Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN I
ANALISIS KUANTITATIF PEWARNA RHODAMIN B PADA SAMPEL
SAOS MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

OLEH :
NAMA

: HERIKISWANTO

STAMBUK

: F1C1 14 004

KELOMPOK

: V (LIMA)

ASISTEN

: SARTINI

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI


PERCOBAAN I
ANALISIS KUANTITATIF PEWARNA RHODAMIN B PADA SAMPEL
SOFT DRINK DAN SAOS MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

OLEH :

NAMA

: HERIKISWANTO

NIM

: F1C1 14 004

KELOMPOK

: V (LIMA)

ASISTEN PEMBIMBING : SARTINI

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pewarna makanan adalah zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan
warna makanan atau minuman. Pewarna makanan dicampurkan untuk memberi
warna pada makanan, meningkatkan daya tarik visual pangan, merangsang indera
penglihatan, menyeragamkan dan menstabilkan warna, dan menutupi atau
mengatasi perubahan warna. Pewarna makanan terbagi menjadi dua,
yaitu alami dan buatan. Pewarna alami terbuat dari tumbuhan, hewan,
mineral, atau sumber alami lain. Umumnya, pewarna makanan dan minuman
kemasan beredar luas di pasaran mulai dari saos dan minuman bersoda yang
diduga banyak mengandung Rhodamin B (Alodokter, 2016).
Saos adalah cairan yang dikentalkan dengan salah satu bahan pengental
sehingga menjadi semi liquid (setengah cair), dan disajikan bersama dengan ikan,
unggas, daging maupun kue-kue dengan maksud untuk mempertinggi cita rasa
dari bahan makanan yang disajikan sedangkan soft drink ialah minuman
berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula.
Makanan dan minuman ini dicurigai mengandung Rhodamin B karena
mengandung bebagai warna dengan jumlah kemasan yang berbeda (Rhanisha,
2014).
Rhodamin B merupakan pewarna buatan berbentuk serbuk kristal,
berwarna hijau atau ungu kemerahan, dan tidak berbau. Jika dicampur dalam
penganan, Rhodamin B akan berubah warna menjadi merah terang. Rhodamin B
biasanya digunakan untuk mewarnai tekstil, kertas, kain, kosmetik, produk
pembersih mulut, dan sabun. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, Rhodamin B

dapat terakumulasi di dalam tubuh, menyebabkan gejala pembesaran hati dan


ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, atau bahkan kanker hati (Alodokter,
2016).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan praktikum
tentang analisis kuantitatif pewarna Rhodamin B pada sampel saos dan soft drink
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dicapai pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mengetahui cara menentukan kadar Rhodamin B pada sampel saos
dengan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer UV-Vis ?
2. Bagaimana mengetahui cara menentukan kadar Rhodamin B pada sampel soft
drink dengan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer UV-Vis ?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara menentukan kadar Rhodamin B pada sampel saos
dengan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer UV-Vis.
2. Untuk mengetahui cara menentukan kadar Rhodamin B pada sampel soft drink
dengan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer UV-Vis.
D. Manfaat Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara menentukan kadar Rhodamin B pada sampel saos


dengan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer UV-Vis.
2. Untuk mengetahui cara menentukan kadar Rhodamin B pada sampel soft
drink dengan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer UV-Vis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap


saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar
agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak
dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO
(World Health Organization) yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh,
kecuali air dan obat-obatan dan substansisubstansi yang dipergunakan untuk
pengobatan. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit yang
kebanyakan pada pewarna makanan (Langowski and Wani, 2016).
Zat pewarna makanan merupakan suatu senyawa berwarna yang memiliki
afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Warna suatu produk makanan
ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang sangat penting. Warna
merupakan kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna
juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti
pencoklatan. Zat warna berbahaya pada makanan adalah Rhodamin B (Putra dkk.,
2014).
Rhodamin B adalah pewarna terlarang yang sering ditemukan pada
makanan, terutama makanan jajanan. Rhodamin B, yaitu zat pewarna berupa
serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah
larut dalam larutan warna merah terang berfluoresan sebagai bahan pewarna
tekstil atau pakaian. Jenis jajanan yang banyak dijumpai dan dicampuri dengan
Rhodamin B, antara lain bubur delima, cendol, kolangkaling, cincau dan kue-kue

