Anda di halaman 1dari 48

Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang

June 18, 2011hazzirLeave a commentGo to comments

20 Votes
Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu wilayah. Pengukuran ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Dengan pengukuran
profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di
setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna
dalam cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan
raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak harus dikuasai
oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika. Salah satu cara untuk menguasai
pengukuran sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau
dengan memperbanyak jam terbang pengukuran
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat dan
pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang konsisten. Ketepatan
survey tergantung dari ketelitian membuat garis bidik horizontal, kemampuan pemegang rambu
ukur dalam memegang rambu ukur secara vertical, dan presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan
alat yang memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan
presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat di antara waktu bidik
belakang dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing, 1995)
Pengoperasian Alat
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel, operasi
waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai ketepatan
tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib sumbu tampak memotong rambu
ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu
pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu pembacaan bidik
muka untuk menentukan elevasi titik di sebelah muka ( sebuah titik stasiun atau elevasi ).
Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target pada rambu ukur. Target
tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik muka dapat
dilakukan terhadap titik-titik lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi titiktitiki ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik benang tengah,
semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat digunakan untuk
melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Langkah-langkah Untuk Mengambil Pembacaan Sebuah Waterpass


Waterpass dipasang dan didatarkan
Teropong diarahkan sedemikian rupa sehingga benang vertikal berimpit dengan salah satu
sisi rambu ukur dan alat dikunci.
Lensa objektif difokuskan dan paralaks dihapus.
Gelembung nivo diperiksa, digeser ke tengah dan disetel kalau perlu.
Rambu ukur dibaca dan hasilnya dicatat.
Gelembung nivo diperiksa lagi apakah masih tetap di tengah-tengah. Apabila gelembung
tergeser dari tengah-tangah, ia harus diketengahkan lagi dan pembacaan diulangi.

7.

Setelah pemegang alat merasa puas bahwa gelembung tetap di tengah-tengah ketika
pembacaan dilakukan, selisih pembacaan antara benang atas dan benang bawah dibaca untuk
mengukur jarak dari waterpass sampai mistar ukur. Jarak ini dipakai untuk menyeimbangkan jarak
bidik muka dan bidik belakang dan cukup dibaca sampai ketelitian sentimeter terdekat.
8.
Pemegang alat memberi tanda kepada pemegang rambu ukur untuk maju ke posisi
berikutnya.
9.
Kunci teropong dibuka, teropong diputar, diarahkan ke posisi rambu ukur berikutnya dan
difokuskan. Paralaks dihapus, posisi gelembung nivo diperiksa apakah masih di tengah-tengah,
ramb u ukur dibaca, dan posisi gelembung nivo diperiksa ulang.
10.
Tahapan-tahapan ini diulangi sampai jumlah bidik muka yang diinginkan diambil dan
sebuah titik stasiun ditetapkan. Jarak rambu ukur pada titiki stasiun diukur dan dicatat. Pemegang
rambu ukur kemudian mengambil posisi di atas stasiun.
11.
Waterpass dipindahkan ke posisi pemasangan berikutnya dan prosedur ini diulangi.
(Wirshing,
Metode Penghitungan Beda Tinggi

Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi


Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung dengan
rumus
H = BTB BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :

1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.

1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang 1-2 km yang terbagi dalam slag yang
genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
(Nurjati, 2004 )
Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar
Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Kesalahan Petugas :
1.
1.
2.

Disebabkan oleh observer


Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung
nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.

3.
4.
5.
1.
2.
3.

Kesalahan pembacaan.
Kesalahan pencatatan.
Disebabkan oleh rambu
Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang
perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan
yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda indeks rambu
karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai
kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti, seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian
berjumlah genap untuk menentukan titik-titik balik.

1.
1.
1.

Kesalahan Instrumen :
Disebabkan oleh petugas
Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi
tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)
2. Parallax yang timbul pada saat pengukuran

1.
1.
2.
3.
2.
1.

Disebabkan oleh rambu


Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
adanya kesalahan indeks rambu.
Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
Kesalahan Alami :
Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah
kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti selama
observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian
atau penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.
Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya
sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas
tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat
khusus seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus
kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat digunakan
perisai pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.
Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang
melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas
permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan
kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak
teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin. Selanjutnya
diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.
Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi
berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini
merupakan problema yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar
ditempatkan di tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan.
(Sosrodarsono, 1983)
Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya
permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun melintang.

2.

3.

4.

Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah
sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil
pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur
pipa dan lain-lain, seperti dalam:
1.

Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.

2.
3.

Menghitung volume pekerjaan.


Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil memanjang
dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya dilakukan
penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun
melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas terlihat.
(Nurjati, 2004 )
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar
memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar
profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut :

Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan
pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.

Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas


Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik.

Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).


Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
Ukur tinggi alat diatas patok.
Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB,
untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
Hitungan : H1 = HA+HA1
H2 = HA+HA2
Hn = HA+HAn (Nurjati, 2004 )
b. Profil Melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar
profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah
samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan
dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi
yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh
pada titik B) maka potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu
dibuatkan 2 buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah
belokan selanjutnya.

Gambar 2.4 Arah Potongan


Melintang
Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik
1.
2.
3.
4.

Tempatkan alat di atas titik A.


Lakukan centering.
Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
Ukur tinggi alat diatas patok.

5.
6.
7.

Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.


Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik
relief.

8.

Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.

Pengertian Poligon tertutup dan terbuka pada


ilmu ukur tanah
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengukur tanah dengan baik
yang menghasilkan hasil pengukuran yang akurat dan cepat. teknik pengukuran bisa
menggunakanpoligon tertutup maupun terbukatergantung dari medan dan situasi lapangan.
Namun sebelum membahas keduanya. Kita perlu tahu apa pengertian dari poligon itu. Poligon
adalah metode untuk menentukan posisi horizontal dari titik-titik di lapangan yang berupa segi
banyak dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak. tujuannya adalah untuk mendapatkan
data-data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y). kenapa harus membentuk poligon ?
karena digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan suatu wilayah.
Peralatan yang sering digunakan untuk pekerjaan ini adalah theodolite dan rambu ukur yang
sudah saya bahas pada artikel sebelumnya. Selain alat di atas ada kelengakapan lainnya seperti
statif, formulir ukur, alat tulis dan payung. Untuk saat ini ada alat yang lebih canggih lagi yaitu
Total Station. Anda bisa membaca artikel pengertian total station untuk penjelasan lebih lengkap.
Perbedaannya adalah pada theodolite kita harus menulis seluruh data pengukuran seperti ba, bt,
bb, sudut dan sebagainya. Sedangkan pada Total Station pencatatan data dilakukan otomatis
oleh alat tersebut.
Kembali ke topik sebelumnya seperti pada paragraf pertama poligon terdiri dari tiga macam
yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka. Kita akan bahas satu per satu.

Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi banyak yang
menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan
seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi dari
kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak
tersebut.

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan semua
sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda. lalu bagaimana cara menerapkan di
lapangannya? Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan jumlah titik poligon
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka
membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan sedikit titik poligon yang terpenting
menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung jumlah keseluruhan sudut
dalam bisa menggunakan rumus (n-2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut apabila
poligon tersebut benar-benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran di lapangan tidak
bisa seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena beberapa faktor di
lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran dari lapangan sebelum dikoreksi didapat
jumlah sudut dalam sebesar 720d54'43" (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran
saya ini ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43". Maka yang harus dikoreksi adalah
sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai dengan hasil rumus di atas. Selain untuk mengkoreksi
sudut dalam, fungsi dari poligon tertutup ini adalah untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita
mulai pengukuran dari titik awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut.
Maka saat kita kembali ketitik awal lagi setelah melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya
elevasi akhir adalah 100 m juga. apabila lebih atau kurang dari itu maka harus dikoreksi.

Poligon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun irigasi. tapi
kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun tetap disarankan
untuk menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini
adalah poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. jadi pengukuran di
mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti pada gambar di bawah ini.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak terikat sempurna.
Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data koordinat pada titik awal dan titik
akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya
mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat tersebut bisa
didapatkan dari benchmark. apa yang dimaksud dengan benchmark? silakan baca artikel saya
sebelumnya. Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya
surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang bisa menggunakan ini karena
yakin ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat
tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa melakukannya.
Demikian artikel yang membahas tentang pengertian poligon tertutup dan terbuka pada ilmu ukur
tanah. sebenarnya secara teori saya sudah agak lupa tapi aplikasi dilapangan saya masih
paham betul. tentu untuk mengatasi itu semua saya sambil buka-buka lagi buku ilmu ukur dan
saya singkronkan dengan pengalaman saya dilapangan. semoga bermanfaat.
lalu bagaimana pelaksanaan pengukuran di lapangan?bisa baca artikel yang berjudul cara
mengukur luas tanah dengan metode poligon tertutup.

PENGUKURAN SIPAT DATAR (WATERPASS)


Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu
wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan
profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa
diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di
wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat
berguna dalam cut danfill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja
dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak harus
dikuasai oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika. Salah satu cara untuk
menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara
sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :

a)

Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis gradien paling sesuai dengan topografi yang
ada.

b)

Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.

c)

Menghitung volume pekerjaan tanah.

d)

Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.

e)

Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.


Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu untuk membuat garis-garis
ketinggian (kontur).
1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua station. Misalnya pengukuran
sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat dan pemegang rambu ukur pada saat
pembacaan demi dicapainya hasil yang konsisten. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian membuat garis bidik
horizontal, kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur secara vertical, dan presisi rambu ukur yang
dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan presisi
sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat di antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada
stasiun alat. (Wirshing, 1995)
Pengoperasian Alat
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel, operasi waterpass terdiri dari memasang,
mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib
sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu
pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu pembacaan bidik muka untuk menentukan
elevasi titik di sebelah muka ( sebuah titik stasiun atau elevasi ). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali
digunakan target pada rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik
muka dapat dilakukan terhadap titik-titik lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi titik-titiki ini juga
diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik benang tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau
cara dengan mikrometer dapat digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)
Pengukuran
Sipat
Datar
Memanjang
Sipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan unutk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang jalur
pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang
terbagi menjadi sipat datar terbuka dan tertutup.

Cara pengukuran:
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.

7. Hitung jarak alat dengan titik A


dA=(BA A BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B
dB=(BA B BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi bacaan belakang
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.

Metode Penghitungan Beda Tinggi

Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi


Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung dengan rumus
H = BTB BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
-

1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.

1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang
pergi dalam waktu satu hari.
(Nurjati, 2004 )
Sipat Datar Tertutup

Sipat datar memanjang tertutup yaitu suatu pengukuran sipat datar yang titik awal dan titik akhir sama /berimpit.

Agar didapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi, dengan asumsi bahwa beda tinggi pergi sama dengan beda tinggi
pulang.
C = k / (n-1)
C = Koreksi
k = kesaahan
n = banyaknya titik
(n-1) = banyak slag (beda tinggi)
Metode Pulang Pergi
Pada saat pembacaan rambu, digunakan metode pulang pergi, yaitu setelah mengukur beda tinggi AB, maka, rambu A
dipindahkan ke titik C untuk mengukur beda tinggi BC sehingga akan kita dapatkan beda tinggi BC. Setelah itu, rambu B
dipindahkan ke titik D sehingga akan di dapat beda tinggi CD. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan pembacaan
rambu yang diakibatkan skala nol pada rambu yang dikeluarkan oleh pabrik tidak berada pada skala nol sebenarnya. Untuk
mengoreksi data beda tinggi yang didapat, digunakan rumus:
8d; dimana d = jarak titik (km)
setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui dengan rata-rata beda tinggi antara ulang
dan tinggi.
h = (H pergi H pulang )/ 2

Pengertian Slag, Seksi dan Sirkuit


1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.

1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi
dalam waktu 1 hari.
1 kring / sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga titik awal dan titik akhirnya adalah
sama.

Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar


Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesalahan Petugas :
1. Disebabkan oleh observer
1. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung nivo yang tidak
sempurna dan sebagainya).
2. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
3. Kesalahan pembacaan.
4. Kesalahan pencatatan.
5. Disebabkan oleh rambu:
1. Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
2. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang perpanjangannya dirasakan
kurang sempurna.
3. Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda indeks rambu karena titik-titik balik
bernomor genap yang tidak tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti,
seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk menentukan titik-titik balik.
1. Kesalahan Instrumen :
1. Disebabkan oleh petugas
1. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi tidak sejajar dengan
sumbu niveu tabung)
2. Parallax yang timbul pada saat pengukuran
1. Disebabkan oleh rambu
1. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
2. adanya kesalahan indeks rambu.
3. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
2. Kesalahan Alami :

Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah kondisi intrumen sipat
datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti selama observasi, instrumen sipat
datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu
harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.

Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri, baik instrumen sipat
datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempattempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau harus
dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran,
dan untuk menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.

Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang melintasi udara
dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah
temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena
itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya,
jarak bidikan haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar
terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.

Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi berbentuk speris, maka
lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada
sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara kedua rambu,
maka pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)

Pengukuran Beda Tinggi Dengan Dua Kali Berdiri Pesawat (Double Stand)

Metode sipat darat adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan
yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi
antara titi-titik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukkan pada rambu vertikan. Tujuan dari
pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai
permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat
diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu : garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam
keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab itu, gelembung
nivo tabung harus di tengah setiap kali akan membaca skala rambu.
1.

Station, merupakan titik dimana rambu ukur ditegakan, bukan tempat alat sipat datar ditempatkan. Tetapi pada
pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat berdiri alat.

2.

Tinggi alat, adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar didirikan.

3.

Tinggi garis bidik, adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian (permukaan air laut rata-rata)

4.

Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang diketahui ketinggiannya,
maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya disebut rambu belakang.

5.

Pengukruan ke muka, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang diketahui ketinggiannya, maksudnya
untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambu di sebut rambu muka.

6.

Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke belakang dan ke muka dilakukan pada rambu yang
ditegakan di station tersebut.
Mendirikan waterpass di antara dua titik target merupakan pekerjaan yang sering dijumpai dilapangan. Penempatan
waterpass di antara dua titik target ini tidak perlu segaris dengan kedua titik tersebut, yang penting jarak diantara waterpass
dan titik-titik tersebut diusahakan sama atau hampir sama panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya jarak-jarak antara
titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara optis) dengan alat waterpas, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung
(misalnya pita ukur, EDM dan lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alatwaterpas ini digunakan untuk
membandingkan dengan hasil yangdiperoleh dari pengukuran jarak langsung tersebut ataupun untukmengecek bacaan
benang tengahnya, apakah telah memenuhi ketentuan bahwa bt = (ba + bb) Satu kedudukan waterpas di antara dua titik
target yang ditegakkan rambu ukur disebut slag, pengukuran dalam satu hari terdiri dari beberapa slag yang dikenal dengan
istilah seksi, sedangkan trayek adalah panjang pengukuran dari beberapa seksi, yang merupakan panjang dari
satupekerjaan projek.

Spesifikasi teknik pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :


1.

Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik terhadap bidang referensi tertentu yang
akan digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan.

2.

Alat ukur yang dipakai adalah waterpass

3.

Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi

4.

Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap

5.

Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.

6.

Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand, ring.

7.

Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 adalah < 2 mm

8.

Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah, dan bawah)
LANGKAH KERJA

1.

Siapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran

2.

Buka kaki tiga dari pengunci

3.

Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada, kemudian kuncikan kembali

4.

Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga
dalam keadaan mendatar

5.

Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang sudah disiapkan tadi, pasang skrup
yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada di bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan alat
betul-betul menjadi satu kesatuan. Lalu injak alat injakan yang ada di kaki tiga

6.

Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar

7.

Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga sebagai pengatur sampingan,
sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak

8.

Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya agar tepat ada ditengah dengan
menggunakan skrup pengatur nivo tabung

9.
10.

Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik pengukuran
Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus difragma sampai benang diafragma
tersebut terlihat jelas

11.

Tentukan dua titik A dan B

12.

Bagi panjang PQ dalam beberapa slag

13.

Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah
belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m) dan catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag

Sipat Datar Profil


Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang
jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur
pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti dalam:
1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.
2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil memanjang dan sipat datar profil
melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran
sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih
jelas terlihat.
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui
jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan
sebagai berikut :
Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tengah (as) jalur pengukuran dan dilakukan pengukuran pada setiap
perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.

Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas


Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik.

Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik


1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB, untuk pengukuran pada seksi
BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+HA1
H2 = HA+HA2
Hn = HA+HAn (Nurjati, 2004 )
b. Profil Melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar profil memanjang, jarak
antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang
lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari

tepi yang satu ke tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada
titik B) maka potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah potongan melintang
yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan selanjutnya.

Gambar 2.4 Arah Potongan Melintang


Cara Pengukuran :

Alat di Atas Titik


1. Tempatkan alat di atas titik A.
2. Lakukan centering.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
6. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik relief.
8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

A. LATAR BELAKANG
Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran
dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat
planimetris (X, Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah salah satu

cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya
dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Dapat disimpulkan bahwa poligon
adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran di lapangan.
Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk menentukan
letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap
suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui pengukuran sudut dan
jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya posisi
horizontal/koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan situasi
topografi asuatu daerah tertentu.
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek pengukuran
poligon tertutup terikat koordinat ini antara lain adalah sebagai berikut :
1) Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran
poligon tertutup terikat koordinat itu sendiri.
2) Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit
sesuai dengan prosedur.
3) Agar mahasiswa mengetahui cara poligon dimana serangkaian garis lurus
yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Prinsip kerja
pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan
beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk
keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.
C. DASAR TEORI
Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari
gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar
untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1) Perhitungan Sudut Jurusan Awal (awal) dan Sudut Jurusan Akhir
(akhir)
awal = ArcTan (X akhir - X awal) / (Y akhir - Y awal)
akhir = ArcTan (X awal - X akhir) / (Y awal - Y akhir)
2) Perhitungan Syarat Geometrik KPS (Kesalahan Penutup Sudut)
KPS = ( - ((n - 2) . 180) - ( awal - akhir)
f = -KPS
Koreksi (Vi) = f/n, n=jumlah titik sudut
Toleransi KPS = 7"n
3) Perhitungan Sudut yang Dikoreksi

