Anti racun adalah antidot spesifik untuk menangkal racun ular. Penentuan
managemen dari racun ular pada korban ditentukan oleh anti-racun yang tepat.
10.1 Apa itu anti-racun
Penangan racun ular pertma kali di perkenalkan oleh Albert Calmette di
Institut Pasteur di Saigon pada 1890 (Bon and Goyffon 1996). Antivenom adalah
imunoglobulin [biasanya pepsin refined F(ab) pecahan dari seluruh bagian IgG] berasal dari pemurnian plasma kuda, keledai atau kambing yang telah diberi
racun oleh satu species ular atau lebih. Anti racun yang spesifik dapat
membuktikan bahwa antiracun dapat bertahan melawan racun ular pada pasien
yang telah tergigit dan oleh karena itu dapat diperkirakan apabila spesifik
antibody tersebut dapat menetralisasi racun ular tertentu atau mungkin racun yang
berasal dari jenis yang sama (paraspecific neutralization). Sedangkan monovalent
(monospesifik) hanya dapat menetralisir dari satu jenis ular. Polyvalent
(polyspesifik) dapat menetralisir racun yang berasl dari spesies ular yang berbedabeda, biasanya dapat digunakan pada spesies terpenting berdasar dari pandangan
kedokteran dan geografik area tertentu.
Sebagai contoh, perusahaan antivenom di India polyvalent serum anti
racun ular telah dikembangkan di kuda menggunkan racun dari empat jenis ular
yang paling berracun di india (Indian cobra, Naja naja; Indian krait, Bungarus
caeruleus; Russells viper, Daboia russelii; saw-scaled viper, Echis carinatus),
oleh karena itu validitas dari konsep the big four meningkatkan usaha untuk
penemuan racun ular yang yang juga penting pada pada area tertentu [contoh: H.
hypnale di barat daya India (Joseph et al., 2007); Trimeresurus malabaricus di
selatan India; Echis carinatus sochureki di Rajasthan (Kochar et al., 2007)].
Antibodi yang dikembangkan untuk racun ular satu species mungkin
terdapat aktifitas sifat penetralan bersilang terhadap ular jenis lain, biasanya yang
berhubungan dekat, hal ini dikenal sebagai paraspesifik aktivitas, sebagai contoh
produsen Haffkine yang menghasilkan polyvalent anti racun ular serum
menyatakan bahsa anti racun ular tersebut dapat menetralisir racun dari spesies
Trimeresurus.
Baru-baru ini Thai Red Cross Society memulai untuk pembuatan dua jenis
polyvalent anti racun ular yang dapat melawan racun neurotoksik dari species
Elapidae (Naja kaouthia, O. hannah, Bungarus candidus, B. fasciatus) dan
haematotoxic
dari
species
Viperidae
(Daboia
siamensis,
Calloselasma
rhodostoma, Cryptelytrops-Trimeresurus-albolabris).
10.2 Indikasi Penanganan Racun Ular
Anti racun ular hanya dapat diberikan pada pasien yang mana
keuntungannya lebih besar dari pada resikonya. Hal ini dikarenakan anti racun
ular tergolong realtif mahal dan suplay yang terbatas, sehingga tidak dapat
digunakan bebas. Adanya resiko dari reaksi tubuh juga dapat di gunakan sebagai
pertimbangan.
10.3 Penggunaan Racun ular yang Tidak layak
Dalam sebagian belahan dunia, penggunaan dosis standar terkecil di
berikan kepada setiap pasien yang mengaku mengalami gigitan ular, terlepas
pasien tersebut mengalami gejala atau tanda keracunan. Terkadang komunitas
lokal sangat ketakutan pada gigitan ular sehingga mereka meminta dokter untuk
memberikan anti racun ular kepada pasien yang mengaku mengalami gigitan ular.
