Anda di halaman 1dari 56

1.

Pentanahan
Sistem pentanahan merupakan tindakan pengamanan terhadap
keadaan tak normal, salah satunya yaitu berfungsi sebagai sarana
mengalirkan arus gangguan kedalam tanah, hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya
tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu dan timbulnya arus
gangguan yang besar.
Pada sistem tenaga atau sistem distribusi yang mempunyai arus
gangguan fasa ke tanah lebih besar dari 5 ohm harus ditanahkan, hal ini
untuk mencegah tegangan lebih peralihan yang besar yang disebabkan
oleh busur tanah (arcing grounds). Dengan cara pengetanahan netral
sistem tersebut, maka arus gangguan yang terjadi tidak hanya tergantung
pada impedansi alat pengetanahan.
Terdapat dua jenis pentanahan, yaitu pentanahan sistem dan
peralatan peralatan. Dimana pentanahan sistem dan pentanahan
peralatan memiliki fungsi yang berbeda. Dalam merencanakan suatu
system pentanahan kita harus mempertimbangkan tipe dari grounding
yang akan digunakan hal ini dikarenakan ada jenis tanah yang berbeda.
dan beberapa tipe elektroda pentanahan
Pada Gardu Trafo Tiang mempunyai beberapa bagian yang
harus diketanahakan. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar single line berikut ini.

Gambar 23. Single line pengetanhan Gardu Trafo Tiang


Berdasarkan gambar 23 diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat
dua jenis pentanahan yaitu pentanahan sistem dan peralatan. Adapun
yang termasuk pentanhan sistem adalah pentanahan titik netral trafo dan
rel busbar pada PHB TR, sedangkan yang termasuk pentanahan peraltan
adalah arester, body trafo dan PHB TR.
Fungsi pembumian pada gardu tiang transformator ialah untuk
membatasi tegangan yang timbul di antara peralatan dengan tanah dan
meratakan gradien tegangan yang timbul pada permukaan tanah aakibat
kesalahan atau arus balik

yang mengalir dalarn tanah. Batas-batas

tegangan yang dii jinkan adalah tegangan yang cukup aman bagi orang
yang berada di sekitar gardu tiang transformator.
a. Tujuan pembumian :
1. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik ( tegangan sentuh )
atau yang berbahaya untuk orang dalam daerah itu.
2. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya
maupun lamanya dalarn keadaan gangguan tanah tanpa
menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.
3. Untuk memperbaiki performance dari sistem
Gangguan Pada Gardu Trafo Tiang
Secara urnum gangguan yang dapat terjadi pada saluran
distribusi terbagi atas empat, yaitu:
1. Gangguan line-ground (fasa ke tanah). Gangguan ini terjadi
apabila terdapat satu konduktor yang rnenyentuh ground atau
rnenyentuh kabel netral.
2. Gangguan line-line (fasa ke fasa). Gangguan ini terjadi apabila
konduktor atau sistem dua fasa atau sistem tiga fasa mengalami
hubung singkat.
3. Double line to ground. Gangguan ini terjadi apabila terdapat dua
konduktor yang mengalarni hubung singkat dan juga rnenyentuh
ground.
4. Gangguan tiga fasa ke tanah atau tidak ke tanah (3

).

1. Pentanahan arrester

Gambar 24. Skema Sambaran Petir yang


Dialihkan Arrester ke Tanah
Terminal pentanahan arrester diinterkoneksikan dengan
terminal pentanahan tangki trafo. Tahanan pentanahan arrester
yang diijinkan sebesar 2 Ohm

2. Pentanahan titk netral trafo

Gambar 25. pentanahan titik netral trafo


Pentanahan secara langsung (tanpa tahanan) pada titik
netral trafo ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum.
Untuk jaringan hubung bintang tiga fasa empat kawat (multi
grounded) di pasang sepanjang jaringan. Biasanya tahanan
elektroda dari bumi ke tanah di setiap titik pentanahan di batasi
maksimum 5 Ohm, sedangkan arus gangguan ke tanah tidak
dibatasi.

2.4 Metode Pengetanahan di Indonesia.


Sesuai standart PLN, yaitu SPLN 2 : 1978, telah ditetapkan metode
pengetanahan untuk sistem-sistem 150KV, 66 KV dan 20 KV. Adapun pola kriteria,
pertimbangan penerapan dan penerapan pengetanahan diberikan dibawah ini :
Pola kriteria :
Yang menjadi kriteria dalam perencanaan ialah keandalan yang
tinggi dengan memeperhatikan faktor keselamatan manusia dan ekonomi :
a. Faktor kehandalan sistem ini meliputi antara lain :
1. Pemilihan cara pembumian netral sistem dan pengamananya
2. Penyesuaiannya pada interkoneksi
b. Faktor keselamatan ialah usaha keselamatan manusia dalam keadaan
ada ganguan maupun tidak ada gangguan.
c. Faktor ekonomis dengan biaya investasi :
1. Pemilihan pengetanahan netral sistem dan pengamanannya
2. Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL) pada peralatan utama dan
koordinasi isolasinya.
Pertimbangan Penerapan
Pembumian efektif pada sistem 150 KV memberikan keandalan
yang tinggi dan keuntungan faktor ekonomi yang menonjol dari
pengurangan tingkat isolasi. Arus gangguan yang besar diimbangi dengan
kecilnya angka keluar (outgate rate), sehingga faktor keselamtan tetap
terjamin.
Pada sistem 66 KV, pembumian dengan tahanan memberikan
keuntungan sebagai berikut :

a. Keandalan sistem ini lebih baik daripada pembumian dengan


kumparan Petersen, terutama bagi jaringan yang luas. Keandalan
sistem ini sama dengan keandalan dari sistem dengan pembumian
yang lain.
b. Keselamatan lebih baik daripada cara pembumian efektif, karena arus
gangguan yang kecil. Juga lebih baik bila di bandingkan dengan
pembumian dengan kumparan Petersen, karena gangguan dapat segera
diisolir.
c. Faktor ekonomi lebih menguntungkan, karena lebih murah dari
pembumian dengan kumparan Petersen dan tidak banyak berbeda
dengan pembumian efektif. Selain itu juga pengaruh induktif adalah
yang terkecil dibandingkan dengan pembumian efektif. Selain itu juga
penganih induktif adalah yang terkecil dibandingkan dengan
pembumian efektif maupun pembumian dengan reaktor.
Pada 20 kV, yang ada pada umumnya berdekatan dengan
pemakai listrik dan jaringan telekomunikasi, maka faktor keselamatan
dan pengaruh induktif lebih penting lagi diperhatikan. Dengan
memperhatikan pula pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka
pada sistem ini dipakai pembumian dengan tahanan.
Penetapan Pembumian
a. Sistem 150 kV
Pengetanahan netral system 150 kV beserta pengamanannya
ditetapkan sebagai berikut :
1. Pembumian netral untuk sistem ini adalah pembumian efektif.
Penambahan reaktansi pada netral sistem ini dimungkinkan selama
persyaratan pembumian efektif dipenuhi.
2. Pengamanan sistem tersebut di atas dilaksanakan dengan pemutus
cepat dan penutup cepat.
b. Sistem 66 KV

