BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
1.1 Data Demografi
Keluarga binaan yang saya dapat bertempat di Banjar Lebah, Desa Susut, Kecamatan
Susut, Kabupaten Bangli. Desa Susut merupakan dataran tinggi, terletak 4 km arah
selatan dari kota kecamatan Susut, dan 10 km arah barat kota Kabupaten Bangli dengan
luas wilayah 4,83 km2. Terdiri dari 9 dusun yaitu Banjar Lebah, Penatahan, Juuk Bali ,
Manuk, Penglumbaran, Pukuh,
penduduk desa Susut adalah 5.923 yang terdiri dari 3.018 laki-laki dan 2.905
perempuan. Mayoritas pendidikan masyarakat desa Susut lulusan SD dengan pekerjaan
sebagai petani, karyawan, wiraswasta, penjual jasa, dan sebagainya.
1.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Ugu Susanta
Keluarga Nengah Sujana terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK, istri dan satu orang
anak. Keluarga ini beragama Hindu. Keluarga ini tinggal satu pekarangan dengan
keluarga saudara-saudara Nengah Sujana. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan
keputusan berada di tangan bapak I Wayan Ugu Susanta
Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Ugu Susanta
No
1.
2.
Nama
I Wayan Ugu
Status
Kepala
Susanta
Ni Nengah
Pekerjaan
Pemotong
Keterangan
Memiliki
Keluarga/
Kayu,
pekerjaan
Suami
Buruh
sampingan seperti
Serabutan
membantu di
Ibu Rumah
sawah tetangga
Bekerja
Tangga
sampingan
Istri
Umur
45 tahun
40 tahun
Pendidikan
SMP
SD
Darsini
I Wayan
Anak
Open
Tunggal
9 tahun
SD kelas 4
Pelajar
Widiantara
2
3
Nama
Status
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
1.
I Wayan
Kepala
75 tahun
SD
Buruh
Bekerja
Kaler
Keluarga/
bangunan
sampingan
Ni Nyoman
Suami
Istri
Ibu
sebagai petani
Bekerja
Wales
Rumah
sampingan
I Wayan
Anak
Tangga
Ngukir
sebagai petani
Tidak bisa
Wardana
Pertama
melanjutkan
Anak
sekolah
Bekerja
2.
3.
4.
Ni Nengah
65 tahun
41 tahun
35 tahun
SD
SLTA
SLTA
Ibu
Wardani
Kedua
Rumah
sampingan
Tangga
sebagai buruh
bangunan
2
3
1.
2.
3.
4.
I Wayan Kaler KK
Ni Nyoman Wales Istri KK
I Wayan Wardana Anak Pertama
Ni Nengah Wardani Anak Kedua
Nama
I Wayan Sudi
2.
Ni
Status Keluarga
Suami/Ketua
Keluarga
Ketut Istri
Umur
Pendidikan
45 tahun
Pekerjaan
Buruh
SMP
Bangunan
Ibu
Rumah
35 tahun
SMA
3.
Widani
I
Nengah Anak Petama
Tangga
17 tahun
SMA Kelas
4.
Mahendra
I
Nyoman Anak Kedua
13 tahun
2
SMP Kelas
Baleriawan
5.
1
12 tahun
SD kelas 6
Bagiade
1.
2.
3.
4.
5.
2
4
I Wayan Sudi KK
Ni Ketut Widani Istri KK
I Nengah Mahendra Anak pertama
I Nyoman Baleriawan Anak kedua
I Ketut Bagiade Anak ketiga
A. Kebutuhan sehari-hari
Untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan pangan atau memasak keluarga ini
menghabiskan sekitar Rp 50.000 per hari bahkan bisa lebih, ini diunakan untuk
membeli beras, lauk pauk, sayuran dan untuk bekal anak sekolah. Dalam keluarga ini
yang memasak adalah satu orang yaitu Ibu Nengah Darsini dalam satu dapur, dimana
dapurnya terletak di selatan rumah. Untuk keperluan adat istiadat di banjar dan lainlain jumlahnya tidak tetap dan bersifat kondisional sekitar Rp 60.000 per bulan.
