PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia
adalah
salah
satu
jenis
pneumonia
yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,2002:57).
Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) ke- 4 (mengurangi Angka
Kematian Anak) hanya dapat dicapai melalui upaya-upaya intensif yang
fokus pada penyebab utama kematian anak, yaitu:1 pneumonia, diare,
malaria, kekurangan gizi, dan masalah neonatal. Diperkirakan dari 8,8 juta
kematian anak di dunia pada tahun 2008 1,6 juta adalah akibat pneumonia
dan 1,3 juta karena diare. Kematian karena penyakit ini sangat terkait
dengan kekurangan gizi, kemiskinan dan kurangnya akses perawatan
kesehatan. Lebih dari 98% kematian pneumonia dan diare pada anak-anak
terjadi di 68 negara berkembang (Depkes RI, 2010).
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian pneumonia sejauh ini
belum merata dan masih tidak terkoordinasi. Hanya 54% anak dengan
pneumonia di negara berkembang yang dilaporkan dibawa ke penyedia
layanan kesehatan yang berkualitas dan hanya 19% anak balita dengan
tanda-tanda klinis pneumonia mendapatkan antibiotik (Depkes RI, 2010).
Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada
Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar
disebabkan karena pneumonia 23,6% (Kemenkes RI, 2012)
Broncopneumonia adalah penyakit saluran nafas bagian bawah,
merupakan penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun
(balita), khususnya di negara-negara berkembang. Pneumonia seolah
menjadi penyakit yang terlupakan, padahal sekitar dua juta balita setiap
tahun meninggal dunia, karena penyakit itu jauh melebihi kematian yang
disebabkan AIDS, malaria dan campak. Dilaporkan, di kawasan Asia Pasifik
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Umur (th)
Umur (th)
Umur (th)
0- 1 1-4 5-14 0- 1 1-4
5-14 0- 1 1- 4 5-14
0
3
1
8
7
0
2
4
0
0
0
0
13
10
0
2
0
0
0
1
1
11
4
1
3
4
0
5
9
0
0
7
1
5
5
2
9
12
1
3
3
3
4
10
3
3
5
1
4
4
0
14
10
4
9
3
2
2
2
3
6
2
0
3
4
1
2
1
0
3
1
2
4
0
1
3
4
0
2
2
2
5
7
1
3
5
0
4
5
0
5
5
3
5
5
2
2
2
1
0
4
0
5
5
4
4
10
0
43
53
12
59
57
14
51
55
14
sudah
dalam
keadaan
yang
cukup
serius.
Karena
a.
b.
c.
d.
e.
An. A dengan
dengan
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan secara langsung teori yang di dapat dari
perkuliahan dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pasien An.A dengan bronkopneumonia. .
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan terapi oksigen dengan upaya pemberian
oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
oksigen di atmosfer (lingkungan). Tujuan oksigenasi adalah memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stres pada miokardium (Arif Muttaqin, 2009).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel
(Potter and Pery, 2005)
2. Proses Oksigenasi
a.
oleh
beberapa
hal,
yaitu
adanya
perbedaan
ini sebagai mana o2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena
tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c.
dipengaruhi
(kardiak output),
perbandingan
oleh
beberapa factor,
kondisi
sel
pembuluh
darah
dengan
yaitu
darah,
darah
curah
latihan
secara
jantung
(exercise),
keseluruhan
Saraf
Otonomik
yang
memberikan
rangsangan
simpatis
dan
Ketika
terjadi
rangsangan,
ujung
saraf
dapat
mengeluarkan
asetilkolin
yang
berpengaruh
pada
anak
dapat
memengaruhi
jumlah
kebutuhan
Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda
asing( Ngastiyah, 2005).
Bronkopneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. Penyebabnya
termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi. Rencana
perawatan ini sesuai dengan pneumonia bakteri dan virus, mis.,
pneumoccocal pneumonia, pneumocystis carinni. haemotilus influenza,
mioplasma. Gram-negatif (Marilynn E. Doenges, 2000).
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang
mengenai daerah bronkus dan sekitar alveoli.
2. Anatomi dan Fisiologi
Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana
organ-organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana
udara mengalir yaitu rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian
paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara
dan darah. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari Hidung yang
menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis yang masuk
kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang
menyalurkan air mata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam
hidung,
dibagi
menjadi
10
segmen
sedangkan
paru
dibagi
10
cabang
banyak
sekali,
cabang
ini
disebut
duktus
3. Etiologi
Secara
umum
individu
yang
terserang
bronchopneumonia
Klebsiella,
S.
pneumoniae,
S.
aureus,
Chlamydia.
medis
Pengobatan
diberikan
berdasarkan
etiologi dan uji resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu dan
pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan : Penisilin
ditambah
dengan
Cloramfenikol
atau
diberikan
antibiotik
yang
Kebutuhan
nutrisi
dan
cairan
penderita
dan
NaCl
0,9%
Mengontrol
suhu
tubuh
karena
penderita
kesehatan
keluarga
dimana
tempat
tinggal
dan
3. Perencanaan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
Hasil yang diharapkan adalah
mengidentifikasi / menunjukan
jalan
nafas
pasien.