a kor = a + Vi
b kor = b + Vi
c kor = c + Vi
Dst.
4) Perhitungan Sudut Jurusan Masing-masing Titik
ba = ag + 180 - b kor
cb = ba + 180 - c kor
dc = cb + 180 - d kor
Dst
5) Perhitungan x (absis)
Xag = d1 x sin ag
Xba = d2 x sin ba
Xcb = d3 x sin cb
Dst
di sin i = Xag + Xba + Xcb +
6) Perhitungan y (ordinat)
Yag = d1 x cos ag
Yba = d2 x cos ba
Ycb = d3 x cos cb
Dst
di cos i= Yag + Yba + Ycb +
7) Perhitungan Kesalahan Absis
fx = di . sin i - (Xa - Xg)
8) Perhitungan Kesalahan Ordinat
fy = di . cos i - (Ya - Yg)
9) Perhitungan Koreksi Absis
VXag = (d1 / di) . (-fx)
VXba = (d2 / di) . (-fx)
Dst
10) Perhitungan Koreksi Ordinat
VYag = (d1 / di) . (-fy)
VYba = (d2 / di) . (-fy)
VYcb = (d3 / di) . (-fy)
Dst
11) Perhitungan x (absis) yang Terkoreksi
Xag kor = Xag + VXag
Xba kor = Xba + VXba
Xcb kor = Xcb + VXcb
Dst

12) Perhitungan y (ordinat) yang Terkoreksi


Yag kor = Yag + VYag
Yba kor = Yba + VYba
Ycb kor = Ycb + VYcb
Dst
13) Perhitungan Koordinat Titik Definitif
XA = XG + Xag
YA = YG + Yag
XB = XA + Xba
YB = YA + Yba
XC = XB + Xcb
YC = YB + Ycb
Dst
D. PELAKSANAAN PENGUKURAN
a) Peralatan
1) Pesawat Theodolit dan Statif
2) Rambu Ukur
3) Rol Meter
4) Unting-Unting untuk alat tanpa sentra optis
5) Kertas dan Alat Hitung
6) Data Board dan Alat Tulis
7) Patok dan Paku Payung
8) Payung
b) Persyaratan Operasi Theodolit
Syaratsyarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :
1) Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II (dengan menyetel nivo tabung
dan nivo kotaknya).
2) Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.
3) Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala tegak.
4) Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II. (syarat
2, 3, dan 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya).
c) Mengatur Sumbu Tegak
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak adalah
sebagai berikut:
1) Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 sekrup kaki
statif.
2) Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup kaki
statif secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.
3) Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar theodolit 90,
tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya memutar skrup kaki statif yang

ketiga
4) Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki statif 1 dan 2).
5) Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada
ditengah.
6) Kemudian putar theodolit 180, sehingga nivo berputar mengelilingi sumbu
tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki kiap 1 dan 2.
7) Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung nivo
akan tetap berada ditengah.
d) Penyetelan Alat Theodolit
1) Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
2) Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan peawat
dan sekrup pengunci di kepala statif.
3) Stel nivo kotak dengan cara:
a. Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser
kearah garis sekrup C. (lihat gambar 3a)
b. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser
ketengah (lihat gambar 3b).
c. Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.
4) Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,C), maka
caranya adalah:
a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat gambar 4a).
b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga
gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat gambar 4a).
c. Putarlah teropong 90 ke arah garis sekrup C (lihat gambar 4b)
d. Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser
ketengah.
5) Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan
cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi gelembung nivo
bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah
sebelumnya. penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan
nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.
e) Langkah Pengukuran
1) Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan
diukur.
2) Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3) Dirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai didapat
kedataran.
4) Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal dan kunci
kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5) Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat
sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini
merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.

6) Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180 searah jarum jam,
kemudian putar teropong 180 arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
7) Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar
biasa untuk bacaan muka.
8) Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan
sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan
bacaan belakang.
9) Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga
kembali lagi ke titik P1.
10) Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11) Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat
masing-masing titik.
12) Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.
E. KESELAMATAN KERJA
1) Menggunakan pakaian kerja (wearpack) dan helm.
2) Pergunakan alat sesuai dengan kegunaan dan fungsinya.
3) Menggunakan sepatu untuk melindungi kaki.
4) Melindungi PPD dari sinar matahari langsung dengan menggunakan payung.
5) Serius dan tidak bersenda gurau ketika praktek serta melaksanakan praktek
sesuai dengan instruksi dosen dan asisten.
F. HASIL PENGUKURAN
Silahkan klik
http://www.4shared.com/file/_A7WcdlL/Pengukuran_Poligon_Tertutup_Te.html
untuk mendownload file excel perhitungan pengukuran poligon tertutup terikat
koordinat.

makalah profil memanjang dan melintang


sipil
1. LATAR BELAKANG
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di
permukaan bumi dan dibawah tanah untuk menentukan posisi relative atau absolute titik-titik pada
permukaan tanah, diatasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan
penentuan posisi relative suatu daerah.

Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah merupakan bagian yang
sangat penting dalam Ilmu Ukur Tanah. Beda tinggi ini biasa ditentukan dengan berbagai macam
sipat datar.
Waterpas ( Levelling ) adalah suatu alat untuk mengukur dalam menentukan beda tinggi dari
sejumlah titik atau penukuran perbedan elevasi. Perbedaan yang di maksud adalah perbedeaan
tinggi di atas air laut kesatuan titik tertentu sepanjang garis vertikal.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
2.1.
1.

TUJUAN UMUM
Mahasiswa trampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan dapat dalam setiap

pengukuran.
2.

Mahasiswa dapat mengatasi problem dilapangan yang dijumpai waktu pengukuran.

3.

Mahasiswa dapat mengukur jarak dengan cara optis dan beda tinggi suatu tempat.

2.2.

TUJUAN KHUSUS

a.

Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran traversing.

b.

Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil melintang.

c.

Mahasiswa dapat menghitung dan menggambar hasil pengukuran profil.

