Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
1.1 Data Demografi
Keluarga binaan yang saya dapat bertempat di Banjar Lebah, Desa Susut, Kecamatan
Susut, Kabupaten Bangli. Desa Susut merupakan dataran tinggi, terletak 4 km arah
selatan dari kota kecamatan Susut, dan 10 km arah barat kota Kabupaten Bangli dengan
luas wilayah 4,83 km2. Terdiri dari 9 dusun yaitu Banjar Lebah, Penatahan, Juuk Bali ,
Manuk, Penglumbaran, Pukuh,

Tangkas, Susut Kaja, Susut Kelod. Total jumlah

penduduk desa Susut adalah 5.923 yang terdiri dari 3.018 laki-laki dan 2.905
perempuan. Mayoritas pendidikan masyarakat desa Susut lulusan SD dengan pekerjaan
sebagai petani, karyawan, wiraswasta, penjual jasa, dan sebagainya.
1.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Ugu Susanta
Keluarga Nengah Sujana terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK, istri dan satu orang
anak. Keluarga ini beragama Hindu. Keluarga ini tinggal satu pekarangan dengan
keluarga saudara-saudara Nengah Sujana. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan
keputusan berada di tangan bapak I Wayan Ugu Susanta
Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Ugu Susanta
No
1.

2.

Nama
I Wayan Ugu

Status
Kepala

Susanta

Ni Nengah

Pekerjaan
Pemotong

Keterangan
Memiliki

Keluarga/

Kayu,

pekerjaan

Suami

Buruh

sampingan seperti

Serabutan

membantu di

Ibu Rumah

sawah tetangga
Bekerja

Tangga

sampingan

Istri

Umur
45 tahun

40 tahun

Pendidikan
SMP

SD

Darsini

sebagai buruh tani


dan mengangkat
kayu
3.

I Wayan

Anak

Open

Tunggal

9 tahun

SD kelas 4

Pelajar

Widiantara

Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Wayan Ugu Susanta


1

2
3

1. I Wayan Ugu Susanta KK


2. Ni Nengah Darsini Istri KK
3. I Wayan Open Widiantara Anak KK
1.1.2 Keluarga Bapak I Wayan Kaler
Keluarga I Wayan Kaler terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK, dan istri. Kedua orang
anaknya sudah berkeluarga dan tidak tinggal bersama bapak I Wayan Kaler. Keluarga
ini beragama Hindu. Pengambilan keputusan berada di tangan KK yaitu bapak I Wayan
Kaler

Tabel 2. Susunan Keluarga I Wayan Kaler


No

Nama

Status

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Keterangan

1.

I Wayan

Kepala

75 tahun

SD

Buruh

Bekerja

Kaler

Keluarga/

bangunan

sampingan

Ni Nyoman

Suami
Istri

Ibu

sebagai petani
Bekerja

Wales

Rumah

sampingan

I Wayan

Anak

Tangga
Ngukir

sebagai petani
Tidak bisa

Wardana

Pertama

melanjutkan

Anak

sekolah
Bekerja

2.

3.

4.

Ni Nengah

65 tahun

41 tahun

35 tahun

SD

SLTA

SLTA

Ibu

Wardani

Kedua

Rumah

sampingan

Tangga

sebagai buruh
bangunan

Gambar 2. Sistem Kekerabatan I Wayan Kaler


1

2
3

1.
2.
3.
4.

I Wayan Kaler KK
Ni Nyoman Wales Istri KK
I Wayan Wardana Anak Pertama
Ni Nengah Wardani Anak Kedua

1.1.3 Keluarga Bapak I Wayan Sudi


Keluarga I Wayan Darta terdiri dari dirinya sebagai ketua keluarga (KK), istri, dan tiga
orang anak. Keluarga ini beragama Hindu. Keputusan sehari-hari diambil sendiri oleh
bapak I Wayan Sudi sebagai ketua keluarga.
Tabel 3. Susunan Keluarga I Wayan Sudi
No.
1.

Nama
I Wayan Sudi

2.

Ni

Status Keluarga
Suami/Ketua

Keluarga
Ketut Istri

Umur

Pendidikan

45 tahun

Pekerjaan
Buruh

SMP

Bangunan
Ibu
Rumah

35 tahun

SMA

3.

Widani
I
Nengah Anak Petama

Tangga
17 tahun

SMA Kelas

4.

Mahendra
I
Nyoman Anak Kedua

13 tahun

2
SMP Kelas

Baleriawan
5.

Ketut Anak Ketiga

1
12 tahun

SD kelas 6

Bagiade

Gambar 3. Sistem Kekerabatan I Wayan Sudi


1
3

1.
2.
3.
4.
5.

