menaikkan status sosial ekonomi untuk mendapatkan kemewahan hidup, oleh karenanya kelahiran anak dibatasi. Demikian pula meningkatnya status wanita dalam pendidikan dan pekerjaan membatasi terjadinya fertilitas. b. Teori Ekonomi, yang mana melihat bahwa angka pertumbuhan penduduk itu sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi suatu negara/tempat khususnya dipengaruhi oleh permintaan dan pengeluaran tenaga kerja.
PENDUDUK DAN SUMBER DAYA
Perpindahan penduduk selalu dikaitkan dengan sumber daya atau fasilitas hidup. Yang dimaksud dengan Sumber Daya di sini adalah tidak selalu diukur secara kuantitatif dan tidak digeneralisasikan bagi semua populasi. Populasi yang berbeda mempunyai kebutuhan, kebudayaan, dan standar hidup yang berbeda pula, tetapi secara umum sumber daya (resources) bisa diartikan sebagai substansi-substansi atau properti-properti yang dapat memuaskan kebutuhan manusia. Faktor-faktor penentu dalam mengukur satu populasi, yaitu : - Income perkapita - Tingkat pekerjaan (lapangan pekerjaan) - Eksistensi diminishing returns, yaitu keberadaan/kemampuan untuk mendapatkan keuntungan sudah kecil/tipis dikarenakan adanya persaingan - Volume dan arah migrasi - Perubahan pola-pola konsumsi, yang mana bisa menyesuaikan dengan keadaan/lingkungan - Tingkat harapan hidup, yang merupakan salah satu indeks penilaian negara maju yaitu dari tingkat harapan hidupnya yang tinggi - Perubahan-perubahan dalam hal perdagangan internasional - Ukuran-ukuran kepadatan penduduk Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dapat dijadikan ukuran apakah suatu wilayah itu over population atau under population. Dan dari aspek demografi, ada beberapa ukuran populasi dan selalu dikaitkan dengan sumber daya dan potensi yaitu : a. Populasi Optimum (Optimum Population) Jumlah penduduk optimal suatu negara selalu dikaitkan dengan potensial yang bisa dilihat dari berbagai kriteria a.l : ekonomi, militer, keagamaan, struktur sosial, dan sebagainya, tetapi yang umum kriteria yang dipakai adalah dari aspek ekonomi. Suatu wilayah dikatakan optimum penduduknya apabila terdapat sejumlah penduduk yang menghasilkan produksi rata-rata maksimum per kapita dengan sumber daya dan kebutuhan produksi yang tersedia di wilayah tersebut. Indikator penduduk yang optimal kalau rata-rata standar hidup orang tinggi, pekerjaan yang tersedia berlimpah dan perkembangan sumber-sumber daya seimbang dengan struktur demografi. b. Over Population
Suatu kawasan dikatakan over population jika kelebihan penduduk
melebihi batas potensial pemanfaatan sumber-sumber daya. Over Populasi ini terbagi atas dua (2), yaitu : 1. Absolute Over Population; di mana suatu kawasan dikatakan AOP jika batas absolut produksi telah dicapai yang ditandai dengan standar hidup yang rendah pada penduduknya. 2. Relative Over Population; di mana suatu kawasan dikatakan ROP jika ditandai indikator-indikator produksi tidak mencukupi sekalipun produksi besar-besaran telah dilakukan. Adapun yang biasa terjadi di negara-negara yang sedang berkembang adalah ROP. Dikatakan ROP jika masih ada upaya lain sehingga tidak perlu mengalami penurunan. c. Maximum Over Population MOP sangat berhubungan erat dengan OP. Istilah ini biasanya dipakai di daerah-daerah/kawasan-kawasan yang masih agraris. Istilah ini menunjukkan suatu keadaan dimana tanah sudah dianggap tidak bisa menghasilkan sumber makanan lagi. Dan istilah ini hampir sama dengan Over Population. d. Under Population Dikatakan UP jika populasi terlalu sedikit untuk memanfaatkan sumbersumber daya. e. Minimum Population Biasa dipakai pada masyarakat negara-negara agraris, sama halnya dengan MOP. Biasanya dikaitkan dengan jumlah anak yang belum cukup. Selanjutnya ada lima (5) tipelogi/klasifikasi penduduk di dunia berdasarkan ukuran populasi dari aspek demografi, yaitu : 1. Tipe Amerika Serikat, di mana jika 1/6 dari penduduknya hidup di kawasan teknologi dan sumber daya dengan rasio populasi yang rendah terhadap sumber daya misalnya: Amerika Utara, New Zealand, Australia, dll. 2. Tipe Negara-negara Eropa, yang mana kalau 1/6 dari penduduknya hidup di kawasan teknologi dan sumber daya dengan rasio penduduk yang tinggi terhadap sumber daya. Di sini industrialisasi dan teknologi mengijinkan untuk mengembangkan sumber daya sekalipun penduduknya padat misalnya: Negara-negara di Eropa, Jepang, dll. 3. Tipe Negara Mesir, di mana jika setengah dari penduduknya hidup di kawasan teknologi dan sumber daya dengan rasio penduduk yang tinggi terhadap sumber daya khususnya di kawasan-kawasan/negara-negara yang sedang berkembang. Jadi hampir sama dengan tipe negara-negara eropa, misalnya : India, Pakistan, Indonesia, Filipina, dll. 4. Tipe Negara Brazil, yang mana kalau 1/6 dari penduduknya hidup di kawasan minim teknologi dengan rasio penduduk yang rendah terhadap sumber daya misalnya : Negara-negara Amerika Latin, dan sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara. 5. Tipe Daerah Kutub & Gurun Pasir, di mana kalau sebagian besar penduduknya hidup di kawasan yang mengalami defisiensi teknologi sehingga potensi untuk memproduksi bahan makanan sangat sedikit.
KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
Kebijakan (Kebijaksanaan) Kependudukan menurut David Lucas adalah : semua tindakan pemerintah yang dilakukan secara sengaja untuk mempengaruhi perkembangan jumlah, distribusi, dan komposisi penduduk. Dan
sesuai dengan pendapat para penulis (ahli/pakar demografi &kependudukan),
Kebijaksanaan Kependudukan terdiri dari beragam tipe yaitu : a. Kebijaksanaan Langsung & Kebijaksanaan Tidak Langsung, yaitu kebijaksanaan yang diambil untuk mempengaruhi variabel kependudukan secara langsung dan tidak langsung. b. Kebijaksanaan Eksplisit & Implisit, yang dalam hal ini kebijaksanaan eksplisit dibedakan dari implisit dalam hal kebijaksanaan eksplisit dirumuskan dan dinyatakan secara jelas. c. Kebijaksanaan Domestik & Internasional, yaitu berhubungan dengan usaha mempengaruhi segala peristiwa kependudukan negeri sendiri sedangkan kebijaksanaan Internasional merupakan sikap resmi yang dianut oleh suatu negeri, dan dalam usahanya untuk mempengaruhi perkembangan penduduk dunia secara keseluruhan atau wilayah-wilayah tertentu yang dipandang mempunyai masalah kependudukan. d. Kebijaksanaan Non-Intervensi & Kebijaksanaan Intervensi, adalah merupakan tindakan mengkombinasi dalam rangka untuk mendominasi berbagai cara untuk mempengaruhi baik variabel demografi maupun faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan sebagainya. Di samping empat (4) kebijaksanaan di atas, adapula yang dinamakan Kebijaksanaan Pro-Natalis yaitu kebijaksanaan yang mendorong/mendukung laju pertumbuhan penduduk, dan Kebijaksanaan Anti-Natalis yaitu kebijaksanaan yang tidak mendukung/menghambat laju pertumbuhan penduduk.