Anda di halaman 1dari 20

Portofolio

KASUS EMERGENSI DAN MEDIS

ABORTUS

Oleh:

dr. Syntia Ambelina

Pendamping:

Dr. Endayani T, MPH

RSUD KOTA PADANG PANJANG


2016

PORTOFOLIO
Nama Peserta

: dr. Syntia Ambelina

Nama Wahana

: RSUD Padang Panjang

Topik

: Abortus

Nama

: Ny. SMD

Tanggal Presentasi

: 4 Mei 2016

Nama Pendamping

: dr. Endayani T, MPH

Tempat Presentasi

: Ruang Konfrensi RSUD Padang Panjang

Objektif Presentasi

: Keilmuan dan Diagnostik

Bahan Bahasan

: Kasus Emergensi dan Medis

Cara Membahas

: Presentasi dan diskusi

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Abortus
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari (ACOG memberi batasan 20 minggu, FIGO memberi batasan 22
minggu, Hanretty memberikan batasan 24 minggu, WHO memberi batasan 28
minggu).
1.2 Epidemiologi
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 1520% dari semua kehamilan. Jika
dikaji lebih jauh, abortus sebenarnya dapat mendekati 50%. Hal ini dikarenakan
tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 24
minggu setelah konsepsi. WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta
kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus. Sekitar 13% dari jumlah total
kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi abortus, 800 wanita
diantaranya meninggal karena komplikasi abortus dan sekurangnya 95% (19 dari
setiap 20 abortus) di antaranya terjadi di negara berkembang. Di Amerika Serikat
angka kejadian abortus spontan berkisar antara 10-20% dari kehamilan. Di Rumah
Sakit Umum Daerah RSUD Banyumas Unit II Purwokerto, angka kejadian
abortus pada tahun 2007 sebesar 23,70% pada tahun 2008 meningkat menjadi
30,70%. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, prevalensi
abortus tercatat sebesar 8-12%.
Di Indonesia, setiap tahun selalu dilakukan pencatatan distribusi penyakit
oleh Departemen Kesehatan RI yang salah satunya adalah penyakit kehamilan.
Jumlah keguguran yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya
usia gestasional, dari 25% pada 5 hingga 6 minggu pertama kehamilan menjadi
2% selepas 14 minggu kehamilan.

1.3 Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi
umumnya terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin.
Penyebab terhentinya proses biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada
kehamilan muda. Hal yang sebaliknya terjadi pada kehamilan lanjut, di mana
pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor lingkungan atau eksternal
sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan hidup.
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebab fetal,
penyebab maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua
(paternal) ini walaupun berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap
kejadian abortus spontan.
1. Faktor fetal
80% kasus abortus spontan terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu,
setengah di antaranya disebabkan oleh kelainan kromosom. 95% kelainan
kromosom pada abortus spontan disebabkan oleh kegagalan gametogenesis
maternal dan sisanya adalah kegagalan gametogenesis paternal. Abnormalitas
dapaat dimulai dari pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat
fertilisasi atau saat pembelahan dini mitosis. Keadaan abortus dengan
kelainan kromosom ini disebut abortus aneuploid, misalnya trisomi autosom
atau

monosomi.

Abortus

spontan

biasanya

menunjukkan

kelainan

perkembangan zigot, embrio, fetus tahap awal, atau pada plasenta. Dari 1000
abortus spontan yang diteliti, ditemukan setengahnya menunjukkan tidak
adanya embrio atau disebut blighted ovum. Kelainan morfologi pertumbuhan
terjadi pada 40% abortus spontan sebelum usia gestasi 20 minggu. Setelah
trimester pertama, tingkat abortus dan kelainan kromosom berkurang.
2. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak ibu, abortus juga dapat terjadi akibat
adanya gangguan kesehatan atau penyakit sistemik pada ibu.
a. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi
hal ini tidak umum terjadi. Dari hasil penelitian, infeksi yang diduga
memiliki kaitan dengan abortus spontan adalah Mycoplasma hominis,

ureaplasma urealyticum, dan bakterial vaginosis.


b. Gangguan nutrisi yang berat
Defisiensi salah satu komponen nutrisi atau defisiensi sedang dari semua
komponen nutrisi bukan merupakan penyebab penting pada abortus.
c. Pacandu berat alkohol atau rokok
Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang
dikonsumsi setiap hari. Abortus spontan berkaitan juga dengan konsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan dua
kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali
lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari. Dalam
suatu penelitian didapatkan bahwa risiko abortus meningkat 1,3 kali untuk
setiap gelas alkohol yang dikonsumsi setiap hari. Sementara itu, kafein
dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada
wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari
menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi. Pada yang
mengkonsumsi lebih dari 5 cangkir setiap hari, risiko berhubungan dengan
jumlah kopi yang dikonsumsi setiap hari.
d. Radiasi
Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan
tetapi, jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak
diketahui secara pasti. Ketika alat kontrasepsi dalam rahim gagal
mencegah kehamilan, risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.
Sementara itu, kontrasepsi oral atau zat spermisidal tidak berkaitan dengan
peningkatan risiko abortus.
e. Penyakit kronis atau menahun
Tingkat aborsi spontan dan malformasi kongenital major meningkat pada
wanita dengan diabetes bergantung insulin. Risiko berkaitan dengan
derajat kontrol metabolik pada trimester pertamaSelain itu pada seliac prue
juga dapat menyebabkan infertilitas pada suami atau istri dan abortus
rekuren.
f. Gangguan hormonal
Terdapat hubungan antara defisiensi progesteron dan terjadinya abortus.
Hormon progesteron sangat berperan pada pembentukan desidua.
Gangguan pembentukan desiuda akan menganggu proses nutrisi embrio
yang menyebabkan terhentinya proses biologiss sehingga terjadi abortus.

Selain trofoblas, kelenjar tiroid berperan dalam memelihara kehamilan.


Gangguan pada tiroid dapat mengakibatkan gangguan kehamilan normal.
g. Gangguan imunologis
Antibodi terhadap sperma pada segolongan wanita dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan kehamilan. Apabila kehamilan dapat terjadi maka
risiko abortus sangat tinggi. Ketidaksesuaian golongan darah dapat
menjadi penyebab abortus spontan.
h. Trauma fisis
Trauma mayor abdomen dapat menyebabkan abortus.
i. Anomali uterus dan serviks
Pada mioma yang besar dan multipel biasanya tidak menyebabkan abortus.
Jika dihubungkan dengan abortus, yang menentukan bukanlah ukurannya
tetapi lokasinya. Mioma submukosa lebih sering menyebabkan abortus
daripada mioma intramural maupun mioma subserosa.Kelainan serviks
yang berperan pada terjadinya abortus adalah inkompetensi serviks.
1.4 Patogenesis
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa

bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed
abortion).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk inui menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam
sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampa seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose; dalam hal ini amnion tampa berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion.
1.5 Klasifikasi Abortus
1. Abortus spontan (keguguran atau spontaneus abortion/misscarriage)
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Derajat abortus spontan
meliputi:
a. Abortus iminens (threatened abortion)

b. Abortus insipiens (inevitable abortion)

c. Abortus inkomplit (incomplete abortion)

d. Abortus komplit (complete abortion)

e. Missed Abortion
Missed
abortion merupakan kegagalan uterus untuk mengeluarkan embrio
lebih dari 8 minggu dihitung sejak kematian embrio tersebut. Karena sulit
mengetahui saat pasti tentang matinya embrio, maka umumnya diambil
patokan dari ketidaksesuaian ukuran uterus dengan usia kehamilan
(dengan adanya selisih 8 minggu). Pada beberapa kasus, missed abortion
dapat diekspulsi secara spontan. Bila usia kehamilan telah memasuki
trimester kedua dan terjadi retensi janin mati, maka sering terjadi
gangguan pembekuan darah, seperti perdarah dari gusi, hidung atau
tempat terjadinya

trauma. Gangguan pembekuan darah tersebut

disebabkan oleh koagulopati konsumtif akibat retensi embrio mati dalam


jangka waktu cukup lama.
f. Abortus habitualis (recurrent abortus)
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi 3 kali atau lebih berturutturut. Penyebab abortus harus dapat dikenali segera agar dapat dilakukan

pengobatan yang sesuai.


2. Abortus buatan/diinduksi (induced abortion)
Abortus yang terjadi akibat upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses
kehamilan. Abortus buatan dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Abortus buatan terapeutik (abortus provokatus medisinalis)
Abortus yang dilakukan pada wanita hamil atas indikasi terapeutik atau
medis.

Umumnya

indikasi

tersebut

berkaitan

dengan

ancaman

keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada ibu
(dekompensatio kordis, tuberkulosis paru berat, status asmatikus,
diabetes mellitus tidak terkontrol, penyakit hati menahun, dan
sebagainya). Pada beberapa negara, indikasi untuk melakukan abortus
provokatus berkaitan dengan adanya kecatatan pada janin (misalnya
thalassemia, kelainan kromosom, sindrom Down, penyakit retardasi
mental) atau dari cara terjadinya suatu kehamilan (akibat perkosaan,
hubungan sedarah/incest).
Pada beberapa badan peradilan di luar negeri atau negara modern dikenal
pula istilah terminasi kehamilan atas permintaan pasien (voluntary
termination), yaitu abortus yang dilakukan atas permintaan pasien, baik
akibat adanya risiko terhadap kesehatan ibu atau tekanan mental berat
yang dialami ibu tersebut (misalnya kehamilan yang baru saja diketahui
setelah terjadinya perceraian, sulit menentukan ayah dari janin yang
dikandungnya, hamil bukan dengan pasangan yang sebenarnya atau
pasangan tersebut tidak terikat dalam ikatan pernikahan yang sah). .
b. Abortus kriminalis (abortus provokatus kriminalis)
Abortus yang dilakukan secara sengaja (melalui kesepakatan antara
pasien dan pelaku aborsi) dan bukan atas indikasi untuk menyelamatkan
jiwa ibu, adanya kecacatan pada janin atau gangguan mental yang berat.
1.6 Diagnosis
Beberapa diagnosis banding obstetrik yang sering dipikirkan pada kasus
perdarahan pada kehamilan muda ialah abortus, kehamilan ektopik terganggu
(KET), dan kehamilan mola (mola hidatidosa).

1.7 Manifestasi Klinis pada Beberapa Derajat Abortus

Abortus

Perdarahan

Serviks

Iminens

Sedikit - sedang

Tertutup

Insipiens

Sedang - banyak

Terbuka

Besar Uterus

Sesuai

Gejala Lain

dengan Tes kehamilan (+), kram,

usia kehamilan

uterus lunak

Sesuai atau lebih Kram, uterus lunak

kecil

Inkomplit

Komplit

Sedikit - banyak

Sedikit - tidak ada

Terbuka (lunak)

Lunak

Lebih kecil dari Kram,


usia kehamilan

(terbuka Lebih kecil dari

atau tertutup)

usia kehamilan

keluar

jaringan,

uterus lunak

Sedikit/tidak ada kram,


keluar massa kehamilan,
uterus kenyal

1.8 Tatalaksana
Langkah awal dari serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian
kondisi klinis pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan
memulai pertolongan awal kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali
berbagai komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien seperti syok,
infeksi/sepsis, perdarahan hebat (masif) atau taruma intraabdomen. Melalui
pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi komplikasi. Walaupun
tanpa komplikasi, pada kasus abortus inkomplit dapat berubah menjadi ancaman
apabila terapi definitif (evakuasi sisa konsepsi) tidak segera dilaksanakan. Oleh
karena itu, penting sekali untuk membuat penilaian awal secara akurat (yang
kemudian segera diikuti dengan tindakan pengobatan) atau (apabila ada indikasi)
melakukan stabilisasi pasien.
Tata laksana definitif abortus bergantung pada derajat abortus dan meliputi
prosedur medikal dan surgikal
1. Abortus iminens
Pada umumnya tidak memerlukan terapi medikamentosa. Beberapa sumber
masih ada yang mengharuskan tirah baring selama 24-48 jam, sumber lain
menyebutkan tidak perlu sampai tirah baring (ibu hanya dianjurkan untuk

menghindari aktivitas fisik yang berat). Pasien sebaiknya tidak melakukan


hubungan seksual untuk sementara. Bila perdarahan berhenti, pemantauan
dilanjutkan saat perawatan antenatal guna menilai kembali jika terjadi perdarahan
lagi. Bila perdarahan tidak berhenti, nilai kembali viabilitas fetal (tes kehamilan
atau USG). Perdarahan persisten dengan ukuran uterus lebih besar dari perkiraan
usia kehamilan mengindikasikan kehamilan kembar atau mola hidatidosa. Tidak
dianjurkan untuk memberikan terapi hormon (seperti estrogen atau progestin) atau
agen tokolitik (salbutamol atau indometasin) karena tidak dapat mencegah
terjadinya keguguran.
2. Abortus insipiens
Apabila usia kehamilan < 16 minggu, rencanakan untuk melakukan evakuasi
isi uterus. Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan:
a. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 g oral (dapat diulang sekali setelah 4 jam bila
perlu).
b. Rencanakan evakuasi hasil konsepsi dari uterus sesegera mungkin.
Apabila usia kehamilan > 16 minggu:
a. Tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi isi uterus
untuk membersihkan sisa-sisa konsepsi yang masih tertinggal.
b. Apabila memungkinkan dapat diberikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L
cairan intravena (salin normal atau Ringers Lactate) dengan kecepatan 40
tetes per menit guna membantu terjadinya ekspulsi spontan hasil
konsepsi. Setelah itu, lakukan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu
pasca tindakan.
3. Abortus inkomplit
Apabila perdarahan ringan dan kehamilan < 16 minggu, dapat dilakukan
pengeluaran hasil konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari atau ring
(sponge) forcep.Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan < 16 minggu,
dilakukan evakuasi hasil konsepsi dari uterus dengan:

a. Aspirasi vakum manual


Merupakan metode yang lebih dianjurkan. Indikasi aspirasi vakum
manual pada kasus abortus: abortus insipien atau inkomplit < 16 minggu.
Menurut beberapa hasil penelitian, aspirasi vakum menunjukkan risiko
komplikasi (perdarahan hebat, infeksi, trauma serviks, perforasi) yang
lebih rendah dibandingkan kuret tajam. Di samping itu, prosedur ini tidak
memerlukan anestesi umum dan memiliki efektivitas yang cukup baik
(persentase evakuasi komplit rata-rata >98%). Metode kuretase tajam
(dilatasi dan kuretase) hanya dilakukan bila aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
b. Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan, berikan
ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila diperlukan)
atau misoprostol 400 g oral (dapat diulang setelah 4 jam bila
diperlukan).
Apabiila kehamilan > 16 minggu:
a. Infus oksitosin 40 IU dalam 1 L cairan intravena (saline normal atau
Ringers Lactate) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai ekspulsi
hasil konsepsi terjadi.
b. Bila perlu, dapat diberikan misoprostol 200 g per vaginam tiap 4 jam
hingga terjadi ekspulsi, dosis total tidak lebih dari 800 g.
c. Mengevakuasi sisa hasil konsepsi yang tersisa dari uterus.
4. Abortus komplit
Evakuasi hasil konsepsi dari uterus umumnya tidak diperlukan. Lakukan
pemantauan pada perdarahan yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Affandi B, Adriaanz G, Widohariadi, dkk. Paket Pelatihan Klinik: Asuhan


Pasca Keguguran, Edisi Kedua. Jakarta: JNPK-KR/POGI, 2002. Hal. 2-1 s.d.
2-9; 4-1 s.d. 4-13.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (Editors). Abortion. In: Williams
rd
Obstetrics, 23 Edition. New York: McGraw-Hill, 2010. [e-book].
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In:
Current Diagnosis and Treatment in Obstetric and Gynecology. New York:
McGraw-Hill, 2003. [e-book].
4. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimhadhi
T, Wiknjosastro GH (Editor). Dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010. Hal. 460-74.
th
5. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6
Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
6. Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In;
Managing Complications in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives
and Doctors. Geneva: WHO, 2007. p. S-7 s.d S-17.