Pembumian netral sistem 66 KV beserta pengamannya,


ditetapkan sebagai berikut :
1. pembumian netral untuk sistem ini adalah dengan tahanan
2. pembumian sistem dilaksanakan dengan pemutus cepat dan
penutup cepat
c. Sistem 20 KV
Pembumian netral sistem 20 kV beserta pengamanannya.
ditetapkan sebagai berikut
1. Pembumian netral untuk sistem ini adalah pembumian dengan
tahanan
2. Pengamanan sistem dilaksanakan sebagai berikut:
a. Bagi saluran udara maupun saluran dalam tanah dipakai
pemutus dengan relay arus lebih untuk gangguan hubung
singkat fasa ke fasa dan relay tanah untuk gangguan hubung
singkat fasa ke tanah. Pada gardu distribusi dipasang penunjuk
gangguan.
b. Bagi saluran udara dipakai pula penutup cepat atau lambat,
sedang bagi saluran dalam tanah dipakai penutup kembali.
Metode Pengetanahan Sistem JTM
Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus
selalu diketanahkan karena menjaga kemungkinan kegagalan sangat besar
oleh tegangan lebih transient tinggi yang disebabkan oleh busur tanah
(arching ground atau restriking ground faults). Untuk itu pengetanahan
yang sesuai dengan kreteria adalah :
Pembumian JTM dilakukan pada titik bintang transformator
tenaga, yaitu dapat dilihat pada gambar 26.

Gambar 26. Aspek Pembumian pada JTM


Keterangan :
[Z] rendah : 40, 20 Ohm
[Z] tinggi : 500 Ohm
[Z] kecil : < < < <
[Z] besar : Mengambang
Pentanahan

netral

sistem

20

KV

beserta

pengamannya

berdasarkan SPLN 26:1980 telah ditetapkan besar tahanan pentanahan


sebagai berikut:
1. Tahanan rendah 12 ohm dan arus gangguan tanah maksimum 1000
ampere dipakai pada jaringan kabel tanah.
2. Tahanan rendah 40 ohm dan arus gangguan maksimum 300 ampere
dipakai pada jaringan saluran udara dan campuran saluran udara
dengan kabel tanah.
3. Tahanan tinggi 500 ohm dan arus gangguan maksimum 25 ampere
dipakai pada saluran udara dan jaringan kabel tanah.

Pengatanahan untuk sistem distribusi saluran udara ( SUTM ) dan


sistem yang disuplai dengan trafo dengan pengaman lebur pada sisi primer
perlu memberikan arus gangguan yang cukup untuk melebur pengaman
leburnya.
1. R = 12 ohm, sistem 3 fasa, 3 kawat untuk jaringan kabel tanah.
2. R = 40 ohm, sistem 3 fasa, 3 kawat untuk saluran udara.
Sistem ini terdapat pada sistem distribusi yang ada di banyak
tempat di Indonesia kecuali Jatim dan Jateng ( Contoh: jakarta , Jabar,
Luar Jawa). Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan
adalah 40 Ohm untuk SUTM dan 12 Ohm untuk SKTM atau gabungan
SUTM dan SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan
arus lebih adalah sebagai berikut:
1. Arus gangguan hubung singkat antara fasa dan tanah cukup besar
(max :1000 A untuk SUTM dan 300 A untuk SKTM)
2. Karakteristik relai arus yang digunakan pada PMT utama adalah jenis
waktu tetap (definite time)
3. PMT saluran utama dilengkapi dengan relai gangguan tanah dan
penutup balik bagi saluran udara
4. Pelebur boleh dipasang sebagai pengaman saluran percabangan atau
pengamanan trafo distribusi

a. Pengetanahan Tahanan rendah 12 Ohm dan arus gangguan tanah


maksimum tiap Phasa 1000A
I hs

20 KV / 1.73
1000 A
12Ohm

Hal ini dipakai pada saluran kabel atau kabel tanah ( SKTM )
tegangan menengah 20 kV untuk sistem 3 phasa 3 kawat.
Pengetanahan sistem ini dilakukan pada gardu-gardu distribusi dan
sambungan kabel.( gambar 27 ). Dipakai PLN wilayah kerja DKI Jaya
dan Jawa Barat ( Gambar )

Gambar 27. Pentanahan di DKI Jakarta dan Jabar


dengan tahahan 12 ohm
b. Pengetanahan Tahanan rendah 40 Ohm dan arus gangguan tanah
maksimum tiap phasa 300A.
I hs

20 KV / 1.73
300 A
40Ohm

Hal ini dipakai pada saluran udara tegangan menengah


( SUTM ) 20 kV untuk sistem 3 phasa 3 kawat. Pengetanahan sistem
ini dilakukan pada tiap-tiap tiang dengan tahanan maksimum 40 Ohm.
Dipakai PLN wilayah kerja DKI dan Jawa Barat. (Gambar 28)

Gambar 28. Pentanahan di DKI Jakarta dan Jabar


dengan tahahan 40 ohm
3. Pola Jaringan melalui pentanahan tahanan tinggi R = 500 ohm.
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jatim.
Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan adalah 500
untuk SUTM maupun SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola
pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:
1. Lebih kebal terhadap gangguan fasa dengan tanah yang sifatnya
sementara, karena arus gangguan kecil (< 25 A).
2. Pengaman arus lebih pada PMT harus dilengkapi relai gangguan
tanah terarah.
3. Pelebur dapat dipasang pada titik percabangan saluran utama,
saluran cabang tanpa SSO dan sisi primer trafo.
Pengetanahan Tahanan tinggi 500 Ohm dan arus gangguan
tanah maksimum tiap phasa 25A.
I hs

20 KV / 1.73
23,12 A
500Ohm

Sistem pentanahan dengan tahanan tinggi ini dipakai pada


saluran udara tegangan menengah 20 kV untuk sistem 3 phasa 3
kawat. Dipakai PLN wilayah kerja Jawa Timur. ( Gambar 29 )

Gambar 29. Pentanahan di Jatim dengan tahahan 500 ohm


Gangguan tanah pada sistem ini sangat kecil maksimum 25
Amp sehingga bila terjadi persentuhan kawat Tegangan menengah
pada jaringan atau instalasi Tegangan rendah, bila tahanan tanah
pada instalasi mak 1 Ohm ( tegangan sentuhnya 1 x 25A = 25 Volt,
tidak melebihi tegangan sentuh 50 volt yang diijinkan). Mengingat
rendahnya arus hubung singkat phasa tanah, maka sebagian besar
gangguan yang sifatnya temporer dapat bebas dengan sendirinya.
Tabel 6. Sistem pengetanahan jaringan distribusi di Indonesia
No Tahanan
Pentanahan
1.

Langsung /
Solid

2.

(0)
Tahanan
Rendah
( 12 dan 40

3.

)
Tahanan Tinggi

4.

