Anda di halaman 1dari 25

KAMBOJA

(Awal Imperialisme Perancis Hingga Perang Saudara)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara II


Dosen Pengampu Drs. Sumarjono, M.Si

Tugas Kelompok

Oleh
1.
2.
3.
4.

Rusydah Binta Qur-aniyah


Muhasanah
Dwi Nur Imsawati
Mohammad Iqbal

120210032032
120210032031
120210032029
120210032017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Kamboja (Awal Imperialisme Perancis Hingga Perang
Saudara) yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata
kuliah Sejarah Asia Tenggara II dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. Sumarjono, M.Si., selaku Dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Asia Tenggara II yang telah membimbing;
2. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember, 16 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................1
Kata Pengantar......................................................................2
Daftar Isi................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................4
1.1

Latar Belakang........................................................4

1.2

Rumusan Masalah...................................................4

1.3

Tujuan......................................................................5

BAB 2. PEMBAHASAN.............................................................6
2.1

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa di Kamboja..............


6

2.2

Proses Imperialisme Perancis di Kamboja...............7

2.3

Bentuk

Perlawanan

Rakyat

Kamboja

Menuju

Kemerdekaan..........................................................10
2.4

Kondisi Kamboja Setelah Merdeka..........................11

BAB 3. SIMPULAN...................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................22

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kamboja
merupakan Negara di kawasan Asia tenggara yang

merupakan Negara jajahan kolonial Perancis, maka dari itu di zaman yang
modern ini biasa disebut indo-china. Kawasan ini juga termasuk daerah
persebaran kebudayaan terbesar di dunia yaitu kebudayaan India dan China.
Kebudayaan yang paling terkenal di Kamboja adalah Angkor Wat, itu
merupakan bukti masa kejayaan kerajaan Kamboja pada abad ke-12 sampai
13 Masehi. Pada masa kolonial, Kamboja tidak luput dari wilayah incaran
para imperialisme bangsa Eropa termasuk Perancis. Kawasan Asia tenggara
merupakan lumbung Sumber Daya Alam yang sangat tinggi harga jualnya
maka dari itu banyak Negara-negara Asia Tenggara diperebutkan oleh Bangsa
Eropa untuk di jadikan Negara jajahannya.
Sejak abad ke-16 kawasan Asia Tenggara sudah bersebaran
imperialisme

bangsa Eropa di Asia tenggara. Pada tahun 1864 Kamboja

menjadi wilayah kekuasaan Perancis hingga merdeka pada tahun 1953. Pada
masa sesudah kemerdekaan Kamboja juga tidak luput dari perang saudara
karena perbedaan Faham dan Pengaruh Perang Dingin yang pada saat itu
sangat berpengaruh di pelosok dunia. Khmer merah adalah suatu kelompok
yang berpaham Komunis yang sangat berperan dalam perkembangan sejarah
Kamboja hingga Zaman modern ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakag kedatangan bangsa Eropa di Kamboja ?
2. Bagaimana proses Imperialisme Perancis di Kamboja ?
3. Bagimanakah bentuk perlawanan rakyat Kamboja menuju
kemerdekaan?

4. Bagaimana kondisi Kamboja setelah merdeka ?

1.3
Tujuan
1. Agar dapat mengetahui latar belakang kedatangan bangsa Eropa di
Kamboja
2. Dapat mengetahui proses Imperialisme Perancis di Kamboja
3. Dapat mengetahui bentuk perlawanan rakyat Kamboja menuju
kemerdekaan
4. Dapat mengetahui kondisi kamboja setelah merdeka.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa Di Kamboja


Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad keenam

belas. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya membawa


bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam
kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke
wilayah ini.
Perkembangan secara keseluruhan di wilayah Asia Tenggara banyak
didominasi oleh pengaruh kedatangan negara-negara Eropa ke Asia Tenggara
sejak abad ke-19. Kedatangan negara-negara Eropa dilatar belakangi oleh
kepentingan ekspansi kekuasaan dan peluang perekonomian (perdagangan)
yang sangat baik di Asia Tenggara. Pengaruh kedatangan negara-negara Eropa
terinduksi dalam kehidupan sosial, penggambaran ulang batas-batas politik di
Asia Tenggara. Ada beberapa faktor yang mempercepat penyebaran pengaruh
Eropa ke Asia Tenggara, yaitu:
a. Meningkatnya industrialisasi yang berdampak pada meningkatnya
pula kekuatan ekonomi dan politik yang menyebar keluar Eropa.
b. Kemajuan di bidang komunikasi yang semakin terbuka, sehingga
akses keluar Eropa semakin terbuka.
c. Integrasi negara Eropa yang mampu memimpin dan mengontrol
sumber daya yang dimilikinya.
d. Perancis dalam melakukan ekspansi-ekspansi ke Asia tenggara
terutama di Kamboja. Ekspansi oleh Perancis atas Vietnam (1858),
menjadikan Cochin China sebagai dasar ekspansi Perancis atas
Indochina .
Kamboja yang terletak di bagian timur laut kawasan Asia Tenggara dan
berbatasan langsung dengan Thailand, Vietnam dan Laos merupakan negara