2
4

I Wayan Sudi KK
Ni Ketut Widani Istri KK
I Nengah Mahendra Anak pertama
I Nyoman Baleriawan Anak kedua
I Ketut Bagiade Anak ketiga

1.2 Status Sosial Ekonomi


1.2.1 Keluarga Bapak I Wayan Ugu Susanta
Keadaan Ekonomi Keluarga Bapak Wayan Ugu Susanta tergolong dalam
perekonomian menengah ke bawah atau kurang mampu di lingkungan Banjar Lebah,
Desa Susut. Bapak Wayan, dan istri tidak pernah mengenyam bangku sekolah sampai
tamat dan secara formal akibatnya pilihan pekerjaan yang dapat mereka tekuni terbatas.
Bapak Wayan dan istri memiliki pekerjaan sampingan yaitu sama-sama bekerja di
kebun milik orang lain dan mendapatkan hasil Rp 70.000,- per hari sampai Rp. 75.000
dan itupun jika ada tawaran dari sang pemilik kebun.
Penghasilan per bulan mereka tidak menentu, tergantung tawaran bekerja di
kebun. Jika banyak tawaran mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp 600.000,- hingga
Rp 1.800.000,- itupun hanya saat musim panen. Istri Bapak Wayan Ugu bercerita,
mereka pernah tidak mendapatkan hasil sama sekal bahkan untuk makan mereka harus
meminta ke sanak saudara yang rumahnya berdekatan.
Pendidikan dari istri Pak Ugu yang hanya tamatan SD mengakibatkan beliau
tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan, sehingga penghasilannya pun tidak menentu.
Terkadang beliau dimintai tolong oleh warga untuk membantu bertani dan bercocok
tanam, yang mana terkadang hanya diberi upah berupa hasil panen dan tidak berupa
uang.
Bapak Wayan Ugu juga tidak memiliki kebun sehingga tidak ada penghasilan
tambahan yang diperoleh dari hasil kebun setiap tahunnya untuk menambah keuangan
keluarga. Keluarga ini juga tidak memelihara hewan ternak seperti sapi, kambing, atau
unggas sehingga tidak ada hasil ternak yang dapat dijual.
4

A. Kebutuhan sehari-hari
Untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan pangan atau memasak keluarga ini
menghabiskan sekitar Rp 50.000 per hari bahkan bisa lebih, ini diunakan untuk
membeli beras, lauk pauk, sayuran dan untuk bekal anak sekolah. Dalam keluarga ini
yang memasak adalah satu orang yaitu Ibu Nengah Darsini dalam satu dapur, dimana
dapurnya terletak di selatan rumah. Untuk keperluan adat istiadat di banjar dan lainlain jumlahnya tidak tetap dan bersifat kondisional sekitar Rp 60.000 per bulan.
Bapak Wayan Ugu Susanta beserta keluarga ketika sakit biasanya berobat ke bidan,
tukang pijat, balian (dukun) atau ke rumah sakit RSUD Bangli dengan menggunakan
jaminan kesehatan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). pemaiakain listrik
bulanan mereka pun cukup terjangkau yakni berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp
70.000. Air pun mereka menggunakan hanya seperlunya saja dan membayar Rp
25.000 per bulan. Selain itu untuk pengeluaran biaya banten dan sarana prasarana
upacara lainnya sebesar Rp 30.000 hingga Rp 100.000 setiap ada upacara
keagaamaan di rumah mereka tergantung besar kecilnya upacara.

1.2.2 Keluarga Bapak I Wayan Kaler


Keadaan Ekonomi Keluarga Bapak I Wayan Kaler tergolong dalam
perekonomian menengah ke bawah. Akibat pemasukan bersih keluarga hanya
mengandalkan hasil yang diperoleh dari kerja serabutan yang secara bergantian
dilakukan olehnya dengan istri. Pendidikan dari istri Pak Kaler yang hanya tamatan SD
mengakibatkan

beliau

tidak

memiliki

banyak

pilihan

pekerjaan,

sehingga

penghasilannya pun tidak menentu. Terkadang beliau dimintai tolong oleh warga untuk
membantu bertani dan bercocok tanam, yang mana terkadang hanya diberi upah berupa
hasil panen dan tidak berupa uang. Bapak I Wayan Kaler juga memiliki kebun sehingga
selain memelihara Babi, penghasilan tambahan dapat diperoleh dari hasil kebun setiap
tahunnya untuk menambah keuangan keluarga. Sebelumnya, pekerjaan Bapak I Wayan
Kaler sebagai buruh bangunan, saat itu beliau mampu menghasilkan pendapatan sekitar
Rp 1.000.000 rupiah per bulan, dimana pendapatan tersebut dirasa masih kurang untuk
menanggung hidup keluarga Bapak I Wayan Kaler. namun semenjak beliau menderita
Asam Urat, beliau tidak mampu lagi untuk bekerja, sehingga beliau hanya memelihara
babi sebagai kegiatannya di rumah.

A. Kebutuhan Sehari-Hari
Untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan pangan atau memasak keluarga ini
menghabiskan sekitar Rp 30.000 per hari untuk membeli beras, lauk pauk dan sayuran.
Dalam keluarga ini proses memasak dilakukan secara bergantian atau saling membantu,
yang dilakukan oleh Bapak Kaler dan istrinya. Beliau memasak dalam satu dapur,
dimana dapurnya terletak di selatan rumah. Dapur tersebut digunakan secara bersama
oleh anggota keluarga yang ada di rumah tersebut. Keperluan adat istiadat di banjar
sekitar Rp 60.000 per bulan. biaya listrik sebesar Rp 50.000 dan biaya pembayaran air
PAM sebesar Rp 35.000. Selain itu, biaya yang juga harus dikeluarkan adalah biaya
untuk keperluan upacara keagamaan. Walaupun biaya ini tidak rutin setiap bulannya
tapi biaya ini cukup besar terutama saat hari-hari besar keagamaan seperti upacara
galungan dan kuningan serta piodalan. Untuk hari besar keagamaan seperti hari raya
galungan dan kuningan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 100.000, sedangkan biaya
untuk upacara piodalan sekitar Rp 50.000. Pak Kaler juga mendapatkan tanggungan
dari BLSM dan KIS setiap bulannya, yang mencapai sebesar RP 300.000,00 rupiah.

1.2.3 Keluarga Bapak I Wayan Sudi


Keadaan Ekonomi Keluarga Bapak I Wayan Sudi tergolong dalam perekonomian
menengah ke bawah. Pekerjaan Bapak I Wayan Sudi adalah sebagai buruh bangunan,
saat ini beliau mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp 1.000.000 rupiah per bulan,
dimana pendapatan tersebut dirasa masih kurang untuk menanggung hidup keluarga dan
semua anak masih di bangku sekolah.dan terkadang diminta tolong oleh warga untuk
membantu bertani dan pendapatan ini kadang tidak menentu. Penghasilan per bulan
mereka tidak menentu, tergantung tawaran bekerja di kebun. Jika banyak tawaran
mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp 700.000. Bapaknya juga sempat berkata
bahwa sempat tidak mendapatkan sebarang panggilan dari warga untuk bantu bertani.
Biaya yang pas - pasan tidak mencukupi kebutuhan hidup sedangkan Bapak I Wayan
Sudi harus juga membiayai ketiga-tiga anak nya yang masih bersekolah. Pendapatan
keluarga Pendidikan dari istri Pak Sudi yang hanya tamatan SMP mengakibatkan beliau
tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan, sehingga penghasilannya pun tidak menentu.
Terkadang beliau dimintai tolong oleh warga untuk membantu bercocok tanam, yang

mana pendapatan tidak menentu karena bias juga untuk satu bulan istri Pak Sudi tidak
diminta tolong oleh warga disekitarnya. Istri Pak Sudi tidak dapat bekerja di luar dan
hanya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga karena masih mengurus anak-anak
yang masih di bangku sekolah. Bapak I Wayan Sudi memelihara babi dan juga ayam
yang dapat dijadikan penghasilan tambahan keuangan keluarga.
A. Kebutuhan sehari-hari
Untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan pangan atau memasak keluarga ini
menghabiskan sekitar Rp 25.000 per hari untuk membeli beras, lauk pauk dan sayuran.
Dalam keluarga ini proses memasak dilakukan setiap hari oleh istri Pak Sudi. Istri Pak
Sudi juga sering menyiapkan makan buat anak-anaknya untuk dibawa bekal ke sekolah
supaya pengeluaran dapat diminimalisir. Beliau memasak dalam satu dapur, dimana
dapurnya terletak di selatan rumah. Dapur tersebut digunakan secara bersama oleh
anggota keluarga yang ada di rumah tersebut. Dalam kegiatan adat di banjar keluarga
Pak Sudi menggunakan sekitar Rp 100.000 per bulan. Keluarga Pak Sudi memiliki
Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan membayar Rp 25,000 per bulan. Biaya
listrik dan air PAM sebesar Rp 50.000. Untuk hari besar keagamaan seperti hari raya
galungan dan kuningan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 150.000, sedangkan biaya
untuk upacara piodalan sekitar Rp 100.000.

1.3 Rumusan Masalah Masing Masing Keluarga Binaan


1.3.1 Keluarga Bapak I Wayan Ugu Susanta
No
1

Masalah

Pembahasan

Aspek lingkungan fisik


Kondisi rumah yang terkesan Penulis memberikan saran untuk
kurang tertata dan juga kurang menata kembali posisi barang-barang
bersih
di rumah serta menjaga kebersihan
rumah dan lingkungannya
Aspek sosial ekonomi
Keluarga ini masuk dalam kategori Penulis memberikan saran untuk
perekonomian menengah ke bawah. lebih memperhatikan pengelolaan
keuangan keluarga, seperti mencatat
setiap pemasukan dan pengeluaran
keluarga
Aspek kesehatan dan faktor risiko
7

Perut Bapak Ugu Susanta dikatakan


semakin hari semakin membesar
sejak 3 tahun yang lalu dan sedikit
keras dibagian bawah kanan dan
pinggang beliau merasa sakit jika
terlalu lama berdiri. Belum
diketahui secara pasti apa yang
menyebabkan Pak Ugu mengalami
kram perut, Bapak Wayan Ugu juga
sudah menjalani rontgen dan dokter
yang memeriksa beliau saat itu
mengatakan
tidak
ditemukan
kegaganjalan, tetapi sayangnya
Bapak Ugu belum pernah menjalani
USG. Pak Susanta juga merupakan
seorang perokok yang berat
sehingga dapat menghabiskan 12
batang rokok per hari dan juga
mengkonsumsi 3 gelas kopi per
hari.

Penulis
menjelaskan
mengenai
bahaya merokok dan dampak negatif
jangka panjang yang ditimbulkan
oleh rokok baik bagi kesehatan
pribadi maupun orang yang berada
disekitarnya.
Penulis
juga
memberitahu
pentingnya
untuk
menjaga pola makan dan mengurangi
konsumsi kopi . Disarankan untuk
mengikuti pemeriksaan USG untuk
mengetahui kondisi lebih lanjut.

1.3.2 Keluarga Bapak I Wayan Kaler


No.

Masalah
Pembahasan
Aspek Lingkungan Fisik
Penulis memberikan saran agar
keluarga rajin untuk
Beberapa perabotan tampak

berdebu dan berantakan,


pencahayaan rumah dan
ventilasi yang kurang

membersihkan dan menata


lingkungan rumah
Penulis menyarankan untuk
sering membuka pintu dan
jendela, sehingga sirkulasi

udara lancar dan tidak pengap


Aspek Sosial Ekonomi
Penulis memberikan saran untuk
Tingkat ekonomi keluarga ini
mengelola keuangan dengan
masuk dalam kategori menengah
meminta bantuan aparat desa,
ke bawah
seperti LPD atau koperasi
Aspek Kesehatan dan Faktor Risiko
Bapak I Wayan Kaler
Penulis memberikan

penjelasan mengenai penyakit,


terutama menekankan pada
faktor resiko yang ditemukan
dan pencegahan yang dapat
dilakukan
Penulis menyarankan agar

menghidap penyakit asam urat.

anggota keluarga turut


bekerjasama menjaga
kesehatan Bapak Keneng,
dengan ikut serta menjaga
kebersihan lingkungan karena
usia Pak Kaler dan istrinya

Ketersediaan makanan yang


kurang bergizi

yang sudah tua.


Penulis menjelaskan mengenai
makanan bergizi dan dampak
positif bagi kesehatan

1.3.3 Keluarga Bapak I Wayan Sudi


No
1

Masalah

Pembahasan

Aspek lingkungan fisik


Kondisi rumah yang tampak kurang Penulis memberikan saran untuk
terjaga kebersihannya
lebih menjaga kebersihan rumah
dan lingkungannya
Penulis
juga
memberikan
penjelasan mengenai PHBS yang
berkaitan dengan pengadaan air
bersih dan ketersediaan jamban
Aspek kesehatan dan faktor risiko
Pak I Wayan Sudi
Penulis memberikan penjelasan
mengalami hipertensi yang tidak
mengenai penyakit dan dampak
terkontrol sejak 4 tahun yang lalu.
negatif yang timbul apabila tidak
terkontrol,
serta
menjelaskan
penanganan hipertensi berdasarkan
4 pilar penanganan yang harus
diperhatikan
(edukasi,
terapi
gizi/diet, olahraga, dan obatobatan)

Penulis memberikan saran agar Pak


Sudi sering control ke puskesmas
maupun rumah sakit supaya
tekanan darahnya lebih terkontrol
dan dengan itu Pak Sudi dapat
mengikuti kerjanya sebagai buruh
bangunan dengan lebih teratur.
Penulis
menjelaskan
bahwa
terdapat faktor risiko dalam
keluarga yaitu kedua orangnya
yang mengalami tekanan darah
tinggi sehingga perlu adanya suatu
pencegahan dengan memperhatikan
pola hidup yang sehat
Selain itu, Pak Sudi harus
mengurangi konsumsi garam dalam
pemakanan sehari-hari supaya
tekanan darah lebih terkontrol.

BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN
2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga
2.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Ugu Susanta
No.
1.
2.
3.
4.

Tanggal
30 Juli 2016

Kegiatan
Perkenalan dengan seluruh anggota keluarga

2 Agustus 2016

Pak Susanta
Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku

6 Agustus 2016
11 Agustus 2016

hidup sehat
Promosi kesehatan tentang Asam Urat
Promosi kesehatan tentang pentingnya
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

10

(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci


tangan pakai sabun, cara menggosok gigi
5.

13 Agustus 2016

dengan benar
Promosi kesehatan tentang pola makan yang

6.

18 Agustus 2016

seimbang
Promosi kesehatan mengenai pentingnya
kebersihan dan kerapian lingkungan untuk

7.

24 Agustus 2016

kesehatan
Pemberian bahan sembako kepada Bapak I
Wayan Ugu Susanta

Partisipasi keluarga bapak Susanta saat dilakukan promosi kesehatan senantiasa


bersiap dan ingin belajar sesuatu yang baru. Hal tersebut dapat terlihat pada saat
dilakukan penyuluhan, Bapak I Wayan Ugu Susanta dan seluruh anggota keluarga
sering mengajukan pertanyaan apabila kurang mengerti.
2.1.2 Keluarga Bapak I Wayan Kaler
No.
1.
2.