3. PERALATAN dan PERLENGKAPAN


N
o.
1.

Alat
Waterpass

Gambar

Keterangan dan
Spesifikasi
Digunakan sebagai pembaca
jarak rambu ukur.

2.

Rambu Ukur

Untuk mengetahui suatu


tinggi yang akan diukur.

3.

Payung

Digunakan
sebagai
pelindung alat waterpas dari
sinar matahari/curah hujan.

4.

Pilok

Digunakan sebagai penanda


dijalan untuk setiap jarak.

5.

Helm

Digunakan
pelindung kepala.

6.

Rompi

Digunakan sebagai penanda


bahwa ada kegiatan praktek
pengukuran dijalan.

7.

Rol Meter

Digunakan untuk mengukur


suatu jarak.

8.

Papan Survey

Digunakan
sebagai
alas
untuk mencatat data hasil
dilapangan.

sebagai

9.

Statif

Sebagai
waterpas.

kaki

pondasi

4. DASAR TEORI
4.1.

PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi
antaraduatitik.Pengukuranwaterpassinisangatpentinggunanyauntukmendapatkandatasebagai
keperluanpemetaan,perencanaanataupununtukpekerjaankonstruksi.
Hasilhasildaripengukuranwaterpassdiantaranyadigunakanuntukperencanaanjalan,jalan
keretaapi,saluran,penentuanletakbangunangedungyangdidasarkanataselevasitanahyangada,
perhitunganurugandangaliantanah,penelitianterhadapsaluransaluranyangsudahada,danlain
lain.
Dalampengukurantinggiadabeberapaistilahyangseringdigunakan,yaitu:

Garisvertikaladalahgarisyangmenujukepusatbumi,yangumumdianggapsamadengangaris
untingunting.

Bidang mendataradalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang
horisontalberbentukmelengkungmengikutipermukaanlaut.

Datumadalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian, misalnya
permukaanlautratarata.

Elevasiadalahjarakvertikal(ketinggian)yangdiukurterhadapbidangdatum.
BanchMark(BM)adalahtitikyangtetapyangtelahdiketahuielevasinyaterhadapdatumyang
dipakai,untukpedomanpengukuranelevasidaerahsekelilingnya.
Prinsipcarakerjadari alat ukur waterpass adalahmembuat garis sumbuteroponghorisontal.
Bagianyangmembuatkedudukanmenjadihorisontaladalahnivo,yangberbentuktabungberisicairan
dengangelembungdidalamnya.
Dalammenggunakanalatukurwaterpassharusdipenuhisyaratsyaratsbb:

Garissumbuteropongharussejajardengangarisarahnivo.

GarisarahnivoharustegaklurussumbuI.

BenangsilanghorisontalharustegaklurussumbuI.
Padapenggunaanalatukurwaterpassselaluharusdisertaidenganrambuukur(baak).
Yangterpentingdarirambuukuriniadalahpembagianskalanyaharusbetulbetultelitiuntukdapat
menghasilkanpengukuranyangbaik.Disampingitucaramemegangnyapunharusbetulbetultegak
(vertikal).Agarletakrambuukurberdiridengantegak,makadapatdigunakannivorambu.Jikanivo
rambuinitidaktersedia,dapatpuladengancaramenggoyangkanrambuukursecaraperlahanlahan
kedepan,kemudiankebelakang,kemudianpengamatmencatathasilpembacaanrambuukuryang
minimum.Carainitidakcocokbilarambuukuryangdigunakanberalasberbentukpersegi.
Padasaatpembacaanrambuukurharusselaludiperhatikanbahwa:
2BT=BA+BB

Adapun:BT=Bacaanbenangtengahwaterpass
BA=Bacaanbenangataswaterpass
BB=Bacaanbenangbawahwaterpass
Bilahaldiatastidakterpenuhi,makakemungkinansalahpembacaanataupembagianskalapada
rambuukurtersebuttidakbenar.
DalampraktikumIlmuUkurTanahadaduamacampengukuranwaterpassyangdilaksanakan,yaitu:
1.PengukuranWaterpassMemanjang
2.PengukuranWaterpassMelintang
Rumusrumusyangdigunakandalampengukuranwaterpassadalah
a.PengukuranWaterpasMemanjang
BedatinggiantaratitikAdanBadalah:

hP1P2=BTP1BTP2
Adapun:hP1P2=bedatinggiantaratitikP1danP2
BTP1=bacaanbenangtengahdititikP1
BTP2=bacaanbenangtengahdititikP2

JarakantaraAdenganP1adalah:
do=100(BAP1BBP1)

Adapun:dAP=jarakantaratitikAdanP
BAA=bacaanbenangatasdititikA
BBA=bacaanbenangbawahdititikA
Dalampengukuranwaterpassmemanjang,pesawatdiletakkanditengahtengahtitikyangakan
diukur. Hal ini untuk meniadakan kesalahan akibat tidak sejajarnya kedudukan sumbu teropong
dengangarisarahnivo.

4.2.

PENGUKURANPROFILMELINTANG

Bedatinggiantaratitik1dan2adalah:
h12=BT1BT2
Adapun:h12=bedatinggiantaratitik1dantitik2
BT1=bacaanbenangtengahdititik1
BT2=bacaanbenangtengahdititik2
Bedatinggiantaratitik1dantitikPadalah:
h1P=TPBT
Adapun:h1P=bedatinggiantaratitik1dantitikP
BT1=bacaanbenangtengahdititik1
TP=tinggipesawat
Berikutadalahkesalahankesalahanyangbiasadilakukandilapangan:
1.Pembacaanyangsalahterhadaprambuukur.Halinidapatdisebabkankarenamatasipengamat
kabur, angka rambu ukur yang hilang akibat sering tergores, rambu ukur kurang tegak dan
sebagainya.
2.Penempatanpesawatataurambuukuryangsalah.
3.Pencatatanhasilpengamatanyangsalah.
4.Menyentuhkakitiga(tripod)sehinggakedudukanpesawat/nivoberubah.

4.3.