lainnya. Setelah dicampuri bahan ini makanan tersebut menjadi berwarna merah
muda terang (Yamlaen, 2011).
Identifikasi pewarna Rhodamin B pada sampel saos nugget dengan metode
kromatografi kertas, diketahui bahwa sampel yang diuji tidak menghasilkan warna
visual merah muda terang dan juga tidak berfluoresensi kuning/jingga dibawah
sinar UV 354 nm dan 366 nm pada pemeriksaan pertama akan tetapi
menghasilkan warna visual merah muda pudar pada pemeriksaan kedua namun
tetap tidak tampak fluoresensi kuning/jingga dibawah sinar UV 354 nm dan 366
nm sesuai dengan prinsip spektrofotometer UVVis (Pertiwi dkk., 2011).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah
kecil (Acharjya dkk., 2011).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Percobaan Analisis Kuantitatif Pewarna Rhodamin B pada Sampel Saos
dan Soft Drink menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilaksanakan pada hari
Senin, 10 Oktober 2016, pada pukul 13.00-17.10 WITA dan bertempat di
Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer
UV-Vis, gelas ukur 100 mL, waterbath, gelas kimia,

gelas ukur, timbangan

analitik, spatula, corong, pipet tetes dan batang pengaduk.


2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah, akuades, HCl
0,1 N,

methanol (CH3OH), Natrium Sulfat (NaSO4), NaOH 10 %, larutan

Rhodamin B, sampel soft drink (Fanta), dan sampel saos (ABC).

C. Prosedur Kerja
1. Preparasi Sampel
Sampel Saos
-

ditimbang sebanyak 4 gram


dimasukkan dalam cawan penguap
ditambahkan 16 tetes HCl
ditambahkan 60 mL metanol
dipekatkan diatas water bath
disaring menggunakan kertas saring
Whatman
- ditambahkan NaSO4
- disaring kembali
Larutan Sampel
2. Pembuatan larutan induk Rhodamin B
Rhodamin B
-

dipipet 0,1 mL
dimasukkan dalam labu takar 1000 mL
ditambahkan akuades sampai tanda tera
dihomogenkan

Larutan induk Rhodamin B 100 ppm


3. Pembuatan Larutan Baku Rhodamin B 10 ppm
Larutan induk 100 ppm Rhodamin B
- dipipet 10 mL
- dimasukkan dalam labu takar 100 mL
- ditambahkan akuades sampai tanda tera
Larutan baku Rhodamin
B 10 ppm
dihomogenkan
4. Pengukuran Deret Standard an Sampel

Larutan Standar

1 ppm

2 ppm

3 ppm

Larutan Sampel

4 ppm

5 ppm

- diukur absorbans pada panjang gelombang


maksimum
- dicatat
- dibuat kurva kalibrasi yaitu dengan memplot
konsentrasi dan serapan
- ditentukan masing-masing larutan sampel

1 ppm

= 0,022

2 ppm

= 0,023

3 ppm

= 0,026

4 ppm

= 0,037

5 ppm

= 0,040

Sampel Soft Drink

= 0,039

Sampel Saos

= 0,033

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Larutan Standar
Konsentrasi (ppm)
1
2

Absorbans
0,022
0,023

3
4
5

0,026
0,037
0,040

b. Larutan Sampel
Larutan Sampel

Absorbans

Sampel soft drink


Sampel saos

0,039
0.033

2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar

Kurva Hubungan antara Absorbans dengan Konsentrasi (ppm)


0.06
0.04

f(x) = 0x + 0.01
R = 0.9

Absorbans 0.02
0
0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

Konsentrasi (ppm)

3. Analisis data
Berdasarkan grafik di atas sehingga diperoleh persamaan garis y =
0,005x + 0,014 maka konsentrasi sampel soft drink dan sampel saos adalah
sebagai berikut :
a. Untuk sampel saos
y = 0,005x + 0,014
dengan mensubtitusi nilai absorbansi laratan sampel pada variable y maka:
y

= 0,005x + 0,014

0,033 = 0,005x + 0,014


0,005x = 0,033 0,014
0,005x = 0,019
0,019
0,005

= 3,8 ppm

b. Untuk sampel soft drink


y = 0,005x + 0,014
dengan mensubtitusi nilai absorbansi laratan sampel pada variable y maka:
y

= 0,005x + 0,014

0,029 = 0,005x + 0,014


0,005x = 0,039 0,014
0,005x = 0,025
0,025
0,005

= 5 ppm

B. Pembahasan
Zat warna makanan termasuk dalam bahan tambahan pangan yang diatur
melalui UU RI No.7 tahun 1996 tentang pangan pada bab II, bagian kedua, pasal
10. Dalam UU tersebut, dinyatakan bahwa dalam makanan yang dibuat untuk
diedarkan, dilarang untuk ditambah dengan bahan apapun yang dinyatakan
dilarang atau melampaui batas ambang maksimal yang ditetapkan. Selain itu,
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85dan Kep. Dir.

Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran


Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85, terdapat 34 jenis zat
warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang penggunaannya
pada makanan.
Praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis Rhodamin B yang diduga
terkandung dalam sampel saos dan soft drink. Analisis yang dilakukan yaitu
analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Analisis ini dilakukan
karena Rhodamin B dalam makanan dan minuman perlu diawasi keberadaanya
sebab Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang biasa digunakan pada
tekstil. Pengunaan Rhodamin B dalam suatu sediaan dilarang karena dapat
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan seperti gangguan kesehatan.
Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah spektrofotometri UV-Vis.
Metode spektrofotometri ini mempunyai prinsip yaitu hukum lambert beer.
Hukum lambert beer menyatakan konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan
jumlah cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya
yang ditransmisikan. Dengan demikian, dari pengukuran spektrofotometri dapat
dihitung konsentrasi sampel yang dianalisis.
Tahap awal yang dilakukan adalah preparasi larutan sampel. Preparasi
sampel dilakukan untuk memperoleh larutan sampel sehingga bisa dianalisis,
sampel yang diuji harus berbentuk larutan. Sampel ditimbang sebanyak 4 gram
dan diletakkan di cawan penguap supaya preparasi mudah dilakuakan. Setelah itu
sampel tersebut ditambahkan HCl 4 M. Larutan HCl 4 M ini digunakan untuk
mendestruksi senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel dan menstabilkan

Rhodamin agar tidak berubah dari bentuk terionisasi menjadi bentuk netral.
Selanjutnya, ditambahkan methanol. Fungsi methanol ini yaitu sebagai pelarut
karena Rhodamin B bersifat sangat mudah larut dalam alkohol.
Setelah ditambahkan pelarut, sampel dipindahkan ke gelas kimia dan
ditutup dengan kaca arloji yang berfungsi untuk meminimalisir penguapan karena
methanol bersifat mudah menguap, lalu dipanaskan di atas penangas air.
Tujuannya yaitu untuk mempercepat proses pelarutan. Kemudian disaring untuk
memisahkan senyawa Rhodamin B yang akan dianalisis dari senyawa-senyawa
pengotor yang dapat mengganggu absorbans dan ditambahkan Natrium sulfat
anhidrat untuk menyerap air, setelah itu dihasilkan filtrat dan dilanjutkan
pembuatan larutan sampel yang akan di analisis menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis.
Digunakan metode analisis spektrofotometri UV-Vis adalah karena
senyawa Rhodamin B memiliki gugus kromofor yaitu gugus dalam senyawa
organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak seperti gugus
karboksil, senyawa aromatik dan juga memiliki gugus auksokrom yaitu gugus
yang memiliki pasangan elektron bebas seperti NR 2. Alasan lain, yaitu karena
metode ini mudah dilakukan.
Penentuan panjang gelombang maksimum pada Rhodamin B dilakukan
pada rentang panjang gelombang 400-800 nm. Hal ini dilakukan karena larutan
Rhodamin B merupakan larutan berwarna sehingga dipilih sinar tampak yang
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Selain itu pengukuran dilakukan
pada rentang tersebut karena hukum Lambert-Beer terpenuhi. Hasil penentuan