Tanggal
1 Agustus 2016
4 Agustus 2016

Kegiatan
Perkenalan dengan keluarga binaan
Identifikasi masalah kesehatan dan prilaku hidup

3.
4.

sehat
7 Agustus 2016 Promosi kesehatan tentang asam urat
11 Agustus 2016 Melakukan pengeecekan tekanan darah dan

5.

menanyakan tentang keluhan yang dirasakan


15 Agustus 2016 Promosi kesehatan tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan

6.

benar dan pentingnya nutrisi seimbang


18 Agustus 2016 Promosi kesehatan mengenai pentingnya
kebersihan dan kerapian lingkungan untuk

7.

kesehatan
25 Agustus 2016 Pemberian sembako kepada Bapak I Wayan
Kaler

11

Partisipasi keluarga Bapak I Wayan Kaler saat dilakukan promosi kesehatan cukup
menyenangkan. Pak Kaler dan istrinya sangat berminat dan bertanya saat diberikan
materi berkait asam urat dan juga cara penanganannya.
2.1.3 Keluarga Bapak I Wayan Sudi
No.
1.
2.

Tanggal
1 Agustus 2016
5 Agustus 2016

Kegiatan
Perkenalan dengan keluarga binaan
Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat

3.
4.

7 Agustus 2016 Penyuluhan tentang hipertensi


12 Agustus 2016 Promosi kesehatan tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan

5.

benar dan pentingnya nutrisi seimbang


15 Agustus 2016 Promosi kesehatan mengenai pentingnya

6.

pertolongan pertama pada kecelakaan


19 Agustus 2016 Promosi kesehatan mengenai pentingnya
kebersihan dan kerapian lingkungan untuk

7.

kesehatan
26 Agustus 2016 Pemberian sembako kepada Bapak I Wayan
Sudi

Partisipasi keluarga Bapak I Wayan Sudi saat dilakukan promosi kesehatan


cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan penyuluhan mengenai
hipertensi dan promosi kesehatan mengenai pentingnya penerapan PHBS, Bapak I
Wayan Darta bersama sang istri dan ketiga-tiga anaknya, cukup aktif berdiskusi dan
mengajukan pertanyaan.

12

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.1.1 Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang sehat,
dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang masih kurang tetapi
terjalin hubungan yang harmonis baik dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat
sekitarnya.
4.1.2 Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan bahwa
sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan gejala yang
disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan Penderita dan keluarga tentang
penyakit serta penanganannya masih sangat kurang, sehingga dianggap tidak perlu
untuk memeriksakan diri dan minum obat secara teratur.
4.1.3 Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah mempraktekkan teori
kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE dan motivasi baik kepada pihak
penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan
untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan.
4.2 Saran
4.2.1 Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah secara
perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran serta pihak
13

puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan


dan pelatihan bagaimana hidup sehat yang baik.
4.2.2 Kurangnya pemahaman warga mengenai penggunaan kartu JKBM dan BPJS
sebaiknya dilakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai sistem pelayanan kesehatan
yang memudahkan masyarakat untuk pergi berobat secara gratis.

14

BAGIAN KEDUA KASUS DOKTER KELUARGA


BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang
telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien
beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama
lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Semakin
meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di
tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Sampai saat ini
penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak
disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor
yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang
diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
vaskuler dan lain-lain. Klasifikasi tekanan darah dilakukan menurut JNC VII.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun
(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien
umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi
pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia
40-60 tahun. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah: 1. Target tekanan darah yaitu
140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal
target tekanan darah adalah 130/80 mmHg dan penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler dan juga menghambat laju penyakit ginjal.

15

Terapi Non Farmakologis adalah sangat penting yaitu, menurunkan berat badan bila
status gizi berlebih, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi asupan natrium, kafein
dan alcohol. Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/ blocker (ARB).
1.1 LATAR BELAKANG KASUS
Identitas Penderita
Nama
: I Wayan Sudi
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
Riwayat keluarga

: Ada

1.2 RIWAYAT PENYAKIT


Melalui heteroanamnesis yang dilakukan dengan istri pasien, yakni Ibu Ni Ketut
Widani yang berusia 35 tahun bahwa memang benar bahwa suaminya menderita
hipertensi. Pak Sudi menderita hipertensi sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu saat
beliau jatuh sakit dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli. Awalnya ibu
Pak Sudi mengatakan sering mengalami keluhan sakit kepala terutama pada bagian
belakang kurang lebih sejak 4 tahun yang lalu, setiap bulannya beliau pasti merasakan
keluhan tersebut namun keluhan tersebut biasanya membaik setelah meminum obat
sakit kepala yang dibelinya di warung, sehingga beliau tetap dapat beraktifitas dan
bekerja seperti biasa. Beliau juga tidak pernah memeriksaan dirinya karena sakit
kepalanya tersebut dapat diatasi dengah meminum obat sakit kepala biasa. Kemudian
keluhan sakit kepala semakin memberat dan disertai sedikit keluhan berdebar, sakit
kepalanya sampai ke tengkuk sehingga penderita sangat sulit untuk menggerakan
kepalanya. Sakit kepala ini hamper dirasakan setiap hari. Karena keluhan ini
menyebabkan aktifitas, tidur dan pekerjaan sebagai buruh bangunan menjadi terganggu.
Kondisi ini menyebabkan Pak Sudi langsung berencana ke RSUD Bangli untuk
memeriksakan diri. Dari hasil pemeriksaan di RSUD Bangli, diketahui bahwa tekanan
darahnya 190/110 mmHg. Saat itu diberikan 1 macam obat yaitu captopril. Setelah

