Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING

Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut,


dan Pulau-Pulau Kecil
Kontribusi IPTEK dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil
Bogor, 18 Nopember 2010

Editor:
Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen,DEA
Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si
Citra Satrya Utama Dewi, S.Pi

ISBN: 978-979-19034-4-8
Kredit:
Desain sampul: Pasus Legowo
Tata letak:
Pasus Legowo, Dharmawan I Pratama, Femi Zumaritha

KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya jua Simposium Nasional Pengelolaan
Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil dapat terselenggara dengan baik, dan seluruh
rangkaian acara dan makalah-makalah yang terkait dengan simposium ini dapat
disampaikan dalam laporan kegiatan ini.
Sebagai Negara megabiodiversity laut terbesar dengan semua ekosistem laut tropis
produktif yang melingkupi wilayah pesisir kepulauan nusantara, Indonesia memiliki
kekayaan sumberdaya alam laut yang sangat besar sebagai aset Nasional. Namun
tidak dapat pula dipungkiri bahwa kekayaan laut yang sedemikian besar ternyata di
satu sisi belum sepenuhnya dioptimalkan dan di sisi lain sedang mengalami
kerusakan yang cukup mengkhawatirkan.
Karena itu bagaimana kekayaan laut yang sangat besar ini dapat dimanfaatkan bagi
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa secara
berkelanjutan, serta kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki dan dipulihkan,
seyogyanya suatu pendekatan pengelolaan berbasis iptek menjadi urgen untuk
diterapkan bagi keberlanjutan pembangunan kelautan Indonesia. Untuk itulah
Simposium dengan tema Kontribusi IPTEK dalam Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil, yang dirancang sebagai kelanjutan kegiatan
KONAS VII di Ambon diharapkan dapat mendesiminasikan hasil-hasil penelitian dan
kajian, menjalin komunikasi serta berbagi informasi dan pengalaman mengenai
pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil berbasis iptek di
Indonesia.
Simposium Nasional ini hanya dapat terlaksana berkat kerjasama antara Himpunan
Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB, dengan dukungan dana dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan Nasional RI. Tak kalah pentingnya bahwa keberhasilan Simposium ini
sangat ditentukan oleh para pembicara panel, moderator, notulen, pemakalah,
peserta, serta para panitia yang telah berkontribusi menyukseskan simposium ini.
Akhirnya, semoga prosiding simposium yang berisikan kumpulan makalah/artikel ini
dapat memberikan informasi ilmiah yang esensial tentang peran iptek dalam
pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di
Indonesia.

Bogor, April 2011


Ketua Panitia Pelaksana/Sekjen HAPPI,
Prof.Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

ii

I. TOPIK 1: IPTEK dalam Optimalisasi Pemanfaatan


Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil
1. Estimasi daya dukung sosial dalam pengelolaan ekowisata pulaupulau kecil di gugus Pulau Togean Taman Nasional Kepulauan
Togean (Penulis: Alimudin Laapo) .......................................................

I1

2. Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan tradisional


pelintas batas di Rote-Ndao (Penulis : Anna Fatchiya) ........................

I5

3. Pemetaan daerah potensial penangkapan ikan tongkol (Euthynnus


affinis) di perairan Pantai Selatan Yogyakarta (Penulis : Ati
Rahadiati dan Irmadi Nahib) .................................................................

I 13

4. Identifikasi Penyakit Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu


(Penulis: Beginer Subhan, Dondy Arafat, Fadhilah Rahmawati,
Mochamad Luqmanul Hakim, Dedi Soedharma)

I - 20

5. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol Sinularia dura yang


difragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
(Penulis : Mujizat Kawaroe, Dedi Soedharma, Hefni Effendi, Tati
Nurhayati, Safrina Dyah Hardiningtyas, Windhika Priyatmoko) ..........

I 26

6. Daun kelapa dan daun sukun sebagai bahan alternatif pengganti


terumbu karang dalam pengoperasian bubu tambun (Penulis :
Diniah, Wawan Rowandi, Ari Nado Syahrur Ramadan) .......................

