dari Rp.200.000.000,- atau lebih dari Rp. 50.000.000,
- untuk jasa konsultansi Kontrak/Surat Perjanjian disertai Berita Acara Penerimaan Hasil
Pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya lebih dari Rp. 10.000.000,
- harus menggunakan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh PPK

15. Pajak dan Meterai


Bukti setor pajak adalah Surat Setoran Pajak (SSP).
Penyetoran Pungutan/potongan pajak dikonfirmasi dahulu kepada Bendahara Pengeluaran atau
Petugas Verifikasi sebelum disetorkan ke Bank.
PPh pasal 21
Yaitu Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan (peserta lomba,
peserta rapat/konferensi/sidang, kunjungan kerja, keanggotaan kepanitiaan, peserta pelatihan,
dll). Yang dikenakan PPh pasal 21:
1. Gaji, upah, honorarium, Tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun.
2. Honor PNS dan Non PNS:
PNS Golongan IV
= 15%,
Golongan III
= 5% atau 6% bila tidak punya NPWP,
Golongan I dan II
= 0%).
Non PNS (Ber-NPWP
= 5%, Tidak ber-NPWP = 6%).
PPh pasal 22
Yaitu Pajak atas transaksi barang (pembelian/pembayaran barang) diatas Rp.2.000.000,- tidak
terpecah-pecah.
Kode Jenis Pajak/MAP 411122, kode setoran 900.
Tarif pajak adalah 1,5 %. Bila tidak ber-NPWP sebesar 3% Yang tidak dikenakan PPh pasal 22 :
Pembayaran atas penyerahan barang yang jumlahnya paling banyak Rp.2.000.000,- (bukan
jumlah yang dipecah-pecah)
PPh pasal 23
Yaitu Pajak atas hadiah/penghargaan, deviden, bunga, royalti, dan atas sewa dan jasa lainnya.
Kode Jenis Pajak/MAP 411124, kode setoran 104. Tarif Efektif PPh pasal 23 untuk:
Tarif pajak Hadiah & Penghargaan, Deviden, Bunga, dan Royalti adalah 15%

Tarif pajak Jasa Konsultasi, jasa publikasi, Catering, Cleaning Service, Sewa Angkutan Darat,
Jasa biro perjalanan/agen, jasa penyelidikan, jasa kurir, jasa Freight Forwarding, Jasa
pengepakan, jasa Maklon, Jasa Konstruksi, Pembasmian Hama, dan jasa lain (misal: foto copy,
service computer, kendaraan, penggandaan, cetak ) adalah 2%
PPh pasal 4 ayat 2
Yaitu pajak atas jasa konstruksi dan sewa ruang/bangunan/tanah.
Kode Jenis Pajak/MAP 411128, kode setoran 409 untuk Konstruksi dan 403 untuk sewa
tanah/ruang/bangunan. Pekerjaan Konstruksi
Klasifikasi Kecil = 2%; Klasifikasi Menengah ke Atas = 3%; Tidak Memiliki Klasifikasi = 4%
(tidak termasuk PPN). Pekerjaan Perencanaan dan Pengawasan
Memiliki Klasifikasi = 4%; Tidak Memiliki Klasifikasi = 6% (tidak termasuk PPN) Belanja Sewa
Ruang/ Bangunan /Tanah
Tarif : 10% dari Bruto
PPN
Kode jenis pajak/MAP 411211, kode setoran 900.
Tarif adalah 10% dari harga perolehan. Pembayaran yang tidak dipungut PPN:
Pembayaran yg jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,- (termasuk PPN) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan dan sejenisnya
Jasa di bidang perhotelan meliputi jasa persewaan kamar termasuk fasilitas yang terkait dan jasa
persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan dihotel, penginapan, motel, losmen dan
hostel;
Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum;
Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko
Pembelian barang hasil pertambangan yang diambil langsung dari sumbernya
Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik seperti jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik
kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;

