Risqi Sasti
J1A012117
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tempe merupakan salah satu produk fermentasi tradisional yang cukup
terkenal dan merupakan sumber protein nabati yang sangat potensial bagi
penduduk khususnya penduduk Indonesia. Tempe banyak digemari karena
harganya yang murah dan kandungan gizinya yang cukup tinggi dan mengandung
berbagai zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan antara lain karbohidarat, protein,
serat dan vitamin (Margono, 2000). Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2014, menyatakan bahwa besarnya
konsumsi tempe jauh berada di atas konsumsi kedelai segar
pada periode yang sama. Tahun 2002-2013 rata-rata konsumsi
tempe sebesar 7,26 kg/kapita/th. Pada tahun 2014 konsumsi
tempe
naik
sebesar
4,98%
atau
menjadi
7,44
kg/kapita
bagian bawah daun jati atau daun waru setelah beberapa hari dan dapat digunakan
setelah dikeringkan terlebih dahulu (Kasmidjo, 1990)..
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kini para pengrajin
tempe banyak menggunakan inokulum buatan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia) sebagai pengganti usar. Pemakaian inokulum buatan LIPI sangat
mudah untuk dilakukan dibanding dengan usar. Selain itu, tempe yang dihasilkan
dengan memakai inokulum buatan LIPI lebih stabil karena lebih sedikit
mengandung bakteri kontaminan (Reni, 2009). Hal ini dibuktikan berdasarkan
penelitian lusiawati dkk (2012), yaitu penambahan
sebanyak 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dan 0,4 g pada kedelai sebanyak 100 g dengan waktu
fermentasi selama 48 jam, terlihat miselia yang terbentuk secara visual meningkat
yaitu pada penambahan inokulum sebanyak 0,3g dan 0,4g, sehingga
mempengaruhi tekstur dan kepadatan tempe menjadi sangat kompak. Modifikasi
dalam pembuatan tempe dengan mempergunakan beberapa konsentrasi inokulum
dan bahan baku tempe selain kedelai yang ditinjau dari karakteristik fisik maupun
kimia sejauh ini belum banyak dilakukan (Widyanti 2011). Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang diatas maka akan dilakukan penelitian tentang
PENGARUH
PENAMBAHAN
KONSENTRASI
LARU
RAGI
TERHADAP
sweet).
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan jamur tempe kacang
komak dengan penambahan konsentrasi laru ragi yang berbeda-beda.
1.2.2.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengrajin tempe dan
masyarakat umum agar dapat mengetahui teknik serta tata cara dalam proses pembuatan
tempe kacang komak. Informasi ini dapat dijadikan acuan untuk menentukan tindakan
selanjutnya dalam rangka meningkatkan pemanfaatan dan mutu dari kacang komak.
1.3. Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Komak
Kacang komak (Lablab purpureus (L.) sweet) diklasifikasikan ke dalam
subkelas
Dicotyledonae, ordo
Leguminosae, famili
Dolichos. Kacang komak mempunyai berbagai nama lain seperti hyacinth bean,
Bonavist, Chicaros, Chink, Egyption bean, Pharao, Seem, Val, Dolichos lablab L.,
Dolichos purpureus L., lablab niger Medik., lablab vulgaris Savi., Dolichos albus
lour., Dolichos cultratus Thunb., Dolichos lablab var hortensis, lablab leucocarpos
Davi, lablab nankinicus Savi, lablab perennans DC., lablab vulgaris var niger
DC (Duke, 1983). Tanaman ini merupakan tanaman asli dari Asia dan juga
ditemukan di Afrika (Allan, 1981). Sebelum abad pertengahan, kacang komak
sudah dibudidayakan di India, China, Jepang, Sudan dan Mesir.
Kacang komak (Lablab purpureus (L.)Sweet) merupakan salah satu dari
13 jenis kacang-kacanganpotensial yang telah dibudidayakan secara turun
temurun oleh petani Indonesia khususnya di daerah Nusa Tenggara Barat.Kacang
komak dikenal pula di daerah madura danmerupakan kerabat dekat kacang Koro
di pulauJawa (Sumarjan, 2004).Kacang komak dapat tumbuh di daerah tropis dan
subtropis.Suhu yang baik untuk tanaman adalah 18-30C.Namun, suhu yang
tinggi tidak mempengaruhi perkembangannya.Tanaman ini sangat toleran
terhadap kekeringan dan beradaptasi dengan baik pada lahan kering dengan curah
hujan rata-rata 200-2500 mm/tahun (Duke, 1983).