Penekanan
menurunkan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
perubahan
Observasi
terapi
oksigen
dengan
benar,
yang
betujuan
keperawatan
yaitu
dengan
kaji
frekuensi,
tempat
memungkinkan
tidur
dan
ekspansi
ambulasi
paru
dini,
dan
dengan
Duduk
memudahkan
tinggi
pernafasan.
batuk
kering/
iritasi.
Sputum
berdarah
dapat
berlebihan, penurunan
masukan oral.
Hasil yang diharapkan adalah
dengan
memenuhi
kebutuhan
dasar
cairan,
untuk
aktifitas.
Hal
tersebut
dilakukan
dengan
menetapkan
kebutuhan
metabolik,
menghemat
energy
untuk
BAB III
STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 4 Agustus 2015 jam
10.00 WIB di ruang anak RSUD Raden Mattaher Jambi dengan metode
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dan catatan medik pasien.
Menanyakan identitas Klien/Keluarga dilakukan pada tanggal 4
Agustus 2015 jam 10.00 WIB di ruang anak RSUD Raden Mattaher Jambi.
Nama klien adalah An.A, masuk tanggal 3 Agustus 2015 jam 02.00 WIB
dirawat diruang anak kelas III. A dengan nomor register 795458 dengan
diagnosa Bronkopneumonia. An.A berumur 5 bulan dengan berat badan
kg pada saat dirawat dengan nama orang tua Tn.W, agama Islam,
pekerjaan swasta, usia 24 tahun, alamat Jerambah bolong Ds. Mekar Jaya
RT.07 Ma. Jambi.
Keluhan utama (Chief Complain), adalah panas tinggi yang disertai
dengan batuk. Pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya batuk
yang diikuti dengan demam tinggi, susah tidur dan rewel.
Klien masuk
rumah sakit dalam keadaan sesak nafas dan telah berlangsung sejak 3 hari
yang lalu. Klien juga mengalami batuk yang disertai dengan demam yang
terjadi dengan tiba-tiba. Ibu juga mengkatakan batuk anaknya berdahak
tetapi tidak ada darah, dahak sulit dikeluarkan. Demam yang terjadi tidak
disertai dengan kejang dan tidak sampai terjadi penurunan kesadaran.
Pada riwayat kehamilan ibu mengatakan ANC 8 kali ke klinik bidan,
selama kehamilan ibu tidak menjalani diet, tidak ada penyakit infeksi dan
tidak ada keluhan lainya. Ibu mengatakan bersalin pada usia kehamilan 39
minggu, berat lahir bayinya 2500 gram dalam keadaan normal dan bayi
segera menangis.
11,8 g/dl (batas normal),HCT : 34,4 % ( batas normal ), PLT : 341 10 3/mm3 (
batas normal ) dan GDS : 71 mg ( batas normal ).
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data subjektif ibu klien mengatakan bahwa
anaknya sesak nafas. Data objektifnya berupa nafas cepat dan dangkal,
adanya batuk produktif, ronki, takikardi maka diagnosa yang tampak sesuai
keadaan klien adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi trakeobonkial,
sputum.
Diagnosa selanjutnya berdasarkan pengkajian data subjektif ibu
mengatakan anaknya sulit tidur. Data objektif berupa sesak nafas, batuk
tampak gelisah, rewel dan badan terasa hangat. Maka diagnosa yang
ditegakkan selanjutnya adalah gangguan pola istirahat yang berhubungan
demam.
Ibu mengatakan cemas melihat keadaan anaknya yang ditandai
dengan ibu sering bertanya tentang penyakit dan cara perawatan anaknya.
Maka diagnosa yang ditegakkan adalah kurang pengetahuan orang tua
tentang perawatan penyakit anaknya.
C. Intervensi
Intervensi untuk diagnosa keperawatan pada An.A dengan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan
intervensi
hasil yang
diharapkan adalah bersihan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas,
frekuensi pernafasan normal (30-40 x/menit pada bayi), tidak sesak dan
tidak sianosis, batuk spontan.
D. Implementasi
Kegiatan yang
selama 3 hari dimulai pada hari Selasa tanggal 4-8-2015 jam 10.00 WIB
kegiatan yang dilakukan adalah mengobservasi fungsi pernafasan seperti
bunyi nafas, frekuensi dan mencatat rasio inspirasi/ekspirasi. Mengatur
posisi klien semi fowler dan tetap memberikan ASI serta meneruskan terapi
dokter.
Kegiatan yang dilakukan pada An.A hari kedua tanggal 5-8-2015
jam 11.00 WIB adalah mengkaji perkembangan klien, sesak nafas
berkurang, mengobservasi batuk, mengatur posisi dengan meninggikan
posisi kepala baik ditempat tidur maupun sewaktu digendong. Tetap
memberikan ASI.
Kegiatan yang
sputum yaitu pada hari pertama tanggal 4 Agustus 2015 adalah pengkajian
data subjek yaitu ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas, dahak sulit
dikeluarkan dan demam, yang ditandai dengan keadaan umum lemah,
ekspresi wajah tampak mengatuk, rewel, susah bernafas, ronki (+), RR 60
x/i, suhu 38,5oC. Masalah yang dihadapi adalah bersihan nafas tidak efektif.
Perencanaan keperawatan meliputi mengukur tanda-tanda vital, mengatur
poisis, memberikan O2 sesuai kebutuhan, menganjurkan tetap memberikan
ASI, mengistirahatkan klien dan meneruskan terapi sesuai pesanan.
Pada tanggal 5 Agustus 2015 didapatkan data subjektif berupa ibu
klien mengatakan anaknya sesak nafas berkurang yang ditandai dengan
keadaan umum masih lemah, ekspresi wajah tampak mengatuk, rewel,
ronki (+).RR 50 x/i, suhu 37,5 oC. masalah yang dihadapi masih tetap sama
yaitu bersihan nafas tidak efektif. Perencanaan keperawatan meliputi
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian yang
diperoleh data sebagai berikut : ibu klien mengatakan sejak tadi malam
anaknya mencret 5 kali, muntah 3 kali, konsistensi feces cair dan berlendir,
muka pucat, mata tampak cekung, gembung ada, tubuh terasa panas, suhu
38,4 0 C, nadi 100 kali permenit, respirasi 24 kali permenit, keadaan umum
sedang, anak rewel, distensi abdomen positif, bising usus meningkat 15 kali
per menit.
Data
tersebut
sesuai
dengan
teori
Ngastiyah
(2005)
yang
mengatakan bahwa gejala dari diare adalah cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, timbul diare,
tinja cair disertai lendir ataupun darah, warna tinja makin lama berubah
kehijau hijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah
sekitanya timbul lecet karena sering defekasi, muntah, berat badan
menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, mulut
tampak kering.
Data yang
Ngastiyah (2005) yaitu tinja disertai darah, anus lecet, ubun-ubun cekung,
dan mulut tampak kering. Hal tersebut tidak ditemukan karena pada saat
pengkajian An.A mencret hanya 5 kali sehari semalam, anak masih mau
makan walau kurang dari porsi biasanya, anus tidak lecet, turgor kulit baik,
keadaan umum sedang, hal ini menunjukkan anak pada tingkat dehidrasi
ringan.
Adapun gejala dari kurang volume cairan menurut Ngastiyah (2005)
yaitu : Kesadaran baik, Nadi normal, Pernafasan biasa, Anus tidak lecet,
Ubun ubun tidak cekung, mata tidak cekung, frekwensi BAB cair 3 5
kali/hari
risiko tinggi terhadap Kehilangan banyak cairan melalui rute normal (diare
berat, muntah).Diagnosa ini merupakan prioritas utama karena masalah
klien BAB lebih kurang 5 kali sehari semalam dan turgor kulit masih baik
dan klien mau makan walau kurang dari porsi yang disediakan. Untuk itu
perencanaannya adalah mengobservasi tanda-tanda vital, anjurkan pada
ibu untuk memberi minum yang
mata, dan turgor kulit, timbang berat badan, beri obat sesuai terapi, An.A di
istirahatkan.
3. Implementasi
Pada umumnya implementasi yang
sesuai dengan rencana yang
ditemui,
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan kondisi yang ada dan situasi klien
seperti mengukur tanda-tanda vital, memberi penjelasan kepada keluarga
tentang penyakit diare, memberikan obat oral, mengobservasi kondisi klien,
mengobservasi frekuensi dan konsistensi faeces, menganjurkan ibu untuk
memberikan anak banyak minum, mengobservasi daerah perineal,
mengobservasi peristaltik usus dan distensi abdomen
4. Evaluasi
Diagnosa yang diutamakan pada An.A, yang menderita diare adalah
kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap kehilangan banyak cairan
melalui rute normal (diare berat, muntah), pada hari pertama tanggal 4-82015 ada resiko dehidrasi atau kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diare dapat dihindari. Pada tanggal 6-8-2015 klien tidak mencret
lagi, klien tidak muntah lagi, suhu sudah normal, distensi abdomen negatif,
bising usus 12 kali permenit, anak tidak rewel lagi, keadaan umum sedang,
BAB hanya 1 kali sehari, turgor kulit baik, bibir tampak lembab, porsi yang
disajikan dihabiskan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada An.A di bangsal
anak RSU Abdul Manaf Kota Jambi dengan masalah defisit volume cairan
pada penderita diare, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa An.A yang
menderita diare yaitu buang air besar 5 kali sehari semalam dengan
konsistensi encer dan berlendir, muntah lebih dari 3 kali, rewel, gelisah,
keadaan umum sedang, gembung merupakan gejala awal yang apabila tidak
segera ditangani dengan baik maka tidak menutup kemungkinan terjadinya
turgor kulit jelek, ubun-ubun cekung, kesadaran menurun, keadaan umum
yang lemah, mukosa mulut kering dan seterusnya.
B.
Saran
1.
khususnya
bangsal An.A
Bagi Institusi
Laporan
kasus
ini
berguna
bagi
mahasiswa
untuk
dengan dengan