Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

KALAZION PALPEBRA INFERIOR OD

Pembimbing:
dr. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Agah Gadjali, SpM
Disusun oleh:
Prathita Amanda Aryani
1102011208
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

Identitas Pasien

1
2
3
4
5
6
7

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tempat, tanggal lahir
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

Agama

: Nn. A
: 16 tahun
: Perempuan
: Jakarta, 27 Januari 2000
: SMA
: Pelajar
: Jl. Squadron 12 A RT.09/RW.05 Halim, Jakarta
Timur
: Islam

9 Suku Bangsa
10 Status
11 Tanggal pemeriksaan

: Indonesia/ Jawa
: Belum Menikah
: 4 Oktober 2016

II.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Oktober 2016.
Keluhan utama :
Benjolan pada kelopak bawah mata kanan yang semakin membesar sejak 6
bulan sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tambahan :
Tidak ada
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan adanya benjolan pada kelopak bawah mata kanan
sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, namun dibiarkan saja oleh pasien
karena masih berukuran sangat kecil. Pasien merasa perlahan-lahan benjolan
semakin membesar hingga saat ini benjolan sebesar ujung pentul. Pasien
menyangkal adanya nyeri tekan dan rasa mengganjal. Benjolan tidak pernah
mengecil sejak pertama kali muncul. Riwayat belekan, mata merah, berair, gatal
dan penglihatan buram disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya pada bulan Desember
2015 dan telah dilakukan pengangkatan pada benjolannya. Menurut
pasien, benjolan sebelumnya berukuran sama seperti benjolan saat ini
namun posisinya berada di bagian tengah kelopak mata bawah.

Riwayat penyakit kulit dan jerawat disangkal

Riwayat menggunakan kacamata disangkal

Riwayat trauma disangkal


Riwayat penyakit kolesterol disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal

III.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi
: 84 kali/menit, regular, isi cukup
Respirasi
: 20 kali/menit
Suhu
: 36.5 C

Status Oftalmologi
Visus
TIO perpalpasi
Gerakan Bola Mata

Kedudukan bola mata


Supra Silia
Palpebra Superior

Palpebra Inferior

Konjungtiva tarsal
superior

OD
5/5 E

OS
5/5 E

Normal (fluktuatif)

Normal (fluktuatif)

Madarosis (-); Sikatrik(-)

Ortoforia
Madarosis (-); Sikatrik(-)

Hiperemis (-) ; edema (-) ;


ptosis (-) ; nyeri tekan (-) ;
benjolan (-) ; lagoftalmus
(-)
Hiperemis (-) ; edema (-) ;
spasme (-) ; nyeri tekan
(-) ; benjolan (+) berukuran
0,5 x 0,5 cm. permukaan
licin, hiperemis (-),
konsistensi kenyal, mobile,
batas tegas, nyeri tekan (-)
Hiperemis (-) ; papil (-) ;
folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-)

Hiperemis (-) ; edema (-) ;


ptosis (-) ; nyeri tekan (-) ;
benjolan (-) ; lagoftalmus (-)
Hiperemis (-) ; edema (-) ;
spasme (-) ; nyeri tekan (-);
benjolan (-)

Hiperemis (-) ; papil (-) ;


folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-)

Konjungtiva tarsal
inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa
Vitreus
Funduskopi

Hiperemis (-) ; papil (-) ;


folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-)
Injeksi konjungtiva (-) ;
perdarahan (-)
Jernih ; infiltrate (-) ; ulkus
(-) ; sikatriks (-)
Kedalaman sedang ; jernih
Cokelat ; kripte (+) ;
sinekia anterior (-) ; sinekia
posterior (-)
Bulat ; diameter 3mm ; RL
(+) ; RCTL (+)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Hiperemis (-) ; papil (-) ;


folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-)
Injeksi konjungtiva (-) ;
perdarahan (-)
Jernih ; infiltrate (-) ; ulkus
(-) ; sikatriks (-)
Kedalaman sedang ; jernih
Cokelat ; kripte (+) ; sinekia
anterior (-) ; sinekia posterior
(-)
Bulat ; diameter 3mm ; RL
(+) ; RCTL (+)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Keadaan Mata Pasien

Gambar 1. Kalazion pada mata pasien

IV. Resume
Pasien perempuan berusia 16 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan
benjolan pada kelopak bawah mata kanan sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan disertai dengan rasa pedih pada kedua mata. Terdapat cairan yang
lengket pada kedua mata saat pagi hari. Terdapat keluhan mata pedih pada kedua
mata. Keluhan gatal disangkal, keluhan demam disangkal, keluhan penurunan
ketajaman pengelihatan disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapati visus pada ODS 5/5 E. Konjungtiva tarsalis
superior ODS hiperemis (+). Konjungtiva tarsalis inferior ODS hiperemis (+) ; secret
(+). Konjungtiva bulbi ODS injeksi konjungtiva (+).
V. Diagnosis Kerja
Kalazion Palpebra Inferior OD
VI. Diagnosis Banding
Hordeolum Eksternum Palpebra Inferior OD
VII. Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa :
Steroid intralesi : Metilprednisolone
Antibiotik topical
Bedah : Pro insisi kuretase (Ekskokleasi) kalazion
Terapi Non medikamentosa :
Meningkatkan kebersihan mata dan mengurangi paparan debu serta asap

dengan memakai kacamata sebagai pelindung mata


Kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit

VIII. Edukasi
Menjelaskan cara pemakainan obat dan pentingnya menggunakan obat
dengan teratur dan sesuai petunjuk.

Cucilah tangan secara rutin setelah membersihkan mata yang terinfeksi


agar tidak menular.