2.1.1.Taksonomi dan Morfologi Kacang Komak(Lablab purpureus (L.) Sweet)
Kacang komak merupakan tanaman tahunan merumpun atau memenjat,
berbentuk agak perdu, agak tegak, atau menjalar dengan panjang batang utama
antara 1,5 hingga 6 meter, bercabang, berbulu, seringkali dipelihara sebagai
tanaman semusin, memiliki akar tunggang yang tumbuh baik beserta banyak akar
lateral dan akar adventif yang berkembang dengan baik pula.
Daun berselang-seling, beranak daun tiga, anak daun bundar telur
melebar dengan ukuran 5-15cm x 4-15cm, berpinggiran rata setengah gundul atau
baik pada tanah liat berpasir dengan pH 6,5. Komak sangat peka terhadap kondisi
becek, tetapi sangat toleran kondisi kekeringan.
2.1.4.2. Suhu
Komak merupakan tanaman hari pendek.Untuk pertumbuhan yang baik
memerlukan suhu antara 18-30oC.keadaan yang terlalu dingin berpengaruh buruk
pada persariaan dan pembentukan biji, sehingga komak lebih sesuai untuk daratan
rendah beiklim kering dan panas.
2.1.4.3.Curah hujan
Kacang komak dapat beradaptasi baik pada daerah yang mempunyai curah
hujan 600-3.000 mm/th dan ketinggian tempat 0-2.100m dari permukaan laut.
Kelembaban tanah sangat dibutuhkan pada stadia kecambah
2.1.5. Kandungan Nutrisi Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet).
Kacang komak mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, berupa
karbohidrat, protein, serat, serta memiliki susunan asam amino yang baik. Selain
itu, kacang komak juga mengandung lemak, mineral seperti abu, kalsium, fosfor,
zat besi, dan vitamin seperti asam nikotinat dan vitamin C (Kay, 1979). Kacang
komak dapat digunakan dalam usaha mengatasi kekurangan protein.Kandungan
protein biji tua kacang komak secara normal berkisar antara 21-29 % (Kay,
1979).Komposisi kimia kacang komak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Komposisi kimia kacang komak tiap 100 gram
Komponen
Biji kering
Kulit
(berat basah)
(yang dapat dimakan)
334
Kalori (kal)
30
Protein (g)
21,5
3,1
Lemak (g)
1,2
0,3
Karbohodrat (g) 61,4
8,2
Serat (g)
6,8
1,9
Abu (g)
3,8
0,9
Ca (mg)
98
75
P (mg)
345
50
Fe (mg)
3,9
1,2
Sumber :Duke (1983)
Daun
(berat basah)
31
2,4
0,4
6,1
6,7
1,4
120
57
7
(47,7%) dan kecipir (18%). Kandungan lemak komak terendah di antara tanaman
kacang-kacangan yang di tanam di Indonesia.Kandungan lemak yang rendah
memiliki keuntungan tersendiri dalam penyajian menu rendah lemak dan rendah
kolesterol.
Serat yang terkandung pada kacang-kacangan adalah kandungan seratnya
palig rendah. Selama proses perkecambahan terjadi peningkatan kandungan
seratnya, karena terjadi pengurangan unsur untuk proses metabolisme dan juga
terjadi pembentukan dinding sel baru untuk pertumbuhan tanaman baru
Kacang-kacangan merupakan sumber mineral yamg baik. Kandunga abu
dari golongan kacang-kacangan berkisar antara 0.9 hingga 4,7% sebesar rata-rata
300mg/100g bahan. Komak kaya akan posfor (345m/100g) dan besi (3,9mg/100g)
dibandingkan dengan kacang-kacangan lain. Perbandingan Kandungan Gizi
Komak dengan Kedelai,Kacang Tanah dan kacang hijau dapat dilihat pada Tabel
3.