yang kaya akan sejarah dan kultur. Kejayaannya dapat diidentifikasikan pada
masa Kerajaan Khmer yang berkuasa antara abad 10 hingga abad ke-14 dimana
rakyatnya hidup dalam damai dan kesejahteraan tanah dan alamnya. Saat ini,
puncak kejayaan Kerajaan Khmer dapat kita saksikan melalui peninggalan
Pagoda Angkor Wat. Oleh karena kekayaan yang berlimpah yang ada di
Kamboja inilah yang mendorong Perancis melakukan ekspansi kekuasaannya
ke Kamboja yang pada saat itu kawasan indo-china yang ada di daerah asia
tenggara merupakan daerah kesatuan jajahan Perancis
2.2

Proses imperialisme Perancis di Kamboja

Sejarawan menyebutkan sebagai periode dimana Kamboja


terus-menerus didera invasi antara tahun 1432 - 1887. Pada
zaman itu, Kamboja hanya bisa berusaha bertahan bukan
menyerang negara lain. Pada zaman itu, invasi Thailand dan
Vietnam sering terjadi. Karena terlalu lama di tindas oleh
negara

tetangga,

Kamboja

seperti

mendapatkan

payung

perlindungan dengan kedatanagn Perancis. Tujuannya yaitu


agar Kamboja terhindari dari invasi Thailand dan Vietnam.
Sejak tahun 1864-1953 Kamboja berada dibawah perlindungan Perancis
dalam hal ini kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya diatur oleh
pemerintahan Perancis sebab sejak saat itu Kamboja menjadi negara
Protektorat Perancis. Daerah kamboja menjadi protektorat yang bersifat
otonom dibawah seorang residen superiur yang bertanggung jawab pada
gubernur jenderal. Secara teoritis gubernur jendral mempunyai kekuasaan yang
absolut tetapi berada dibawah pengawasan yang ketat oleh direktorat
pengawasan kementerian jajahan, yang secara berkala mengirim inspektur
jajahan untuk menyelidiki pemerintahannya.
Kedatangan Perancis tidak lebih dari ungkapan-ungkapan
janji manis belaka. Jadilah Perancis sebagai penjajah Kamboja
pada tahun 1887 hingga tahun 1953. Hal ini ditandai dengan
parjanjian Perancis dengan Raja Norodom pada tahun 1884.
7

Sebenarnya raja Norodom sudah menolak perjanjian tersebut,


karena

di

luar

kerajaan

sudah

dipersiapkan

kapal-kapal

meriam Perancis, akhirnya raja Norodom pun menandatangi


perjanjian tersebut. Perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah pihak,
berisi :
1. Kamboja harus selalu Merkonsultasikan dengan Residen Superior
Prancis.
2. Tiap-tiap propinsi diberi residen Superion prancis.
Dari perjanjian diatas mengawali kekuasaan mutlak seluruh wilayah IndoChina atas kekuasaan Perancis secara politik. Politik kolonial Perancis secara
garis besar dikonsentrasikan pada bidang politik,ekonomi dan sosial budaya.
Bidang ekonomi Perancis melakukan eksploitasi terhadap kekayaan alam dan
penduduk

Indo-China. Bidang sosial budaya politik asimilasi, yaitu

memasukan budaya Perancis ke indo-china atau dengan kata lain memperancis-kan indo-china.
Dengan adanya hal itu rakyat Kamboja pun tidak senang,
akhirnya pada tahun 1884-1885 terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh saudara tiri Norodom, yaitu Si Votha. Perancis
menduga

pemberontakan

ini

didukung

oleh

Norodom.

Pemberontakan ini berakhir ketika Kamboja diyakinkan oleh


Norodom akan perjanjian dengan Perancis tersebut. Perancis
telah mencampuri semua urusan negara, sisa pemerintahan
raja Norodom hanyalah sebagai boneka bagi Perancis. Perancis
memindah ibu kota dari Oudong ke Phnom Penh, raja Norodom
tidak bisa berbuat apa-apa untuk ini. Raja Norodom digantikan
oleh saudaranya yang cukup akrab dengan Perancis yaitu
Pangran

Sisowath,

mulai

pada

tahun

1904

sampai

kematiannya pada tahun 1927. Lalu pada tahun 1941,


Pangeran Norodom Sihanouk dinobatkan menjadi raja. Disela
era penjajahan Perancis itu, Kamboja juga diduduki Jepang
selama masa Perang Dunia II hingga tahun 1945.
8