I 31

7. Analisis perubahan luas dan kerapatan tutupan mangrove


menggunakan citra Landsat ETM Multitemporal di pesisir utara
Pulau Mendanau dan Pulau Batu Dinding Kabupaten Belitung
(Penulis : Irma Akhrianti, Franto, Eddy Nurtjahya, Indra Ambalika) .....

I - 37

8. Ekstrak ascidian Didemnum molle sebagai alternatif sumber


antibakteri dari hewan asosiasi terumbu karang (penulis : Irma
Shita Arlyza) .........................................................................................

I 46

9. Analisis ekonomi keterkaitan perubahan hutan mangrove dan


udang di Kecamatan Belakang Padang Kota Batam (Penulis :
Irmadi Nahib) ........................................................................................

I 54

10. Kondisi kesehatan terumbu karang Teluk Saleh, Sumbawa:


Tinjauan aspek substrat dasar terumbu dan keanekaragaman ikan
karang (Penulis : Isa Nagib Edrus, Syahrul Arief, dan Iwan Erik
Setyawan) .........................................................................................

I 60

11. Morfologi gugusan pulau kecil (archipelagic islands) di Kabupaten


Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro (Penulis :Joyce Christian
Kumaat) ................................................................................................

I 75

12. Kontribusi peta dan citra inderaja dalam kajian optimalisasi


penggunaan lahan marginal studi kasus pesisir kecamatan Kubu
Karangasem Bali (Penulis : Kris Sunarto, Drs. M.Si.) .......................

I 82

13. Bio-ekologis kepiting bakau pada kawasan konservasi desa Passo


Teluk Ambon (Penulis : Laura Siahainenia) ........................................

I 91

14. Potensi kekerangan abalon Sulawesi Selatan, prospek dan


tantangan pengelolaan (Penulis : Magdalena Litaay, Rosana Agus,
Rusmidin, st. Ferawati) .........................................................................

I 99

15. Estimasi potensi ekonomi rumput laut berdasarkan daya dukung


perairan di Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali Sulawesi
Tengah(Penulis : Marhawati Mappatoba, Eka Rosyida, Alimudin
Laapo) .................................................................................................

I 104

16. Analisis awal pengelolaan pesisir untuk kegiatan wisata pantai


(studi kasus Pantai Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat)
(Penulis : Muhammad Bakhtiar, Octavianus A. Mainasy, Zikri
Sudrajat, Hafidz Fauzi) .........................................................................

I 108

17. Teknologi tepat guna dalam pemberdayaan masyarakat pesisir


berbasis sumberdaya perikanan (Penulis : Mulyono S. Baskoro dan
Ivonne M. Radjawane)..........................................................................

I 114

18. Penatakelolaan zona pemanfaatan hutan mangrove melalui


optimasi pemanfaatan sumberdaya kepiting bakau (s. serrata) di
Taman Nasional Kutai Provinsi Kalimantan Timur (Penulis :
Nirmalasari Idha Wijaya, Fredinan Yulianda, Mennofatria Boer dan
Sri juwana)............................................................................................

I 121

19. Aspek bioteknik dalam pemanfaatan sumberdaya rajungan di


perairan Teluk Banten (Penulis : Roza Yusfiandayani, M.P. Sobari) ...

I 131

20. Analisis daya dukung pulau kecil untuk ekowisata bahari dengan
pendekatan eccological footprint (studi kasus Pulau Matakus, kab.
Maluku Tenggara Barat, provinsi Maluku) (Penulis : Salvinus
Solarbesain, Luky Adrianto, Santoso Rahardjo) ...................................

I 141

21. Deteksi gerombolan bandeng (Chanos chanos) berbeda ukuran


berdasarkan fase pantulan gelombang akustik (Penulis : septian T.
Pratomo, sri pujiyati, dan Arman D. Diponegoro) ................................

I 148

22. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan


terumbu karang di pulau kecil terluar studi kasus : Pulau Larat,
Provinsi Maluku Tenggara Barat (Penulis : Suseno Wangsit
Wijaya, Yoniar Hufan Ramadhani, Rahmatia Susanti) .........................

I 155

Pola spasial kedalaman perairan di teluk bungus, Kota Padang


(Penulis : Yulius, Hari Prihatno dan Ifan Ridlo Suhelmi) .........................

I 160

II. TOPIK 2: IPTEK dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan


Konservasi Pesisir dan Laut
1.

Perencanaan konservasi berbasis pemetaan terhadap proses


keragaman hayati di Pulau Sapudi-Sumenep (Penulis: Romadhon
A, Kurniawan F, Hidayat WA) .........................................................

II 1

2.

Peran swasta dalam pengelolaan pesisir Ujungpangkah,


Kabupaten Gresik (Penulis : Angela Ika Y Mariendrasari dan Prof.
Dietrich G Bengen)

II 8

3.

Merbau {intsia bijuga (colebr.) o. Kuntze} di Taman Nasional


Ujung Kulon Banten (Penulis : Dodo dan Mujahidin) ......................

II 14

4.

Potensi anggrek sebagai sumberdaya non kayu di kawasan hutan


mangrove Pantai Maligano Pulau Buton, Sulawesi Tenggara
(Penulis : Eka Martha Della Rahayu, Izu Andry Fijridianto dan R.
Hendrian) ........................................................................................

II 18

5.

Inventarisasi data luas kerapatan hutan mangrove di Taman


Nasional Bali Barat sebagai potensi Kawasan Konservasi Laut
dalam pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
dengan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis
menggunakan satelit ALOS (Penulis : Firman Setiawan, Rama
Wijaya dan Noir P. Poerba) ............................................................

II 22

6.

Disain rehabilitasi ekosistem mangrove untuk pengelolaan


konservasi di daerah penyangga Pulau Dua, Kota Serang, Banten
(Penulis : Fredinan Yulianda dan Nyoto Santoso) .........................

II 27

7.

Sebaran lokasi wisata laut dan budaya di Kabupaten Wakatobi


Provinsi Sulawesi Tenggara (Penulis : Helman) .............................

II 33

8.

Pengelompokan Jenis Tumbuhan Berdasarkan Kandungan Hara


di Hutan Dataran Rendah, Pulau Wawonii - Sulawesi Tenggara
(Penulis: Joeni Setijo Rahajoe dan Edi Mirmanto)..

II 37

9.

Implementasi metode blue heart ocean sebagai langkah strategis


konservasi terumbu karang dalam wacana jakarta water front city
berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Utara Jakarta
(Penulis : Nugroho Wiratama dan Nidhom Fahmi) .........................

II 43

10.

Biodiversitas ikan karang di Kepulauan Padaido, Kabupaten BiakNumfor, Papua (Penulis : Pustika Ratnawati, Muhammad Hafiz,
Sukmaraharja,Tia Sulistiani, Hedra Akhrari) ...................................

II 49

11.

Kajian potensi ekologis dan isu-isu strategis ekosistem karst


cagar alam Pulau Sempu, Jawa Timur (Penulis : Rosniati A.
Risna dan Tata M. Syaid) ...............................................................

II 53

12.

Pulau Wawonii: keanekaragaman, potensi dan permasalahannya


(Penulis : Rugayah, M. Rahayu & S. Sunarti) ....

II 60

13.

Flora langka di pulau kecil Batudaka, Sulawesi Tengah (Penulis:


Sri Hartini) .......................................................................................

II 70

14.

Jenis-jenis vegetasi unik dan perlu dilindungi di Pulau Waigeo,


Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (Penulis :
Sudarmono) ....................................................................................

II 75

15.

Penentuan kondisi dan potensi konservasi ekosistem mangrove di II 79


pesisir selatan Kabupaten Bangkalan berbasis teknologi SIG dan
penginderaan jauh (Penulis : Wahyu Aidin Hidayat, Zulkarnaen
Fahmi) .............................................................................................

16

Tumbuhan Paku di Kawasan Gunung Gamalama, Pulau Ternate


(Penulis : Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini .

II 84

III. TOPIK 3: IPTEK dalam Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan


Iklim terhadap Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
1.

Pemodelan luas genangan di semarang akibat pasang surut


(Penulis : Didik Hartadi, dan Ivonne M.R. ...........

III 1

2.

Perubahan status lahan dan tutupan lahan kawasan Pulau Moti,


Ternate Maluku Utara (Penulis : H.I.P. Utaminingrum, M.Ridwan,
dan Roemantyo) ..............................................................................

III 4

3.

Distribusi spasial oil spill montara di Celah Timor dari satelit dan
dampaknya terhadap sumberdaya hayati laut (Penulis : Jonson
Lumban Gaol) ..................................................................................
Penentuan parameter paling dominan berpengaruh terhadap
pertumbuhan populasi fitoplankton pada musim kemarau di
perairan pesisir Maros Sulawesi Selatan (Penulis : Rahmadi
Tambaru, Enan M. Adiwilaga, Ismudi Muchsin, dan Ario Damar) ...
Pemanfaatan pengideraan jauh dalam pemantauan kerusakan
lingkungan pesisir dan laut di pantai Utara Jawa Barat (Penulis :
Riny Novianty dan Anggraeni Nurmartha Vina) ...............................
Strategi pemberdayaan nelayan berbasis keunikan Agroekosistem
dan kelembagaan lokal (Penulis : Siti Amanah) ..............................
Teknologi geospasial untuk pengelolaan pulau-pulau kecil
terpencil (studi kasus di kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah)
(Penulis : Yatin Suwarno dan Sri Lestari Munajati) .........................
Identifikasi potensi jenis ikan ekonomis penting dengan analisis
keruangan dan hidroakustik di Kep. Tagalaya, Halmahera Utara
(Penulis : Zulkarnaen Fahmi, Frensly D Hukom, Wahyu Aidin
Hidayat, Jefry Bemba ......................................................................

III 9

4.

5.

6.
7.

8.

III 14

III 19

III 23
III 30

III 36

II- 18

POTENSI ANGGREK SEBAGAI SUMBERDAYA NON KAYU


DI KAWASAN HUTAN MANGROVE
PANTAI MALIGANO PULAU BUTON, SULAWESI TENGGARA
Eka Martha Della Rahayu, Izu Andry Fijridianto,& R. Hendrian
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor
Email: eka_mdr@yahoo.com
ABSTRAK
Hasil pengamatan di Pantai Maligano yang terletak di bagian utara Pulau Buton, Sulawesi
Tenggara menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove di pantai tersebut dalam kondisi
baik. Kondisi tersebut dapat menunjang ketersediaan sumberdaya hutan non kayu di Pantai
Maligano, terutama anggrek. Berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan, terdapat 9
jenis anggrek epifit yang tumbuh di pohon-pohon mangrove yang memiliki potensi sebagai
sumberdaya non kayu. Kesembilan jenis anggrek tersebut adalah Aerides jarqianum Schltr.,
Aerides odorata Lour., Ascocentrum miniatum Lind., Cymbidium atropurpureum Rolfe,
Cymbidium finlaysonianum Lindl., Dendrobium crumenatum Sw., Eria apporoides Lindl.,
Grammatophyllum scriptum Blume dan Vandopsis lissochiloides (Gaud.) Pfitz. Jenis-jenis
anggrek tersebut semuanya masuk ke dalam CITES Appendiks II. Jenis anggrek yang
dominan di kawasan ini adalah C. finlaysonianum, D. crumenatum dan V. lissochiloides.
Kondisi hutan yang cukup baik, menjadi tempat tumbuh yang cocok bagi anggrek-anggrek
tersebut terutama untuk jenis C. finlaysonianum dan V. lissochiloides yang tumbuh sangat
subur. Kawasan hutan mangrove di Pantai Maligano sangat berpotensi sebagai lokasi
konservasi anggrek, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya
apabila didukung dengan usaha pemanfaatan yang berkelanjutan atau dengan menjadikan
lokasi tumbuhnya menjadi objek wana wisata.
Kata kunci: Anggrek, Pantai Maligano Pulau Buton, hutan mangrove, konservasi,
pemanfaatan berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Beberapa bagian daerah pantai Pulau
Buton didominasi oleh vegetasi mangrove
(Sugiarto, 2006).
Ekosistem mangrove
memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi,
dan sosial-budaya yang sangat penting.
Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi
tempat sekuestrasi karbon, remediasi
bahan pencemar; menjaga stabilitas pantai
dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang
badai;
menjadi
tempat
bersarang,
pemijahan dan pembesaran berbagai jenis
ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain;
serta pembentuk daratan. Fungsi sosialekonomi hutan mangrove antara lain
adalah kayu dari beberapa jenis mangrove
dapat dijadikan bahan bangunan, kayu
bakar, arang, kayu lapis, bubur kertas,
kerajinan tangan, atap huma, tanin, dan
bahan obat. Selain itu, mangrove juga
memiliki
fungsi sosial-budaya, yaitu
sebagai areal konservasi, pendidikan, dan
ekoturisme (Setyawan & Winarno 2006).

Keanekaragaman
tumbuhan
di
mangrove di Indonesia telah banyak diteliti,
diantaranya oleh Irawan (2005) serta
Suhardjono & Rugayah (2007). Namun
demikian, penelitian-penelitian tersebut di
atas tidak melaporkan tentang sumberdaya
non kayu yang berpotensial di kawasan
mangrove. Potensi tumbuhan non kayu
yang sering terlupakan di mangrove salah
satunya adalah dari suku Orchidaceae.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keanekaragaman dan
potensi anggrek sebagai sumberdaya non
kayu di kawasan hutan mangrove Pantai
Maligano, Pulau Buton.
METODOLOGI
Pelaksaan
kegiatan
inventarisasi
dilakukan dengan metode eksploratif, yaitu
dengan melakukan penjelajahan ke segala
arah untuk mengamati dan mencatat
keberadaan berbagai jenis anggrek di
hutan mangrove Pantai Maligano
Labuhan Belanda Km 11, bagian utara

II- 19

Pulau Buton. Selain itu, dihimpun juga


data tentang jenis pohon yang menjadi
inang serta kondisi umum habitat.
Identifikasi anggrek dilakukan berdasarkan
ciri-ciri morfologi, baik dari organ vegetatif
maupun organ generatif (terutama bunga).
HASIL
Hasil pengamatan di Pantai Maligano
Labuhan Belanda Km 11 menunjukkan
bahwa secara umum kondisi hutan
mangrove di pantai tersebut dalam kondisi
baik dengan substrat pasir lumpur, pasir
kasar, pecahan cangkang moluska, dan
karang mati. Vegetasi yang ditemukan di
lokasi termasuk vegetasi mangrove, yang
terdiri atas Avicennia spp.,
Bruguiera
gymnhorriza, Callophyllum inophyllum,
Rhizophora spp., dan Sonneratia spp.
Selain itu juga ditemukan paku-pakuan,
pandan, dan tumbuhan berkayu dari suku
Euphorbiaceae, Lauraceae, Myristicaceae,
Myrsinaceae, Myrtaceae, Papilionaceae,
Sapindaceae
dan
Verbenaceae.
Sedangkan tumbuhan non kayu yang
ditemukan adalah dari suku Acanthaceae,
Amaryllidaceae, Araceae, Asclepiadaceae,
Orchidaceae, dan Piperaceae. Tercatat 9
jenis anggrek epifit yang berpotensi
sebagai sumberdaya hutan non kayu,
tumbuh di pohon-pohon mangrove di
Pantai Maligano. Kesembilan jenis anggrek
tersebut adalah Aerides jarckianum Schltr.,
Aerides odorata Lour., Ascocentrum
miniatum Lind., Cymbidium atropurpureum
Rolfe, Cymbidium finlaysonianum Lindl.,
Dendrobium
crumenatum
Sw.,
Eria
aporoides
Lindl.,
Grammatophyllum
scriptum
Blume,
dan
Vandopsis
lissochiloides (Gaud.) Pfitz. Sedangkan
jenis anggrek yang dominan di kawasan
hutan mangrove Pantai Maligano adalah C.
finlaysonianum, D. crumenatum, dan
V.
lissochiloides. Kesembilan jenis anggrek
tersebut tumbuh subur di mangrove. Jenisjenis pohon yang sering ditemukan menjadi
inang bagi anggrek epifit di kawasan ini
antara lain
Avicennia sp., Bruguiera
gymnhorriza,
C. inophyllum,
Rhizophora spp., dan Sonneratia sp.
PEMBAHASAN
Kondisi hutan mangrove di Pantai
Maligano Labuhan Km 11, secara umum
dalam kondisi baik.
Vegetasi yang