Pada prakteknya sebaiknya tidak digunakan pada pasien dimana tidak
begitu memerlukan penangan untuk penggunaan anti racun ular, dimana mereka
dapat menyia-nyiakan jumlah stok dari antiracun ular.
Indikasi penggunaan anti racun ular [ bukti level O, E]. Anti racun ular
sangat di anjurkan pada perawatan pasien bila pasien tersebut telah terbukti
mengalami gigitan ular dan timbul minimal satu atau lebih gejala antara lain:
Keracunan sistemik
Keracunan Lokal
Pembengkakan lokal yang mengenai lebih dari sebgian area yang tergigit
(munculnya dari
tourniquet)
setelah gigitan pada ruas (ibu jari dan terutama pada jari).
10.4 Seberapa Lama Anti Racun Ular Dapat Bekerja Secara Efektif Pasca Gigitan
Ular
Perawatan anti racun ular sebaiknya segera di berikan segera setlah
diindikasikan, hal itu dapat mengembalikan racun sistemik meskipun bertahan
selama beberapa hari atau, pada kasus kelainan haemostatik, selama dua minggu
atau lebih. Oleh karena itu antiracun ular sebaiknya di berikan selama terdapat
tanda dari kemunculan koagulopahty. Antiracun ular dapat mencegah perluasan
dari nekrosis lokal, tetapi terdapat bukti klinis dimana keefektifan dari racun ular
ditangani segera dalam beberapa jam setelah gigitan (Warrell et al., 1976; Tilbury
1982) [level of evidence T, O, E].
10.5 Reaksi Antiracun Ular
Proporsi dari pasien biasanya lebih dari 10%, perkembangan dari reaksi
terhadap antiracun berbeda beda ada cepat ( kurang dari beberapa jam) atau
lambat ( lima hari atau lebih) setelah pemberian anti racun ular. Resiko dari reaksi
tergantung dari dosis pemberian, kecuali pada kasus langka dimana terdapat
sensitization (IgE-mediated tipe 1 hipersensitivitas) karena tepapar oleh serum
hewan lain sebgai contoh equine antiracun, tetanus-immune globulin atau rabiesimmune globulin.
1. Reaksi anafilaktik cepat: biasanya terjadi dalam 10-180 menit setelah
pemberian antiracun ular, pasien mulai merasa gatal dan muncul uticaria,
batuk kering, panas, mual, muntah, ganguan lambung, diare, takikardi.
Minoritas dari pasien mungkin berkembang menjadi anakfilaktik parah
yang mengancam nyawa seperti hipotensi, bronkospasme, dan angiooedem. Pada banyak kasus reaksi tersebut bukan murni alergi. Hal ini
bukan karena reaksi IgE-mediated tipe I hipersensitivitas oleh karena
protein dari kuda atau kambing, hal ini dibuktikan tidak terdapatnya IgE
spesifik pada tes kulit dan RAST (Radioallergosabsorbent test).
Komplemen aktivasi dari IgG beragregasi atau residual dari pemecahan
atau stimulasi langsung oleh sel mast atau basophils oleh protein antiracun
ular dimana menyerupai reaksi mekanisme tersebut.
2. Reaksi Pyrogenik (endotoksin): biasanya berkembang 1-2 jam setelah
perawatan. Gejalanya termasuk menggigil (rigors), demam, vasodilatasi
dan penurunan tekanan darah. Demam hingga kejang dapat terjadi pada
anak anak. Reaksi ini menyebabkan kontaminasi dari pyrogen selama
proses pembuatan. Hal ini yang paling sering terjadi.
3. Reaksi Lambat (Serum Sickness Type): perkembangan nya sekitar 1-12
hari setelah perawatan. Gejala klinis termasuk demam, mual, muntah,
limpadenopati, pembengkakan periarticular, mononeuritis multiplex,
proteinuriadengan immune compleks nephritis dan kadang terdapat
encephalopati. Pasien yang dapat bertahan segera terhadap reaksi dan
penanganan dengan antihistamin dan kortikosteroid kemungkinan kecil
mengalami reaksi lambat.