Jangan menggosok mata dengan tangan.

IX. Prognosis
Ad Vitam

: Ad bonam

Ad Funtionam
Ad Sanationam

: Ad bonam
: Ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KALAZION
2.1

Struktur Anatomi Palpebra


Palpebra adalah struktur tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan
fibrosa yang berfungsi melindungi mata. Palpebra terdiri atas palpebra
superior dan inferior. Palpebra superior berakhir pada alis mata sedangkan
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra mempunyai lima bidang
jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka
(orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva palpebra).
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Di bawah kulit terdapat lapisan fibroadiposa sangat tipis yang dilalui
septa dan melekat pada m.orbikularis okuli. M. orbikularis okuli tersusun dari
otot lurik dimana di permukaan dalam dipersarafi oleh n.fasialis (N.VII).
Fungsi otot tersebut yaitu menutup kelopak dan dibagi menjadi orbital,
preseptal, dan pretarsal. Bagian orbital merupakan otot melingkar tanpa insersi
ke bagian temporal dan berfungsi utama dalam penutupan secara paksa.
Bagian preseptal dan pretarsal lebih terlibat dalam gerakan involunter seperti
mengedip.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan

penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior

palpebra dilapisi

selapis

membran

mukosa,

konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepi palpebra dipisahkan
oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepi anterior dan posterior. Tepi
anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah
modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada
dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepi posterior berhubungan
dengan bola mata, dan sepanjang tepi ini terdapat muara-muara kecil dari
kelenjar sebasesa yang termodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Pada palpebra superior, terdapat otot rangka yaitu m.levator palpebra,
yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat
otot polos dari m.muller (tarsalis superior). Pada palpebra inferior, retraktor
utama adalah m.rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus m.obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebra disarafi oleh
nervus simpatis. M.levator palpebra dan m.rektus inferior dipersarafi oleh
n.okulomotoris (N.III).4

Gambar 2. Struktur anatomi dari palpebra


Dikutip (4)

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.


Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.1
Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang

2.2

tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi


2.3

ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.1


Etiologi
Kalazion terjadi akibat adanya sumbatan pada kelenjar Meibom, seperti
pada kondisi seperti berikut ini :

Higienitas kelopak mata yang buruk

Dermatitis seboroik

Rosacea

Blefaritis kronik

Tingginya konsentrasi lipid darah (meningkatkan risiko terjadinya


sumbatan kelenjar sebasea)

2.4

Leishmaniasis

Tuberculosis

Imunodefisiensi

Infeksi virus

Kanker

Trakoma

Trauma kelopak mata

Operasi kelopak mata2

Epidemiologi
Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak
mungkin juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan
viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas
dan selama kehamilan. 2

2.5

Patofisiologi
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik
yang

menimbulkan

pustul),

walaupun

kalazion

dapat

menyebabkan

10

hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang


multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. 2

2.6

Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama
pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh
pada individu-individu tertentu (Kanski JJ, 2009).
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan
dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar
Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan
menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya
sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Gejala klinis dari kalazion menurut Prof. Sidharta Ilyas (2013) adalah :
-

Benjolan pada kelopak mata

Tidak hiperemi

Tidak ada nyeri tekan

Pseudoptosis

Tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler

Kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan


yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata

2.7

Pada anak muda : diabsorbsi spontan1

Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosa kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas,
keluhan dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat
pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan
pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata,

11

pergerakan, palpebra, konjungtiva, sklera, kornea, camera oculi anterior, iris,


pupil, serta lensa (Sahni, 2004) (Kanski JJ, 2009).
Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker
kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan
biopsi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali
sehingga dicurigai keganasan.
2.8

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kalazion Menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:
1.

Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15


menit (3-4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan
konservatif.

2.

Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya.

3.

Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada
bukti infeksi

4.

Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari


kalazion dalam beberapa minggu kemudian.1

Eksisi kalazion
1.

Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.

2.

Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada
kelopak mata.

3.

Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya

4.

Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)

5.

Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara


horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk
pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.

12

Eskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat
anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion
dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungitva
tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan
kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi
salep mata. (Leonid SJ, 2014)
2.9

Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,
dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi
jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang
drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi
prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.2

2.10
2.11

Pencegahan
Prognosis

DISKUSI
Analisa Kasus
1. Gambaran klinis
Teori
Benjolan pada kelopak mata

Pasien
Benjolan pada kelopak bawah
mata kanan sejak 6 bulan SMRS

2. Pemeriksaan fisik dan oftalmologi

13

Teori
Pasien
Edema pada palpebra superior Tidak ditemukan edema pada
dan inferior kedua mata
palpebra
Visus normal
Visus pasien normal
Hiperemis pada konjungtiva Konjungtiva Tarsalis superior
tarsalis superior dan inferior

dan inferior kedua mata pasien

Injeksi Konjungtiva

hiperemis
Terdapat injeksi

konungtiva

pada kedua mata pasien

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas S dan Yulianti S R. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta:

2.

Balai Penerbit FKUI.


Deschnes J. Chalazion. 2016. http://emedicine.medscape.com/article/1212709-

3.

overview#a4. Diakses pada tanggal 04 Oktober 2016 pukul 18.48 WIB.


Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010. Diakses 04

4.

Oktober 2016
Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2011. General Ophthalmology 18th

5.

Edition. United Kingdom: McGraw Hill.


Leonid SJ. 2014. Hordeolum and Chalazion Treatment. www.optometry.co.uk.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 19.57 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai