dan
sebaliknya
perkembangan
ilmu
pengetahuan
semakin
Sungguh pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orangorang yang berakal. (Q.S. Al-Imran [3]: 190)
Fakta sejarah juga telah membuktikan bahwa kemajuan dan
perkembangan peradaban Islam, salah satunya ilmu pengetahuan, tidak
terlepas dari pengaruh masuknya filsafat ke dalam dunia Islam, yaitu filsafat
dan ilmu pengetahuan Yunani.
Pra Keislaman
Dalam rekaman sejarah, terjadinya kontak antara umat Islam dengan
filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani didahului oleh kontak langsung antara
dunia Arab dan Yunani sebelum Islam melalui Syria, Mesopotamia, dan
Mesir. Filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani datang ke daerah-daerah ini
ketika penaklukan Alexander Agung ke timur pada abad ke empat (331 SM).
Bisa disebut juga Kebudayaan Yunani. Helenisme berasal dari kata hellenizein,
yang berarti berbahasa Yunani atau menjadikan Yunani. Lihat Wiramihardja, 2006:46-51;
Hadiwijono, 1980:15-69.
Ghulam Reza Awani, et.al., Islam, Iran, dan Peradaban (Yogyakarta: Rausyan
Fikr Institute, 2012), hlm. 38.
3
4
Ghulam Reza Awani, et.al., Islam, Iran, dan Peradaban, hlm. 39.
Ghulam Reza Awani, et.al., Islam, Iran, dan Peradaban, hlm. 39.
hlm. 264.
6
Zuhreh seorang dokter dan keluarganya, Ibn Rusyd filsuf, serta Ibn Rumiah
ahli botani dari Andalus.8
Filsafat Islam
Secara Etimologi, fiIsafat yang dalam bahasa Inggrisnya philosophy,
berasal dari kata Yunani Philosophia yang lazim diterjemahkan dengan cinta
kearifan. Akar katanya adalah philia yang artinya cinta, dan sophia yaitu
kearifan. Menurut pengertian semula dari zaman Yunani kuno, filsafat
berarti cinta kearifan. Namun cakupan pengertian Sophia yang semula itu
ternyata luas sekali. Sophia tidak hanya berarti kearifan, melainkan juga
meliputi kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebijakan intelektual,
pertimbangan sehat sampai sampai kepandaian pengrajin, dan bahkan
kecerdikan dalam memutuskan hal yang praktis.9
Menurut Cicero, seorang penulis Romawi (106 - 43 SM) orang
yang pertama memakai kata filsafat adalah Pythagoras (497 SM), sebagai
reaksi terhadap cendikiawan dimasanya yang menamakan dirinya ahli
pengetahuan. Pythagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya
yang lengkap tidak sesuai dengan manusia. Tiap-tiap orang mengalami
kesukaran dalam memperolehnya meskipun ia telah menghabiskan segala
umurnya, namun ia tidak akan sampai ketepinya. Karena itu kita ini
menurutnya bukan ahli pengetahuan, namun pencari dan pencinta
pengetahuan atau filosof.10
hlm. 257.
9
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2004), hlm. 29.,
dalam Jon Pamil, Jurnal Pemikiran Islam, vol. 7, no. 2, (Juli-Desember, 2012), hlm. 104.
10
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 3.,
dalam Jon Pamil, Jurnal Pemikiran Islam, vol. 7, no. 2, (Juli-Desember, 2012), hlm. 104.
Sedangkan
defenisi-defenisi
pengertian
yang
filsafat
dikemukakan
secara
para
terminologi,
ahli,
The
mengutip
Liang
Gie
Dalam hal ini Abdul Mun im Muhammad Khalaf mengemukanan bahwa dalam
stuktur rasio manusia terdapat tiga macam potensi, yaitu potensi penalaran, potensi
penetapan dan potensi keyakinan. Potensi penalaran meliputi objek-objek alam kosmos, alam
psikis dan rahasia-rahasia maupun penemuan-penemuan yang ada pada dua alam tersebut.
Kemampuan ini melahirkan apa yang disebut dengan falsafah, yang dapat difahami sebagai
usaha intelektual untuk dapat mencapai dan menemukan suatu ilustrasi yang komprehensif
dan rasional mengenai realitas alam semesta, penciptanya dan prases serta tujuan
keterciptaannya. Abdul Mun im Muhammad Khallaf, Agama Dalam Perspektif Rasional,
terj. Ahmad Shodiq dan Noor Rahmat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 80.
14
Muchlis Hamidi dalam M.Thoyibi, Filsafat Islam, hlm. 52.
15
Muchlis Hamidi dalam M.Thoyibi, Filsafat Islam, hlm. 52.
16
Sebagai contoh dari hal tersebut adalah apa yang dialami Plato. Ia hidup dalam
suatu periode gelap kehidupan politik Athena. la dilahirkan dalam pemerinthan otoriter dan
militer Sparta yang menghancurkan kebesaran dan masa jaya Athena dibawah Perikles lewat
perang Peloppenesus. Situasi dan keadaan politik yang suram ini mencapai puncaknya pada
pengadilan dan hukuma mati terhadap Socrates. Pengalaman politik yang negatif ini sungguh
mempengaruhi Plato, khasusnya mengenai pandangan dan filsafatnya sendiri tentang hidup.,
dalam Kondrad Kebung Beoang, Plato: Jalan Menuju Pengetahuan Yang Benar
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), hlm. 15.
kaum agamawan, bahkan dianggap sesat. Tidak hanya oleh ulama Islam, tapi
juga oleh otoritas agama Nasrani. Ini karena dalam filsafat tidak ada tabu
untuk mempertanyakan apa pun, termasuk konsep-konsep yang dianggap suci
dan sakral serta dianggap final adanya oleh para agamawan.