Kemudian pada tahun 1946, Perancis kembali menjadikan


Kamboja sebagai jajahan, setelah Jepang kalah dalam Perang
Dunia II dan menyerah kepada Sekutu. Seiring dengan
berjalannya waktu, sebuah undang-undang dasar (UUD) baru
diluncurkan, yang mengizinkan rakyat Kamboja membentuk
partai

politik,

antara

lain

terbentuknya

partai

beraliran

komunis. Para gerilyawan komunis juga mulai melancarkan


perlawanan bersenjata terhadap Perancis. Pada tahun 1953,
Kamboja merebut kemerdekaan dari Perancis. Negara itu resmi
bernama Kerajaan Kamboja, yang dipimpin oleh Raja Sihanouk.
Pada tahun 1955, Sihanouk turun tahta untuk memburu
karier politik. Ayahnya, bernama Norodom, kemudian menjadi
raja, sementara Sihanouk menjadi perdana menteri. Pada
tahun 1960, ayah Sihanouk, Raja Norodom, wafat. Sihanouk
menjadi kepala negara. Pada era ini, perang dingin sudah
semakin berakar hingga ke Asia. Pertarungan Uni Soviet
dengan AS di berbagai negara berlanjut. Suatu waktu,
Kamboja pernah mencoba berkawan dan kemudian berbalik
melawan

AS,

karena

itu,

pada

tahun

1965,

Sihanouk

memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan


mengizinkan gerilyawan Vietnam Utara membangun basisbasis mereka di Kamboja dalam rangka melawan Vietnam
Selatan yang didukung AS. Lalu, pada tahun 1969, AS diamdiam mulai melancarkan operasi pengeboman kubu-kubu
pasukan Vietnam Utara yang ada di wilayah Kamboja.
Pada tahun 1970, Sihanouk dikudeta saat berada di luar
negeri. Perdana Menteri (PM) Lon Nol

mengambil alih

kekuasaan. Ia memproklamirkan berdirinya Republik Khmer


dan

mengerahkan

pasukan

untuk

memerangi

pasukan

Vietnam Utara yang ada di Kamboja. Di pengasingan di Cina,

Sihanouk menggalang gerakan gerilya. Awal tahun 1970-an,


tentara Kamboja menghadapi dua musuh yaitu pasukan
Vietnam Utara dan para gerilyawan Sihanouk, yang disebutkan
dengan Khmer Rouge alias Khmer Merah. Kemudian pada
tahun 1975, kekuasaan Lon Nol tumbang, ketika Khmer Merah
di bawah pimpinan Pot Pot menduduki Phnom Penh, Sihanouk
sejenak menjadi kepala pemerintahan dan Kamboja diberi
nama baru, Kampuchea. Setelah itu, seluruh penduduk di kota
dievakuasi ke daerah pedesaan dan dipaksa menjadi petani,
Ratusan ribu warga kelas menengah terdidik, disiksa dan
dieksekusi. Sebagian lainnya mati oleh kelaparan, peyakit,
atau keletihan yang tak terperikan. Mereka yang tewas selama
tiga tahun berikutnya diperkirakan mencapai setidaknya 1,7
juta orang. Era ini termasuk sejarah paling hitam Kamboja.
2.3

Bentuk

Perlawanan

Kamboja

Menuju

Kemerdekaan
Dengan
Kamboja

datangya

membuat

Imperialisme

rakyat

Kamboja

Perancis
untuk

ke

wilayah

membentuk

organisasi atau perlawanan, meskipun Kamboja ini berpengaruh


terhadap Vietnam. Kamboja selalu tetap terhadap penjajah
diwilayahnya.

Kamboja

juga

membuahkan

hasil

yaitu

kemerdekaan Kamboja atas Perancis. Kamboja dijadikan suatu


daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai
dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indo-china. Setelah
penjajahan Jepang pada tahun 1940-an, akhirnya Kamboja
meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 09 November 1953.
Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah
kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk. Pada saat perang
Vietnam tahun 1960-1n, Kerjaan Kamboja memilih untuk netral.

10

Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jenderal Lon
Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS
untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya.
Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi
dengan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali
tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu
perang saudara timbul di Kamboja. Daerah ini dikuasi Khmer
Merah pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan
menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin
oleh Pol Pot. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat
rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di
Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja
untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di
Kamboja. Pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan
antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi
mandat untuk mengadakan genjatan senjata antara pihak
Norodom Sihanouk dan Lon Nol. Sekarang ini Kamboja mulai
berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah
perang, walaupun pada tahun 1997 kestabilan negara ini
kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi.
Tahun 1970 merupakan tahun yang perlu dicatat dalam sejarah
rakyat Kamboja, bahwa pada waktu itu terjadi pergantian
kekuasaan dan sekaligus telah membawa perubahan bentuk
negara dari Kerajaan menjadi Republik. Pangeran Norodom
Sihanouk sebagai seorang raja berkuasa di Kamboja, pada
waktu sedang berkunjung ke luar negeri (Paris), di istana terjadi
pergeseran kekuasaan oleh kelompok militer di bawah pimpinan
Letjen Lon Nol.