KODE DAN JENIS PAJAK


JENIS PAJAK
Pasal 22 dan PPN
Pasal 21
Pasal 23
Pasal 24 Ayat 2

NPWP
Rekanan
Bendahara
Bendahara
Bendahara

TTD & CAP


Bendahara
Bendahara
Bendahara
Bendahara

JENIS PAJAK
PPh Pasal 21 (Gaji PNS dan
Honor Non-PNS)
PPh Pasal 21 Final (Honor
PNS)
PPh Pasal 22 (Barang)
PPh Pasal 23 (Jasa)
PPh Final Pasal 4 ayat 2
(Sewa Tanah/ bangunan)
PPh Final Pasal 4 ayat 2
(Jasa Konstruksi)
PPN (Barang dan Jasa)

KODE AKUN PAJAK


411121

KODE JENIS SETORAN


100

411121

100

411122
411124
411128

100
100
100

411128

100

411211

100

Contoh
Penghitungan PPN dan PPh Bendahara Pengeluaran membayar pembelian ATK sebesar
Rp.2.050.000,Jawab:
Sebelum menghitung PPh 22, lebih dulu dihitung PPN yang dikeluarkan dari bruto:
PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 2.050.000,- = Rp. 186.364,PPh 22 = 1,5% X Rp. (2.050.000 - 186.364) = 1,5% X Rp. 1.863.636,- = Rp. 27.955,- (Jika
Rekanan tidak punya NPWP,
tarif PPh 22 3% ) = 3% X Rp 1.863.636,- = Rp. 55.909,Bendahara Pengeluaran membayarkan jasa service kendaraan sebesar Rp.1.200.000,- Jawaban:
PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 1.200.000,- = Rp. 109.091,PPh 23 = 2% X Rp (1.200.000 - 109.091) = 2% X Rp. 1.090.909,- = Rp. 21.818,(Jika Rekanan tidak punya NPWP,
tarif PPh 23 = 4 % ) = 4% X Rp. 1.090.909,- = Rp. 43.636,Bendahara Pengeluaran membayarkan pembelian Pakan dan Bibit Ternak sebesar Rp.2.100.000,Jawaban:
PPN = tidak dikenai PPN;
PPh 22 = 1,5% X Rp. 2.100.000 = Rp. 31.500,(Jika Rekanan tidak punya NPWP,
tarif PPh 22 = 3 % ) = 3% X Rp. 2.100.000,- = Rp. 63.000,-

Bendahara Pengeluaran membayarkan sewa ruang pertemuan sebesar Rp.1.600.000,- Jawaban:


PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 1.600.000,- = Rp. 145.455,PPh ps 23 = 2% X Rp. 145.455 = Rp. 2.909

Meterai

Bea Meterai adalah Pajak atas dokumen.


Dokumen yg memuat jumlah uang atau dokumen kontrak /perjanjian Meterai diberlakukan
terhadap SPJ belanja pembelian/pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan:
Meterai Rp. 3.000,- untuk belanja senilai Rp. 250.000,- s.d. Rp. 1.000.000,-

Meterai Rp.6.000,- untuk belanja senilai lebih dari Rp.1.000.000, Materai Rp.6.000,- untuk dokumen kontrak/perjanjian.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.

a.
b.
c.
d.
1.

2.
3.
4.

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh PPTK dengan berdasarkan pada :


Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD)
Anggaran Kas
Standar Harga Barang dan Jasa (SHBJ)
Pedoman Perpajakan Langkah-langkah Pengendalian oleh PPTK :
Membuat rencana penggunaan dana setiap akan mengajukan pencairan dana, sesuai dengan
anggaran kas.
Membuat rekapitulasi penyetoran SPJ pada setiap penyerahan SPJ kepada Bendahara
Pengeluaran
Membuat laporan tentang kinerja keuangan dan kinerja kegiatan
Memperbaiki/melengkapi SPJ apabila ada kesalahan/kekurangan SPJ yang telah diverifikasi
oleh PPK.
Melakukan kompilasi SPJ kegiatan yang telah disahkan PA/KPA, selanjutnya diserahkan
kembali ke Bendahara Pengeluaran.
Pengendalian Anggaran oleh PPK-SKPD dengan Verifikasi SPJ berdasarkan pada:
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD)
Anggaran Kas
Standar Harga Barang dan Jasa (SHBJ)
Pedoman Perpajakan. Langkah-langkah pengendalian:
Bendahara pengeluaran menyerahkan bukti pengeluaran kepada petugas verifikasi. Jika telah
benar dan lengkap maka petugas verifikasi membubuhkan paraf di Bend 26a, jika masih ada
kesalahan/kekurangan maka petugas verifikasi memberikan catatan hal-hal yang perlu
diperbaiki.
Hasil Verifikasi dikomunikasikan kepada Bendahara Pengeluaran/PPTK jika ada bukti
pengeluaran dan lampiran yang perlu dibetulkan.
Jika Jumlah SPJ telah mencapai minimal 75% dari jumlah UP maka Bendahara Pengeluaran
mengajukan SPP GU.
SPP yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada PPK diverifikasi sebelum diterbitkan
SPM.

SPP Uang Persediaan (UP)


SPD diterbitkan berdasarkan kegiatan dalam DPA dan Anggaran Kas Dinas Peternakan dan
Perikanan
SPP Uang Persediaan (UP) dibuat berdasar Surat Penyediaan Dana (SPD) yang diterbitkan oleh
Bendahara Umum Daerah (BUD).
SPP UP dibuat pada masa awal tahun anggaran. SPP Ganti Uang Persediaan (GU)
Bendahara mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) setelah menerima SPD dari BUD.
Bendahara mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) kepada Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) melalui PPK SKPD sekurang-kurangnya 75% dari jumlah UP yang telah diterima.

SPP Tambahan Uang Persediaan (TU)


SPP TU diajukan untuk kegiatan yang bersifat mendesak, dimana UP tidak mencukupi.
Besaran SPP TU harus mendapat persetujuan Kepala DPPKD.
TU harus digunakan sesuai rencana penggunaan dan dipertanggungjawabkan pada periode yang
sama (pada bulan yang bersangkutan) pada saat permintaan TU.
Jika TU tidak habis maka sisanya harus disetor kembali pada periode yang sama (pada bulan
yang bersangkutan) pada saat permintaan TU.
Sisa TU disetor ke Kasda, dan sudah membebani anggaran (tidak dapat dicairkan lagi). SPP
Langsung (LS)
SPP LS dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga berdasarkan kontrak atau
Surat Perintah Kerja setelah diperhitungkan kewajiban pihak ketiga sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP LS pengadaan Barang/Jasa kepada KPA melalui PPK
SKPD setelah ditandatangani oleh PPTK.
PPK meneliti dan melakukan verifikasi lampiran SPP LS, apabila dinyatakan lengkap dan sah
maka diterbitkan SPM LS, dan diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D LS.

PENCAIRAN SP2D
JENIS PENCAIRAN
1.

BIDANG PKD

PA/KPA
(Bendahara Pengeluaran/
Bendahara Pengeluaran Pembantu)

BANK BJB

PIHAK III

Menyerahkan SP2D dan penguji


Mengambil SP2D ke Bidang PKD, dan
Memindahbukukan dana ke
PENCAIRAN SP2D
ke
Bank
BJB
dapat
mengambil
dana
ke
Bank
BJB
Rekening Bendara Pengeluaran
(UP, GU, TU)

2.

PENCAIRAN
LS

3.