ditemukan di lokasi tersebut selain


didominasi oleh bakau juga ditemukan
tumbuhan kayu, paku-pakuan, pandan, dan
tumbuhan non kayu, salah satunya adalah
anggrek. Hal tersebut sejalan dengan
laporan Sugiarto (2006) bahwa kondisi
vegetasi mangrove di bagian utara Pulau
Buton cukup padat pada daerah tepi
pantai, sedangkan di bagian selatan Pulau
Buton tidak ditemukan vegetasi mangrove.
Keanekaragaman anggrek di kawasan
hutan mangrove Pantai Maligano
Labuhan Km 11, cukup tinggi. Sebanyak 9
jenis anggrek ditemukan di kawasan yang
sempit tersebut. Penelitian Alvarez-Len &
Garcia-Hansen (2003) juga melaporkan
tentang keberadaan anggrek epifit di hutan
mangrove
Kolombia,
namun
tidak
dilaporkan jumlah dan nama jenis anggrek
tersebut.
Jenis anggrek yang dominan di
kawasan hutan mangrove Pantai Maligano
adalah C. finlaysonianum, D. crumenatum,
dan
V.
lissochiloides.
Cymbidium
finlaysonianum dan V. lissochiloides
memiliki daerah penyebaran di Sulawesi.
Selain itu, kedua jenis anggrek tersebut
merupakan
anggrek
yang
banyak
ditemukan tumbuh di daerah pantai dan di
mangrove.
Sedangkan
anggrek
D.
crumenatum merupakan annggrek yang
memiliki daerah penyebaran sangat luas
(OByrne 2001 & Handoyo 2010). Akan
tetapi, penelitian Irawan (2005) tidak
melaporkan keberadaan kedua jenis
anggrek tersebut di kawasan mangrove
Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah.
Kondisi lingkungan kawasan mangrove
Pantai Maligano tampaknya cocok sebagai
tempat tumbuh C. finlaysonianum dan V.
lissochiloides.
Hal itu tampak dari
perawakan tanaman yang sehat, kekar,
dan membentuk rumpun yang padat,
terutama pada C. finlaysonianum (Gambar
1). Cymbidium finlaysonianum ditemukan
tumbuh menempel di batang bawah
Bruguiera sp., sedangkan V. lissochiloides
ditemukan tumbuh di ranting atas
Rhizophora sp. Hal ini sesuai dengan
preferensi tumbuh kedua jenis tersebut
yang sama-sama menyukai suhu hangat
(suhu siang hari 30 35 C dan suhu
malam hari 25 29 C), namun C.
finlaysonianum menyukai cahaya matahari
sedang, tetapi V. lissochiloides menyukai