Bapak Wayan Ugu Susanta beserta keluarga ketika sakit biasanya berobat ke bidan,
tukang pijat, balian (dukun) atau ke rumah sakit RSUD Bangli dengan menggunakan
jaminan kesehatan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). pemaiakain listrik
bulanan mereka pun cukup terjangkau yakni berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp
70.000. Air pun mereka menggunakan hanya seperlunya saja dan membayar Rp
25.000 per bulan. Selain itu untuk pengeluaran biaya banten dan sarana prasarana
upacara lainnya sebesar Rp 30.000 hingga Rp 100.000 setiap ada upacara
keagaamaan di rumah mereka tergantung besar kecilnya upacara.
beliau
tidak
memiliki
banyak
pilihan
pekerjaan,
sehingga
penghasilannya pun tidak menentu. Terkadang beliau dimintai tolong oleh warga untuk
membantu bertani dan bercocok tanam, yang mana terkadang hanya diberi upah berupa
hasil panen dan tidak berupa uang. Bapak I Wayan Kaler juga memiliki kebun sehingga
selain memelihara Babi, penghasilan tambahan dapat diperoleh dari hasil kebun setiap
tahunnya untuk menambah keuangan keluarga. Sebelumnya, pekerjaan Bapak I Wayan
Kaler sebagai buruh bangunan, saat itu beliau mampu menghasilkan pendapatan sekitar
Rp 1.000.000 rupiah per bulan, dimana pendapatan tersebut dirasa masih kurang untuk
menanggung hidup keluarga Bapak I Wayan Kaler. namun semenjak beliau menderita
Asam Urat, beliau tidak mampu lagi untuk bekerja, sehingga beliau hanya memelihara
babi sebagai kegiatannya di rumah.
A. Kebutuhan Sehari-Hari
Untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan pangan atau memasak keluarga ini
menghabiskan sekitar Rp 30.000 per hari untuk membeli beras, lauk pauk dan sayuran.
Dalam keluarga ini proses memasak dilakukan secara bergantian atau saling membantu,
yang dilakukan oleh Bapak Kaler dan istrinya. Beliau memasak dalam satu dapur,
dimana dapurnya terletak di selatan rumah. Dapur tersebut digunakan secara bersama
oleh anggota keluarga yang ada di rumah tersebut. Keperluan adat istiadat di banjar
sekitar Rp 60.000 per bulan. biaya listrik sebesar Rp 50.000 dan biaya pembayaran air
PAM sebesar Rp 35.000. Selain itu, biaya yang juga harus dikeluarkan adalah biaya
untuk keperluan upacara keagamaan. Walaupun biaya ini tidak rutin setiap bulannya
tapi biaya ini cukup besar terutama saat hari-hari besar keagamaan seperti upacara
galungan dan kuningan serta piodalan. Untuk hari besar keagamaan seperti hari raya
galungan dan kuningan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 100.000, sedangkan biaya
untuk upacara piodalan sekitar Rp 50.000. Pak Kaler juga mendapatkan tanggungan
dari BLSM dan KIS setiap bulannya, yang mencapai sebesar RP 300.000,00 rupiah.
mana pendapatan tidak menentu karena bias juga untuk satu bulan istri Pak Sudi tidak
diminta tolong oleh warga disekitarnya. Istri Pak Sudi tidak dapat bekerja di luar dan
hanya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga karena masih mengurus anak-anak
yang masih di bangku sekolah. Bapak I Wayan Sudi memelihara babi dan juga ayam
yang dapat dijadikan penghasilan tambahan keuangan keluarga.
A. Kebutuhan sehari-hari
Untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan pangan atau memasak keluarga ini
menghabiskan sekitar Rp 25.000 per hari untuk membeli beras, lauk pauk dan sayuran.