Air (%)
10,0
5,4
9,6
10,0
Protein (%)
35
28
25
22
Lemak (%)
18
47,7
0,8
1
Karbohidrat (%)
32
11
60,1
60
daya serap minyak.Oleh karena itu, komposisi asam amino kacang komak juga
cukup baik karena susunan proteinnya yang mendekati protein kedelai.
2.1.6.1. Kacang Komak Sebagai Bahan Pangan
Kacang komak dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan.Biji kacang
komak dapat dimasak dan dimakan sebagai sayuran atau salad.Kulit (polong)
yang masih muda dan biji yang sudah kering juga dapat dikonsumsi sebagai
makanan. Di Mesir, biji kacang komak digiling dan digunakan sebagai bahan
pembuat kue yang disebut dengan tanniah (Duke, 1983).
2.1.6.1.1.Pangan Tradisional
Kacang komak (Lablab purpureus, L sweet) berpotensi untuk dijadikan
pangan
alternatif
pengganti
kedelai
yang
harganya
melambungdalam
gaplek sebagai makanan pokok, rendahnya protein pada gaplek (1%) merupakan
permasalahan yang perlu di perhatikan sedangkan harga protein relatif mahal.
Pencampuran tepung komak sebanyak 30% pada tepung gaplek akan
meningkatkan kandungan proteinnya menjdi 8%, mendekati kandungan protein
beras.
2.1.6.1.3. Kacang Komak Sebagai Pakan Ternak
Kebutuhan kacang-kacangan sebagai sumber protein dalam usaha
mencukupi kebutuhan pakan ternak telah mulai terasa tinggi.Sampai saat ini
soybean meal atau kedelai bebas lemak merupakan salah satu bahan bakunya.
Pada tahun 1987 telah diimpor sebesar 334.000 ton kedelai tanpa lemak atau
sebesar 40-45% untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak.. Komak yang
memiliki protein 23% diharapkan dapat menggantikan tanaman kedelai untuk
makanan ternak dengan cara mengganti ataupun dengan mencampur keduanya.
Tanaman komak yang dijadikan pakan ternak adalah bagian hijau khususnya
bagian batang dan daun tanaman.
Bahan hijau komak mengandung 41,2% protein kasar dan kadar protein
pada polong muda sebesar 11,5% (Kay, 1979). Di Australia bahan hijaun kacang
komak yang dipanen pada umur 50 hari berkisar antara 5 hingga 11t/ha.Campuran
rumput dengan hijauan komak dapat meningkatkan mutu dan daya cerna pakan
(Kay, 1979).
2.1.6.1.4. Kacang komak sebagai Obat.
Selain sebagai sumber makanan, kacang komak juga dapat digunakan
sebagai obat antara lain obat sakit perut dan kencing nanah (gonorrhea) (Duke,
1983). Jus dari kulit biji kacang komak digunakan sebagai obat radang telinga dan
tenggorokan.Di cina, jenis kacang ini digunakan sebagai obat tradisional untuk
mengobatai penyakit gembur-gembur (curing dropsy), diare dan digunakan
sebagai tonik (Li, 1973).
2.1.7. Produktivitas kacang komak
Indonesia
merupakan
salah
satu
Negara
penghasil
kacang
dasarnya, cara membuat tempe terdiri dari 2 bagian besar, yaituproses pemasakan
kedelai dan dilanjutkan dengan proses fermentasi.
Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembuatan tempe menurut
Badan Standarisasi Nasional (2012) :
1. Agar benar-benar mendapatkan biji kedelai yang bagus, dilakukan penyortiran.
Caranya yaitu tempatkan biji kedelai pada tampah, kemudian ditampi.
2. Biji kedelai dicuci dengan air yang mengalir.
3. Biji kedelai yang sudah bersih ke dalam panci berisi air, kemudian direbus
selama 30 menit atau sampaimendekati setengah matang.
4.Kedelai yang sudah direbus direndam selama semalam hingga menghasilkan
kondisi asam.
5. Keesokan harinya, kulit arinya dikupas. Caranya, kedelai dimasukkan ke dalam
air, kemudian remasremas sambil dikuliti hingga akhirnya didapatkan kepingkeping kedelai.
6. Keping kedelai dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama seperti mencuci beras
yang hendak ditanak.