MAKSUD
Pengukuraninimempunyaimaksuduntuk:

Menentukanbedatinggidarisetiaptitikpadajalanyanglurussertamenentukanelevasisetiap
titiktersebutdarititiktetap(BenchMark)yangtelahditetapkan.
Menentukankedalamandasarsaluran,tinggitanggulkiridankanansertatinggiasjalandisetiap
titikyangberbedaagardapatmenggambarkanprofilmelintang.

5. LANGKAHKERJA
5.1.

PROFILMEMANJANG

Tentukantitiktitiktraversyangakandibuat.
Pengukuranjarakoptis
1.

TempatkandanstelpesawatkirakiraditengahtengahantaratitikT1danT2(slag1).Penempatan
pesawatharusataugarisT1,T2.

2.

Tempatkanrambuukurdiataspatok.TitikT1sebagairambubelakangdantitikT2sebagairambu
muka.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bidikteropongkerambubelakang(T1)kemudianbacadancatatBT,BB,danBApadabukuukur.
TurunkanrambuukurkemukatanahpadatitikT1tersebutdanlakukanpembacaansepertipada
langkah3.
Putarteropongdanbidikrambuukursertalakukanpembacaansepertipadalangkah3dan4.
Pesawatdipindahkankeslag2(antaraT2danT3).Dengancarayangsamadenganlangkah1/5
lakukanpembacaanrambubelakangdanrambumuka.
Begituseterusnyasampaidenganslagterakhir.
JarakT1T2adalahjarakpesawatkerambubelakang+jarakpesawatkerambumuka.Demikianjuga
padaslagslagberikutnya.

Pengukuranjarakrantai
1.

TempatkandanstelpesawatkirakiraditengahtengahantaraT1danT2(slag1).

2.

TempatkanrambuukurdiT1sebagairambubelakangdandiT2sebagairambumuka.

3.

Bidikteropongkerambubelakang,bacadancatatpembacaanBT,BB,danBA.

4.

TurunkanrambukemukatanahpadatitikT1tersebutdanlakukanpembacaansepertilangkah3.

5.

Putarteropongdanbidikrambumukasertalakukanpembacaansepertilangkah3dan4.

6.

UkurjarakT1T2(slag1)denganpitaukur/meteran.

7.

Dengancarayangsamapengukurandilanjutkanpadaslag2,3,....sampaislagterakhir.

Dalam pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cara rambu belakang pada slag pertama menjadi
rambumukapadaslag2danseterusnya.
Untukmendapatkanketelitian,sebaiknyapengukurandilakukanduakali(pulangpergi).
Hitunghasilpengukurandanbilaperludigambarprofil.

5.2.

PROFILMELINTANG

1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah ditentukan dengan cara sebagai
berikut:

Tempatkandanstelpesawatpadatitiktraversyangakandiukurprofilnyasedemikianrupasehingga
sumbu1tepatdiatastitiktersebut.MisaltitikT1.

BidikteropongketitikT2,kemudianputaralhidadehorizontalsehinggaindexlingkarantepatpada
angkanoldariskalalingkaran.

Putarteropong,kekiriataukekanan,tergantungdariposisiprofilyangdiinginkan,makabuatsudut
terhadapT1T2misal90 .Kemudianpasangpatokpembantupadaujungprofiltersebutmisaltitika.

Putarteropong180 untukmenentukanujunglaindariprofiltersebutmisaltitika.

2. Dalamhalpenentuanposisidariprofil,selaindilakukansepertilangkahno.1yangbisadibacadan
dicatatdenganjarakoptisdanbedatinggi.Penentuanposisidari profil inidapatjugaditentukan
denganperkiraan,tergantungkebutuhan.
3. Tempatkandanstelpesawatpadasuatutitikdiluargarisprofil,sedemikianrupasehinggadarititik
tersebutdapatmembidiksepanjangprofilyangakandiukur.
4. PasangrambuukurT1bidikkanteropongpadarambuukurtersebutlakukanpembacaanBT,BB,dan
BAyangdicatatpadarambuukur.
5. Pasangrambuukurpadatitika(dalamhalinirambuukurdiletakkandiatastanah)danlakukan
pembacaansepertilangkah3.
6. Lakukanpembacaanpadasetiapperubahankemiringantanahsepanjanggarisprofiltersebut,misal
titikb,c,d,.....danseterusnyasampaikeujungprofilyangtelahditentukan.
7. Ukurjarakab,bc,cd,......danseterusnyadenganpitaukur/meteran.
8. Pengukurandilanjutkanpadaprofilberikutnya(T2,T3,...danseterusnya).
9. Hitungdangambarhasilpengukurantersebut.

6. DATAdanSKETSA
6.1.
6.1.1.

DATA

PROFILMEMANJANG

TP

1,3
6

BACAAN RAMBU

POSI
SI
ALAT

TARG
ET

TI-A

BELAKANG
BA

BT

BB

1,81
6

1,79
8

1,78
1

1,62
5

1,50
0

1,44
3
1,39
5

1,27
0

1,71
5
1,50
3

1,37
8

1,50
2

1,53
5

1,41
0

1,29
7

1,31
6

1,19
3

1,59
5

1,46
5

1,25
3

D
1,4
1

1,34
6

BB

1,14
5

C
1,3
9

BT

1,37
5

B
1,3
9

BA

1,34
6

A-A
1,3
5

MUKA

1,37
6

1,25
2

1,28
5
1,44
0

1,31
5

1,19
0

JARAK
DENGAN
PITA UKUR
(M)

JARAK
OPTIS

3,5

3,5

4,9

4,9

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

6.1.2.

PROFIL MELINTANG

DATA PADA TITIK A

POSISI
ALAT

TP

0+20
1,36 0

TP

POSISI
ALAT

0+15
1,36 0

TARGE
T

BT
RAMB
U

TARGE
T

BT
RAMB
U

JARAK
DENGAN PITA
UKUR (M)

A/TI 1,535

2,95

B 1,382

2,95

C 1,663

1,15

D 2,689

1,33

E 2,652

2,00

F 2,590

2.10

G 1,565

3,03

JARAK
H 1,419
DENGAN PITA
UKUR
(M)
I 2,337

1,28
1,46

J 2,337

1,68

A 1,262

3,00K 1,930

1,82

B 1,308

3,00L 1,575

2,32

C 1,507

1,15
M 1,440

3,20

D 1,105

1,32

E 1,071

1,70

F 1,733

1,87

G 1,571

3,50

H 1,541

1,25

I 1,957

1,25

11,63
J 0

1,75

K 1,470

1,80

L 1,634

2,37

DATA PADA TITIK B

DATA PADA TITIK C

TP

1,35

POSISI
ALAT

TARGE
T

0+10
0

TP

1,32

BT
RAMB
U

JARAK
DENGAN PITA
UKUR (M)

A 1,188

3,01

B 1,240

3,01

C 1,472

1,26

D 1,885

1,34

E 1,930

1,90

F 1,777

2,05

G 1,671

2,10

H 1,840

2,49

I 1,436

1,02

POSISI
ALAT

TARGE
T

0+05
0

DATA PADA TITIK D

BT
RAMB
U

JARAK
DENGAN PITA
UKUR (M)

A 1,273

2,85

B 1,329

2,85

C 1,676

1,20

D 2,084

1,35

E 2,055

1,69

F 1,705

1,86

G 1,525

3,94

H 1,463

1,10

I 1,712

1,48

J 2,146

1,57

K -----

------

L -----

------

DATA PADA TITIK E

TP

1,34

POSISI
ALAT

0+00
0

TARGE
T

BT
RAMB
U

JARAK
DENGAN PITA
UKUR (M)

A 1,316

2,75

B 1,349

2,75

C 1,334

0,95

D 1,527

1,30

E 1,772

1,50

F 1,825

2,00

G 1,604

2,20

H 1,676

4,10

I 1,559

1,09

J 1,778

1,40

K 2,064

1,56

L 2,098

1,95

M 1,740

2,08

N 1,763

KETERANGAN :

-------

RINTANGAN

6.2. SKETSA LOKASI

3,63

7. PENGOLAHAN DATA dan ANALISA


7.1. PENGOLAHAN DATA
7.1.1.

PROFIL MEMANJANG
BACAAN RAMBU
BELAKANG

TP

1,3
6

POSI
SI
ALAT

MUKA

TARG
ET

BA

BT

BB

TIA

1,8
16

1,7
98

1,7
81

1,6
25

1,5
00

1,2
70

1,3
78

1,4
1

1,4
10

1,2
85

JARA
K MK

1,3
16

1,5
95

JARA
K BLK

4,9

1,1
93

TURUN
(-)

0,4
52

100

0,1
84

100,4
52

0,32
5

25

100,6
36

25
25

25
25

NAIK
(+)

25

25

1,2
52

BEDA TINGGI

TINGGI
MUKA
TANAH

4,9

25

1,4
65

JARA
K MK

25

25
1,3
76

JARAK OPTIS
(M)

3,5

25

1,5
02
1,5
35

1,2
97

1,2
53

JARA
K BLK

25

1,7
15
1,5
03

1,3
46

1,1
45

C
1,3
9

BB

3,5

1,4
43
1,3
95

BT

1,3
75

B
1,3
9

BA

1,3
46

A-A
1,3
5

JARAK
DENGAN PITA
UKUR (M)

0,0
02

100,3
11

0,0
95

100,3
16

25
25

1,4
40

PERHITUNGAN :
Jarak Optis : (BA.blk BB.mk)*100
-

TI-A = (1,816-1,781)*100= 3,5 M

Amk = ( 1,346-1,297)*100= 4,9 M

Ablk = (1,1,625-1,375)*100= 25 M

Bmk = (1,443-1,193)*100 = 25 M

Bblk = (1,395-1,145)*100 = 25 M

Cmk = (1,715-1,465) * 100 = 25 M

Cblk = (1,503-1,253)*100 = 25 M

Dblk = (1,502-1,252)*100 = 25 M

Dmk = (1,535-1,285) *100 = 25 M

Eblk = (1,440-1,190)*100 = 25 M
Beda Tinggi : H = BT.blk BT.mk

H(TI-A_Amk) = 1,36-1,346= 0,014

H(Ablk-Bmk) = 1,500-1,316 = 0,184

H(Bblk-Cmk) =1,270-1,595 = -0,325

H(Cblk-Dmk) = 1,378-1,376 = 0,002

H(Dblk-Emk) = 1,410-1,315= 0,095


Tinggi Muka Tanah : TMT = ELEVASI + H

1,3
15

1,1
90

25

25

100,4
11

ELEVASI = 100,000
-

TMT(TI-A-Amk) =100,000+0,452= 100,452

TMT(Ablk-Bmk) =100,452+0,184= 100,636

TMT(Bblk-Cmk) =100,363-0,325 =100,311

TMT(Cblk-Dmk) =100,311+0,002 =100,316

TMT(Dblk-Emk) =100,316+0,095 = 100,411

7.1.2.PR0FIL MELINTANG

TP

POSI
SI
ALAT

TURU
N (-)

TINGG
I
MUKA
TANA
H

3,03

-0,205

99,795

2,590

2,10

-1,23

98,565

2,652

2,00

-1,292

97,273

2,689

1,33

-1,329

95,944

1,663

1,15

-0,303

95,641

1,382

2,95

-0,022

95,619

1,535

2,95

-0,175

95,444

1,419

1,28

-0,059

99,941

2,337

1,46

-0,977

98,964

2,337

1,68

-0,977

97,987

1,930

1,82

-0,57

97,417

1,575

2,32

-0,215

97,200

TARGET

BT

JARAK
DENGA
N PITA
UKUR

1,565

BEDA TINGGI

NAIK
(+)

1,36

CENTERLINE
(CL)
0+20
0

TP

POSI
SI
ALAT

1,440

3,20

-0,08

96,907

BEDA TINGGI

TURU
N (-)

TINGG
I
MUKA
TANA
H

TARGET

BT

JARAK
DENGA
N PITA
UKUR

1,571

3,50

-0,211

99,789

1,733

1,87

-0,373

99,416

1,071

1,70

0,289

99,705

1,105

1,32

0,255

99,45

1,507

1,15

NAIK
(+)

