Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI MELAUI

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA IXA


SMP NEGERI 3 JULI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolahsekolah, baik
bahasa nasional (Indonesia), bahasa daerah maupun bahasa asing. Pembelajaran Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional harus lebih diarahkan pada kemampuan dan
keterampilan siswa untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulis. Pembelajaran
bahasa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa yang meliputi
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan
ini saling berkaitan dan saling melengkapi dalam kegiatan komunikasi.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi
siswa. Keterampilan menulis siswa harus terus ditingkatkan, terutama keterampilan
menulis surat resmi. Pada siswa SMP kelas VII misalnya, diharapkan dapat menulis
surat resmi dengan benar sesuai aturan yang ada dalam penulisan surat resmi. Dalam
keterampilan menulis, ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan
bahasa yang digunakan (Depdiknas 2003:5).
Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Pertama perlu mendapat perhatian
dari para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia . Ketika dihadapkan pada pembelajaran
menulis surat resmi, siswa selalu mengalami kesulitan terutama dalam penggunaan
bahasa. Hasil tulisan siswa sebagian besar lemah dalam masalah kebahasaan dan teknik
penulisan. Selama pembelajaran menulis, siswa kurang memperhatikan aturanaturan
yang ada dalam keterampilan menulis sehingga menyebabkan lemahnya keterampilan

siswa dalam menulis surat resmi Lemahnya keterampilan siswa dalam menulis surat
resmi disebabkan alokasi waktu pembelajaran menulis di sekolah selama ini relatif lebih
kecil.
Hal ini menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang maksimal. Siswa
kurang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pembelajaran menulis.
Setelah menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan siswa belum mampu menggunakan
bahasa secara baik dan benar dalam keterampilan menulis.
Dalam pembelajaran menulis, siswa kurang memahami hakikat menulis.
Berdasar hasil pengamatan selama mengajar, peneliti mengetahui bahwa ketika
diberikan kesempatan menulis surat resmi, para siswa tidak mementingkan mutu tulisan.
Mereka lebih mementingkan sistematika surat resmi tanpa memperhatikan penggunaan
bahasa.
Dari hasil pengamatan tes menulis surat resmi di kelas IXA SMPN 3 Juli
diketahui bahwa keterampilan menulis pada siswa kelas IXA selama ini belum
maksimal. Dalam menulis surat resmi, siswa masih mengalami kesulitan dalam
penggunaan bahasa. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa disebabkan
sebagian besar siswa kurang berminat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, kurangnya
pemahaman siswa tentang surat resmi, dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi.
Selain faktor dari siswa, lemahnya keterampilan menulis surat resmi juga dapat
dipengaruhi karena faktor dari guru. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa
dapat disebabkan karena bimbingan dan penjelasan guru dalam proses pembelajaran
sulit dipahami oleh siswa, serta strategi yang yang digunakan guru dalam pembelajaran
kurang tepat.

Guru dituntut mempunyai keterampilan untuk mengelola kelas agar proses


belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran. Untuk
mengatasi kelemahan siswa dalam menulis surat resmi, guru harus selalu memotivasi
dan memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran Bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, terutama pembelajaran surat resmi. Agar siswa
dapat menulis surat resmi dengan benar, guru harus lebih memberikan penjelasan
kepada siswa melalui contohcontoh surat resmi dan memberikan latihan latihan menulis
surat resmi dengan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan
hal yang harus diperhatikan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa
tidak cukup diberikan penjelasan tentang teori menulis saja, tetapi hal yang
berhubungan dengan masalah kebahasaan dan teknik penulisan juga harus diperhatikan.
Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
agar keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat ditingkatkan.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis
siswa. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan seharihari.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami. Guru bertugas sebagai pengarah dan pembimbing agar siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi.
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran
kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar


(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi dan Senduk 2003:31).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Juli . Dalam masyarakat
belajar, hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat
belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah dan dua kelompok atau lebih
yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Siswa yang terlibat dalam
kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya
sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Dalam
pembelajaran tersebut, kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan dalam kelompok
kecil dengan menerapkan pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kontekstual komponen
masyarakat belajar ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Melalui belajar
kelompok, siswa dapat saling berbagi gagasan dan pengalaman serta bekerjasama untuk
memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis surat resmi
dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian
dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi Menggunakan
Pendekatan Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
dalam bahan ajar Membuat Surat Resmi di SMPN 3 Juli)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA SMP
Negeri 3 Juli setelah diberikan pembelajaran kontekstual ?
2. Bagaimana perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Juli setelah
diberikan pembelajaran kontekstual ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas
IXA SMP Negeri 3 Juli setelah diberikan pembelajaran kontekstual .
2. Untuk mendeskripsi perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Juli
dalam menulis surat resmi setelah diberikan pembelajaran kontekstual.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis surat resmi pada siswa
kelas IXA SMP Negeri 3 Juli dengan pendekatan kontesktual ini diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan
pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan menulis surat
resmi pada siswa kelas IX dengan pendekatan kontekstual sehingga dapat
memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran menulis.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi sehingga
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat ditingkatkan. Sedangkan
bagi guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan metode
dan strategi guru dalam pembelajaran menulis dengan memperbaiki metode
mengajar dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Keterampilan Menulis
1. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain
(Tarigan 1986:3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak dating secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menurut Akhadiah, dkk
(1988:2), menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa
kita melakukan kegiatan dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi.
Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu
proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilanketerampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.
menulis menuntut gagasangagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara
jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci,
observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Dalam

menulis

diperlukan

adanya

suatu

bentuk

ekspresi

gagasan

yang

berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan


tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat
menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah
sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus menerus dan
teratur (Suriamiharja,dkk 1996:2).
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topic
penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan

sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak
penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan
yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir
yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran
merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses
bernalar untuk menuangkan gagasan dengan menggunakan kosa kata dan kaidah
kebahasaan dalam bentuk tulis, yang disampaikan pada orang lain

secara tidak

langsung.
2. Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan
atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan,
mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapiapi.
Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan
menulis (Tarigan 1986:23). Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau
mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis
bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga
pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana
persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan
pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat
dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis.

Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang


mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary
discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan menghindarkan kedukaan para
pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih
mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi api
disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan
untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna
yang ada dalam tulisan.
Menurut Suriamiharja, dkk (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan yang
dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan
pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan
menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut
muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai
tujuan untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur
atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang
berapi api agar dipahami oleh orang lain.

3. Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan
penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan
pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan.

Menurut Tarigan (1986:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena


memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir
secara kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan
mampu menambah pengalaman menulis.
Menurut pendapat Akhadiah, dkk (1988:1), banyak keuntungan yang diperoleh
dari kegiatan menulis. Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang
dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai di
mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis
harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya. Kedua, melalui
kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis,
penulis terpaksa bernalar, menghubunghubungkan, serta membandingkan fakta fakta
untuk mengembangkan berbagai gagasannya. keuntungan ketiga, penulis lebih banyak
menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang
ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis
mengenai fakta fakta yang berhubungan.
Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara
sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat
menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui
tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif. Keenam,
dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan,
yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh,
dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong untuk belajar secara aktif.
Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap

10

informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan
membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat
bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk
mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
B. Model Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar
kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan
siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di
luar sekolah (Nurhadi dan Senduk 2003:5).
Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Masyarakat belajar
merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang dapat dijadikan sebagai
strategi pembelajaran. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompokkelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang
anggotanya heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, siswa yang tahu

11

memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang
lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Masyarakat
belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari
teman belajarnya (Depdiknas 2002:15).
Kegiatan saling belajar dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan
dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak
harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Pada dasarnya, learning community atau masyarakat belajar itu mengandung
pengertian sebagai berikut.
1. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan
danpengalaman.
2. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.
3. Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara
individual.
4. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama.
5. Melakukan upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum
mampu.
6. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak
belajar dengan anak lainnya.
7. Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk
saling memberi dan menerima.