Dalam sejarah filsafat ada masa kosong antara filsafat Yunani (sekitar
3-4 abad SM) dengan filsafat modern (abad 16 M). Ternyata, di masa itulah
masa keemasan Islam, dimana selama 14 abad kekhalifahan Islam timur dan
barat menguasai dunia.
Dalam masa kejayaan kekhalifahan Islam, dunia ilmu-pengetahuan
berkembang luas di berbagai wilayah yang dikuasai Islam. Tidak hanya di
wilayah yang hingga sekarang masih dikuasai Islam seperti kawasan TimurTengah, namun juga di Eropa. Spanyol misalnya, adalah salah satu negara
Islam di masa lalu. Hanya karena reconquista yang dilakukan pasukan Ratu
Issabela dari Spanyol bekerjasama dengan Raja Ferdinand dari Jerman,
kemudian Islam tersapu habis dari negeri matador itu, dengan tindakan
genocide yang menewaskan jutaan orang Spanyolterutama suku bangsa
Mooryang telah sukarela memeluk Islam.
Dalam hal penamaan, ada yang menyarankan nama filsafat muslim,
alih-alih filsafat Islam. Alasannya karena para filsufnya beragama Islam,
sementara kajiannya tidak melulu soal Islam. Ini berbeda dengan filsafat
Kristen dimana kajiannya hampir semua bersifat teologia. Sementara dalam
filsafat Islam, para filsuf tertarik mempelajari berbagai hal, bahkan seringkali
menimbulkan kontroversi karena dianggap bertentangan dengan agama. Ada
pula yang mengusulkan nama filsafat Arab, tapi ini jelas tidak tepat karena
seperti diterangkan tadi, filsafat Islam tidak hanya berkembang di jazirah
Arab. Sehingga, penamaan filsafat Islam lebih tepat karena ini adalah corak
filsafat yang dihasilkan dan bersumber dari agama Islam.
Menurut Wallace Provost dalam artikel online-nya, God, Science, and Reason, al
Kindi dan pemikiran di masanya tidak melihat filsafat Plato dan Aristoteles sebagai sesuatu
yang berbeda.
20
Craig, Edward (ed.), Routledges Encyclopedia of Islamic Philosophy, rearranged
into Islamic, version by Dr. Mulyadhi Kartanegara (London & New York: Routledge, 1998),
p. 20.
21
Penyebutan Filsafat Arab merupakan kesalahkaprahan, karena kenyataannya
filsafat Islam berkembang di luar jazirah dan negara-negara Arab. Lihat Ibrahim Dinani, Ma
Jaraha-ye Tafakkor-e Falsafi dar Jahan-e Islam atau The Adventure of Philosophical
Thought in the Muslim World, Tarh-e No (Tehran, 2000), vol. 1, hlm. 66. Hal itu menurut
penulis, mungkin diakibatkan oleh banyak faktor, antara lain: pertama, karya-karya filsafat
dan para filsuf non-Arab, terutama Persia, ditulis dalam bahasa Arab; kedua, fanatisme etnis
sebagian besar penguasa di Jazirah Arab yang cenderung menganggap Islam sebagai Arab
dan sebaliknya. Sebenarnya sengketa ini hingga sekarang masih ada. Salah satunya adalah
sengketa nama untuk Teluk. Sejak lama teluk yang menjadi pemisah antara Iran dan Jazirah
Arab diberi nama Teluk Persia. Namun belakangan, negara-negara Arab bersikeras
menyebutnya Teluk Arab. Sentimen ini diperparah oleh analisis sebagian penulis orientalis
yang menyebut Sunni, terutama Wahabi, sebagai Islam Arab, sedangkan Syiah sebagai
Islam Persia dan non Arab.
10
berporos
pada
Mazhab
Aristotelian
daripada
Platonian.
22
Hosein, O.A., Filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 106; J.S. Praja,
Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam (Jakarta: Teraju, 2002); Sarton, Introduction to
the History of Science (Baltimore, 1927).
23
Hosein, O.A., Filsafat Islam, hlm. 107.
24
Berasal dari kata masy yang berarti berjalan dan lalu lalang.
25
Murtadha Muthahhari, Tema-tema Penting Filsafat Islam (Bandung: Yayasan
Muthahhari/Mizan, 1993), hlm. 29.
11
12
13
14
15
penelitian
dan
penerjemahan,
khalifah
Al-Mamun
tersebut
bernama
al-Jamiyyah
al-Sajastaniyyah.
37
16
ketidaksenangan
mereka
terhadap
penyimpangan-
Berhubung pemikiran filsafat dimasa dulu tidak dipisahkan dari ilmuilmu lain, baik kealaman, kemanusiaan maupun keagamaan, maka untuk
mencari pemikir murni filsafat Islam adalah suatu hal yang tidak mungkin.
40
Will Durant, Qadhiyyatu al-Hadharah, terj. Muhammad Badran (Dar al-Jil, Jilid
2, 1998), hlm. 206.
41
Will Durant, Qadhiyyatu al-Hadharah, hlm. 206-208.
17
42
Ibrahim Madkour, Filsafat Islam: Metode dan Penerapan, terj. Yudian Masduki
et.al. (Jakarta: CV. Rajawali, 1993), hlm. 5.
18