1,36

-0,147

99,303

CENTERLINE
(CL)
BERDIRI ALAT

TP

0+15
0

POSI
SI
ALAT

1,308

3,00

0,052

99,355

1,262

3,00

0,098

99,453

1,541

1,25

-0,181

99,819

1,957

1,25

-0,597

99,222

1,630

1,75

-0,27

98,952

1,470

1,80

-0,11

98,842

1,634

2,37

-0,274

98,568

BEDA TINGGI

TURU
N (-)

TINGG
I
MUKA
TANA
H

TARGET

BT
RAMB
U

JARAK
DENGA
N PITA
UKUR

1,671

2,10

-0,321

99,679

1,777

2,05

-0,427

99,252

1,930

1,90

-0,58

98,672

1,885

1,34

-0,535

98,137

1,472

1,26

-0,122

98,015

1,240

3,01

0,11

98,125

1,188

3,01

0,162

98,287

1,840

2,49

NAIK
(+)

1,35

CENTERLINE
(CL)
BERDIRI ALAT

0+10
0

3
H

-0,49

97,635

TP

POSI
SI
ALAT

1,436

1,02

TARGET

BT
RAMB
U

JARAK
DENGA
N PITA
UKUR

1,463

1,10

-0,086

97,549

BEDA TINGGI

TURU
N (-)

TINGG
I
MUKA
TANA
H

-0,143

99,857

NAIK
(+)

1,32

CENTERLINE
(CL)
BERDIRI ALAT

0+05
0

1,525

3,94

-0,205

99,652

1,705

1,86

-0,385

99,267

2,055

1,69

-0,735

2,084

1,35

-0,764

1,676

1,20

-0,356

1,329

2,85

-0,009

1,273

2,85

1,712

1,48

-0,392

2,146

1,57

-0,826

TARGET

BT

JARAK
DENGA
N PITA
UKUR

1,922

0,047

BEDA TINGGI

TP

POSI
SI
ALAT

TURU
N (-)

TINGG
I
MUKA
TANA
H

3,30

-0,622

99,618

2,431

2,24

-1,131

99,109

2,433

1,92

-1,133

99,107

1,995

1,40

-0,695

99,545

1,425

0,90

NAIK
(+)

1,3

2
CENTERLINE
(CL)
BERDIRI ALAT

1
0+0,0
0

1,227
1,135

6,74
3,37

0,125

100,36
5

0,073

100,31
3

0,165

100,40
5
100,24
0

5
8

1,492

0,90

-0,192

100,04

8
9

2,105

1,10

-0,805

99,435

10

2,212

1,29

-0,912

99,328

11

2,209

1,91

-0,909

99,331

12

1,986

2,16

-0,686

99,554

13

1,738

2,39

-0,438

99,802

14

1,609

2,72

-0,309

99,931

7.2. ANALISA
1.

masuk dalam toleransi yaitu 5 cm, maka kesalahan yang terjadi dapat dikatakan karena pembacaan
data pengukuran yAnalisa yang kami bandingkan dengan kelompok lain adalah ;

Analisa jarak dengan pita ukur


Analisa jarak optis
Analisa beda tinggi
Analisa tinggi muka tinggi
2.

Selisih antara jarak yang kami ukur dilapangan dengan hasil perhitungan menggunakan rumus
adalah dengan kurang teliti

8. PENGGAMBARAN ( Skala 1:100 )

9. KESIMPULAN dan SARAN


9.1. KESIMPULAN
1.

Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah merupakan bagian yang sangat
penting dalama Ilmu Ukur Tanah. Beda tinggi ini biasa ditentukan dengan berbagai macam sipat
datar.

2.

Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur, yang terpenting
dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan
pengukuran yang baik.

3.

Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa ;

Untuk mencari jarak optis rumusnya :


D = (BA BB ) * 100

Untuk mencari beda tinggi rumusnya ada 2 :


Untuk mencari 1 titik ; H = TP BT
Untuk mencari 2 titik ; H = BT.blk BT.mk

4.

Kesalahan pada saat pelaksanaan PRAKTIKUM dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu;

Faktor alam

Panas terik matahari dapat mengganggu pengelihatan pada saat membidik.


Cuaca hujan praktikum tidak bisa dilaksanakan.
-

Faktor alat

Alat yang digunakan dalam keadaan rusak.


Alat yang digunakan masih sederhana.
-

Faktor surveyor

Seorang surveyor salah membaca data pada saat membidik dan mengukur.
Seorang surveyor salah mencatat data yang dibacakan oleh surveyor lainnya.

9.2. SARAN
1.

Pada saat pelaksanaan PRAKTIKUM dilapangan , perlu juga ditingkatkannya kerjasama yang
kompak pada setiap tim/kelompok agar pelaksanaan PRAKTIKUM nya dapat berjalan dengan lancar
dan hasil pengolahan datanya dapat memperoleh hasil yang baik/memuaskan.

2.

Pada saat pengukuran jarak dan saat membidik rambu ukur untuk menentukan BA,BT dan BB ,
perlu ditingkatkan ketelitian dan kesabaran agar hasil pengukuran dan bidikan dapat memperoleh
hasil yang baik.

3.

Pada saat PRAKTIKUM diwajibkan mengambil dokumentasi saat pelaksanaan PRAKTIK.

4.

Pada saat membidik dan memegang rambu, perlu diperhatikan juga nivo nya tetap berada di
tengah, agar tidak terjadi kesalahan pada saat membidik dan membaca rambu.

5.

Ketika memegang rambu ukur perhatikan dengan baik pada saat menarik nya, karena jika salah
menarik rambu tersebut akan terjadi selisih angka pada saat membidik (misal; yang singin ditarik
rambu ukuran 2 m tetapi yang ditarik adalah 3m ).

LAPORAN PRAKTIKUM
Ilmu Ukur Tanah 1
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah pada Semester I
JUDUL PRAKTIKUM
PENGUKURAN SITUASI DENGAN CARA KOORDINAT POLAR
Disusun oleh :

Kelompok : 3 (tiga)
Nama/NIM :
Adam Muzani Hafiz

: 3201524046

Wahyuni safitri

: 3201524050

Magdalena Gubah
Ivan Kursiman

: 3201524045
: 3201524053

Zefanyas diaan mayur : 3201524055


D3 Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelas B

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

PDD DI KABUPATEN KAPUAS HULU


2016

Anda mungkin juga menyukai