PENCAIRAN
GAJI

Menyimpan SP2D;
Menyerahkan SP2D kpd Bendara
Pengeluaran/
Bendahara
Pengeluaran Pembantu;
Mengarsip SP2D
Menyerahkan SP2D dan penguji

SP2D
ke Bank BJB dilampiri Surat
Setoran Pajak, STS denda dan
Penyusutan
Menyimpan SP2D;
Mengarsip SP2D
Menyerahkan SP2D kpd Bendara
Pengeluaran/
Bendahara
Pengeluaran Pembantu.

terdekat.

sesuai perintah SP2D;

Mengambil SP2D Bukti setor pajak dan


Memindahbukukan dana ke

bukti-bukti pembayaran yang lain (jika Rekening Pihak III sesuai


ada) di Bidang PKD.
perintah SP2D;
Menyimpan bukti pembayaran
Pajak, denda, penyusutan dan
transfer (jika ada);
Menyerahkan bukti pembayaran
Pajak, denda, penyusutan dan
transfer (jika ada) ke Bidang
PKD;

Menyerahkan
ke
Bidang
Akuntansi sebagai laporan
Menyerahkan SP2D dan register
Mengambil SP2D ke Bidang PKD, dan
Menyerahkan foto copy SP2D ke
SP2D
ke Bank BPD
dapat mengambil dana ke Bank BJB Bidang
AKuntansi

Menyerahkan
SP2D
kpd terdekat.
PENCAIRAN SP2D
Bendahara beserta lampirannya

Mengambil SP2D beserta bukti


setor pajak, denda, penyusutan,
dan transfer (jika ada) di
Bendahara.

PEMBUKUAN
Pelaksanaan pembukuan dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dengan membuat dan
mengerjakan pembukuan sesuai tugas pokok dan fungsi secara tertib, cermat dan teliti serta
lengkap pada masing-masing format pembukuan.
Langkah-langkah :
1. Menyiapkan Buku Kas Umum, untuk mencatat transaksi kas (SP2D dan pengeluaran harian)
2. Membuat Buku Pembantu Kas Tunai
3. Membuat Buku Pembantu Simpanan Bank
4. Membuat Buku Pembantu Panjar (mencatat pemberian Panjar/ pengembalian panjar PPTK)
5. Membuat Buku Pembantu Pajak
6. Membuat Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja
7. Semuanya dientri dalam Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIMDA)
Dokumen-dokumen sebagai dasar dalam melakukan pembukuan adalah:
SP2D UP/GU/TU/LS
Bukti transaksi yang sah dan lengkap
Dokumen-dokumen pendukung lainnya sebagaimana yang diatur dalam peraturan yang
berlaku.
Bendahara Pengeluaran dalam melakukan pembukuan dengan ketentuan:
Bahwa setiap SPJ (Bend 26a yang lengkap dan sah) dicatat (dibukukan) pada BKU, setelah
diberi nomor/tanggal BKU langsung dibukukan pada Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian
Obyek, sesuai dengan rekening belanja masing-masing.
Bila pada Bend 26a terdapat transaksi pajak, dicatat (dibukukan) pada BKU, setelah diberi
nomor/tanggal BKU langsung dibukukan pada Buku Pembantu Penerimaan/Penyetoran Per
Rincian Obyek Pajak, sesuai dengan jenis pajak masing-masing.
Setelah selesai membuku secara ganda seperti tersebut (nomor 1 dan 2), dibukukan (entry)
pada Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (Lembar Pengesahan SPJ).
Menyiapkan lembar pemeriksaan kas oleh Pengguna Anggaran.
Membuat lembar pengesahan SPJ.
Membuat register penutupan kas.
Menyiapkan SPP beserta lampirannya
Prosedur lengkap tentang Pembukuan Bendahara Pengeluaran dapat dilihat di Permendagri
nomor 55 tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan Dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Serta Penyampaiannya.

PELAPORAN
1. Laporan Bulanan
Laporan Kinerja Keuangan dan Kegiatan dibuat oleh PPTK, dikirim selambat- lambatnya
tanggal 3 bulan berikutnya ke Sub Bagian Keuangan.
Laporan Mutasi Aset dan barang Persediaan oleh Pengurus Barang dan Penyimpan Barang.
Pengesahan pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SPJ-Belanja), dibuat oleh
Bendahara Pengeluaran.
2. Laporan Triwulanan
Laporan Kinerja Keuangan dan Kegiatan dibuat oleh PPTK.
Laporan Mutasi Aset dan barang persediaan oleh Pengurus Barang dan Penyimpan Barang
Laporan Keuangan dan akuntansi, dibuat oleh PPK.

3. Laporan Akhir Tahun


a) Laporan Pelaksanaan Kegiatan dan Kinerja Keuangan, dibuat oleh PPTK.
b) Laporan Mutasi Aset dan Barang Persediaan, dibuat oleh Pengurus Barang dan Penyimpan
Barang.
c) Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SPJ-Belanja) Akhir Tahun, dibuat
oleh Bendahara Pengeluaran.
d) Laporan Keuangan dan Akuntansi Akhir Tahun, dibuat oleh PPK.
Laporan akuntansi dibuat oleh PPK setelah Bendahara Pengeluaran membuat Laporan
Pertanggungjawaban yang telah diverifikasi pada setiap bulannya.
Laporan akuntansi dibuat berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintahan dengan berpedoman
pada PP nomor 71 tahun 2010 dan Buletin Teknis yang dikeluarkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan.

BATAS WAKTU
1. PPTK secara administratif wajib menyampaikan Surat Pertanggungjawaban Keuangan (SPJ)
secara lengkap dan benar paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal pengambilan panjar
kerja, kepada Kepala Dinas selaku Pengguna Anggaran melalui Bendahara Pengeluaran.
2. PPTK setiap bulan wajib melaporkan Realisasi/Daya Serap Anggaran untuk masing-masing
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada Pengguna Anggaran melalui Sub bagian
Keuangan paling lambat tanggal 3 pada bulan berikutnya.
3.
Bendahara Pengeluaran secara administratif wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penggunaan APBD setiap akhir bulan kepada Kepala SKPD melalui
PPK SKPD.
4. Apabila berdasarkan hasil verifikasi laporan pertanggungjawaban telah lengkap dan benar
serta sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang- undangan, maka Pengguna Anggaran
menerbitkan surat pengesahan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
5. Dikecualikan dari ketentuan dimaksud nomor 4 di atas, terhadap penerbitan surat pengesahan
pada bulan Desember pelaksanaan paling lambat tanggal 31 Desember tahun berkenaan.
6. PPK secara adminsitratif menyusun Laporan Keuangan dan Akuntansi paling lambat tanggal
15 bulan berikutnya.

SANKSI KETERLAMBATAN
1.

Apabila PPTK secara administratif belum menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban


penggunaan anggaran kegiatan dan mengembalikan sisa panjar kerja yang tidak dilaksanakan
paling lambat 7 hari kerja sejak tanggal pengambilan panjar kerja kepada Bendahara
Pengeluaran, dijatuhi sanksi berupa peringatan/teguran oleh PA/KPA.
2. Apabila Laporan pertanggungjawaban dimaksud pada nomor 1 di atas tidak dipenuhi sampai
dengan 10 hari kerja, maka PPTK dijatuhi sanksi berupa penundaan pengambilan panjar kerja
berikutnya oleh PPK, kecuali atas pertimbangan tertentu dari Kepala Dinas selaku Pengguna
Anggaran.