Dalam keluarga ini proses memasak dilakukan setiap hari oleh istri Pak Sudi. Istri Pak
Sudi juga sering menyiapkan makan buat anak-anaknya untuk dibawa bekal ke sekolah
supaya pengeluaran dapat diminimalisir. Beliau memasak dalam satu dapur, dimana
dapurnya terletak di selatan rumah. Dapur tersebut digunakan secara bersama oleh
anggota keluarga yang ada di rumah tersebut. Dalam kegiatan adat di banjar keluarga
Pak Sudi menggunakan sekitar Rp 100.000 per bulan. Keluarga Pak Sudi memiliki
Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan membayar Rp 25,000 per bulan. Biaya
listrik dan air PAM sebesar Rp 50.000. Untuk hari besar keagamaan seperti hari raya
galungan dan kuningan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 150.000, sedangkan biaya
untuk upacara piodalan sekitar Rp 100.000.
Masalah
Pembahasan
Penulis
menjelaskan
mengenai
bahaya merokok dan dampak negatif
jangka panjang yang ditimbulkan
oleh rokok baik bagi kesehatan
pribadi maupun orang yang berada
disekitarnya.
Penulis
juga
memberitahu
pentingnya
untuk
menjaga pola makan dan mengurangi
konsumsi kopi . Disarankan untuk
mengikuti pemeriksaan USG untuk
mengetahui kondisi lebih lanjut.
Masalah
Pembahasan
Aspek Lingkungan Fisik
Penulis memberikan saran agar
keluarga rajin untuk
Beberapa perabotan tampak
Masalah
Pembahasan
BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN
2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga
2.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Ugu Susanta
No.
1.
2.
3.
4.
Tanggal
30 Juli 2016
Kegiatan
Perkenalan dengan seluruh anggota keluarga
2 Agustus 2016
Pak Susanta
Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
6 Agustus 2016
11 Agustus 2016
hidup sehat
Promosi kesehatan tentang Asam Urat
Promosi kesehatan tentang pentingnya
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
10
13 Agustus 2016
dengan benar
Promosi kesehatan tentang pola makan yang
6.
18 Agustus 2016
seimbang
Promosi kesehatan mengenai pentingnya
kebersihan dan kerapian lingkungan untuk
7.
24 Agustus 2016
kesehatan
Pemberian bahan sembako kepada Bapak I
Wayan Ugu Susanta
Tanggal
1 Agustus 2016
4 Agustus 2016
Kegiatan
Perkenalan dengan keluarga binaan
Identifikasi masalah kesehatan dan prilaku hidup
3.
4.
sehat
7 Agustus 2016 Promosi kesehatan tentang asam urat
11 Agustus 2016 Melakukan pengeecekan tekanan darah dan
5.
6.
7.
kesehatan
25 Agustus 2016 Pemberian sembako kepada Bapak I Wayan
Kaler
11
Partisipasi keluarga Bapak I Wayan Kaler saat dilakukan promosi kesehatan cukup
menyenangkan. Pak Kaler dan istrinya sangat berminat dan bertanya saat diberikan
materi berkait asam urat dan juga cara penanganannya.
2.1.3 Keluarga Bapak I Wayan Sudi
No.
1.
2.
Tanggal
1 Agustus 2016
5 Agustus 2016
Kegiatan
Perkenalan dengan keluarga binaan
Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
3.
4.
5.
6.
7.
kesehatan
26 Agustus 2016 Pemberian sembako kepada Bapak I Wayan
Sudi
12
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.1.1 Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang sehat,
dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang masih kurang tetapi
terjalin hubungan yang harmonis baik dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat
sekitarnya.
4.1.2 Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan bahwa
sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan gejala yang
disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan Penderita dan keluarga tentang
penyakit serta penanganannya masih sangat kurang, sehingga dianggap tidak perlu
untuk memeriksakan diri dan minum obat secara teratur.
4.1.3 Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah mempraktekkan teori
kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE dan motivasi baik kepada pihak
penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan
untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan.
4.2 Saran
4.2.1 Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah secara
perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran serta pihak
13
14
15
Terapi Non Farmakologis adalah sangat penting yaitu, menurunkan berat badan bila
status gizi berlebih, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi asupan natrium, kafein
dan alcohol. Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/ blocker (ARB).
1.1 LATAR BELAKANG KASUS
Identitas Penderita
Nama
: I Wayan Sudi
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
Riwayat keluarga
: Ada
16
minum obat tersebutia merasa lebih baik, sehingga setelah obat habis beliau tidak
memeriksakan diri lagi ke Rumah Sakit, karena merasa telah sehat. Saat sakit kepalanya
kambuh dan tidak tertahankan, timbul gejala lainnya seperti telinga berdenging, mual,
barulah beliau hanya membeli obat di warung karena malas mahu ke RSUD Bangli dan
lebih mengetumakan pekerjaan karena beliau masih mempunyai 3 orang anak yang
masih di bangku sekolah.
Riwayat pengobatan, ibu Ni Nengah Repon berobat 1 kali saja ke RSUD Bangli, saat itu
diberi 1 macam obat yaitu capotopril. Beliau mengatakan obat tersebut diminum 1 kali
sehari. Namun beliau tidak rutin memeriksakan penyakitnya jika obat telah habis.
Riwayat keluarga, dikatakan bahwa kedua orang tuanya Pak Sudi juga mengalami
tekanan darah tinggi dan karena jarang mengkontrol ibu Pak Sudi meninggal karena
stroke sekitar 6 tahun yang lalu.
Saat ini Pak Sudi dikatakan masih sering merasakan keluhan yang sama, apabila
keluhan tersebut muncul biasanya ia meminum obat sakit kepala biasa kemudian
beristirahat. Keluhan yang hilang timbul tersebut tidak dianggapnya sebagai suatu
penyakit selama tidak mengganggu aktifitas kesehariannya. Saat dilakukan pengecekan
tekanan darahnya 160/100 mmHg dan tidak ada keluhan. Keluarga penderita mengaku
kurang mengerti tentang bagaimana mengatur diet dan mengurangi asupan garam,
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang diderita dan sampai saat ini
bagaimana keadaan sakitnya.
Tujuan lain saya mengangkat kasus tersebut karena menarik dilihat dari berbagai
aspek yang dapat mempengaruhi persepsi sehat sakit, persepsi tentang penyakitnya,
maupun perilaku sehat dari keluarga binaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit tersebut ataupun penyakit lainnya yang dapat terjadi. Selain itu, kasus
hipertensi sangat tinggi karena masih kurang kesadaran berkait apakah itu hipertensi
dan cara penanganannya. Masalah inilah yang dicoba untuk dapat dikaji secara holistik
dan diharapkan dapat ditemukan pemecahan masalah yang rasional menggunakan
pendekatan kedokteran keluarga.
BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS
2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
17
Keluarga Bapak I Nengah Dame tinggal dalam satu rumah seluas 5 are. Rumah Pak
Sudi merupakan umah bali, dan terdiri atas bale-bale, seperti bale dangin, bale daje, bale
dauh dan sebuah dapur serta dalam rumah ini juga sudah terdapat sanggah/merajan.
Kamar mandi dan dapur berada di satu bangunan yang sama. Rumah Pak Sudi termasuk
rumah sederhana yang layak ditempati. Dinding rumah keluarga Bapak I Nengah Dame
terbuat dari beton, dengan dilapisi semen dengan cat. Lantai rumah juga terbuat dari
beton dan semen. Dalam rumah tersebut terdapat 3 ruangan. 1 ruangan difungsikan
sebagai ruang tamu, 2 kamar tidur Bapak I Wayan Sudi, ibu Ni Ketut Widani. Kamar
kedua ditempati oleh ketiga-tiga putra Pak Sudi. Ruangan tempat tidur Pak Sudi dan
keluarganya memiliki ventilasi yang cukup baik.
2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Keluarga Bapak I Nengah Dame termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke
bawah. Sehari-hari, Bapak I Nengah Dame bekerja sebagai buruh bangunan dan
sampingan di sawah warga dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp. 1.000.000,-.
Ketiga-tiga anak-anak Sudi masih di bangku sekolah. Anak pertama Pak Sudi akan
menempuh alam pendidikan yang lebih tinggi tahun depan yang membuatkan Pak Sudi
sering berfikir cara untuk mendapatkan uang tersebut sehingga sering jatuh sakit dan
emosi. Penghasilan per bulan mereka tidak menentu, tergantung tawaran bekerja di
kebun. Jika banyak tawaran mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp 700.000.
Bapaknya juga sempat berkata bahwa sempat tidak mendapatkan sebarang panggilan
dari warga untuk bantu bertani. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I
Nengah Dame menghabiskan sekitar Rp 25.000,- per hari . Untuk keperluan lauk-pauk,
istri bapak I Wayan Sudi sering berbelanja ke pasar dan memasak sendiri.
Keluarga Bapak I Nengah Dame mengeluarkan biaya untuk air PDAM dan listrik.
Sekitar Rp 50.000 per bulan. Selain itu juga untuk berobat ketika sakit. Untuk keperluan
berobat, Bapak I Wayan Sudi memiliki Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan
membayar Rp 25,000 per bulan. Dengan jaminan ini, keluarga Pak Sudi tidak
mengeluarkan biaya untuk membayar biaya pengobatan.
2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan
18
Keluarga Pak Sudi memiliki hubungan baik dengan saudara-saudara dan tetangganya.
Pengeluaran di bidang sosial, mencakup keperluan Dalam kegiatan sosial ini, Bapak I
Wayan Kaler mempunyai pengeluaran dalam sebulan sebagai berikut:
Biaya suka duka banjar
= Rp 20.000
Pengeluaran tidak terduga
= Rp 80.000 +
Rp 100.000 per bulan
2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Aspek sosial psikologis pada keluarga ini cukup baik. Hal tersebut dapat terlihat dari
hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan setiap
dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh Bapak I Wayan Sudi. Hubungan
dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Namun, Bapak I Wayan Sudi sering
bersedih memikirkan kondisi keluarganya. Bapak I Wayan Sudi juga memikirkan cara
untuk memastikan kesemua anaknya melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi
karena menurut Pak Sudi pendidikan dapat mengubah status ekonomi keluarganya.
19
BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI
3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
Pak I Wayan Sudi memiliki status gizi kurang yaitu dengan tinggi badan 150 cm dan
berat badan 40 kg, didapatkan BMI sebesar 17,5 kg/m 2 (underweight) serta lingkar
lengan atas (LILA) sebesar 152 mm. Sedangkan anggota keluarga yang lain status
gizinya masih dalam batas yang normal.
b. Kelahiran
Pak I Wayan Sudi dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun di daerah Susut,
Bangli, dan lahir segera menangis.
c. Kematian
Di keluarga Bapak I Wayan Sudi dikatakan bapaknya menghidap tekanan darah tinggi
dan ibunya meninggal sekitar beberapa tahun yang lalu akibat tekanan darah tinggi yang
selanjutnya menyebabkan strok.
d. Kesakitan
Dalam 6 bulan terakhir, I Wayan Sudi sering menderita sakit kepala dan berat di
tengkuk. Asupan nutrisi I Wayan Sudi dikatakan kurang. Di samping itu, pemakanan
Pak Sudi dikatakan tidak teratur karena bekerja sebagai buruh bangunan.
e. Latar Belakang Penyakit
Pak Sudi menderita hipertensi sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu saat beliau jatuh
sakit dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli. Awalnya ibu Pak Sudi
mengatakan sering mengalami keluhan sakit kepala terutama pada bagian belakang
kurang lebih sejak 4 tahun yang lalu, setiap bulannya beliau pasti merasakan keluhan
tersebut namun keluhan tersebut biasanya membaik setelah meminum obat sakit kepala
yang dibelinya di warung, sehingga beliau tetap dapat beraktifitas dan bekerja seperti
biasa. Beliau juga tidak pernah memeriksaan dirinya karena sakit kepalanya tersebut
dapat diatasi dengah meminum obat sakit kepala biasa. Kemudian keluhan sakit kepala
semakin memberat dan disertai sedikit keluhan berdebar, sakit kepalanya sampai ke
tengkuk sehingga penderita sangat sulit untuk menggerakan kepalanya. Sakit kepala ini
hamper dirasakan setiap hari. Karena keluhan ini menyebabkan aktifitas, tidur dan
pekerjaan sebagai buruh bangunan menjadi terganggu. Kondisi ini menyebabkan Pak
Sudi langsung berencana ke RSUD Bangli untuk memeriksakan diri.
