siswa dalam menulis surat resmi Lemahnya keterampilan siswa dalam menulis surat
resmi disebabkan alokasi waktu pembelajaran menulis di sekolah selama ini relatif lebih
kecil.
Hal ini menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang maksimal. Siswa
kurang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pembelajaran menulis.
Setelah menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan siswa belum mampu menggunakan
bahasa secara baik dan benar dalam keterampilan menulis.
Dalam pembelajaran menulis, siswa kurang memahami hakikat menulis.
Berdasar hasil pengamatan selama mengajar, peneliti mengetahui bahwa ketika
diberikan kesempatan menulis surat resmi, para siswa tidak mementingkan mutu tulisan.
Mereka lebih mementingkan sistematika surat resmi tanpa memperhatikan penggunaan
bahasa.
Dari hasil pengamatan tes menulis surat resmi di kelas IXA SMPN 3 Juli
diketahui bahwa keterampilan menulis pada siswa kelas IXA selama ini belum
maksimal. Dalam menulis surat resmi, siswa masih mengalami kesulitan dalam
penggunaan bahasa. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa disebabkan
sebagian besar siswa kurang berminat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, kurangnya
pemahaman siswa tentang surat resmi, dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi.
Selain faktor dari siswa, lemahnya keterampilan menulis surat resmi juga dapat
dipengaruhi karena faktor dari guru. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa
dapat disebabkan karena bimbingan dan penjelasan guru dalam proses pembelajaran
sulit dipahami oleh siswa, serta strategi yang yang digunakan guru dalam pembelajaran
kurang tepat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA SMP
Negeri 3 Juli setelah diberikan pembelajaran kontekstual ?
2. Bagaimana perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Juli setelah
diberikan pembelajaran kontekstual ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas
IXA SMP Negeri 3 Juli setelah diberikan pembelajaran kontekstual .
2. Untuk mendeskripsi perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 3 Juli
dalam menulis surat resmi setelah diberikan pembelajaran kontekstual.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis surat resmi pada siswa
kelas IXA SMP Negeri 3 Juli dengan pendekatan kontesktual ini diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan
pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan menulis surat
resmi pada siswa kelas IX dengan pendekatan kontekstual sehingga dapat
memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran menulis.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi sehingga
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat ditingkatkan. Sedangkan
bagi guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan metode
dan strategi guru dalam pembelajaran menulis dengan memperbaiki metode
mengajar dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Keterampilan Menulis
1. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain
(Tarigan 1986:3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak dating secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menurut Akhadiah, dkk
(1988:2), menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa
kita melakukan kegiatan dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi.
Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu
proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilanketerampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.
menulis menuntut gagasangagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara
jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci,
observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Dalam
menulis
diperlukan
adanya
suatu
bentuk
ekspresi
gagasan
yang
sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak
penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan
yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir
yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran
merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses
bernalar untuk menuangkan gagasan dengan menggunakan kosa kata dan kaidah
kebahasaan dalam bentuk tulis, yang disampaikan pada orang lain
secara tidak
langsung.
2. Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan
atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan,
mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapiapi.
Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan
menulis (Tarigan 1986:23). Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau
mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis
bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga
pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana
persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan
pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat
dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis.
3. Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan
penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan
pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan.
10
informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan
membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat
bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk
mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
B. Model Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar
kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan
siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di
luar sekolah (Nurhadi dan Senduk 2003:5).
Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Masyarakat belajar
merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang dapat dijadikan sebagai
strategi pembelajaran. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompokkelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang
anggotanya heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, siswa yang tahu
11
memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang
lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Masyarakat
belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari
teman belajarnya (Depdiknas 2002:15).
Kegiatan saling belajar dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan
dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak
harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Pada dasarnya, learning community atau masyarakat belajar itu mengandung
pengertian sebagai berikut.
1. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan
danpengalaman.
2. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.
3. Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara
individual.
4. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama.
5. Melakukan upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum
mampu.
6. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak
belajar dengan anak lainnya.
7. Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk
saling memberi dan menerima.
12
13
untuk berdiskusi mengkaji bagian bahan tersebut. Setelah diadakan diskusi, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis surat resmi kelas IXA SMP Negeri 3 Juli masih rendah.
Rendahnya keterampilan surat resmi tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman
siswa mengenai surat resmi dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Penjelasan
dan teknik mengajar yang digunakan oleh guru juga mempengaruhi rendahnya
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis surat resmi
diharapkan dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Dalam mengajar, guru
tidak hanya menggunakan teknik ceramah, tetapi juga dengan teknik diskusi. Melalui
diskusi, siswa diarahkan untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum
melakukan pembelajaran pada siklus I, terlebih dahulu melakukan tes pratindakan untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai surat resmi.
Pada siklus I, peneliti memberikan contoh surat resmi kepada siswa. Melalui
diskusi, siswa diminta mengidentifikasi sistematika dan peggunaan bahasa dalam
contoh surat resmi tersebut. Siswa diarahkan untuk menemukan pemahaman sendiri
mengenai surat resmi. Kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan pengertian dan
cara penulisan surat resmi yang baik dan benar.
Setelah paham mengenai surat resmi, siswa diminta berlatih untuk menulis surat
resmi dengan baik dan benar. Peneliti menekankan kepada siswa untuk menggunakan
bahasa yang benar dalam menulis surat resmi. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan
dinilai sesuai berdasarkan criteria penilaian yang sudah ditentukan. Peneliti melakukan
14
evaluasi terhadap hasil tindakan pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menulis surat resmi. Apabila hasilnya rendah, akan dilakukan pembelajaran pada
siklus II.
Pada siklus II, peneliti menanyakan kesulitan kesulitan yang dihadapi oleh siswa
pada pembelajaran siklus I. Lalu, peneliti memberikan penyelesaian terhadap
kesulitankesulitan yang dihadapi oleh siswa. Peneliti memberikan contoh surat resmi
agar siswa dapat memperbaiki kesalahan dalam menulis surat resmi. Kemudian, siswa
diminta untuk menulis surat resmi dengan benar.
Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang
sudah ditentukan. Peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan
keterampilan menulis surat resmi siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.
Apabila diperoleh hasil yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya, maka penerapan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi siswa
kelas IXA SMP Negeri 3 Juli. Kerangka berpikir proses pembelajaran menulis surat
resmi dengan pendekatan kontekstual dapat digambarkan sebagai berikut. Masalah
Hasil Bagan 1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis surat resmi
dengan Pendekatan Kontekstual
D. Hipotesis Tindakan
Dengan digunakannya pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan menulis surat resmi dan mengubah tingkah laku siswa kelas IXA SMP
Negeri 3 Juli .
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua
siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui kemampuan
siswa sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal sebelum siklus I.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa. Siklus I digunakan
sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Sedangkan hasil proses tindakan pada
siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis setelah
dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi
16
siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
1. Prosedur Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran
menulis surat resmi dengan menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu
sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini
digunakan
sebagai
program
kerja
atau
pedoman
peneliti
dalam
pelajaran
mengenai kegiatan
pembelajaran
yang akan
dilaksanakan.
b. Tindakan
Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I meliputi apersepsi, proses
pembelajaran, dan evaluasi.
1) Apersepsi
Pada tahap ini, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai
pengertian, sistematika, dan penggunaan bahasa surat resmi. Kemudian,
17
18
yang
dilakukan
adalah
memperbaiki
dan
19
20
21
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.
a. Tes
Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis
surat resmi dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif. Tes ini digunakan
untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, diperlukan adanya penilaian.
Ada delapan aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu kesesuaian
bentuk surat, kelengkapan bagianbagian surat, penulisan bagianbagian surat, kejelasan
isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur
kalimat. Aspekaspek penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
N
o
Aspek Penilaian
Rentang Skor
A
1
2
3
4
5
6
7
8
Bobot Jumlah
Skor
D
10
15
15
10
10
15
10
15
100
Aspek aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian dapat
dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Surat Resmi
No Aspek Penilaian
1
Kesesuaian bentuk surat
a. sesuai
Rentang Skor
Kategori
8 10
Sangat baik
22
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai
57
24
01
Baik
Cukup
Kurang
Kelengkapan bagianbagiansurat
a. lengkap
b. cukup lengkap
c. kurang lengkap
d. tidak lengkap
12 15
8 11
47
03
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
12 15
8 11
47
03
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 10
57
24
01
Sangat baik
Cukup
Kurang
Pilihan kata
a. sesuai
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai
8 10
57
24
01
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
12 15
8 11
47
03
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
8 10
57
24
01
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Struktur kalimat
a. semua benar
12 15
Sangat baik
23
b. sedikit kesalahan
8 11
Baik
c. banyak kesalahan
47
Cukup
d. semua salah
03
Kurang
Keterangan pedoman penilaian surat resmi sebagai berikut.