500
Mengambang

Sistem

Kepadata

Wilayah Kerja

Tegangan

n Beban

Operasional

Menengah
4 kawat, 3 +

Terpasang

N 1 kawat , +

Rendah

3 kawat , 3

3 kawat , 3
2 kawat, +
3 kawat , 3

Jateng dan
Yogjakarta

Tinggi

Jabar dan DKI

Sedang

Jatim

Sedang

Eks, 6 kV

Pengetanahan Jaringan Tegangan Rendah


Fungsi Pentanahan tegangan rendah untuk menghindari bahaya
tegangan sentuh bila terjadi gangguan atau kegagalan isolasi pada
peralatan atau instalasi. Pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah
adalah yang efektif, di mana menurut persyaratan pentanahan netral harus
mempunyai tahanan pentanahan kurang dari 5 Ohm. Ketentuan ini sesuai
dengan standar konstruksi PUIL, SPLN 3:1978 bahwa semua jaringan
tegangan rendah dan instalasi harus menggunakan sistem Pentanahan
Netral Pengaman (PNP), yaitu system pentanahan dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi dengan hantaran netral
yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sedemikian rupa, sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi, tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu tinggi karena pemutusan arus lebih oleh alat pengaman arus lebih.
Pentanahan sistem dalam distribusi tegangan rendah (JTR)
dilakukan pada titik bintang sumber (transformator distribusi) dan dalam
jaringan distribusi serta badan/peralatan instalasi.
Kode yang digunakan untuk pentanahan sistem adalah sebagai berikut :
Huruf pertama Hubungan sistem tenaga listrik ke bumi.
T = hubungan langsung satu titik ke bumi.
I = semua bagian aktif diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke
bumi melalui suatu impedans.
Huruf kedua Hubungan BKT instalasi ke bumi.
T = hubungan listrik langsung BKT ke bumi, yang tidak tergantung
pembumian setiap titik tenaga listrik.

N = hubungan listrik langsung BKT ke titik yang dibumikan dari sistem


tenaga listrik (dalam sistem a.b. titik yang dibumikan biasanya titik netral,
atau penghantar fase jika titik netral tidak ada).
Huruf berikutnya (jika ada) Susunan penghantar netral dan penghantar
proteksi.
S = fungsi proteksi yang diberikan oleh penghantar yang terpisah dari
netral atau dari saluran yang dibumikan (atau dalam sistem a.b., fase yang
dibumikan).
C = fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal
(penghantar PEN).
Secara garis besar ada 3 macam sistem pentanahan netral dan
badan/peralatan instalasi, yaitu:

1. Sistem IT
Titik netral terisolasi atau tidak diketanahkan (huruf
pertama

menyatakan

isolasi),

sedangkan

badan

peralatan

diketanahkan. Dalam PUIL 1987, sistem IT ini dikenal dengan nama


sistem penghantar pengaman atau HP. Titik netral trafo atau sumber
tidak diketanahkan atau diketanahkan melalui tahanan yang tinggi
(lebih dari 1000 Ohm). Sedangkan bagian konduktif terbuka peralatan,
termasuk juga instalasi dan bangunan saling dihubungkan dan
diketanahkan. Karena netralnya tidak diketanahkan, maka arus
gangguan ke tanah yang jadi sangat kecil, yaitu hanya terdiri dari arus
kapasitansi dan arus bocor instalasi serta arus detektor tegangan (bila
digunakan). Persyaratan pentanahan ringan yaitu hanya maksimum 50
Ohm dengan tegangan satuannya hanya kecil. Karena arus gangguan

kecil, pengaman arus lebih tidak akan bekerja karena kecilnya


tegangan sentuh, sistem dimungkinkan operasi dalam keadaan
gangguan satu fasa ke tanah atau badan peralatan. Pada waktu terjadi
gangguan satu fasa ke tanah, tegangan antara fasa yang baik dengan
tanah akan naik. Untuk mengetahui adanya kenaikan tegangan ini,
dapat dipasang detektor (alat ukur tegangan) pada setiap fasa dengan
tanah. Bila gangguan tidak dapat diperbaiki, akan terjadi kegagalan
isolasi kedua di tempat lain pada fasa yang lain, maka akan terjadi
gangguan hubung singkat yang besar dan alat pengaman akan bekerja.
Sistem HP ini hanya dipakai dalam instalasi terbatas, misalnya dalam
pabrik dengan pembangkit tersendiri atau trafo sendiri dengan
kumparan terpisah, atau sumber listrik darurat portabel untuk melayani
beban yang dapat dipindah-pindah.

Ganbar 30. pentanahan sistem IT


Keterangan
1)

sistem dapat diisolasi dari bumi.

Netral boleh didistribusikan atau tidak didistribusikan.

2. Sistem TT

Huruf pertama menyatakan pentanahan sistemnya ( titik netral


trafo atau generator), sedangkan huruf kedua menyatakan bagaimana
hubungan peralatan atau instalasi dengan penghantar atau pengaman.
Sistem TT berarti: (i) titik netral trafo (sistem) diketanahkan dan (ii)
badan peralatan/instalasi dihubungkan ke tanah.

Gambar 31. pentanahan sistem TT


3. Sistem TN
Titik netral sistem di ketanahkan (huruf pertama T), badan
peralatan atau instalasi dihubungkan dengan penghantar atau
pengaman (huruf kedua N). Menurut PUIL, penghantar netral yang
berfungsi juga sebagai penghantar pengaman disebut penghantar NOL
(IEC menyebutnya sebagai PEN conductor).
Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan
langsung, BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar
proteksi. Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar
netral dan penghantar proteksi yaitu sebagai berikut :

a. Sistem TN-S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di


seluruh sistem

Gambar 32. pentanahan sistem TN-S

b. Sistem TN-C-S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi


tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem.

Gambar 33.pentanahan TN-C-S

c. Sistem TN-C : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung


dalam penghantar tunggal di seluruh sistem.

Gambar 34.Pentanahan TN-C


4. Sistem Pentanahan Netral Pengaman (PNP)
Bagian konduktor terbuka (BKT) peralatan atau perlengkapan
dihubungkan dengan penghantar netral yang ditanahkan (penghantar
nol) sedemikian rupa, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi
tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena
bekerjanya pengaman arus lebih. Sistem PNP terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Sistem PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi
sebagai pengaman untuk seluruh sistem (untuk penghantar
tembaga yang lebih besar dari 10 mm2).
2. Sistem PNP dengan penghantar netral dan penghantar pengaman
sendiri-sendiri di seluruh sistem (untuk penghantar tembaga yang
lebih kecil dari 10 mm2).
3. Sistem PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi
sebagai pengaman untuk sebagian sistem , sedangkan bagian
sistem yang lainnya, penghantar netral dan pengaman terpisah
sendiri-sendiri.

a. Persyaratan umum PNP


Dalam PUIL 1987 pasal 313 B1, disebutkan bahwa luas
penampang penghantar antara sumber atau trafo dan peralatan
listrik, harus sedemikian rupa sehingga apabila terjadi hubung
singkat antara fasa dengan penghantar nol atau badan peralatan,
besar arus gangguan minimal sama dengan besar arus pemutus alat
pengaman yang terdekat, yaitu IA =k x IN, dimana k adalah faktor
yang nilainya tergantung pada karakteristik alat pengamannya.
Penghantar nol setidak-tidaknya harus diketanahkan pada titik
sumber, di setiap percabangan saluran, ujung saluran dan di setiap
pelanggan.Tahanan pentanahan total penghantar nol (RNE) harus
tidak melebihi 5 Ohm, dengan alasan berikut bila terjadi gangguan
ke tanah yang biasanya melalui tahanan gangguan RG, maka
penghantar netral akan mengalami kenaikan tegangan sesuai
persamaan berikut (tahanan penghantar diabaikan):

Pada umumnya harga tahanan gangguan yang kurang dari


17 Ohm jarang terjadi. Batas tegangan sentuh yang aman menurut
PUIL atau IEC adalah 50 volt.

Gambar 35. Sistem Pentanahan PNP


b. Sistem PNP untuk JTR
Pada jaringan tegangan rendah, penghantar netral berfungsi
sebagai penghantar pengaman dan diketanahkan di sepanjang
saluran. Titik bintang trafo distribusi diketanahkan. Pada instalasi
pelanggan, mulai dari PHB utama penghantar pengamannya
terpisah

tersendiri

dari

penghantar

pengamannya,

bila

penampangnya kurang dari 10 mm2. Setiap pelanggan diharuskan


memasang sebuah elektroda pentanahan melalui penghantar
pentanahan yang tersambung ke rel atau terminal netral pengaman
dalam PHB.
Tujuan pentanahan ganda pada penghantar netral sepanjang
JTR pentanahan di setiap pelanggan adalah untuk:
a. Mencecah terjadinya tegangan yang terlalu tinggi pada
penghantar netral, termasuk badan peralatan pelanggan bila
terjadi gangguan satu fasa ke tanah ataupun hubungan singkat
fasa netral, ataupun kegagalan isolasi peralatan.

b. Mencegah terjadinya kenaikan tegangan yang terlalu tinggi


akibat terputusnya penghantar netral. Pada pelanggan yang
netralnya terpisah dari sumber atau gardu distribusi.
c. Mencegah kenaikan tegangan kawat netral, termasuk badan
peralatan, dalam hal ini ada arus netral akibat beban yang tidak
seimbang.
d. Mencegah kenaikan tegangan yang terlalu tinggi pada kawat
netralnya, bila JTR yang ada di bawah JTM menyentuh JTM
Dengan tersambungnya penghantar pengaman ke netral
maka bila terjadi kegagalan isolasi pada peralatan, arus gangguan
akan lebih terjamin cukup besarnya sehingga alat pengaman selalu
bekerja/putus dengan cepat, sebab penghantar netral merupakan
jalan kembali yang baik, tidak hanya tergantung pada elektroda
pentanahan pada sistem TT. Tegangan sentuh yang terjadipun
relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem TT.

c. Bahaya Putusnya Penghantar Netral pada Sistem PNP


Bila penghantar netral terputus, arus beban masih mungkin
mengalirmelalui tanah, akibatnya akan terjadi kenaikan tegangan
pada penghantar netral. Karena pengaman peralatan pelanggan
terhubung ke netral, maka kenaikan tegangan netral tersebut akan
dirasakan

di

membahayakan

badan

peralatan

pelanggan.

Bila

pelanggan.

Hal

pentanahan

ini

dapat

netral

yang

seharusnya dilakukan di titik-titik tertentu (di netral trafo


distribusi, di tiang awal dan tiang akhir) tidak dilakukan, maka
pada saat terjadi penghantar netral putus akan terjadi kenaikan
tegangan pada fasa-fasa yang berbeban rendah dan penurunan

tegangan pada fasa yang berbeban tinggi di jaringan yang


penghantar netralnya tidak terhubung pada sumber.

Gambar 36. Kasus Putusnya Penghantar Netral pada Sistem PNP

Untuk sub bab berikutnya 2.2 Pentanahan Peralatan


Gardu trafo tiang (GTT) merupakan salah satu bagian dari sistem
tenaga listrik yang mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami
bahaya yang disebabkan oleh timbulnya gangguan sehingga arus
gangguan itu mengalir ke tanah melalui peralatan, sebagai akibat isolasi
peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan
mengalir pada bagian-bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga
mengalir dalam tanah di sekitar GTT. Arus gangguan ini menibulkan
gradien tegangan diantara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan
tanah, dan juga gradien tegangan pada permukaan tanah itu sendiri.
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada
tahanan jenis tanah atau sesuai dengan struktur tanah tersebut. Salah satu
usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah maka diperlukan
suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan elektroda pentanahan

yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi GTT biasanya dan
berada pada daerah yang kemungkinannya mempunyai jenis tanah yanng
berbeda - beda, maka diperlukan perencanaan pentanahan yang sesuai,
dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil,
sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik
dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah.
Secara prinsip, grounding untuk keselamatan kerja menuju ke
dua hal :
1. Mengalirkan arus ke tanah baik dalam keadaan normal maupun dalam
kondisi gangguan tanpa melebihi batas operasi dan kapasitas peralatan
atau menghindari gangguan terhadap kelangsungan kerja sistem.
2. Menjamin keselamatan manusia terhadap bahaya tegangan kejut pada
sekitar sistem grounding.
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian-bagian
peralatan listrik yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Bila terjadi
hubung singkat suatu penghantar dengan suatu peralatan, maka akan
terjadi beda potensial (tegangan), yang dimaksud peralatan disini adalah
bagian-bagian yang bersifat konduktif yang pada keadaan normal tidak
bertegangan
Tujuan pentanahan peralatan dapat diformulasikan sebagai
berikut :
a. Untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur
dan peralatan, sehingga orang yang berada dalam daerah instalasi
aman.
b. Untuk mencegah terjadinya tegangan sentuh yang berbahaya, jika
terjadi kebocoran isolasi peralatan sehingga kerangka metal peralatan
dialiri arus dan mempunyai tegangan yang sama dengan tegangan
peralatan.

Oleh

karena

itu

kerangka

metal

peralatan

harus

dihubungkan ketanah melalui impedansi yang rendah agar tegangan


yang timbul pada kerangka peralatan cukup kecil dan tidak berbahaya.
Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir
melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan
perbedaan tegangan yang besar dan berbahaya. Pada saat terjadi
gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan menimbulkan
perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang dise-babkan karena
adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi seseorang
berjalan di sekitar GTT sambil memegang atau menyentuh suatu
peralatan yang diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada
arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik tersebut
mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang
tersebut menyentuh suatu peralatan, atau dari kaki yang satu ke kaki
yang lain bila ia berjalan di sekitar GTT tanpa menyentuh peralatan.
Arus ini yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut.
Berat ringannya bahaya yang dialami seseorang tergantung pada
besarnya arus listrik yang melalui tubuh, lamanya arus tersebut
mengalir dan frekuensinya.
Tabel 7. Besar & lama tegangan sentuh maksimal
TEGANGAN SENTUH VOLT

WAKTU PEMUTUSAN MAKSIMUM

(RMS)
< 50
50
75

(DETIK)
~
5,0
1,0

90
110
150
220
280

1,5
0,2
0,1
0,05
0,03

Tabel diatas adalah untuk tegangan konsumen dengan syarat :


RE 2

50
k .In

Keterangan :
RE2

: Tahanan pengetanahan peralatan.