7. Keping kedelai dimasukkan ke dalam dandang lalu ditanak, mirip seperti
menanak nasi.
8. Setelah matang, angkat, lalu dihamparkan tipistipis di atas tampah. Ditunggu
sampai dingin, airnya menetes habis, dan keping kedelai mengering.
9. Proses selanjutnya adalah menambahkan ragi. Pemberian ragi pada kedelai
dicampurkan sambil diaduk hingga merata.Ukurannya, 1 kg kedelai
menggunakan sekitar 1 gram ragi.
10. Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi menggunakan daun
pisang atau plastik.
11. Peram bungkusan kedelai. Bila pembungkusnya berupa plastik, pemeraman
dilakukan di atas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak.Bila
pembungkusnya berupa daun, pemeraman dilakukan pada keranjang bambu
yang ditutup goni.
12. Sesudah diperam semalaman, dilakukan penusukan dengan lidi. Tujuannya
agar udara segar dapat masuk ke dalam bahan tempe.
13. Peram lagi semalaman, keesokan harinya tempe yang dibuat telah jadi dan
siap dikonsumsi.
yang
digunakan
berupa
kapang
antara
lain
Rhizopus
2.2.3.3. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang
cukup.Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink. Kapang tempe dapat menghasilkan
enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral)
menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral
tertentu (sepertibesi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk
dimanfaatkan tubuh (SNI 3144 : 2009)
2.2.3.4. Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk
isoflavon yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan
radikalbebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon,yaitu daidzein, glisitein,
dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga
terdapatantioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat
antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi
tempe oleh bakteri micrococcus luteus dan coreyne bacterium (SNI 3144 : 2009).
Komposisi kimia tempe dapat dilihat pada Tabel 4.
Tebel 4. Komposisi Kimia Tempe
Komposisi
Jumlah
Air (wb)
61,2 %
Protein kasar (db)
41,5 %
Minyak kasar (db) 22,2 %
Karbohidrat (db)
29,6 %
Abu (db)
4,3 %
Serat kasar (db)
3,4 %
Nitrogen (db)
7,5 %
Sumber :SNI 3144 : 2009
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar protein pada tempe cukup tinggi yaitu
41,5% dan telah memenuhi syarat mutu tempe kedelai yaitu minimal 20% (b/b).
Tempe juga memiliki kandungan air yang cukup tinggi yaitu 61,2% dan
kandungan karbohidratnya sebesar 29,6%.
Persyaratan
normal (khas tempe)
normal
normal
maks 65
maks 1,5
min 20
maks 10
negative
asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur tersebut terkandung dalam
tempe.
5. Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa
anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus) merupakan
antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi.
6. Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe bersifat
dapat menurunkan kadar kolesterol.
7. Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.
8. Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi) beserta
berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun degeneratif.
9. Mencegah timbulnya hipertensi.
10. Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah osteoporosis.
2.3. Laru Ragi Tempe
tempe
di
Indonesia
pada
umumnya
tidak
spora
yang
berfungsi
sebagai
benih
untuk
yang memegang peranan utama pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe.
Jamur Rhizopus sp akan membentuk padatan kompak berwarna putih yang disebut
sebagai benang halus/biomasa. Benang halus/biomasa disebabkan adanya miselia
jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai dan menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Jenis Rhizopus sp sangat beragam sehingga perlu diisolasi serta
diidentifikasi morfologi dan sifatsifatnya. Identifikasi berdasarkan morfologi
jamur yaitu dengan mengamati sporangiofor, sporangium dan sporangiospora.
Masyarakat umumnya menyebut inokulum jamur untuk membuat tempe dengan
laru atau ragi tempe. Jenis Rhizopus yang dapat digunakan sebagai inokulum
dalam pembuatan tempe yaituR. oligosporus, R. oryzae, R. stoloniferdan
kombinasi dua jenis atau ketigatiganya (Kusuma, 2005).