16

minum obat tersebutia merasa lebih baik, sehingga setelah obat habis beliau tidak
memeriksakan diri lagi ke Rumah Sakit, karena merasa telah sehat. Saat sakit kepalanya
kambuh dan tidak tertahankan, timbul gejala lainnya seperti telinga berdenging, mual,
barulah beliau hanya membeli obat di warung karena malas mahu ke RSUD Bangli dan
lebih mengetumakan pekerjaan karena beliau masih mempunyai 3 orang anak yang
masih di bangku sekolah.
Riwayat pengobatan, ibu Ni Nengah Repon berobat 1 kali saja ke RSUD Bangli, saat itu
diberi 1 macam obat yaitu capotopril. Beliau mengatakan obat tersebut diminum 1 kali
sehari. Namun beliau tidak rutin memeriksakan penyakitnya jika obat telah habis.
Riwayat keluarga, dikatakan bahwa kedua orang tuanya Pak Sudi juga mengalami
tekanan darah tinggi dan karena jarang mengkontrol ibu Pak Sudi meninggal karena
stroke sekitar 6 tahun yang lalu.
Saat ini Pak Sudi dikatakan masih sering merasakan keluhan yang sama, apabila
keluhan tersebut muncul biasanya ia meminum obat sakit kepala biasa kemudian
beristirahat. Keluhan yang hilang timbul tersebut tidak dianggapnya sebagai suatu
penyakit selama tidak mengganggu aktifitas kesehariannya. Saat dilakukan pengecekan
tekanan darahnya 160/100 mmHg dan tidak ada keluhan. Keluarga penderita mengaku
kurang mengerti tentang bagaimana mengatur diet dan mengurangi asupan garam,
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang diderita dan sampai saat ini
bagaimana keadaan sakitnya.
Tujuan lain saya mengangkat kasus tersebut karena menarik dilihat dari berbagai
aspek yang dapat mempengaruhi persepsi sehat sakit, persepsi tentang penyakitnya,
maupun perilaku sehat dari keluarga binaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit tersebut ataupun penyakit lainnya yang dapat terjadi. Selain itu, kasus
hipertensi sangat tinggi karena masih kurang kesadaran berkait apakah itu hipertensi
dan cara penanganannya. Masalah inilah yang dicoba untuk dapat dikaji secara holistik
dan diharapkan dapat ditemukan pemecahan masalah yang rasional menggunakan
pendekatan kedokteran keluarga.

BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS
2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan

17

Keluarga Bapak I Nengah Dame tinggal dalam satu rumah seluas 5 are. Rumah Pak
Sudi merupakan umah bali, dan terdiri atas bale-bale, seperti bale dangin, bale daje, bale
dauh dan sebuah dapur serta dalam rumah ini juga sudah terdapat sanggah/merajan.
Kamar mandi dan dapur berada di satu bangunan yang sama. Rumah Pak Sudi termasuk
rumah sederhana yang layak ditempati. Dinding rumah keluarga Bapak I Nengah Dame
terbuat dari beton, dengan dilapisi semen dengan cat. Lantai rumah juga terbuat dari
beton dan semen. Dalam rumah tersebut terdapat 3 ruangan. 1 ruangan difungsikan
sebagai ruang tamu, 2 kamar tidur Bapak I Wayan Sudi, ibu Ni Ketut Widani. Kamar
kedua ditempati oleh ketiga-tiga putra Pak Sudi. Ruangan tempat tidur Pak Sudi dan
keluarganya memiliki ventilasi yang cukup baik.
2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Keluarga Bapak I Nengah Dame termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke
bawah. Sehari-hari, Bapak I Nengah Dame bekerja sebagai buruh bangunan dan
sampingan di sawah warga dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp. 1.000.000,-.
Ketiga-tiga anak-anak Sudi masih di bangku sekolah. Anak pertama Pak Sudi akan
menempuh alam pendidikan yang lebih tinggi tahun depan yang membuatkan Pak Sudi
sering berfikir cara untuk mendapatkan uang tersebut sehingga sering jatuh sakit dan
emosi. Penghasilan per bulan mereka tidak menentu, tergantung tawaran bekerja di
kebun. Jika banyak tawaran mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp 700.000.
Bapaknya juga sempat berkata bahwa sempat tidak mendapatkan sebarang panggilan
dari warga untuk bantu bertani. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I
Nengah Dame menghabiskan sekitar Rp 25.000,- per hari . Untuk keperluan lauk-pauk,
istri bapak I Wayan Sudi sering berbelanja ke pasar dan memasak sendiri.
Keluarga Bapak I Nengah Dame mengeluarkan biaya untuk air PDAM dan listrik.
Sekitar Rp 50.000 per bulan. Selain itu juga untuk berobat ketika sakit. Untuk keperluan
berobat, Bapak I Wayan Sudi memiliki Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan
membayar Rp 25,000 per bulan. Dengan jaminan ini, keluarga Pak Sudi tidak
mengeluarkan biaya untuk membayar biaya pengobatan.
2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan

18

Keluarga Pak Sudi memiliki hubungan baik dengan saudara-saudara dan tetangganya.
Pengeluaran di bidang sosial, mencakup keperluan Dalam kegiatan sosial ini, Bapak I
Wayan Kaler mempunyai pengeluaran dalam sebulan sebagai berikut:
Biaya suka duka banjar
= Rp 20.000
Pengeluaran tidak terduga
= Rp 80.000 +
Rp 100.000 per bulan
2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Aspek sosial psikologis pada keluarga ini cukup baik. Hal tersebut dapat terlihat dari
hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan setiap
dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh Bapak I Wayan Sudi. Hubungan
dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Namun, Bapak I Wayan Sudi sering
bersedih memikirkan kondisi keluarganya. Bapak I Wayan Sudi juga memikirkan cara
untuk memastikan kesemua anaknya melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi
karena menurut Pak Sudi pendidikan dapat mengubah status ekonomi keluarganya.

19

BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI
3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
Pak I Wayan Sudi memiliki status gizi kurang yaitu dengan tinggi badan 150 cm dan
berat badan 40 kg, didapatkan BMI sebesar 17,5 kg/m 2 (underweight) serta lingkar
lengan atas (LILA) sebesar 152 mm. Sedangkan anggota keluarga yang lain status
gizinya masih dalam batas yang normal.
b. Kelahiran
Pak I Wayan Sudi dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun di daerah Susut,
Bangli, dan lahir segera menangis.
c. Kematian
Di keluarga Bapak I Wayan Sudi dikatakan bapaknya menghidap tekanan darah tinggi
dan ibunya meninggal sekitar beberapa tahun yang lalu akibat tekanan darah tinggi yang
selanjutnya menyebabkan strok.
d. Kesakitan
Dalam 6 bulan terakhir, I Wayan Sudi sering menderita sakit kepala dan berat di
tengkuk. Asupan nutrisi I Wayan Sudi dikatakan kurang. Di samping itu, pemakanan
Pak Sudi dikatakan tidak teratur karena bekerja sebagai buruh bangunan.
e. Latar Belakang Penyakit
Pak Sudi menderita hipertensi sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu saat beliau jatuh
sakit dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli. Awalnya ibu Pak Sudi
mengatakan sering mengalami keluhan sakit kepala terutama pada bagian belakang
kurang lebih sejak 4 tahun yang lalu, setiap bulannya beliau pasti merasakan keluhan
tersebut namun keluhan tersebut biasanya membaik setelah meminum obat sakit kepala
yang dibelinya di warung, sehingga beliau tetap dapat beraktifitas dan bekerja seperti
biasa. Beliau juga tidak pernah memeriksaan dirinya karena sakit kepalanya tersebut
dapat diatasi dengah meminum obat sakit kepala biasa. Kemudian keluhan sakit kepala
semakin memberat dan disertai sedikit keluhan berdebar, sakit kepalanya sampai ke
tengkuk sehingga penderita sangat sulit untuk menggerakan kepalanya. Sakit kepala ini
hamper dirasakan setiap hari. Karena keluhan ini menyebabkan aktifitas, tidur dan
pekerjaan sebagai buruh bangunan menjadi terganggu. Kondisi ini menyebabkan Pak
Sudi langsung berencana ke RSUD Bangli untuk memeriksakan diri.

Dari hasil

pemeriksaan di RSUD Bangli, diketahui bahwa tekanan darahnya 190/110 mmHg. Saat
itu diberikan 1 macam obat yaitu captopril. Setelah minum obat tersebutia merasa lebih

20

baik, sehingga setelah obat habis beliau tidak memeriksakan diri lagi ke Rumah Sakit,
karena merasa telah sehat. Saat sakit kepalanya kambuh dan tidak tertahankan, timbul
gejala lainnya seperti telinga berdenging, mual, barulah beliau hanya membeli obat di
warung karena malas mahu ke RSUD Bangli dan lebih mengetumakan pekerjaan karena
beliau masih mempunyai 3 orang anak yang masih di bangku sekolah. Penderita
mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.

Kebersihan

lingkungan tempat tinggal Penderita juga sangat kurang. Keluarga Penderita belum
menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Asupan nutrisi harian
Penderita dikatakan masih kurang.
3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit
Di keluarga I Wayan Sudi, masih terdapat persepsi sakit-sehat yang kurang tepat.
Menurut persepsi mereka, sakit didefinisikan sebagai ketidakmampuan melakukan
aktivitas harian dan munculnya gejala-gejala penyakit seperti panas badan, lemas,
pegal-pegal seluruh badan, dan pusing-pusing. Mereka tidak memahami bahwa
kesehatan tidak hanya mencakup kesehatan badan saja, melainkan juga sehat secara
psikologis (mental) dan sehat secara sosial. Keluarga ini juga belum memahami bahwa
faktor risiko beberapa penyakit sangat berkaitan erat dengan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS).
3.3 Solusi Masalah Kesehatan
Bertolak pada tujuan dari PPD ini sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan,
koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga
dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya, saya
mengusulkan penyelesaian masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga yakni:
A. Paripurna (Komprehensif)
1. Pencegahan primer :
-

Memberikan penjelasan mengenai faktor resiko penyakit hipertensi yaitu makan

makanan yang mengandung garam berlebihan, minum minuman beralkohol kurang


berolah raga, stress/banyak pikiran

21

Menjelaskan kepada keluarga Penderita mengenai gejala-gejala Hipertensi.


-

Menganjurkan kepada Penderita untuk mengatur pola makan dengan cara


mengurangi asupan garam pada makanan dan mengurangi stres.

2. Pencegahan sekunder:
-

Meminum obat dari dokter sesuai dengan saran dari dokter yang meresepkan
obat

3. Pencegahan tersier:
-

Menganjurkan kepada Penderita untuk mengatur pola makan dengan cara


mengurangi asupan garam pada makanan dan mengurangi stres.

Meskipun tidak pernah minum minuman beralkohol, ada baiknya untuk tidak

minum minuman alkohol karena selain bisa menyebabkan hipertensi, juga secara umum
minuman beralkohol berdampak buruk yang lain bagi kesehatan.
B. Berkesinambungan
-

Memantau perkembangan penyakit Penderita dengan rutin mengadakan


kunjungan rumah setiap minggunya.

Menganjurkan agar Pak I Wayan Sudi mengatur pola makan dan mengurangi
tingkat stres serta mentaati untuk melakukan pengobatan rutin guna untuk
menjaga tekanan darah agar tetap stabil.

C. Koordinatif dan kolaboratif


-

Berkoordinasi dengan keluarga Penderita untuk memberikan motivasi kepada


Penderita dan berperan aktif demi kesehatan pasien misalnya dengan memakan
makanan yang rendah garam dan mengajak sharing tentang apa yang dipikirkan.

Melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan khususnya di puskesmas


pembantu di desa Susut agar Penderita tidak jauh untuk berobat.

D. Mengutamakan Pencegahan
Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menganjurkan kepada Penderita untuk mengatur pola makan dengan cara
makan makanan yang rendah garam dan mengurangi stres dengan cara
mengajak berbincang-bincang tentang apa yang dipikirkan.

22

b. Menganjurkan Penderita dan keluarganya untuk ikut serta memantau


kesehatan bersama.
E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya
Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang penting
karena Penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain. Jelaskan
mengenai pentingnya menjaga pola makan yang baik agar serangan Hipertensi tidak
sering terjadi; antara lain dengan mengatur mengatur pola makan dengan mengurangi
konsumsi makanan tinggi garam,memperbanyak konsumsi sayur dan buah, mengurangi
stres dan perbanyak melakukan aktifitas. Konseling juga tidak lupa diberikan kepada
keluarga untuk selalu memberikan dukungan terhadap pasien agar patuh terhadap
pengobatan.
F. Personal
Mengobati Penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh bukan
sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian Penderita ditangani secara holistik
dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis, sosial ekonomi,
budaya, serta agamanya.
-

Secara biologis, Penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai


penyakit hipertensi dan komplikasinya, penerapan pola hidup sehat, dan
penjelasan tentang obat yang diminum, baik cara kerja, sampai efek
sampingnya. Sebaiknya dilakukan monitoring secara berkelanjutan
menngenai pengobatan Penderita baik itu dari petugas kesehatan ataupun

dari keluarga Penderita sendiri.


Secara psikologis, dengan memberi dukungan kepada Penderita, yaitu
dengan cara meningkatkan kasih sayang, keharmonisan dalam keluarga
dijaga dengan baik dan perhatian kepada Penderita serta selalu

mengawasi minum obat.


Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga Penderita,
dimana untuk pengobatan hipertensi sudah ditanggung asuransi JKBM
sehingga Penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala keperluan
untuk mencari pengobatan dengan memanfaatkan JKBM.

23

Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan


dengan kemampuan ekonomi dan budaya setempat serta selama
pengobatan disarankan agar keluarga tetap menjalankan ibadah
sebagaimana mestinya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Keluarga binaan memiliki lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu
baik, keadaan ekonomi menengah ke bawah, serta prilaku hidup sehat yang
masih rendah.
2. Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini sudah baik, tetapi
perlu ditingkatkan lagi mengenai penyakit Hipertensi agar penyakitnya
terkontrol dengan baik dan meminimalisir komplikasi yang terjadi.
3. Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Wayan Sudi telah
dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut promosi
kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi serta
motivasi baik kepada pihak Penderita dan juga keluarganya tentang penyakit
yang sedang atau pernah diderita.
4.2 Saran

24

1. Menganjurkan kepada Penderita untuk mengatur pola makan dengan cara


mengurangi makanan yang tinggi garam,memperbanyak konsumsi sayur dan
mengurangi stres atau banyak pikiran.
2. Keluarga sebaiknya ikut bersama sama dalam mendukung I Wayan Sudi dalam
menjaga pola makannya.

25

Anda mungkin juga menyukai