: konstanta, tergantung kerakteristik alat pengaman


:2,5 5 untuk sekring atau 1,25 3,5 untuk pengaman lain.
a

If

b
c

Es

RE1

Gambar 37. rangkaian pengganti pentanahan peralatan

RE2

RE1

If

E ph

Jika RTRAFO dan RSALURAN diabaikan:

Dari rangkaian diatas diperoleh persamaan-persamaan sbb ;


If

Eph
R E1 R E 2

Es = If . RE2
Es
Eph

R E 2 R E1 R E 2

RE 2

Es . RE1
Eph . Es

Keterangan :
If

: arus gangguan

Es

: tegangan sentuh

Eph

: tegangan fasa

RE1

: tahanan pengetanahan netral trafo

RE2

RE2

: tahanan pengetanahan netral peralatan

a. Tegangan Sentuh (Es)


Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara
suatu obyek yang disentuh dan suatu titik berjarak 1 meter, dengan
asumsi bahwa obyek yang disentuh dihubungkan dengan sistem
pentanahan yang berada dibawahnya. Kemampuan tubuh manusia
terhadap besarnya arus yang mengalir di dalamnya terbatas dan
lamanya arus yang masih dapat ditahan sampai yang belum
membahayakan sukar ditetapkan. Berdasarkan hal ini maka batasbatas arus berdasarkan pengaruhnya terhadap tubuh manusia
dijelas-kan berikut ini . Bila seseorang memegang penghantar yang
diberi tegangan mulai dari harga nol dan dinaikkan sedikit demi
sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang tersebut akan
memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang syaraf
sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila
dengan arus bolak balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak
tangan bila dengan arus searah (arus persepsi). Bila tegangan yang
menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi maka
orang akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot
akan kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk
melepaskan konduktor tersebut.
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar
dari arus yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang
menjadi pingsan bahkan sampai mati, hal ini disebabkan arus
listrik tersebut mempengaruhi jantung sehingga jantung berhenti
bekerja dan peredaran darah tidak jalan.

Kebanyakan orang menganggap bahwa suatu objek yang


telah diground, meskipun dengan cara yang kurang benar, objek
tersebut aman untuk disentuh karena resistansi groundnya belum
cukup rendah untuk jaminan keselamatan. Terdapat hubungan yang
cukup rumit antara nilai tahanan ground dengan batas maksimum
arus yang muncul. Hal yang penting pada saat terjadi gangguan
adalah arus yang masuk ke tanah menimbulkan beda potensial
disekitarnya. Jika bahan yang digunakan mempunyai nilai tahanan
yang rendah maka harga potensial yang muncul akan lebih rendah.
Hal ini karena kondisi geometris, lokasi elektroda pentanahan,
karakteristik tanah, dan faktor-faktor lainnya yang memungkinkan
timbulnya potensial di permukaan tanah.

Gambar 38. Rangkaian pengganti tegangan sentuh


Dari rangkaian diatas dapat diperoleh persamaan :
Es = Ik . (Rk + Rf/2)

Rf = 3

s )

Es = Ik . (Rk + 1,5

0,116
t

Ik = arus fibrilasi =

0,116

s ) .

Es = (1000 + 1,5

Keterangan :

m)

: tahanan jenis tanah (

Es

: tegangan sentuh (V)

Rk

: tahanan badan orang

1000

(rata rata)
Rf

: tahanan kontak ke tanah dari satu kaki pada


tanah dengan lapisan koral 10cm

Ik

: arus melalui badan / arus fibrilasi

Arus yang melalui tubuh manusia :


1. Arus persepsi : merangsang syaraf, getaran tidak bahaya 1,1mA
(laki laki); 0,7mA (perempuan)
2. Arus mempengaruhi otot : otot akan kaku, tidak dapat
melepaskan konduktor
a. Laki laki : 16mA dengan 9mA maksimal masih bisa
melepas konduktor
b. Pereempuan : 10,5mA dengan 6mA maksimal masih dapat
melepas konduktor.
3. Arus fibrilasi : orang bisa pingsan atau mati.

Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar


dari arus yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang
menjadi pingsan bahkan sampai mati. Hal ini disebabkan arus
listrik tersebut mempengaruhi jantung yang disebut ventricular
fibrilation yang menyebabkan jantung berhenti bekerja dan
peredaran darah tidak jalan dan orang segera akan mati. Untuk
menyelidiki keadaan ini tidak mungkin dilakukan terhadap
manusia. Untuk mendapatkan nilai pendekatan suatu percobaan
telah dilakukan pada University of California oleh Daizel pada
tahun 1968, dengan menggunakan binatang yang mempunyai
badan dan jantung yang kira-kira sama dengan manusia . Dari
hasil percobaan tersebut Diazel menarik kesimpulan bahwa
99,5% dari semua orang yang beratnya kurang dari 50 Kg masih
dapat bertahan terhadap besarnya arus dan waktu yang
ditentukan oleh persamaan sebagai berikut
Hubungan arus dan waktu :
Ik2 . t = K

Ik =

k /t

Keterangan :
Ik

: arus gangguan

: waktu ganguan

: konstanta

: 0,0135 untuk manusia 50kg


: 0,0246 untuk manusia 70kg

K 50 = 0,0116 ;

K 70 = 0,157

Sehingga

Ik = 0,116 /

4. Arus reaksi : arus terkecil yang dapat menyebabkan orang


terkejut dan dapat menimbilkan kecelakaan sampingan.
Tabel 8 Besar dan lama tegagnan sentuh yang diijinkan
Tegangan Sentuh Es (Volt)

Lama gangguan (detik)

1980
1400
1140

0,1
0,2
0,3

990
890
626

0,4
0,5
1,0

Tipe tanah :

organik
:

lembab
10

kering bebatuan
100

1000

10000
Jika tidak dilakukan upaya pencegahan dengan disain sistem
grounding, gradien potensial pada permukaan tanah cukup
berbahaya bagi manusia yang berada disekitarnya. Lebih dari itu,
bahaya gradien potensial akan berkembang antara frame
peralatan dengan titik terdekat permukaan tanah.
Keadaan-keadaan yang akan menimbulkan bahaya pada
kejut listrik yang terjadi, yaitu :
a. Besarnya arus gangguan yang mengalir ke tanah pada area di
sekitar sistem grounding dan tahanannya.

b. Besarnya

tahanan

tanah

dan

distribusi

arus

yang

memungkinkan timbulnya gradien potensial antara suatu titik


dengan permukaan tanah.
c. Adanya manusia pada suatu titik, dalam waktu tertentu, dan
posisi-nya yang menghubungkan dua titik yang mempunyai
beda poten-sial.
d. Tidak adanya tahanan yang cukup untuk membatasi besarnya
arus yang dapat mengalir ke tubuh manusia pada kondisi
terjadinya gangguan.
e. Lamanya gangguan dan kontak dengan tubuh manusia,
sehingga arus yang mengalir tersebut mengakibatkan
kerusakkan pada tubuh manusia pada tingkatan tertentu.
b. Tegangan Langkah (EL)
I
Rk

Rf

Rg1

Rg2

Rf

Rg3

Tegangan langkah adalah tegangan yang terjadi akibat aliran arus


gangguan yang melewati tanah. Arus gangguan ini relatif besar dan
bila mengalir dari tempat terjadinya gangguan kembali ke sumber
(titik netral) melalui tanah yang mempunyai tahanan relatif besar
maka tegangan di permukaan tanah akan menjadi tinggi. Gambar
menunjukan tegangan langkah