Miselium R. oryzae lebih panjang daripada R. oligosporus, sehingga tempe
yang dihasilkannya tampak lebih padat dan kompak daripada jika hanya
R.oligosporus yang digunakan dalam fermentasi tempe. Akan tetapi jika tempe
yang ingin diproduksi diutamakan nilai gijinya, maka R. oligosporus memegang
peranan terpenting. Hal ini disebabkan karena selama fermentasi berlangsung
R.oligosporus mensintesa lebih banyak enzim protease, sedangkan R. oryzae
mensintesa lebih banyak enzim amilase. Dalam pembuatan tempe kedua spesies
ini sebaiknya dicampur dengan proporsi R. oryzae dan R.oligosporus 1:2 (purwo
Arbianto,1983).
Salah satu jenis jamur yang sering dijumpai dalam ragi
tempe
adalah
ragi
(Iskandar,
2002).
R.
oligosporus
dengan
berisi
granula,
terbentuk
pada
hifa,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Rancangan Penelitian
3.1.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilaksanakan di
Laboratorium.
3.1.2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan percobaan tunggal yaitu konsentrasi laru ragi (L) dengan
6 perlakuan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
L0 = Berat bahan= 100 g, Konsentrasi laru 0.1%
L1 = Berat bahan= 100 g, Konsentrasi laru 0.2%
L2 = Berat bahan= 100 g, Konsentrasi laru 0.3%
L3 = Berat bahan= 100 g, Konsentrasi laru 0.4%
L4 = Berat bahan= 100 g, Konsentrasi laru 0.5%
L5 = Berat bahan= 100 g, Konsentrasi laru 0.6%
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24
unit percobaan. Data dari hasil pengamatan kimia dan organoleptik dianalisis
menggunakan analisis keragaman (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5%
dengan menggunakan software Co-Stat. Jika terjadi perbedaan yang nyata hasil
pengamatan kimia dan organoleptik akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ). Sedangkan pada pengamatan hasil uji mikrobiologi
menggunakan metode deskriptif .
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-mei 2016 di
Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Laboratorium Mikrobiologi Pangan dan Laboratorium Biokimia Pangan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.
Kacang Komak
Penyortiran
Air mengalir
Pencucian
Perebusan I
Pencucian
Perendaman
Pencucian
Perebusan dilakukan
selama 15 menit,
pada suhu mendidih
Perendaman menggunakan
larutan abu 5 % , selama 24 jam
Air mengalir
Perebusan II
Penirisan dan Pendinginan
Peragian
Menggunakan
daun pisang
Pembungkusan
Pemeraman (Fermentasi)
pengamatan
masing-masing
parameter
adalah
sebagai berikut:
3.5.2.1. Kadar Air
Penentuan
kadar
air
menggunakan
metode
Dengan: KA (%) =
ab
a
x 100%
dan
%N=
(VbVs)
a
% Protein = % N x 6,25
Keterangan :
Vs
volum HCl
0.02
N yang
digunakan
untuk
0.02
N yang
digunakan
untuk
mentitrasi sampel
Vb
volum HCl
mentitrasi blanko
A
5.
6.
7.
8.
Ilmu
dan
Teknologi
Pangan
diminta
untuk
Produk
Kenampakan
H
Parameter
Rasa
H
Aroma
H
055
164
209
397
123
406
Keterangan uji hedonik (H) Kenampakan, Aroma dan Rasa
Keterangan uji Hedonik
1
2
3
4
5
=
=
=
=
=
Sangat suka
Suka
Agak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1.
Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan dari masing-masing parameter disajikan dalam
Purata
X1
X2
X3
X4
X.....
F-hit
a/e
-
F-tabel
0,05 (3,49)
-
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka antara perlakuan ada beda
nyata. Untuk mengetahui pada perlakuan mana yang berbeda nyata, maka masingmasing dilakukan uji lanjut pada taraf 5%.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil dan analisa hasil pengamatan serta didukung pustaka
yang ada, maka disusun pembahasan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis hasil serta pembahasan yang terbatas pada
ruang lingkup penelitian ini, maka dapat dibuat suatu kesimpulan.
5.2. Saran
Apabila dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang perlu mendapat
perhatian lebih lanjut, maka akan dikemukakan sebagai saran.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, S, S., B. Haryono dan Suhardi, 2007. Prosedur
Analisa Untuk Bahan makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Rahayu, W. P., 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut pertanian Bogor.
Bogor.