1. Kesesuaian bentuk surat
a. Sesuai: bentuk surat sesuai dengan aturan
b. Cukup sesuai: bentuk surat tidak jauh menyimpang dari aturan
c. Kurang sesuai: bentuk surat kurang sesuai dengan aturan
d. Tidak sesuai: bentuk surat tidak sesuai dengan aturan
2. Kelengkapan bagianbagian surat
a. Lengkap: semua bagian surat resmi ditulis lengkap
b. Cukup lengkap: jumlah bagian surat resmi tidak kurang dari 10
c. Kurang lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 10
d. Tidak lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 7
3. Penulisan bagianbagian surat
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Salah semua: semua penulisan bagian surat salah
4. Kejelasan isi surat
a. Jelas: isi surat disampaikan dengan jelas
b. Cukup jelas: isi surat yang disampaikan cukup jelas
c. Kurang jelas: isi surat yang disampaikan kurang jelas
d. Tidak jelas: isi surat yang disampaikan tidak jelas
5. Pilihan kata
a. Sesuai: pilihan kata sesuai dengan isi surat
b. Cukup sesuai: pilihan kata cukup sesuai dengan isi surat
c. Kurang sesuai: pilihan kata kurang sesuai dengan isi surat
d. Tidak sesuai: pilihan kata tidak sesuai dengan isi surat
6. Ejaan dan tanda baca
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan antara 11 sampai 20
d. Semua salah: semua penggunaan ejaan dan tanda baca salah
7. Penggunaan bahasa baku
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua salah: semua penggunaan bahasa baku salah
8. Struktur kalimat
a. Sangat sempurna: jumlah kesalaha antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua kesalahan: semua struktur kalimat salah
Dari pedoman penilaian tersebut, peneliti dapat mengetahui kemampuan menulis
surat resmi siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
24
25
4. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Aspek yang diungkap antara lain mengenai perasaan siswa
senang atau tidak selama mengikuti pembelajaran menulis surat resmi dengan
pendekatan kontekstual.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali,
yaitu pada siklus I dan siklus II. Tes diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran
dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis surat resmi. Tes diberikan untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam kesesuaian bentuk surat, kelengkapan
bagianbagian surat, penulisan bagianbagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan
dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.
Langkah langkah dalam pengambilan data hasil tes adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan soal yang akan dikerjakan oleh
siswa, yaitu jenis surat resmi yang akan ditulis oleh siswa. Halhal yang
disiapkan, yaitu menentukan topik yang akan digunakan dalam menulis
surat resmi dan membagi kertas.
2. Pelaksanaan
Tes dilaksanakan di dalam kelas setelah materi pembelajaran menulis
surat resmi diberikan selama dua jam pelajaran. Pelaksanaan tes
26
27
Jurnal diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Lembar jurnal
berisi lima soal dan diisi oleh siswa secara tertulis. Dalam penelitian ini, jurnal
digunakan untuk mengetahui respon dan minat siswa terhadap proses pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual , kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat,
dan kesan dan pesan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengambilan foto juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Foto yang
diambil berupa aktifitasaktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dokumentasi berupa foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran
selama penelitian berlangsung.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
1. Secara kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal, angket,
wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh
data yang diperoleh, menyusunnya dalam satuansatuan, dan dikategorisasikan. Hasil
analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa
pada pembelajara siklus I dan siklus II, serta untuk mengetahui efektivitas penggunaan
pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan menulis surat resmi.
2. Secara Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis surat resmi dengan pendekatan
kontekstual pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif
presentase ini dilakukan dengan menghitung nilai masingmasing aspek, merekap nilai
siswa, menghitung nilai ratarata siswa, dan menghitung presentase nilai.
Presentase nilai dihitung menggunakan rumus berikut.
28
NP=
R
x 100
SM
Keterangan:
NP
SM
29