II- 20

cahaya matahari langsung (Handoyo


2010). Selain itu, kondisi lingkungan pun
tampaknya mendukung perkembangbiakan
kedua anggrek tersebut sehingga anggrek
dapat berbunga dan berbuah (Gambar 1).
Proses pembungaan pada anggrek salah
satunya dipicu perubahan suhu lingkungan
(Hew & Yong 2004). Perbedaan suhu
antara siang dan malam yang cukup jauh
pada musim hujan saat pengamatan ini
dilakukan, diduga memacu terjadinya
proses pembungaan pada kedua jenis
tersebut. Selain itu, keberadaan hewan
penyerbuk, baik serangga ataupun burung,
diduga dapat membantu terbentuknya
buah anggrek. Morfologi bunga anggrek
tidak memungkinkan untuk terjadinya
penyerbukan sendiri karena polinia terletak
di ujung tugu dan tertutup sedangkan
stigma terdapat di bagian bawah tugu (Hew
& Yong 2004). Kesembilan jenis anggrek
di Pantai Maligano ditemukan tumbuh
menempel pada Avicennia sp., Bruguiera
sp., C. inophyllum, Rhizophora apiculata,
dan Sonneratia sp. Jenis pohon inang
tersebut memiliki permukaan kulit batang
yang kasar sehingga memungkinkan
anggrek
dapat
tumbuh
menempel.
Ketersediaan pohon inang merupakan
salah satu kebutuhan dasar bagi anggrek
epifit untuk mendapatkan cahaya dan
sirkulasi udara yang diperlukan.
Kesembilan jenis anggrek tersebut
termasuk dalam daftar Apendiks II CITES.
Hal itu dilakukan guna menjaga kelestarian
anggrek tersebut di alam agar tidak
dieksploitasi secara berlebihan oleh para
pemburu liar yang ingin memanfaatkan
potensinya.
Kesembilan jenis anggrek
yang ditemukan di hutan mangrove Pantai
Maligano secara umum memiliki potensi
sebagai tanaman hias, induk silangan,
bahan obat, maupun bahan penghasil serat
untuk kerajinan tangan (Tabel 1). Aerides
odorata berpotensi sebagai obat luka dan
penyakit kulit (Verma et al. 2010). Selain
itu, D. crumenatum juga berpotensi
sebagai obat cacing dan obat stimulan
saraf (Wiart 2006). Serat dari batang D.
crumenatum juga dapat dijadikan bahan
membuat kerajinan tangan (Brink &
Escobin 2003).
Keindahan bunga anggrek, baik
bentuk, warna, maupun aromanya telah
menjadi daya tarik sejak dahulu kala (Hew

& Yong 2004). Oleh sebab itu, keberadaan


anggrek yang sedang berbunga di
kawasan hutan mangrove Pantai Maligano
dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Selain itu, hutan mangrove juga dapat
menjadi objek wisata alam yang berbeda
karena karakteristik hutannya yang berada
di peralihan antara darat dan laut. Pantai
Maligano Pulau Buton, Sulawesi Tenggara
memiliki peluang untuk dijadikan objek
wana wisata.
Keadaan alami hutan
mangrove dapat ditata sedemikian rupa
sehingga pengunjung dapat melintasi
keasliannya dengan cara menelusuri
saluran-salauran dalam hutan, mengamati
anggrek
yang
sedang
berbunga,
mengamati burung, memotret keindahan
alam, memancing, dan sebagainya.
Kegiatan wisata ini di samping memberikan
pendapatan langsung bagi pengelola
melalui penjualan tiket masuk dan parkir,
juga mampu menumbuhkan perekonomian
masyarakat
di
sekitarnya
dengan
menyediakan
lapangan
kerja
dan
kesempatan berusaha, seperti membuka
warung makan, menyewakan perahu, dan
menjadi pemandu wisata..
Dengan
demikian kelestarian hutan mangrove
Pantai Maligano dapat terjaga dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir di sekitarnya.

KESIMPULAN
Sembilan jenis anggrek epifit yang
memiliki potensi sebagai sumberdaya non
kayu ditemukan di kawasan hutan
mangrove Pantai Maligano. Kesembilan
jenis anggrek tersebut berpotensi sebagai
tanaman hias, induk silangan, bahan obat,
maupun bahan penghasil serat. Kondisi
hutan yang cukup baik, menjadi tempat
tumbuh yang cocok bagi anggrek-anggrek
tersebut
terutama
untuk
jenis
C.
finlaysonianum dan V. lissochiloides yang
tumbuh sangat subur. Kawasan hutan
mangrove di Pantai Maligano berpotensi
sebagai lokasi konservasi anggrek, serta
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya apabila didukung
dengan
usaha
pemanfaatan
yang
berkelanjutan atau dengan menjadikan
lokasi tumbuhnya menjadi objek wana
wisata.

UCAPAN TERIMA KASIH

II- 21

Penulis mengucapkan terima kasih


kepada Ibu Entim Fatimah yang telah
sangat membantu dalam proses identifikasi
anggrek.

PUSTAKA
Alvarez-Len R & Garcia-Hansen I
(2003)
Biodiversity Associated with
Mangroves in Colombia. ISME/GLOMIS
Electronic Journal 3(1): 1 2.
Brink M & Escobin RP (eds.) (2003)
Plant resources of south-east Asia No 17:
Fibre plants. Prosea, Bogor: 456 hlm.

Handoyo F (2010) Orchids of


Indonesia. Vol.1. Indonesian Orchid
Society, Jakarta: 325 hlm.
Hew CS & JWH Yong (2004) The
physiology of tropical orchids in relation
to the industry. 2nd ed. World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd, Singapore: 370
hlm.
Irawan B (2005) Kondisi vegetasi
mangrove di Luwuk Banggai Sulawesi
Tengah. Disampaikan pada Seminar
Nasional
Penggalang
Taksonomi
TumbuhaIndonesia,FMIPA UPI, 17 -19
Nopember 2005: 12 hlm.

OByrne P (2001) A to z of south


east asian orchids species. 1st ed.
Orchids Society of South East Asia,
Singapore: 168 hlm.
Rao AN (2004) Medicinal orchid
wealth of Arunachal Pradesh. News
Letter of Envis Node on Indian
Medicinal Plants 1(2): 1 5.
Setyawan AD & Winarno K (2006)
Pemanfaatan
langsung
ekosistem
mangrove di Jawa Tengah dan
penggunaan lahan di sekitarnya;
kerusakan dan upaya restorasinya.
Biodiversitas 7(3): 282 291.
Sugiarto
H
(2006)
Fauna
Ekhinodermata di perairan Pulau
Kabaena, Muna, dan Buton, Sulawesi
Tenggara. Warta oseanografi XX(4): 27
31.
Sulistiarini D & Mahyar UW (2003)
Jenis-jenis
anggrek
T.N.B.N.
Wartabone. Pusat Penelitian Biologi
LIPI, Bogor: 83 hlm.
Verma C, Bhatia S, & Srivastava S

(2010)
Traditional medicine of the
Nicobarese.
Indian Journal of
Traditional Knowledge (9)4: 779 785.
Wiart C (2006) Ethnopharmacology
of medicinal plants: Asia and the
Pacific. Humana Press Inc., Totowa:
228 hlm.

Sumber: OByrne 2001, Sulistiarini &


Mahyar 2003, Brink & Escobin 2003, Rao
2004, Wiart 2006, Handoyo 2010, Verma et
al. 2010, &
http://www.speciesorchids.com/Aerides_jar
kianum.html

GAMBAR

Gambar 1. Dari kiri ke kanan: Cymbidium


finlaysonianum di hutan
mangrove Pantai Maligano,
bunga C. finlaysonianum, buah
C. finlaysonianum, dan buah V.
lissochiloides.

Anda mungkin juga menyukai