PENGELOLA BANTUAN
Mekanisme Penyaluran Bantuan

Penyaluran Bantuan Gubernur sesuai DPA PPKD yang di bebankan Dinas Peternakan dan
Perikanan Kab. Bandung;

Penerima bantuan Gubernur sudah tercatat dalam DPA atau lampiran DPA penerima Hibah
dan/atau bantuan sosial;
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung menyusun Pedoman/Juknis
Penyaluran bantuan Gubernur.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung atas nama Gubernur melaksanakan
sosialisasi program bantuan.
Calon penerima baik lembaga/perorangan bantuan mengajukan permohonan bantuan,
ditujukan kepada : Gubernur Jawa Barat, melalui Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan

PENELITIAN/VERIFIKASI PROPOSAL.
Proposal sekurang-kurangnya memuat:
Profil lembaga penerima bantuan;
Program Kerja;
SK Pendirian dan Susunan Pengurus;
RAB pemanfaatan dana bantuan;
Jadwal pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan.
Penelitian/verifikasi proposal:
Verifikasi meliputi: ketersediaan Anggaran bantuan dalam DPA, kelengkapan berkas
permohonan bantuan, kelayakan menerima bantuan (dari perhitungan RAB maupun kegiatan
yang akan dijalankan);
Bila masih terdapat kekeliruan maupun kekurangan syarat administrasi akan dikembalikan
untuk pembetulan seperlunya.
Proposal yang telah lolos verifikasi, selanjutnya diusulkan untuk ditetapkan sebagai penerima
bantuan dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung
menerbitkan Surat
Rekomendasi Pemberian Bantuan.
Setelah kelengkapan administrasi penerimaan bantuan lengkap maka akan diajukan ke BUD
untuk permohonan pencairan bantuan.
Berdasar Permendagri No. 32 tahun 2011, semua bantuan sosial harus sudah ditentukan
diawal baik nama dan alamat dan kegunaan bantuan tersebut yang dituangkan dalam
keputusan Gubernur;
Semua bantuan yang dialokasikan dalam APBD disalurkan melalui transfer Bank ke rekening
atas nama lembaga penerima bantuan.
Mekanisme:
1. Dokumen Pencairan Dana Bantuan Kelembagaan
Proposal dan lampirannya dibuat rangkap 6 (enam) bendel, dijilid;
Kwitansi Pengeluaran bermeterai cukup dan sudah ditandatangani oleh para pihak yang
berkompeten;
Foto Copy Rekening Bank/Buku Tabungan atas nama lembaga;
Surat Pernyataan/Naskah Perjanjian Kerjasama Pemberian Bantuan;
Laporan Pemanfaatan Dana Bantuan tahun sebelumnya, bagi lembaga yang tahun sebelumnya
pernah menerima bantuan sejenis dari APBD.
2. Pengusulan Pencairan Dana
Dokumen Pencairan Dana sebagaimana tersebut diatas, diusulkan oleh Kepala Dinas
Peternakan dan Perikanan kepada Gubernur Jawa Barat, melalui Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Bandung;

Tranfer Dana dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah langsung ke rekening penerima
bantuan
Penerima Bantuan Kelembagaan dilarang menyimpan bantuan di bank/mengendapkan dalam
rangka mendapatkan bunga.
Penerima bantuan wajib menyampaikan laporan pemanfaatan dana, paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak dana bantuan diterima dan atau masuk dalam rekening bank
penerima bantuan, atau batas akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan Pertanggungjawaban dimaksud angka (1) diatas, minimal memuat:
Uraian singkat program/kegiatan yang dilaksanakan dan dibiayai melalui dana bantuan
kelembagaan yang diterima;
Hambatan/Kendala yang dihadapi dan cara mengatasi hambatan/kendala;
Rincian Pengeluaran dana, dan capaian program/kegiatan yang dibiayai melalui dana bantuan
yang diterima, dilampiri bukti pengeluaran yang sah, dan foto kegiatan;
Laporan Pertanggungjawaban dibuat rangkap 5 (lima) dijilid dan disampaikan kepada
Gubernur Jawa Barat melalui Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
Atas dasar hasil Pemantauan dan evaluasi, apabila terdapat penyimpangan pemanfaatan dana
sebagaimana yang telah dicantumkan dalam proposal permohonan, maka penerima dana
bantuan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Diposkan oleh keuangan disnakan di 23.21

Anda mungkin juga menyukai