12

8. Adanya fasilitator atau guru yang memandu proses belajar dalam


kelompok.
9. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.
10. Ada kemauan menerima pendapat yang lebih baik.
11. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.
12. Tidak ada kebenaran yang mutlak.
13. Dominasi siswa yang pandai perlu diperhatikan agar siswa yang lambat
dapat pula berperan.
14. Siswa bertanya kepada temantemannya itu sudah mengandung arti
learning community.
Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bias
menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community
sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran dapat
berwujud bekerja dalam pasangan, pembentukan kelompok kecil, pembentukan
kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olah ragawan, dokter, perawat,
petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dan sebagainya), bekerja dengan kelas
sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan sekolah di atasnya,
dan bekerja dengan masyarakat (Nurhadi 2003: 49).
Pembentukan kelompok kecil merupakan salah satu wujud dalam pembelajaran
dengan teknik learning community. Dalam pembentukan kelompok kecil, kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri atas empat atau lima siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk
teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan
akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul

13

untuk berdiskusi mengkaji bagian bahan tersebut. Setelah diadakan diskusi, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis surat resmi kelas IXA SMP Negeri 3 Juli masih rendah.
Rendahnya keterampilan surat resmi tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman
siswa mengenai surat resmi dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Penjelasan
dan teknik mengajar yang digunakan oleh guru juga mempengaruhi rendahnya
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis surat resmi
diharapkan dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Dalam mengajar, guru
tidak hanya menggunakan teknik ceramah, tetapi juga dengan teknik diskusi. Melalui
diskusi, siswa diarahkan untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum
melakukan pembelajaran pada siklus I, terlebih dahulu melakukan tes pratindakan untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai surat resmi.
Pada siklus I, peneliti memberikan contoh surat resmi kepada siswa. Melalui
diskusi, siswa diminta mengidentifikasi sistematika dan peggunaan bahasa dalam
contoh surat resmi tersebut. Siswa diarahkan untuk menemukan pemahaman sendiri
mengenai surat resmi. Kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan pengertian dan
cara penulisan surat resmi yang baik dan benar.
Setelah paham mengenai surat resmi, siswa diminta berlatih untuk menulis surat
resmi dengan baik dan benar. Peneliti menekankan kepada siswa untuk menggunakan
bahasa yang benar dalam menulis surat resmi. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan
dinilai sesuai berdasarkan criteria penilaian yang sudah ditentukan. Peneliti melakukan

14

evaluasi terhadap hasil tindakan pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menulis surat resmi. Apabila hasilnya rendah, akan dilakukan pembelajaran pada
siklus II.
Pada siklus II, peneliti menanyakan kesulitan kesulitan yang dihadapi oleh siswa
pada pembelajaran siklus I. Lalu, peneliti memberikan penyelesaian terhadap
kesulitankesulitan yang dihadapi oleh siswa. Peneliti memberikan contoh surat resmi
agar siswa dapat memperbaiki kesalahan dalam menulis surat resmi. Kemudian, siswa
diminta untuk menulis surat resmi dengan benar.
Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang
sudah ditentukan. Peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan
keterampilan menulis surat resmi siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.
Apabila diperoleh hasil yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya, maka penerapan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi siswa
kelas IXA SMP Negeri 3 Juli. Kerangka berpikir proses pembelajaran menulis surat
resmi dengan pendekatan kontekstual dapat digambarkan sebagai berikut. Masalah
Hasil Bagan 1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis surat resmi
dengan Pendekatan Kontekstual
D. Hipotesis Tindakan
Dengan digunakannya pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan menulis surat resmi dan mengubah tingkah laku siswa kelas IXA SMP
Negeri 3 Juli .

15

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua
siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui kemampuan
siswa sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal sebelum siklus I.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa. Siklus I digunakan
sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Sedangkan hasil proses tindakan pada
siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis setelah
dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi

16

siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
1. Prosedur Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran
menulis surat resmi dengan menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu
sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini
digunakan

sebagai

program

kerja

atau

pedoman

peneliti

dalam

melaksanakan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat


tercapai.
Selain itu, peneliti menyiapkan soal yang akan diujikan melalui
lembar tes menulis surat resmi beserta kriteria penilaiannya. Peneliti juga
menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, lembar
wawancara, lembar angket, lembar jurnal, dan dokumentasi yang berupa
foto. Setelah menyiapkan alat tes dan nontes, peneliti berkoordinasi dengan
guru mata

pelajaran

mengenai kegiatan

pembelajaran

yang akan

dilaksanakan.
b. Tindakan
Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I meliputi apersepsi, proses
pembelajaran, dan evaluasi.
1) Apersepsi
Pada tahap ini, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai
pengertian, sistematika, dan penggunaan bahasa surat resmi. Kemudian,

17

peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh


siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2) Proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran, siswa diminta berkelompok yang terdiri atas
empat sampai lima orang. Peneliti memberikan contoh surat resmi
kepada setiap kelompok. Siswa mengamati contoh surat resmi dan
menentukan jenis surat resmi tersebut. Secara berkelompok, siswa
mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa dalam contoh surat
resmi. Setelah mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa
dalam surat resmi secara berkelompok, siswa berdiskusi secara klasikal
untuk membahas sistematika dan penggunaan bahasa yang tepat dalam
menulis surat resmi.
3) Evaluasi
Setelah siswa paham mengenai surat resmi, di akhir setiap siklus peneliti
mengadakan tes. Pada siklus I siswa diminta untuk menulis surat resmi
yang berupa surat permohonan izin secara individu. Tujuan tes ini adalah
untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
c. Pengamatan
Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan
terhadap kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui lembar
observasi, peneliti mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Aspekaspek yang dinilai adalah hasil tulisan
siswa serta perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain
menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan pemotretan selama
pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitasaktifitas yang
dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil pemotretan ini

18

digunakan sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses


pembelajaran berlangsung.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket
dan lembar jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan
pesan siswa terhadap materi, proses pembelajaran, dan teknik yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki
tindakan pada siklus berikutnya.
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis
surat resmi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara
dilakukan di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan
nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
sikap positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis surat
resmi.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi,
hasil angket, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil
analisis ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik
pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dan untuk mengetahui tindakan
tindakan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Refleksi
pada siklus I digunakan untuk mengubah strategi dan sebagai perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
2. Prosedur Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan

yang

dilakukan

adalah

memperbaiki

dan

menyempurnakan rencana pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.

19

Dalam tahap ini, peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan tindakan


yang berbeda dengan tindakan pada siklus I. Peneliti juga menyiapkan soal
tes dan criteria penilaiannya, lembar observasi, lembar jurnal, lembar angket,
lembar wawancara, dan foto. Kemudian peneliti berkoordinasi dengan guru
mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada siklus II.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan
pada siklus I. Sebelum siswa menulis surat resmi, peneliti menjelaskan
terlebih dahulu kesalahankesalahan hasil tes siswa pada siklus I. Peneliti
menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat resmi.
Kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar dalam pelaksanaan
kegiatan menulis surat resmi pada siklus II menjadi lebih baik.
Dalam proses pembelajaran, siswa membahas tugas yang diberikan
pada pembelajaran sebelumnya. Kemudian, siswa berlatih menulis surat
resmi yang berupa surat permohonan bantuan secara berkelompok dengan
teman sebangku. Hasil pekerjaan setiap kelompok ditukar dengan kelompok
lain untuk dikoreksi. Siswa mengoreksi hasil pekerjaan dan menemukan
kesalahankesalahan yang ada dalam penulisan surat resmi oleh kelompok
lain. Setelah berdiskusi dengan teman sebangku, secara klasikal siswa
berdiskusi untuk membahas sistematika dan penggunaan bahasa dalam surat
permohonan bantuan. Pada akhir kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan
evaluasi dengan mengadakan tes. Secara individu, siswa diminta untuk

20

menulis surat resmi berupa surat permohonan bantuan dengan sistematika


yang tepat dan bahasa yang efektif.
c. Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan
pengamatan terhadap siswa dengan menggunakan lembar observasi dan
melakukan pemotretan. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti
membagikan angket dan jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan,
kesan, dan pesan siswa selama mengikuti pembelajaran. Pada siklus II ini,
dilihat peningkatan hasil tes dan perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, yang meliputi keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dan
keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, peneliti juga
melakukan wawancara di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang
mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.
d. Refleksi
Pada siklus II, refleksi dilakukan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan menulis surat resmi dan perubahan tingkah laku siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari refleksi tersebut juga dapat diketahui
keefektifan penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
menulis surat resmi.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis surat resmi siswa kelas
IXA SMP Negeri 3 Juli . Siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Juli berjumlah 44 siswa yang
terdiri atas 21 siswa putra dan 23 siswa putri.

21

C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.
a. Tes
Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis
surat resmi dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif. Tes ini digunakan
untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, diperlukan adanya penilaian.
Ada delapan aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu kesesuaian
bentuk surat, kelengkapan bagianbagian surat, penulisan bagianbagian surat, kejelasan
isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur
kalimat. Aspekaspek penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
N
o

Aspek Penilaian

Rentang Skor
A

1
2
3
4
5
6
7
8

Kesesuaian bentuk surat


Kelengkapan bagianbagian surat
Penulisan bagianbagian surat
Kejelasan isi surat
Pilihan kata
Ejaan dan tanda baca
Penggunaan bahasa baku
Struktur kalimat
Jumlah
Sangat Baik (SB)
: Skor 4
Baik (B)
: Skor 3
Cukup (C)
: Skor 2
Kurang (K)
: Skor 1

Bobot Jumlah
Skor

D
10
15
15
10
10
15
10
15
100

Aspek aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian dapat
dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Surat Resmi
No Aspek Penilaian
1
Kesesuaian bentuk surat
a. sesuai

Rentang Skor

Kategori

8 10

Sangat baik

22

b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai

57
24
01

Baik
Cukup
Kurang

Kelengkapan bagianbagiansurat
a. lengkap
b. cukup lengkap
c. kurang lengkap
d. tidak lengkap

12 15
8 11
47
03

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Penulisan bagianbagian surat


a. semua benar
b. sedikit kesalahan
c. banyak kesalahan
d. salah semua

12 15
8 11
47
03

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Kejelasan isi surat


a. jelas
b. cukup jelas
c. kurang jelas
d. tidak jelas

8 10
57
24
01

Sangat baik
Cukup
Kurang

Pilihan kata
a. sesuai
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai

8 10
57
24
01

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Ejaan dan tanda baca


a. sangat sempurna
b. sedikit kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah

12 15
8 11
47
03

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Penggunaan bahasa baku


a. semua benar
b. sedikt kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah

8 10
57
24
01

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Struktur kalimat
a. semua benar

12 15

Sangat baik

23

b. sedikit kesalahan
8 11
Baik
c. banyak kesalahan
47
Cukup
d. semua salah
03
Kurang
Keterangan pedoman penilaian surat resmi sebagai berikut.
1. Kesesuaian bentuk surat
a. Sesuai: bentuk surat sesuai dengan aturan
b. Cukup sesuai: bentuk surat tidak jauh menyimpang dari aturan
c. Kurang sesuai: bentuk surat kurang sesuai dengan aturan
d. Tidak sesuai: bentuk surat tidak sesuai dengan aturan
2. Kelengkapan bagianbagian surat
a. Lengkap: semua bagian surat resmi ditulis lengkap
b. Cukup lengkap: jumlah bagian surat resmi tidak kurang dari 10
c. Kurang lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 10
d. Tidak lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 7
3. Penulisan bagianbagian surat
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Salah semua: semua penulisan bagian surat salah
4. Kejelasan isi surat
a. Jelas: isi surat disampaikan dengan jelas
b. Cukup jelas: isi surat yang disampaikan cukup jelas
c. Kurang jelas: isi surat yang disampaikan kurang jelas
d. Tidak jelas: isi surat yang disampaikan tidak jelas
5. Pilihan kata
a. Sesuai: pilihan kata sesuai dengan isi surat
b. Cukup sesuai: pilihan kata cukup sesuai dengan isi surat
c. Kurang sesuai: pilihan kata kurang sesuai dengan isi surat
d. Tidak sesuai: pilihan kata tidak sesuai dengan isi surat
6. Ejaan dan tanda baca
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan antara 11 sampai 20
d. Semua salah: semua penggunaan ejaan dan tanda baca salah
7. Penggunaan bahasa baku
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua salah: semua penggunaan bahasa baku salah
8. Struktur kalimat
a. Sangat sempurna: jumlah kesalaha antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua kesalahan: semua struktur kalimat salah
Dari pedoman penilaian tersebut, peneliti dapat mengetahui kemampuan menulis
surat resmi siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
24

Tabel 3. Penilaian Keterampilan Menulis Surat Resmi


No Kategori
Skor
1
Sangat baik
85-100
2
Baik
75-84
3
Cukup
65-74
4
Kurang
0-64
b. Nontes Bentuk instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi, pedoman
wawancara, lembar angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan
keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Halhal yang diamati, yaitu
perilaku positif dan perilaku negatif siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
pembelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan pembelajaran menulis surat
resmi. Aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara, antara lain mengenai
tanggapan siswa terhadap materi pelajaran, kesulitankesulitan yang dihadapi siswa
dalam pembelajaran menulis surat resmi, dan tanggapan siswa terhadap guru dan teknik
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Lembar Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dan
tertutup. Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi.
Jumlah pertanyaan dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban.
Peneliti menentukan skor dalam penilaian angket. Setiap jawaban memiliki skor yang
berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor
ideal dikalikan seratus

25

4. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Aspek yang diungkap antara lain mengenai perasaan siswa
senang atau tidak selama mengikuti pembelajaran menulis surat resmi dengan
pendekatan kontekstual.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali,
yaitu pada siklus I dan siklus II. Tes diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran
dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis surat resmi. Tes diberikan untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam kesesuaian bentuk surat, kelengkapan
bagianbagian surat, penulisan bagianbagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan
dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.
Langkah langkah dalam pengambilan data hasil tes adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan soal yang akan dikerjakan oleh
siswa, yaitu jenis surat resmi yang akan ditulis oleh siswa. Halhal yang
disiapkan, yaitu menentukan topik yang akan digunakan dalam menulis
surat resmi dan membagi kertas.
2. Pelaksanaan
Tes dilaksanakan di dalam kelas setelah materi pembelajaran menulis
surat resmi diberikan selama dua jam pelajaran. Pelaksanaan tes

26

bertujuan agar siswa mampu menulis surat resmi dengan sistematika


yang tepat dan bahasa yang efektif.
3. Evaluasi
Setelah siswa menulis surat resmi, peneliti melakukan evaluasi dengan
memberikan nilai pada setiap siswa dan hasil penilaian tersebut disebut
sebagai hasil tes.
b. Teknik Nontes
Data nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam pengambilan data nontes, peneliti menggunakan observasi,
wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. Observasi dilakukan
oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada
semua siswa dengan memberikan tanda check () pada lembar observasi. Dalam
penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses dan
perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan menggunakan
alat perekam. Wawancara hanya ditujukan kepada siswa tertentu yang mendapatkan
nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Siswa menjawab pertanyaan yang berjumlah lima
soal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis surat resmi. Wawancara dalam
penelitian ini berisi tentang respon siswa terhadap tugas yang dikerjakan dan hambatan
atau kesulitan yang dihadapi.
Angket dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Jumlah
soal dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban. Setiap jawaban
memiliki skor yang berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang diperoleh
siswa dibagi jumlah skor ideal dikalikan seratus.

27

Jurnal diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Lembar jurnal
berisi lima soal dan diisi oleh siswa secara tertulis. Dalam penelitian ini, jurnal
digunakan untuk mengetahui respon dan minat siswa terhadap proses pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual , kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat,
dan kesan dan pesan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengambilan foto juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Foto yang
diambil berupa aktifitasaktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dokumentasi berupa foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran
selama penelitian berlangsung.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
1. Secara kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal, angket,
wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh
data yang diperoleh, menyusunnya dalam satuansatuan, dan dikategorisasikan. Hasil
analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa
pada pembelajara siklus I dan siklus II, serta untuk mengetahui efektivitas penggunaan
pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan menulis surat resmi.
2. Secara Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis surat resmi dengan pendekatan
kontekstual pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif
presentase ini dilakukan dengan menghitung nilai masingmasing aspek, merekap nilai
siswa, menghitung nilai ratarata siswa, dan menghitung presentase nilai.
Presentase nilai dihitung menggunakan rumus berikut.

28

NP=

R
x 100
SM

Keterangan:
NP

: nilai dalam persen

: skor yang dicapai siswa

SM

: skor maksimal ideal


Hasil perhitungan keterampilan menulis surat resmi dari siklus I dan siklus II

dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan


keterampilan menulis surat resmi.

29

Anda mungkin juga menyukai