(adrenaline),
intravena
antihistamin
(dobel
anti-H1,
seperti
terdapat keuntungan apapun, dan lagi berdasar pada percobaan (Fan et al., 1999)
sejak saat itu tersedia data lebih banyak.
1. Obat-obatan Profikaksis (Adrenalin, Antihistamin, Anti H 1 blocker,
Kortikosteroid )
Adrenalin (epinefrin) adalah perawatan yang paling efektif pada
anafilaktik
permeabilitas
respon,
dengan
kapiler.
cara
Sementara
mengurangi
itu,
resiko
bronkospame
dari
adrenalin
dan
itu
pada pasien dengan resiko kematian yang tinggi. Semua pasien harus dipantau
secara hati-hati selama dua jam awal setelah pemberian antiracun dan sebaiknya
diberi epinephrine/adrenaline ketika di temua tanda tanda awal reaksi.
Perawatan Terhadap Reaksi Antiracun
Anakfilaktik Cepat Dan
(adrenaline) diberikan secara intramuskular (hingga bagian atas paha) dalam dosis
awal dari 0.5 mg untuk dewasa dan 0.01 mm/kg berat badan untuk anak anak.
Reaksi cepat anafilaktik dapat mengancam nyawa karena dapat berubah sangat
cepat, epinephrie (adrenaline) sebaiknya segera diberikan ketika muncul tanda
awal dari reaksi, meskipun itu hanya beberapa bercak dari utikaria dan pasien
mulai merasa gatal, takikardi atau pasien merasa gelisah. Dosis tersebut dapat
diulang selama 5-10 menit apabila kondisi pasien terus memburuk.
Perawatan tambahan : setelah pemberian epinephrine (adrenaline),
antihistamine anti-H1 bloker seperti chlorphenamine maleate ( dewasa 10mg, anak
anak 0.2 mg/kg berat badan secara injeksi intravena setelah beberapa menit)
sebaiknya di berikan dengan injeksi intravena hydrocortisone (dewasa 100mg,
anak anak 2mg/kg berat badan). Kortikosteroid tidak dapat bekerja secara
beberapa jam tetapi dapat mencegah rekurensi dari anafilaktik [level of evidence0]. Dalam reaksi pyrogenic pasien harus tenang secara psikis dan dibantu dengan
antipiretik (sebagai contoh parasetamol secara peroral ). Cairan intravena
sebaiknya diberikan secara tepat untuk hypovolaemia.
Perawatan Pada Reaksi Lambat (Serum Sickness):
reaksi lambat
(serum sickness) dapat merespon setelah 5 hari dari oral antihistamin. Pasien yang
gagal merespon selama 24-48 jam seharusnya diberikan prednisolone pada hari ke
5. Dosisnya chlophenamine dewasa 2mg 6jam sekali, anak anak 0.25 mg/kg berat
badan perhari. Prednisolone dewasa 5 mg 6jam sekali, anak anak 0.7 mg/kg berat
badan dosis dipisah selama 5-7 hari
10.6 Pemilihan, Penyimpandan dan Dayatahan dari Antiracun
10ml aquadest steril untuk injeksi per-ampul. Jika protein dari pembekuan kering
ini susah untuk di larutkan, maka dilakukan denaturasi dengan teknik inadequat
pembekuan kering (WHO, 2010).
Dua metode pemberian antiracun yang direkomendasikan
1. Injeksi push Intravena : Antiracun tipe pembekuan kering ini atau
cairan antiracun murni di berikan dengan injeksi intravena secara perlahan
(tidak lebih dari 2ml/ menit). Metode ini memiliki keuntungan untuk
dokter, perawat atau pemberi antiracun harus terus menjaga pasien selama
beberapa waktu untuk mencegah reaksi yang mungkin timbul. Hal ini juga
menguntungkan
karena
menghemat
penggunaan
cairan
intravena,
antiracun
secara
lokal
pada
area
gigitan
tidak
intragluteal, dan kandungan antiracun dalam aliran darah tidak pernah mencapai
level maksimal dibanding dengan pemberian secara intravena. Kerugian yang lain,
adalah rasa sakit setelah dilakukan injeksi antiracun volume besar dan
meningkatkan resiko haematom pada pasien dengan kelainan haemostatik.