11

Gerakan militer ini terjadi disokong oleh pihak Amerika


Serikat.

Padahal

harus

diingat

bahwa

pada

waktu

itu

pemerintah Kamboja harus juga menghadapi pemberontakan


gerilyawan komunis Khmer Merah pimpinan Kieu Samphan.
Dan salah satu alasan Amerika Serikat mendukung tindakan
kaum militer ini, karena ia senilai terlalu lambannya pihak
Sihanouk dalam menumpas gerakan penguasa dan sekaligus
mengumumkan dirinya sebagai Presiden Kamboja, memikul
tugas

untuk

menumpas

gerakan

Komunis

Khmer

Merah.

Sedangkan Sihanouk yang merasa dikecewakan sendirikan


pemerintahan pengasingan yang berkubu di Peking.
Pihak Khmer Merah yang nampaknya semakin memperoleh
posisi strategis, terus mengembangkan perlawanan. Dan rezim
Lon Nol yang angkuh dan korup akhirnya tidak mampu
mempertahankan

kekuasaannya

dari

keganasan

kaum

pemberontak. Pada 17 April 1975 rezim Lon Nol terpaksa angkat


kaki mundur dari Kamboja, dan muncullah kekuasaan baru di
bawah kaum komunis Khmer Merah pimpinan Kieu Samphan.
Beberapa

waktu

kemudian

komunis

Khmer

Merah

ini

memunculkan pimpinan radikal yakni Pol Pot sebagai Perdana


Menteri Kamboja (Kampuchea). Konstelasi keadaan tersebut
jelas akan mengundang rasa tidak puas di sementara kalangan
masyarakat. Timbul gerakan untuk menentang sikap dan
tindakan pemerintah yang terlalu kejam itu. Dan sebagian dari
reaksi dari rasa tidak paus itu maka pada tanggal 3 Desember
1978 terbentuklah suatu gerakan pembebasan yang disebut
dengan Front Persatuan Nasional Kamboja untuk Keselamatan
Nasional

atau

selanjutnya

dinamakan

KNUFNS.

Gerakan

KNUFNS ini dipimpin oleh Heng Samrin dan didukung oleh pihak
Vietnam.

Hal

ini

ternyata

semakin

12

mempertajam

konflik

perbatasan

antara

Vietnam

dan

Kamboja

yang

sudah

berlangsung hampir 3 tahun setelah kedua negeri itu berhasil


menumbangkan

kekuasaan

nasionalis

dukungan

Amerdika

Serikat.
2.4

Kondisi Kamboja Setelah Merdeka

Kamboja merupakan negara di Asia Tenggara pernah menjadi negara


protektorat Perancis pada tahun 1863 ketika raja Norodom memerintah, pada
masa perang dunia II ketika Jepang menguasai Indocina, Perancis tersingkir
dari Indocina, pada bulan Maret 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan
kepada Kamboja akan tetapi mengalami kekalahan pada PD II dan
kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang tidak pernah terealisasikan.
Setelah perang dunia II berakhir, Perancis kembali ke Kamboja untuk
menanamkan pengaruhnya. Pada tanggal 7 januari 1946 kamboja dibentuk free
state dibawah raja Norodom Sihanouk dan menjadikan negara Kamboja
kembali menjadi negara protektorat Perancis. Keadaan seperti itu membuat
Kamboja belum menjadi negara yang merdeka seutuhnya. Terdapat
pertentangan dimana raja Norodum Sihanouk menginginkan mendapatkan
kemerdekaan melalui jalur diplomasi, karena perekonomian masih bergantung
pada Perancis. Akan tetapi berbeda dengan Son Ngol Than dan para
pengikutnya yang menginginkan kemerdekaan dengan jalur kekuatan senjata.
Kumpulan orang-orang yang bersenjata dipimpin oleh Son Ngol Tahn Khmer
Ishaarak atau orang-orang bebas Kamboja. Viet Minh (komunis Indocina)
datang dari Vietnam yang terdiri dari kalangan orang-orang Vietnam Selatan
dan Tenggara Kamboja yang sangat menentang penjajahan Perancis di
Kamboja. Vit minh menyokong Khmer Issharak dalam menentang kolonialisasi
di Kamboja. Secara de jure Kamboja menjadi negara merdeka pada tahun
1949.
Akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada tanggal 9
November 1953 dan menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah
kepemimpinan raja Norodum Sihanouk. Meskipun Kamboja sudah

13

merdeka 1953, Rakyat Kamboja semakin berat menghadapi


konflik yang datang dari luar antara lain:

China dan Kamboja


Hubungan antara China dengan Kamboja ditandai
dengan gelombang pasang surut yang amat nyata yang
ditentukan oleh sikap tokoh yang tengah berkuasa dan
memerintah

kamboja.

Empat

periode

pemerintahan

dengan tiga system pemerintahan memberikan pengaruh


yang berbeda-beda terhadap pola dan hubungan tersebut.
Pada mulanya pemerintahan pangeran sihanouk bersifat
moderat dan netral. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kamboja agar tidak dipeluk oleh Negara asing tertentu
dank karenanya juga tak akan mengundang keterlibatan
Negara

asing

lainnya.

Tampilnya

pemerintahan

yang

republik sempat memutus hubungan antara Kamboja


dengan China dikarenakan Kamboja yang pro barat dan
anti komunis.

China kembali mempunyai hubungan baik

dengan Kamboja setelah khmer merah kembali tampil


memegang tampuk pemerintahannya. Hubungan baik ini
ditandai dengan berkunjungnya para pemimpin khmer ke
Beijing dan oleh bantuan ekonomi dan militer yang
diberikan oleh china kepada kamboja.

Thailand dan Kamboja


Secara historis hubungan kedua Negara ini ditandai
dengan hubungan dominasi subjeksi. Sejak abad ke 17
wilayah

ini

tetangganya.

telah

menjadi

Thailand

ajang

menekan

rebutan
dari

tetangga-

sebelah

barat

sedangkan Vietnam menekan dari sebelah timur. Setiap

14

terjadinya pergantian kekuasaan pemerintahan di kamboja


selalu saja kedua Negara tersebut ikut campur mengurusi
pemerintahannya untuk mencari keuntungan. Thailand
menganggap bahwa wilayah kamboja sebagai penyanggap
kemungkinan serangan Vietnam, sedangkan Vietnam juga
beranggapan

begitu

pula.

Dominasi

Negara-negara

tetangga ini berakhir setelah adanya kekuasaan perancis di


wilayah

Indochina.

Selama

kolonialisme

perancis

persaingan anatara Vietnam dan Thailand mereda.


Pada tahun 1975 Thailand mengakui rejim pol pot,
ialah setelah pol pot berhasil menjatuhkan lon nol. Langkah
ini diambil oleh Thailand berdasarkan pertimbangan bahwa
khamer merah tidak akan pernah berada di dominasi
Vietnam. Bahkan boleh dibilang lebih condong ke china.
Thailand sendiri sudah menjalin hubungan dengan china
yang

telah

bermusuhan

dengan

Vietnam.

Thailand

mempunyai kepentingan agar kamboja bersikap netral.


Setidak-tidaknya tidak berada dalam dominasi Vietnam
atau dominasi Negara lain yang bermusuhan dengan
thailand.

Vetnam dan Kamboja


Persoalan

Kamboja

menjadi

semakin

mendapat

perhatian dari dunia internasional, terutama setelah Khmer


Merah berhasil menggulingkan rezim Lon Nol. Kemenangan
Khmer Merah itu tidak terlepas dari dukungan Vietnam.
Sehingga boleh dibilang Vietnam pada waktu itu telah
memperoleh

sukses

secara

memerangi rezim non komunis.

15

gemilang

dalam

rangka

Dalam satu kurun waktu gerakan komunis Indochina


telah berhasil melipat rezim Lon Nol di Kamboja dan
Nguyen Van Thieu di Vietnam Selatan. Sehingga ada
anggapan bahwa persatuan Indochina di bawah panji-panji
komunis sebagaimana dicita-citakan Ho Chi Minh mulai
menjadi

kenyataan.

menunjukkan

lain.

Akan

tetapi

perkembangan

Khmer

Merah

yang

dalam

perjuangannya melawan rezim Lon Nol mendapat bantuan


Vietnam Utara, ternyata setelah berhasil tidak mengikuti
jejak

komunis

Vietnam

yang

bagaimana

diharapkan

semula.
Bahkan keduanya saling bertentangan, apalagi setelah
Kamboja dipimpin oleh PM Pol Pot dukungan RRC. Kamboja
tidak bersedia sama sekali untuk kompromi.. Banyak faktor
yang

memotivasinya.

Di

samping

persoalan-persoalan

politik dan etnis, kedua bangsa itu merupakan musuh sejak


dahulu. Konflik antara Vietnam dan Kamboja ternyata
berkembang pad askala yang lebih luas yakni menyangkut
konflik perbatasan. Konflik perbatasan ini semakin hari
semakin tajam bahkan tidak dapat dihindari akan terjadi
kontak senjata secara terbuka. Akibatnya dari situasi
konflik ini adalah timbul ketegangan antara Vietnam
dengan pihak ASEAN. Hal ini disebabkan antara lain karena
derasnya arus pengungsi Indochina ke wialayah-wilayah
Muangthai,
perbatasan

Malaysia

dan

Vietnam-Kamboja

juga

Indonesia.

menjadi

semakin

Konflik
kritis.