I
Rk

Rf

Rg1

Rf

Rg2

Rg3

Gambar 39. Tegangan Langkah

Rth
Rg1
Vth
Rg2
Rg3

R1

Rf

Rk

El

Gambar 40. Rangkaian pengganti tegangan langkah


EL = (Rk + 2 Rf). Ik

s ). 0.116 /

= (1000 + 6

116 0.696 s
t

=
Ketearangan:

EL : Tegangan langkah

RK : Tahanan badan orang rata-rata 1000


Rf : Tahanan kontak ke tanah dari 1 kaki (

) :

:3

s: Tahanan jenis tanah (


: 3000

m)

Tabel 9. besar dan lama tegangan langkah yang diijinkan :


Tegangan Langkah EL (Volt)

Lama gangguan (detik)

7000
4950
4040

0,1
0,2
0,3

3800
3140
2216

0,4
0,5
1

2.5 Komponen Utama Sistem Pentanahan

Dalam sistem pentanahan komponen-komponen utama yang diperlukan


antara lain elektroda pentanahan dan hantaran pentanahan berperan sangat besar.
2.5.1 Jenis Tanah
Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas :
1.

Tanah rawa,

2.

Tanah liat dan tanah ladang,

3.

Pasir basah,

4.

Krikil basah,

5.

Pasir dan kerikil kering,

6.

Tanah berbatu.
2.5.2 Tahanan Jenis (RHO) Tanah
Tahanan jenis tanah merupakan faktor keseimbangan antara tahanan
pengetanahan dan kapasitansi di sekelilingnya, dan dipresentasikan dengan
rho (

). Besar nilai tahanan jenis tanah berbeda-beda, hal ini

tergantung dari beberapa faktor :


1. Keadaan struktur jenis tanah

: tanah liat, tanah rawa, berpasir,

berbatu dan lain-lain


2. Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan
3. Kelembapan tanah : kadar garam, kandungan meneral lainnya dan
keadaan iklim ( basah dan kering)
Tabel ini dapat dilihat harga rata-rata tahanan jenis tanah dari
bermacam-macam jenis tanah .
Tabel 10. Resistansi jenis tanah (rho)*)

*)

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 80


Oleh karena itu untuk menganalisa besarnya tahanan jenis tanah dari

keadaan yang tampak saja sangatlah sulit dan hasilnya kurang akurat. Salah
satu cara yang efektif untuk mengetahui besarnya tahanan jenis tanah di
suatu tempat adalah diadakan beberapa kali pengukuran setempat.
2.5.3 Pengukuran Tahanan Jenis Tanah
Pengukuran tahanan jenis tanah biasanya dilakukan dengan beberapa
cara yaitu :
1. Metode empat elektroda (four electrode method)
2. Metode tiga titik (three-point method)
Pengukuran tahanan jenis tanah dengan metoda empat elektroda
menggunakan empat buah elektroda, sebuah baterai, sebuah amperemeter
dan sebuah voltmeter yang sensitif, sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.3
yang ada dibawah ini.

Gambar 41. Pengukuran tahanan jenis tanah


dengan metoda empat elektroda

Bila arus I masuk ke tanah melalui salah satu elektroda dan kembali
ke elektroda yang lain yang cukup jauh sehingga pengaruh diameter
konduktor dapat diabaikan. Arus yang masuk ke tanah mengalir secara
radial dari elektroda, misalkan arah arus dalam tanah dari elektroda 1 ke
elektroda 2 berbentuk permukaan bola dengan jari-jari r, luas permukaan
tersebut adalah 2r, dan rapat arus radial pada jarak r adalah J = r. Bila
adalah tahanan jenis tanah, maka kuat medan dalam tanah pada arah radial
dengan jarak r adalah E(r) = J. Jadi,
E (r )

I .
2. .r 2

potensial pada jarak r dari elektroda adalah integral dari gaya


listrik dari jarak r ke titik tak terhingga :

I .

2. .r 2

V E (r )dr

Perbandingan antara tegangan dan arus atau tahanan menjadi:


R

2. .r

dari Gambar 41, terlihat r13 = r34 = r24 = a.


Jadi :
I .

2.
I .
V4

2.
V3

1 1

a 2a
1 1

2a a

Beda tegangan antara titik3 dan 4 adalah :


V34

I . 1 1
1 1
I .



2. a 2a 2a a
2. .a

R34

V34

I
2. .a

dan

Jadi :
2. .a.R34

Bila a dalam meter dan R dalam maka tahanan jenis dalam -m.
Dengan alat ukur yang dibuat khusus untuk ini yang terdiri dari generator
yang diputar dengan tangan dan Ohm-meter, dapat dibaca langsung tahanan
antara elektroda arus dan elektroda tegangan.
Metoda tiga titik (three-point method) dimaksudkan untuk mengukur
tahanan pentanahan. Misalkan tiga buah batang pentanahan di mana batang
1 yang tahanannya hendak diukur dan batang 2 dan 3 sebagai batang
pentanahan pembantu yang juga belum diketahui tahanannya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4 mengenai metode ini.

Gambar 42 Metoda tiga titik


Bila tahanan diantara tiap-tiap batang pentanahan diukur dengan arus
konstan, tiap pengukuran dapat ditulis sebagai berikut:

tetapi,

Jadi :

akhirnya,
R11 R R12 R13 R 23

Tahanan batang pentanahan dari elektroda 1 diberikan oleh


persamaan 3.14 jika kita dapat membuat,
R1 2 R13 R 2 3 0

Keadaan ini dapat diperoleh dengan mengatur posisi elektroda 2


sehingga harga Persamaan 3.15 dipenuhi.
1. Tahanan Pentanahan
Tahanan pentanahan dari elektroda pentanahan tergantung pada ;
a) Panjang elektroda itu sendiri dan penghantar yang
menghubungkan.
Tahanan pembumian dari elektroda pita dan batang, terutama
ditentukan oleh panjangnya. Pengaruh luas penampangnya hanya
kecil sekali.
b) Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah.
Untuk memperoleh hasil yang baik, elektroda yang dipasang harus
membuat kontak yang baik dengan tanah. Batu dan kerikil yang
langsung mengenai

elektroda, akan memperbesar tahanan

pentanahan dari elektroda ini karena batu dan kerikil mempunyai


sifat sebagai isolator.
c) Tahanan jenis dari tanah sekeliling elektroda

Karena tahanan jenis tanah berkaitan langsung dengan dengan


kadar air dan suhu, maka dapat diasumsikan bahwa tahanan jenis
tanah berubah sesuai dengan perubahan iklim. Di Indonesia
mempunyai dua musim yaitu, musim kemarau dan musim hujan.
Di daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis yang tinggi hal ini disebabkan karena
garam yang terkandung pada lapisan atas larut.
Tabel 11. dibawah ini menunjukan harga rata-rata dari tahanan
pentanahan untuk elektroda tertentu pada tahanan jenis tanah liat dan

= 100

ladang

-meter.

Tabel 11. Resistansi Pembumian pada resistansi jenis

= 100

-meter *).

*)

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 81


Keterangan :
1. Untuk mencapai tahanan pentanahan sebesar 5

pada

tanah liat atau tanah ladang dengan tahanan jenis tanah 100
-meter, maka diperlukan sebuah elektroda pita yang

panjangnya 50 meter atau 4 buah elektroda batang yang


panjangnya masing-masing 5 meter. Jarak antara elektroda
tersebut minimum harus dua kali panjangnya.
2. Untuk tahanan jenis yang lain, maka besar tahanan pentanahan
adalah perkalian nilai di atas ( dala tabel ) dengan :

atau
1
100
Misal : Pada kondisi tanah pasir basah yang memiliki tahanan jenis
200

-meter dengan memakai elektroda pita sepanjang

100 meter, maka menghasilkan tahanan pentanahan 6 ohm.


200
x3 6
100
ohm.

Jenis dan Ukuran Elektroda Pentanahan


Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam
tanah dan membuat kontak langsung dengan tanah. Elektroda pentanahan
yang ditanam biasanya berasal dari bahan tembaga, plat besi maupun baja
yang digalvanisir agar elektrodanya tidak mudah korosi.
Bahan dan ukuran elektrode yang digunakan untuk pentanahan
harus memiliki kekuatan mekanis, tahan terhadap pengaruh kimiawi,
perubahan iklim dan tahan lama.
a. Bahan Elektroda Pentanahan
Sebagai bahan elektrode digunakan tembaga, atau baja
yang digalvanisasi atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi
setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain (misalnya pada
perusahaan kimia).
b. Ukuran Elektroda Pentanahan

Ukuran minimum elektroda dapat dipilih menurut Tabel


12 dengan memperhatikan pengaruh korosi dan KHA. Jika
keadaan tanah sangat korosif atau jika digunakan elektrode baja
yang tidak digalvanisasi, dianjurkan untuk menggunakan luas
penampang atau tebal sekurang-kurangnya 150 % dari yang tertera
dalam Tabel 12

Tabel 12. Ukuran minimum elektroda bumi *)

*)

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 82


Adapun metode-metode pentanahan yang umum yang digunakan
adalah sebagai berikut

1.

Elektroda batang
Elektroda batang adalah dibuat dari pipa besi, besi baja
profil atau logam lainya yang dipancangkan tegak lurus ke dalam
tanah. Panjang elektroda yang harus digunakan, disesuaikan
dengan tahanan pentanahan yang diperlukan ( pada tabel ). Yang
biasa digunakan untuk elektroda batang adalah dari bahan
tembaga, baja tahan korosi ( Stainless Steel ) atau baja yang
digalvaniskan ( Galvanized Steel ).
Untuk memancangkan elektroda batang ini sering juga
digunakan palu lantak.. Kalau tanahnya kering, kadang-kadang
sangat sulit untuk mencapai tahanan penyebaran yang cukup
rendah. Dalam hal ini, ada kalanya sifat-sifat tanah itu dapat
diperbaiki dengan mengolahnya dengan bahan-bahan kimia. Kalau
digunakan beberapa elektroda batang yang dihubungkan paralel,
jarak antara elektroda-elektroda ini harus sekurang-kurangnya
sama dengan dua kali panjang efektif dari satu elektroda.
Elektroda pembumian yang akan dipasang sangat dipengaruhi oieh
faktor sifat tanah, resistan pembumian dan kondisi setempat
Jenis elektroda batang yaitu :
a) Ground rod
b) Ground Pipe
Pada pentanahan dengan elektroda batang distribusi
tegangan yang terjadi untuk satu batang lektroda dan dua batang
elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah, dimana arus
kesalahan mengalir dari elektroda tersebut ke tanah sekitarnya.

Gambar 43. Distribusi Tegangan Satu Batang Elektroda

Gambar 44. Distribusi Tegangan Dua Batang Elektroda


Dengan demikian untuk jumlah elektroda yang lebih
banyak yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah maka tahanan
pentanahan semakin kecil dan distribusi tegangan akan lebih
merata.
Untuk cara penanaman batang elektroda adalah sebagai
berikut :

1. Satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam


tanah

Gambar 44. Satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah
Tahanan dari satu batang elektroda yang ditanam
tegak lurus dengan permukaan tanah menurut H.B Dwight, di
dapat persamaan untuk gambar (2.a) sebagai berikut :

Untuk elektroda batang yang ditanam tegak lurus dan


pada kedalaman beberapa cm di bawah permukaan tanah
(gambar 2.b) berlaku hubungan:

Untuk gambar (2.c) satu batang elektroda tegak lurus


kedalam tanah, dan menembus lapisan kedua tanah tersebut.
Hal ini berlaku persamaan :

Untuk gambar (2.d) satu batang elektroda tegak lurus


kedalam tanah, pada kedalaman beberapa cm di bawah
permukaan tanah dan menembus lapisan kedua tanah tersebut.
Hal ini berlaku persamaan :

dimana :
Rd1 : tahanan untuk satu batang elektroda yang ditanam tegak
lurus permukaan tanah (Ohm)
L

: panjang elektroda batang (meter)

: jari-jari batang elektroda (m)

: tahanan jenis tanah rata-rata (Ohm-m)


(indeks 1 atau 2 menunjukkan lapisan tanah)

hb

: kedalaman penanaman elektroda (meter)

2. Dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam


tanah
Sistem pentanahan dengan menggunakan dua buah
batang konduktor ditanam tegak lurus dengan permukaan tanah
sebagai elektroda adalah untuk mengantisipasi apabila nilai
tahanan pentanahan dan tahanan jenis tanah yang relatif tinggi.
Susunan dari dua batang elektroda berbentuk selinder
dengan panjang L yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah
dengan jarak antara ke dua elektroda tersebut sebesar S terlihat
pada gambar di bawah. Nilai tahanan pentanahan dan tahanan
jenis tanah yang relatif tinggi, maka untuk menguranginya
dengan cara menanamkan batang-batang elektroda pentanahan
dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk dua batang elektroda

pentanahan yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah oleh


Dwight, JL. Marshall dengan memperhatikan efek bayangan
biasanya adalah dengan menghitung tegangan pada salah satu
batang elektroda yang disebabkan oleh distribusi muatan yang
merata di batang elektroda itu sendiri dan pada batang
elektroda

yang

lain

termasuk

bayangannya.