Dari hasil
pemeriksaan di RSUD Bangli, diketahui bahwa tekanan darahnya 190/110 mmHg. Saat
itu diberikan 1 macam obat yaitu captopril. Setelah minum obat tersebutia merasa lebih
20
baik, sehingga setelah obat habis beliau tidak memeriksakan diri lagi ke Rumah Sakit,
karena merasa telah sehat. Saat sakit kepalanya kambuh dan tidak tertahankan, timbul
gejala lainnya seperti telinga berdenging, mual, barulah beliau hanya membeli obat di
warung karena malas mahu ke RSUD Bangli dan lebih mengetumakan pekerjaan karena
beliau masih mempunyai 3 orang anak yang masih di bangku sekolah. Penderita
mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.
Kebersihan
lingkungan tempat tinggal Penderita juga sangat kurang. Keluarga Penderita belum
menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Asupan nutrisi harian
Penderita dikatakan masih kurang.
3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit
Di keluarga I Wayan Sudi, masih terdapat persepsi sakit-sehat yang kurang tepat.
Menurut persepsi mereka, sakit didefinisikan sebagai ketidakmampuan melakukan
aktivitas harian dan munculnya gejala-gejala penyakit seperti panas badan, lemas,
pegal-pegal seluruh badan, dan pusing-pusing. Mereka tidak memahami bahwa
kesehatan tidak hanya mencakup kesehatan badan saja, melainkan juga sehat secara
psikologis (mental) dan sehat secara sosial. Keluarga ini juga belum memahami bahwa
faktor risiko beberapa penyakit sangat berkaitan erat dengan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS).
3.3 Solusi Masalah Kesehatan
Bertolak pada tujuan dari PPD ini sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan,
koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga
dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya, saya
mengusulkan penyelesaian masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga yakni:
A. Paripurna (Komprehensif)
1. Pencegahan primer :
-
21
2. Pencegahan sekunder:
-
Meminum obat dari dokter sesuai dengan saran dari dokter yang meresepkan
obat
3. Pencegahan tersier:
-
Meskipun tidak pernah minum minuman beralkohol, ada baiknya untuk tidak
minum minuman alkohol karena selain bisa menyebabkan hipertensi, juga secara umum
minuman beralkohol berdampak buruk yang lain bagi kesehatan.
B. Berkesinambungan
-
Menganjurkan agar Pak I Wayan Sudi mengatur pola makan dan mengurangi
tingkat stres serta mentaati untuk melakukan pengobatan rutin guna untuk
menjaga tekanan darah agar tetap stabil.
D. Mengutamakan Pencegahan
Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menganjurkan kepada Penderita untuk mengatur pola makan dengan cara
makan makanan yang rendah garam dan mengurangi stres dengan cara
mengajak berbincang-bincang tentang apa yang dipikirkan.
22
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Keluarga binaan memiliki lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu
baik, keadaan ekonomi menengah ke bawah, serta prilaku hidup sehat yang
masih rendah.
2. Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini sudah baik, tetapi
perlu ditingkatkan lagi mengenai penyakit Hipertensi agar penyakitnya
terkontrol dengan baik dan meminimalisir komplikasi yang terjadi.
3. Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Wayan Sudi telah
dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut promosi
kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi serta
motivasi baik kepada pihak Penderita dan juga keluarganya tentang penyakit
yang sedang atau pernah diderita.
4.2 Saran
24
25