Pertempuran demi pertempuran saling bermunculan untuk


mempertahankan kebenaran masing-masing.
Perkembangan ini dimanfaatkan oleh Vietnam yang
merasa lebih lanjut itu, untuk mewujudkan ambisinya yakni
16

ingin menguasai Kamboja secara penuh. Ambisi dan usaha


Vietnam untuk menguasai Kamboja ini semakin kacau
akibat tindak kekerasan yang dilakukan pemerintah Pol Pot
sendiri.

Lahirlah

berbagai

bentuk

perlawanan

rakyat.

Dengan demikian ambisi dan usaha Vietnam itu seolaholah dilegalisisr karena ingin membantu rakyat Kamboja
yang

tertindas.

Konflik

perbatasan

yang

kemudian

berkembang menjadi kontak senjata secara terbuka antara


Vietnam

Kamboja

itu

sebenarnya

dapat

diselesaikan

melalui cara perundingan, seperti halnya penyelesaian


konflik perbatasan dengan Muangthai.
Usul

penyelesaian

perundingan

itu

damai

pernah

melalui

disampaikan

perundingan-

Vietnam,

tetapi

ditolak oleh Pol Poy. Bahkan Pol Pot pernah pula secara
tegas menolak usul penyelesaian melalui perundingan
yang disampaikan lewat forum PBB dan menolak resolusi
Dewan Keamanan PBB mengenai pelanggaran hak-hak
asasi manusia di Kamboja. Oleh karena itu para pengamat
Barat

berkesimpulan

bahwa

Kambojalah

yang

mengeskalasi dan mempertahankan konflik itu. Sikap keras


Kamboja dan perkembangan konfliknya dengan Vietnam
sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari skope politik yang
lebih

luas

yakni

terutama

berkaitan

dengan

berkembangnya konflik Sino - Soviet. Di belakang Kamboja


berdiri RRC dan di pihak Vietnam ada Uni Soviet. Sehingga
dikatakan

oleh

Brzenzinki

dari

Dewan

Keamanan

Nasionalnya Presiden Carter, bahwa apa yang sedang


berkembang di Kamboja (Indochina) itu adalah suatu proxy
war, perang tandaing dari jauh antara kedua antogonistis
rivalitas Sino - Soviet di Asia Tenggara. Vietnam dan

17

Kamboja adalah pion-pion yang bertempur di medan


perang dan seolah-olah dikendalikan oleh kedua super
power itu.

Amerika Serikat dan Kamboja


Pada mulanya keterlibatan AS di Indochina didasari
oleh global containment poiicy yang ia kembangkan.
Keterlibatan

dan

kehadiran

kekuatan

Amerika

secara

langsung di Vietnam selatan. Dukungan yang ia berikan


kepada kelompok militer yang menggilingkan sihanouk dan
mengambil alih kekuasaan kamboja telah didorong oleh
strategi global untuk membendung kekuatan komunis di
Asia Tenggara. Perhatian amerika serikat ke asia tenggara
ini muncul kembali setelah Vietnam mengadakan invasi ke
kamboja dan menempatkan heng samrin ke puncak
kekuasaannya.

Uni Soviet dan Kamboja


Kepentingan uni soviet di Indochina yaitu kepentingan
untuk memperluas pengaruh serta untuk memperkuat diri
dalam konfrontasi dengan china. Pada tahun1970 Uni
soviet mengakui pemerintahan lon nol serta mengakui
pemerintah pengasingan sihonouk yang berkoalisi dengan
khmer merah. Uni soviet tak ayal mengakui pemerintah
heng samrin yang ditopang oleh Vietnam walaupun pada
saat

itu

masih

Penyelamatan

bestatus
Kamboja.

Front

Persatuan

Pembangunan

Untuk
kembali

infrastruktur ekonomi masyarakat kamboja di bawah rejim


heng samrin banyak pula mendapatkan bantuan dari uni
soviet.
Adapun usaha penyelesaian konflik eksternal yaitu :
18

Konferensi Internasional
Berbagai langkah diplomasi telah dilakukan, akan
tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Vietnam
masih tetap menempatkan sekitar 200.000 pasukannya di
Kamboja.

Satu-satunya

hasil

penting

adalah

dikeluarkannya resolusi Majelis Umum PBB no. 35 pada


Oktober 1980 yang lalu, isinya agar Vietnam menarik
pasukannya dari wilayah Kamboja. Sebagai kelanjutan dari
usaha diplomasi melalui forum PBB ini, kemudian ASEAN
mengusulkan
internasional

agar

diselenggarakan

mengenai

Kamboja.

Konferensi

Ternyata

usul

ini

mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak kecuali


negara-negara pro Uni Soviet.
Majelis Umum PBB sepakat untuk menyelenggarakan
suatu

konferensi

mengenai

internasional

penyelesaian

dengan

masalah

acara

khusus

Kamboja.

Untuk

mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan


akan

diselenggarakannya

konferensi

internasional

itu,

ASEAN melalui para Menteri luar negerinya mengadakan


pertemuan di Manila pada tanggal 17 - 18 Juni 1981
dengan menghasilkan rancangan yang terdiri beberapa
pasal mengenai penyelesaian damai masalah Kamboja.
Dengan sponsor PBB, pada tanggal 13 - 17 Juli 1981
bertempat di New York telah dilangsungkan konferensi
internasional mengenai Kamboja. Konferensi ini diketuai
oleh Menlu Austria Wilbald Pahr, dengan dihadiri 92 negara
(79 peserta penuh dan 13 negara sebagai peninjau).
Maksud dari konferensi ini adalah untuk mengusahakan
suatu penyelesaian politik secara menyeluruh bagi konflik
Kamboja. Dalam konferensi itu pihak ASEAN mengajukan

19

rancangan penyelesaian secara politis sebagaimana telah


dirumuskan sebulan sebelumnya di Manila. Rancangan itu
teridiri beberapa pasal yang penting diantaranya :
o Meyerukan penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja.
o Diselenggarakan

kemerdekaan,

kedaulatan

dan

integritas nasional serta status non blok Kamboja oleh


negara-negara lain, termasuk anggota tetap Dewan
Kemanan PBB, negara-negara Asia Tenggara dan
negara-negara lain yang bersangkutan.
o Perlucutan

senjata

bagi

semua

pihak

yang

bersengketa.
o Dibentuk semacam badan atau panitia yang akan
meneruskan lebih lanjut hasil-hasil konferensi tersebut.
Konferensi

itu

kemudian

berakhir

dengan

mengeluarkan sebuah deklarasi terdiri dari 15 pasal yang


berisi kerangka kerja bagi proses penyelesaian politik
masalah Kamboja secara menyeluruh dan sebuah resolusi
untuk membentuk ssatu panitia atau badan yang akan
meneruskan usaha-usaha konferensi itu. Dengan demikian
diselenggarakannya

konferensi

internasional

mengenai

Kamboja oleh PBB itu dapat dinilai sebagai langkah


konstruktif untuk cara bersama memecahkan masalah
Kamboja. Sebenarnya tidak ada alasan bagi Vietnam dan
Uni Soviet menolak konferensi itu. Apalagi kalau memang
rezim Heng Samrin memiliki popularitas dan legitimasi
dihadapan

rakyat

Kamboja,

konferensi

internasional

sebagai suatu negara yan sangat tepat untuk ditopangnya.


Tetapi masalahnya apakah pihak yang mengikuti dan
mendukung

deklarasi

yang

20

dihasilkan

konferensi

internasional itu juga memiliki iktikad baik, betul-betul


ingin menyelesaikan masalah Kamboja itu secara sejati dan
konsekuen, tanpa ada tendednsi atau ambisi tertentu dari
masing-masing. Dengan kehadiran RRC dengan beberapa
usulnya telah memberikan postur bagi ketidak murnian
dari konferensi itu. Sebab usul-usul RRC itu secara jelas
terbersit ambisi yang ingin untung sendiri. Sehingga
penolakan pihak Vietnam dan Uni Soviet itu tidak semua
salah. Kalau memang konferensi internasional itu ingin
dinilai sebagai konferensi yang netral dan murini, lebih
tepat

mendeklarasikan

rumusan

pasal-pasal

yang

dirumuskan atau diusulkan ASEAN, bukan hasil kompromi


ataupun usul yang disampaikan RRC. Justru persoalan
inilah

yang

sebenarnya

akan

tetap

mempersulit

penyelesaian masalah Kamboja.


Koalisi Longgar
Ada tiga kelompok penting yang perlu dicatat dalam
kaitannya dengan gerakan melawan tentara Vietnam di
Kamboja. Pertama, adalah kelompok Khmer Merah yang
berhaluan komunis di bawah pimpinan Kieu Shampan, Pol
Pot dan Ieng Sary. Kedua, kelompok Son Sann. Kelompok
ketiga, adalah kelompok netralis ulinaka pimpinan bekas
kepala negara Kamboja, Pangeran Norodom Sihanouk.
Pasukan Khmer Merah di bawah Pol Pot dan Ieng Sary,
semenjak Kamboja di bawah kekuasaan Heng Samrin terus
melakukan perang gerilya. Juga kelompok non komunis
atau nasionalis di bawah Son Sann aktif melakukan
perlawanan terhadap pendudukan tentara Vietnam di
Kamboja,
Sedangkan

dengan
raja

pusat

kegiatannya

Sihanouk,

21

banyak

di

Muangthai.

mengeluarkan

stattement

politik

dari

pengasingan,

yang

intinya

menentang kekuasaan Heng Samrin dan pendudukan


tentara

Vietnam

berikutnya,

di

ketiga

Kamboja.

kelompok

Dalam

perkembangan

tersebut

nampak

ingin

mengadakan kontak-kontak politis dalam rangka bersamasama menentang rezim Heng Samrin. Kemudian pada
suatu saat, terjadilah peristiwa yang sangat penting, yang
jarang terjadi disepanjang sejarah Indochina. Peristiwa itu
terjadi pada

4 September 1981 di Singapura yakni

bertemunya pemimpin-pemimpin.
Mengambil analogi dari kasus di atas maka dapat
dikatakan bahwa Koalisi Longgar itu mungkin akan tetap
hidup sebagai wujud dari kelompok perlawanan anti
Vietnam,

selama

rezim

Heng

Samrin

yang

diganjal

kekuatan tentara Vietnam itu masih ada. Tetapi seandainya


koalisi itu memperoleh kembali koalisi itu akan terjadi
perpecahan.

Masing-masing

menampakkan
Hanyalah

peran

kelompok

dan

akan

unjuk

kekuatan

Sihanouk

gigi

untuk

masing-masing.

sajalah

kiranya

yang

sanggup berdiri netral, tapi untuk berjuang kelompok


pimpimnan

sang

pangeran

ini

masih

memerlukan

konsolidasi di kalangan rakyat Kamboja. Tetapi bagaimana


caranya.

Cukuplah

dengan

Koalisi

Longgarnya,

atau

cukupkah dengan kepopulerannya dan perjuangannya di


luar negeri. Dengan beberapa persoalan tersebut, maka
masalah Kamboja masih cukup panjang dan tetap, akan
merupakan

problema

bagi

perdamaian

di

Indochina

khususnya dan netralisasi Asia Tenggara pada umumnya.


Dan pembentukan Koalisi Longgar yang anti Vietnam
bukan satu-satunya cara yang tepat untuk mengatasi

22

kemelut di Kamboja. Bahkan sebaliknya, lahirnya Koalisi


Longgar itu berarti menambah kekuatan baru yang justru
menambah anggota untuk saling memperkuat diri guna
melakukan

persaingan

dengan

pihak

lain.

Dengan

demikian kawasan Asia Tenggara akan ditandai dengan


berbagai pergulatan kekuatan politik yang berkepanjangan.

BAB 3. SIMPULAN
Dari hasil makalah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Kerajaan
Kamboja adalah sebuah negara berbentuk monarki konstitusional di Asia
Tenggara. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah
menguasai seluruh Semenanjung Indochina antara abad ke-11 dan 14. Pada
tahun 1864 Prancis memulai kekuasaannya di Kamboja dan berhasil menguasi

23

wilayah Indo-china( Vietnam,Laos dan Kamboja ). Sejak tahun 1864-1953


Kamboja berada dibawah perlindungan Perancis dalam hal ini kehidupan
sosial, politik, ekonomi dan budaya diatur oleh pemerintahan Perancis sebab
sejak saat itu Kamboja menjadi negara Protektorat Perancis.
Akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada tanggal 9
November 1953 dan menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah
kepemimpinan raja Norodum Sihanouk. pada tanggal 17 April 1975 dan
menggulingkan Lon Nol Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot membentuk
Republik Demokrasi Kamboja. Tanggal 17 April 1975 dinyatakan sebagai hari
pembebasan dan ia juga menyebutnya sebagai tahun Nol karena ia memurnikan
keadaan sosial kamboja dari kapitalisme, budaya barat, agama dan semua
pengaruh asing dalam rangka pengisolasian. Kamboja dibawah kepemimpinan
Pol Pot menjadikan Kamboja menjadi negara beraliran komunis dan terisolir
dari hubungan diplomatik. Pol Pot memutuskan hubungan dengan negaranegara hampir diseluruh dunia kecuali dengan Cina, Vietnam, dan Swedia.

DAFTAR PUSTAKA

HALL, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha nasional.


Abdulgani, Ruslan. 1978. Indocina Dalam Kawasan Asia Tenggara. Jakarta:
Yayasan Idayu.

24

Ricklefs, M.G, Lockhart, Bruce. 2013. Sejarah Asia Tenggara Dari Masa
Prasejarah sampai Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu
http://id.wikipedia.org/wiki/kamboja ( diakses tanggal 13 Maret

2014)
http://www.asal-usul.com/2009/04/khmer-merah-lembar-sejarah
%20kelam.html (diakses tanggal 13 Maret 2014 )

25

Anda mungkin juga menyukai