Dengan

menghitung tegangan rata-rata yang disebabkan oleh muatan


batang elektroda itu sendiri dan menghitung tegangan rata-rata
yang disebabkan oleh muatan batang elektroda yang lain.
Tegangan total rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan
antara keduanya

Gambar 45. Dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke


dalam tanah
Rumus tahanan pentanahan untuk dua batang elektroda
yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah adalah sebagai
berikut :

untuk S > L

untuk S < L
dimana : S : jarak antara kedua elektroda (meter)

3. Beberapa batang elektroda (Multiple-Rod) yang ditanam


tegak lurus ke dalam tanah
Pentanahan dengan sistem multiple-rod ini dilakukan
dengan menanamkan batang-batang elektroda pentanahan
dalam tanah pada kedalaman beberapa cm, sejajar dengan
permukaan tanah dan elektroda tersebut dihubungkan satu
dengan lainnya sehingga. Makin banyak konduktor yang
ditanam dengan sistem ini, maka tegangan yang timbul pada
permukaan tanah pada saat terjadi gangguan ke tanah akan
terdistribusi merata. Adapun bentuk elektroda dengan sistem
multiple-rod ini dapat dilihat pada gambar 46 .
Pada sistem pentanahan ini menggunakan beberapa
batang elektroda (Multiple-Rod) yang ditanam tegak lurus ke
dalam tanah. Jika susunan batang - batang elektroda yang
ditanam tegak lurus ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih
banyak, maka tahanan pentanahan akan semakin kecil dan
distribusi tegangan pada permukaan tanah akan lebih merata.
Penanaman elektroda yang tegak lurus ke dalam tanah dapat
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan
jarak antara batang elektroda pentanahan adalah sama seperti
pada gambar berikut :

Gambar 46. Beberapa batang elektroda tegak lurus terhadap


tanah
Nilai tahanan pentanahan untuk beberapa batang
elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah di mana rod

menembus lapisan tanah paling bawah/kedua, dihitung dengan


mengikuti persamaan berikut:

dimana Rt adalah tahanan elektroda batang (rod)

Keterangan :
N : jumlah batang rod
Cf (shafe factor = 0.9)
Ra dan Rb (tahanan berdasarkan pososi elektroda ( gambar.46)
2.

Elektroda Pita
Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari
penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau
penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.
Elektroda ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial
melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk-bentuk
tersebut, yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah
sedalam 0,5-1,0 meter. Jumlah jari-jari yang digunakan tidak
perlu lebih dari enam. Penambahan jari-jari melebihi jumlah
ini tidak akan banyak mengurangi tahanan pentanahannya.

Gambar 47. Cara pemasangan elektrode pita*)

*)

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, halaman 80


Penanaman elektroda pita sedalam 0,5-1,0 meter

dilakukan jika kondisi tanah mengijinkan. Dilihat dari metode


penanaman, elektroda pita membutuhkan area yang luas untuk
penanamannya,

dibandingkan

dengan

elektroda

batang.

Elektroda ini lebih cocok digunakan pada tanah yang


mengandung banyak batu-batuan. Pengaruh kelembaban
lapisan tanah terhadap tahanan pentanahan agar diperhatikan.
Panjang elektroda pentanahan agar disesuaikan dengan tahanan
pentanahan yang dibutuhkan, mengingat tahanan pita sebagian
besar tergantung pada panjang elektroda tersebut dan sedikit
tergantung pada luas penampangnya.
Untuk perhitungan pentanahan dengan elektroda pita dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
R pt ( / L) . (ln 2 L / a )
Keterangan :
Rpt

= tahanan pentanahan (ohm)

3.

= tahanan jenis tanah (ohm-m)

= panjang elektrode (m)

= jari-jari batang elektrode (m)

Sistem Grid
Pentanahan sistem grid mula-mula dilakukan dengan
menanamkan batang-batang konduktor tegak lurus dengan
permukaan

tanah

(vertikal).

Tetapi

kemudian

orang

menggunakan sistem pentanahan dengan menanamkan batangbatang konduktor sejajar dengan permukaan tanah (horisontal)
dengan kedalaman beberapa puluh cm dibawah permukaan
tanah. Hal ini dilakukan karena pada suatu daerah yang berbatu
menyebabkan tidak dapat menanamkan elektroda pentanahan
lebih dalam. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata pentanahan
dengan sistem penanaman horisontal dengan bentuk kisi-kisi
(grid)

mempunyai

keuntungan-keuntungan

dengan pentanahan yang

dibandingkan

memakai batang-batang vertikal.

Sistem pentanahan batang vertikal masih banyak digunakan


pada Gardu Induk dan juga merupakan teori dasar dari sistem
pentanahan.
Untuk

menentukan

perencanaan

suatu

sistem

pentanahan grid harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain


:
1. Besarnya arus gangguan yang mungkin terjadi.
2. Luasnya tanah yang dapat digunakan untuk pentanahan.
3. Tahanan jenis tanah.
4. Bentuk, ukuran dan jenis konduktor yang dipakai sebagai
elektroda pentanahan.
Tujuan utama berbagai sistem pentanahan tersebut
adalah untuk mendapatkan tahanan kontak ke tanah yang
cukup kecil. Untuk mengetahui sejauh mana tahanan kontak
ke tanah dapat diperkecil, perlu mengetahui rumus-rumus
tahanan

kontak

ke

tanah

dari

masing-masing

sistem

pentanahan.
Dasar

perhitungan

tahanan

pentanahan

adalah

perhitungan kapasitansi dari susunan batang-batang elektroda


pentanahan dengan anggapan bahwa distribusi arus atau
muatan uniform sepanjang batang elektroda. Hubungan

tahanan dan kapasitansi dapat dijelaskan dengan suatu analogi.


Analogi ini merupakan dasar perhitungan karena aliran arus
masuk ke dalam tanah dari elektroda pentanahan mempunyai
kesamaan dengan emisi fluks listrik dari konfigurasi yang sama
dari konduktor yang mempunyai muatan yang terisolir.

a. Penentuan Jumlah Batang Pengetanahan


Pada saat arus gangguan mengalir antara batang
pengetanahan dengan tanah, tanah akan menjadi panas
akibat i2 Suhu tanah harus tetap di bawah 100 0 C untuk
menjaga jangan sampai terjadi penguapan air kandungan
dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis tanah. Kerapatan
arus yang diizinkan pada permukaan batang pentanahan
dapat dihitung dengan persamaan [ ] :

()
dimana :
i : kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)
d : diameter batang pengetanahan (mm)

: panas spesifik rata-rata tanah ( 1.75 x 106


watt-detik tiap m2 tiap 0C )

: kenaikan suhu tanah yang diizinkan ( 0 C )


: tahanan jenis tanah (Ohm-m)
t : lama waktu gangguan (detik)

Seluruh

panjang

batang

pentanahan

yang

diperlukan dihitung dari pembagian arus gangguan ke


tanah dengan kerapatan arus yang diizinkan, sedang jumlah
minimum batang pentanahan yang diperlukan diperoleh
dari pembagian panjang total dengan panjang satu batang,
atau dalam bentuk lain dituliskan sebagai berikut :
N min

Ig
Lb1 x100 xi

dimana :
Nmin

= jumlah minimum batang pentanahan yang

diperlukan
Ig = arus gangguan ke tanah (Ampere)
i

= kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)

Lb1 = panjang satu batang elektroda (m)

b. Penentuan Ukuran Konduktor Grid


Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan
ukuran dari konduktor tembaga minimum yang dipakai
sebagai pentanahan grid adalah sebagai berikut :
A I

log 10

33 . t

Tm Ta
1
234 Ta

Dimana :
A = Penampang konduktor (circullar mils) (1 circullar mils
= 0,0005065 mm2)

I = Arus gangguan (ampere)


t = Lama gangguan (detik)
Tm = suhu maksimum konduktor yang diijinkan (1083 0C)
Ta = Suhu lingkungan maksimum (300C)
Luas

penampang

atau

diameter

untuk

sambungan sambungan atau dengan baut dapat


ditentukan dengan mensubtitusikan Tm dalam persamaan,
yaitu :
Untuk pengelasan maka Tm = 450 0C
Untuk baut maka Tm = 250 0C

Anda mungkin juga menyukai