Borang Portofolio Kasus Emergensi dan Medis

No.

ID

dan

Nama

Peserta
No. ID

dan

Nama

Wahana
Topik
Tanggal (Kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi
Tempat Presentasi
Objektif Presentasi

dr. Syntia Ambelina


RSUD Kota Padang Panjang
Abortus
23 April 2016
Ny. SMD
No. RM
863610
4 Mei 2016 Pendamping dr. Endayani T, MPH
Ruang Konfrens RSUD Kota Padang Panjang

Keilmuan

Keterampilan

Diagnostik

Manajemen

Neonatus
Deskripsi
Tujuan
Bahan
Bahasan

Bayi

Anak

Data Pasien

Tinjauan

Penyegaran
Masalah

Pustaka
Istimewa

Bumil
Lansia

Remaja

Dewasa

Seorang pasien wanita hamil, usia 22 tahun, datang dengan keluhan


keluar darah dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu.

Menegakkan diagnosis, penatalaksanaan abortus


Tinjauan
Riset
Pustaka
Kasus

Cara
Membahas

Diskusi

Presentasi dan
Diskusi

Nama : Ny. SMD

E-mail
No.

Audit

Pos

Registrasi

863610
Terdaftar sejak :

Nama RS : RSUD Kota Padang Panjang


Telp :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
j. Diagnosis / Gambaran Klinis : G1P0A0H0 gravid 11-12 minggu + abortus
insipiens
k. Riwayat Pengobatan : Tidak ada
l.
m.
n.
o.

Riwayat Kesehatan / Penyakit : Tidak ada


Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini
Riwayat Pekerjaan : Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal dengan suami dan orang tua

p. Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap


q. Lain-lain : Daftar Pustaka

1. Affandi B, Adriaanz G, Widohariadi, dkk. Paket Pelatihan Klinik: Asuhan


Pasca Keguguran, Edisi Kedua. Jakarta: JNPK-KR/POGI, 2002. Hal. 2-1 s.d. 29; 4-1 s.d. 4-13.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (Editors). Abortion. In: Williams
rd
Obstetrics, 23 Edition. New York: McGraw-Hill, 2010. [e-book].
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In:
Current Diagnosis and Treatment in Obstetric and Gynecology. New York:
McGraw-Hill, 2003. [e-book].
4. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (Editor). Dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010. Hal. 460-74.
th
5. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6
Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
6. Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In;
Managing Complications in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives
and Doctors. Geneva: WHO, 2007. p. S-7 s.d S-17.
Hasil Pembelajaran :
d. Diagnosis abortus
e. Tatalaksana awal dan lanjutan pasien abortus
f. Mengenal Komplikasi abortus

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
-

Keluar darah dari jalan lahir sejak 2 jam lalu, darah berwarna merah

kehitaman.
Nyeri perut yang semakin bertambah sejak 3 jam yang lalu, nyeri terutama

dirasakan pada parut bagian bawah.


Pasien hamil anak pertama, HPHT 2-2-2016 TP 9-11-2016.
Riwayat nyeri kepala tidak ada.
Riwayat mual (+), muntah (+) sejak 5 minggu yang lalu.
Riwayat jatuh/ terbentur, diurut, senggama dalam 1 minggu terakhir

disangkal.
Riwayat keputihan selama hamil (+) sedikit, tidak gatal, dan tidak berbau.
BAK dan BAB biasa.

Objektif :
a.

Vital sign
-

Keadaan Umum: Sedang

Kesadaran

: CMC

Nadi

: 110x/ menit, kuat angkat

Nafas

: 26x/menit

TD

: 130/80 mmHg

Suhu

: 36,8 0C

BB

: 52 Kg

b. Status Generalis
-

Mata : Konjungtiva tidak anemis , Sklera tidak ikterik

THT

KGB : Tidak ada pembesaran KGB

: Tidak ditemukan kelainan

Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru

: Iktus tidak terlihat


: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
: Batas Jantung Normal
: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen

: Simetris ki=ka
: Fremitus ki=ka
: Sonor
: Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Punggung

: Perut tidak tampak membuncit


: Supel, Nyeri Tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
: Timpani
: BU (+) N
: Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA tidak ada.

Alat kelamin

: Tidak diperiksa

Anggota gerak

: Akral Hangat Perfusi baik.


RF ++/++, RP -/-

c. Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : FUT pertengahan pusat-simpisis pubis, nyeri tekan (+)
Genetalia
Inspeksi: vulva/uretra tenang
Inspekulo: portio licin, OUE terbuka, tampak jaringan di ostium, fluksus (+)
Vaginal Touche: pembukaan 1 jari longgar, bentuk dan ukuran corpus uteri
lebih besar dari normal, sebesar telur bebek, antefleksi, parametrium
lemas, adneksa (-)
d. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin: Hb 10,2 g/dL

Leukosit 11.730/uL

Trombosit 369.000/uL Hematokrit 29%


HCG Urine: (+) positif
USG: Uterus antefleksi, membesar dengan diameter 10,2 cm x 6,5 cm, berisi
massa hiper/hipoekoik berupa kantung gestasi (gestational sack) yang ireguler.
Tidak tampak fetal echo. Cairan bebas di kavum douglas (-)

e.

Diagnosis Kerja
G1P0A0H0 gravid 11-12 minggu + abortus insipiens
f.
Tatalaksana
Kuretase tajam dalam anastesi TIVA
g.
Follow Up
23 April 2016
S/ nyeri perut (+) minimal
Darah (+) minimal
O/ TD: 120/70 mmHg Nd:78x/menit Nf: 18x/menit T:370 C

Status generalis: dalam batas normal


Status obstetrikus: tidak tempak membuncit, FUT pertengahan pusat-simpisis
pubis, nyeri tekan (-)
A/ P0A1H0 post kuretase tajam ai abortus insipiens
Th/ IVFD RL 12 jam/Kolf
Diet MB TKTP
Amoxicillin 3x500mg
As. Mefenamat 3x500mg
Vit. C 2x1 tab
SF 1x1 tab
24 April 2016
S/ nyeri perut (-)
Darah (+) minimal
O/ TD: 120/70 mmHg Nd:70x/menit Nf: 17x/menit T:36,70 C
Status generalis: dalam batas normal
Status obstetrikus: tidak tempak membuncit, FUT pertengahan pusat-simpisis
pubis, nyeri tekan (-)
A/ P0A1H0 post kuretase tajam ai abortus insipiens
P/ BLPL
Th/ Amoxicillin 3x500mg
As. Mefenamat 3x500mg
Vit. C 2x1 tab
SF 1x1 tab

2. Assesment (penalaran klinis) :


Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien wanita hamil berumur 22
tahun dengan diagnosis kerja: G1P0A0H0 gravid 11-12 minggu + abortus insipiens.
Dasar diagnosis pada pasien dari keluhan utama keluar darah dari jalan lahir sejak
2 jam SMRS, pasien juga merasakan nyeri perut yang semakin bertambah sejak 3
jam SMRS, nyeri terutama dirasakan pada parut bagian bawah. Pada pemeriksaan
inspekulo ditemukan OUE terbuka dan tampak jaringan pada ostium. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,2 g/dL, leukosit 11.730/uL,
trombosit 369.000/uL, dan Hematokrit 29%.
Tatalaksana utama pasien adalah kuretase tajam. Selain itu, diberikan
terapi IVFD RL 12jam/kolf (makro), amoxicillin 3x500mg, As. Mefenamat
3x500mg, Vit. C 2x1 tab, dan SF 1x1 tab.
3. Plan :
Diagnosis klinis : G1P0A0H0 gravid 11-12 minggu + abortus insipiens
Pengobatan :
Amoxicillin 3x500mg
As. Mefenamat 3x500mg
Vit. C 2x1 tab
SF 1x1 tab
Pendidikan :
Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai kondisi pasien dan
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien apabila tidak segera ditangani dengan
tepat..

Anda mungkin juga menyukai