Situasi yang dapat dilalukan injeksi antiracun melalui intra muskular antara
lain:
1. Pada area perawatan pertama, sebelum pasien secara nyata terkena racun
dan dinaikan dalam ambulans, selama perjalanan menuju rumahsakit
yang mungkin membutuhkan beberapa jam (Win-Aung et al., 1996)
2. Pada petualangan didaerah terpencil dimana sangat jauh dari area medis.
3. Dimana akses intravena tidak mungkin dilakukan.
Antiracun tidak boleh diberikan melalui jalur intra muskular apa bila
bisa dilakukan melalui jalur intravena
Antiracun tidak boleh diinjeksikan melalui regio gluteal (bagaian atas
quadran terluar dari pantat) karena absorbsiny akan lambat dan tidak
dapat terpercaya dan selalu akan membahayakan nervus terdekatnya ketika
diinjeksikan oleh operator yang kurang terlatih.
Meskipun resiko reaksi dari antiracun lebih rendah apabila melalui
pemberian intramuskular daripada intravena, tetapi epinephrine (adrenaline) harus
selalu tersedia. Apabila ada keadaan yang tidak seharusnya maka pemberian dosis
dari anti racun harus dipicah antara jumlah bagian anterolateral teratas dari setiap
bagian. Maksimal 5-10 ml dapat di berikan kepada setiap bagian dengan
menggunakan injeksi intramuskular yang dalam dan disertau pemijatan untuk
mempermudah penyerapan. Pendarahan lokal dan pembentukan haematom
merupakan masalah dari pasien dengan kelainan pembekuan darah. Penemuan
yang cukup dari masa otot yang terkandung volume antiracun dalam jumlah besar
pada anak anak juga sulit di temukan.
Observasi untuk melihat respon dari anti racun: Apabila dosis adekuat
dan pemberian antiracun sesuai anjuran yang diberikanmaka beberapa respon
dapat di lihat antara lain:
a) Umum: Pasien merasa lebih baik, mual, pusing dan sakit menyeluruh,
sakir dapat hilang secara cepat. Ini mungkin adanya sebagian distribusi
efek placebo.
b) Pendarahan Sistemik Spontan (contoh dari gusi) perdarahan akan berhenti
sendiri setelah 15-30 menit.
c) Penurunan kemampuan koagulasi darah : ini akan kembali nornal setelah
3-9 jam. Perdarahan baru dan sebagian akan sembuh biasanya setelah
beberapa saat.
d) Pasien Shock: Peningkatan tekanan darah selama 30-60 menit dan ada nya
arrhythmias seperti sinus bradycardia mungkin teratasi.
e) Keracunan Neurotoksik setelah gigitan tipe synaptic (gigitan cobra) akan
meningkat setelah 30 menit pemberian antiracun tetapi dapat juga terjadi
setelah lebih dari beberapa jam. Keracunanan presynaptic (kraits dan ular
laut) tidak akan muncul tanda ini
f) Haemolysis dan Rhabdomyolisis aktif mungkin akan berhenti beberapa
jam dan urin kembali menjadi warna normal.
10.9 Rekurensi Keracunan Sistemik
Pada pasien yang keracunan akibat ular tipe viper, setelah respon awal dari
anti racun (berhentinya perdarahan, koagulasi darah normal kembali) tanda dari
keracunan sistemik akan muncul lagi kurang lebih 24-48 jam. Hal ini tergantung
dari: