25010113120004
25010113120014
25010113120016
Dwi Rahayuningsih
25010113120018
Nita Anggarini
25010113120029
Lisanti
25010113120034
Deborah Simamora
25010113120036
25010113120045
Uswatun Khasananh
25010113120049
25010113120061
Heny yuliati 2
25010115183006
**
Terjemahan
ABSTRAK
Mycobacterium tubercilosis adalah bakteri yang menyebabkan tuberkulosis paru. TB paru
masih merupakan probrem kesehatan di Indonesia. Salah satu evaluasi program
penanggulangan TB adalah dengan melihat hasil konversi setelah perawatan intensif, yaitu
80%. Tingkat konversi di Semarang selama empat tahun terakhir masih di bawah target.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang terkait dengan
kegagalan konversi BTA positif di Semarang. Penelitian ini menggunakan desain studi kasuskontrol. Subyek yang 51 kasus (BTA adalah positif setelah fase intensif) dan 51 kontrol (BTA
negatif setelah fase intensif pengobatan). Sebagian failur konversi terjadi rentang usia 50-54
tahun (19,6%), sebagian besar pekerjaan mereka adalah pegawai swasta (33,33%). Faktor
risiko yang signifikan secara statistik terkait dengan kegagalan konversi sputum adalah: sikap
(OR 4,8; CI95% = 1,2-19,1), obat-obatan mengambil regulary (OR 8; CI95% = 2,6-24,5),
keteraturan minum obat (OR 4; CI95 % = 1,3-12,5), status gizi (OR 5,8; CI95% = 1,8-17,9),
dan dukungan dari PMO (OR 3,3; CI95% = 1,2-9,5). Insiden kegagalan konversi TB paru
dipengaruhi oleh sikap pasien, keteraturan minum obat, bagaimana keteraturan minum obat,
status gizi dan dukungan dari PMO. Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan
motivasi tinggi untuk pasien minum obat secara teratur dan mengatur pelatihan untuk PMO.
Kata kunci: Faktor terkait, tingkat konversi, tuberkulosis