panjang

gelombang

dengan

serapan

maksimum

larutan

Rhodamin

diperoleh l pada 544 nm. Menurut literatur, panjang gelombang ini sama dengan
panjang gelombang untuk Rhodamin. B. Sebelum melakukan pengukuran,
dilakukan blanko terlebih dahulu.
Blanko yaitu pengukuran absorbans pelarut yang digunakan, yaitu
methanol. Tujuannya adalah supaya alat mengenali pelarut sebagai pengotor.
Absorbans dari pelarut tersebut dinolkan. Dengan demikian, pengukuran
absorbans sampel Rhodamin B tidak akan dipengaruhi oleh absorbans pelarutnya.
Kemudian masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam kuvet. Kuvet yang
digunakan harus bersih dan kering sebelum dimasukkan ke dalam alat spektro dan
sisi kuvet yang bening tidak boleh disentuh untuk meminimalisir kontaminasi dari
jari tangan karena bagian sisi kuvet tersebut akan terkena sumber sinar. Hal
tersebut

dilakukan

untuk

mencegah

kesalahan

pembacaan

absorbans.

Absorbansinya diukur pada panjang gelombang maksimum yaitu 544 nm. Setelah
kuvet dimasukkan, dipilih start measurement. Dalam proses ini, alat spektro
menembakkan energi dengan panjang gelombang tertentu pada senyawa
Rhodamin B yang dianalisis. Hal ini membuat elektron senyawa akan tereksitasi
ke orbital yang lebih tinggi. Setelah mengalami eksitasi, elektron tersebut akan
turun kembali ke ground state (keadaan dasar), sambil melepaskan emisi yang
akan terukur oleh detektor. output yang dihasilkan berupa absorbans.
Terakhir dengan memasukkan nilai absorbans sampel pada persamaan
garis kurvanya maka didapatkan kadar Rhodamin B pada sampel saos sebesar
3,68 ppm dan sampel soft drink sebesar 4,88 ppm. Kadar Rhodamin B yang

diperoleh berdasarkan perhitungan tersebut cukup besar untuk suatu sediaan


makanan dan minuman karena seharusnya Rhodamin B tidak digunakan sebagai
pewarna makanan dan minuman apalagi dengan kadar yang tinggi. Hal itu dapat
menyebabkan gangguan kesehatan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sampel saos dan soft drink tidak baik digunakan karena mengandung Rhodamin B
dengan kadar yang cukup tinggi.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan pada percobaan yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar Rhodamin B pada sampel saos dengan analisis kuantitatif dengan
metode spektrofotometri UV-Vis diperoleh sebesar 3,8 ppm.
2. Kadar Rhodamin B pada sampel soft drink dengan analisis kuantitatif dengan
metode spektrofotometri UV-Vis diperoleh sebesar 5 ppm.

B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada percobaan ini yaitu sebaiknya
ketelitian saat mengukur sampel lebih diutamakan agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Acharjiya, S.K., Rao, M.E.B., Kumar, B.V.V.R., dan Annapurna, M.M., 2011, UV
Spectrophotometric Methods for The Determination of Zolmitriptan in
Bulk and Pharmaceutical Dosage Forms, Journal of Advanced Scientific
Research, 2(3): 42-47.
Alodokter, 2016, Pewarna Makanan yang Diperbolehkan dan Dilarang,
http://www.alodokter.com/, Diakses pada tanggal 12 Oktober 2016.
Langowski, H.C., and Wani, A.A., 2016, Food Packaging and Shelf Life, Journal
Author Information, ISSN: 2214-2894.

Pertiwi D., Saifuddin S dan Ulfah N., 2011, Analisis Kandungan Zat Pewarna
Sintetik Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Jajanan Anak di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar, Jurnal Eduhealth, 1(1): 1-11.
Putra. I. R., Asterina dan Laila I., 2014, Gambaran Zat Pewarna Merah pada Saus
Cabai yang Terdapat pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Padang Utara, Jurnal Kesahatan Adnalas, 3(3): 297-308.
Rhanisha, A., 2014, Continental Sauce, http://auroranisha.blogspot.co.id/, Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2016.
Yamlean, P.V.Y., 2011, Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B Pada
Jajanan Kue Berwarna Merah Muda yang Beredar Di Kota Manado,
Jurnal Ilmiah Sains, 11( 2): 289-301.

Anda mungkin juga menyukai