Anda di halaman 1dari 4

1.

BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan


dan Pengamalan Pancasila), Kepres No.10/1979
2. Dan lain-lain lembaga non-departemen
A. Fungsi Manajemen Pemerintahan Indonesia
Menurut Prof. Prajudi, manajemen merupakan pengembangan dan
pemanfaatan pada semua faktor serta sumber daya yang menurut suatu
perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau
tujuan kerja yang tertentu.
Manajemen baru merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan
sumber daya yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayagunakan masuk ke
dalam kancah karya, yaitu manusia. Oleh karena itu, manajemen menekankan
pada pengendalian dan pendayagunaan manusia itu sendiri.
Dari uraian di atas, jelas bahwa koordinasi cenderung relatif lebih
dibutuhkan. Dan koordinasi itu sendiri dalam manajemen diartikan bermacammacam a.l :
Menurut Prof. Terry, Koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha
untuk menciptakan pengaturan waktu dan terpimpin, dalam hasil pelaksanaan
yang harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, unsur-unsur koordinasi adalah meliputi :
pengaturan, sinkronisasi, kepentingan bersama, dan tujuan bersama.
Dalam manajemen pemerintahan di Indonesia sendiri, koordinasi menempati
peranan penting karena begitu banyak ditemui pekerjaan yang tumpang tindih
dikarenakan tidak adanya koordinasi, kendati keseluruhannya itu dapat
disinkronkan, diatur demi tujuan dan kepentingan bersama. Salah satu contoh,
prasarana jalan yang begitu dibutuhkan oleh masyarakat umum berkali-kali
harus dibongkar hanya untuk keperluan pemasangan pipa air minum pada satu
pekerjaan, kemudian pemasangan kabel telpon, lalu pemasangan kabel listrik,
dan lain sebagainya. Inilah yang oleh departemen dalam negeri dituding sebagai
egoisme sektoral, oleh karena itulah kepala wilayah kemudian ditetapkan
sebagai koordinator pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di
wilayah kerja masing-masing.
B. Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan a.l sebagai
berikut :
1. Dalam penyelenggaraan administrasi negara di Indonesia, pembentukan
lembaga-lembaga departemen dan non-departemen masih sering belum
pada tempatnya, sehingga beberapa departemen dan lembaga nondepartemen dibentuk dalam salah satu kurun waktu kabinet, tetapi
dibubarkan pada kurun waktu berikutnya. Selain dari itu, terjadi pemisahan
ataupun penyatuan anak cabang lembaga (baik Direktorat Jenderal untuk
lembaga departemen maupun deputi untuk lembaga non-departemen).
2. Kepemimpinan pemerintahan dipengaruhi oleh budaya feodalisme sisa dan
pengaruh lamanya dijajah oleh bangsa lain. Walaupun disebut-sebut sebagai
manunggalnya pemimpin dengan rakyat, hal ini lebih merupakan technical
approach pimpinan pemerintah dengan rakyat yang dipimpinnya. Dampak
positif hal ini adalah dihormatinya aparat pemerintah oleh yang diperintah,
sedangkan ekses negatifnya adalah sulitnya diadakan perubahan dan
terobosan terhadap tatanan yang sudah baku tetapi terkendala dalam
penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri.

SISTEM HUKUM TATA NEGARA


A. Sumber Hukum Tata Negara di Indonesia
Untuk mewujudkan kepastian dan keserasian hukum serta kesatuan tafsiran
dan pengertian mengenai adanya perincian penegasan sumber tertib hukum dan
tata urutan peraturan dalam kehidupan hukum tata negara di NKRI, maka
ditetapkan oleh MPR RI TAP No.3/MPR/2000 Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan.
Pancasila ditetapkan sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
karena seluruh peraturan perundang-undangan apapun di NKRI ini, mengacu
kepada Pancasila, dalam arti seluruh peraturan perundang-undangan yang
dibuat tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Dalam hal ini, Pancasila
adalah pandangan hidup, dasar negara, jiwa dan kepribadian bangsa, tujuan dan
kesadaran bangsa, cita-cita hukum kemerdekaan individu, cita-cita moral yang
meliputi suasana kejiwaan yang luhur serta watak rakyat Indonesia,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial dan perdamaian
nasional di Indonesia yang keseluruhan di singkat menjadi Pandawa Jitu, yaitu
sebagai berikut :
1. PAN, berarti Pandangan hidup bangsa Indonesia
2. DA, berarti Dasar Negara Indonesia
3. WA, berarti Watak Rakyat Indonesia
4. JI, berarti Jiwa Kepribadian bangsa Indonesia
5. TU, berarti Tujuan nasional bangsa Indonesia
Dengan demikian tujuan negara yang meliputi :
1. Memajukan kesejahteraan umum
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, dijiwai oleh Pancasila itu sendiri.
Adapun urutan-urutan peraturan perundang-undangan tertulis sebagaimana
telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut :
1. Pancasila
6. Peraturan Perundang2. Pembukaan UUD 1945
undangan
3. UUD 1945
7. Peraturan Pemerintah
4. Ketetapan MPR
8. Keputusan Presiden
5. Undang-undang
9. Peraturan Daerah
Sejak dicetuskannya reformasi pada tahun 1998, dan terpilihnya
pemerintahan pasca reformasi (Indonesia Baru) mengupayakan menginginkan
sebuah lembaga yang bertanggung jawab kepada MPR (lembaga tinggi negara).
Keadaan kemudian menjadi demokrasi yang kebablasan (anarkis) karena
rakyat yang selama ini tertindas mengemukakan pendapatnya dalam bentuk
penghayatan (di SI MPR) tercermin dalam bentuk hujan interupsi. Akibatnya
eksekutif menjadi lemah mulai dari pusat sampai dengan daerah (Bupati
Pariaman dipenjara di wilayahnya, Gubernur Jateng di kenakan tahanan kota,
sedangkan Presiden kedua diadili).
B. Konstitusi Indonesia

Konstitusi merupakan hukum dasar untuk pedoman dalam penyelenggaraan


pemerintahan, terdiri dari UUD (konstitusi tertulis) dan konvensi (konstitusi tidak
tertulis).
Kerajaan Inggris hanya memiliki konvensi dalam penyelenggaraan hukum
dasarnya, sedangkan Kerajaan Saudi Arabia hanya memakai Al-Quran sebagai
konstitusi, hanya sekarang sampai di mana mereka konsekuen
melaksanakannya. Sedangkan Konstitusi Indonesia adalah UUD 1945 yang
disahkan sehari sesudah proklamasi yaitu tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan
dengan pemilihan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai
Presiden dan Wapres RI yang pertama.
UUD 1945 dibuat sedemikian rupa sehingga bersifat luwes dan supel, dalam
arti dapat disesuaikan dengan waktu dan keadaan, serta isinya singkat sehingga
dapat menimbulkan multi tafsir oleh karena itu perlu diamandemen.
Pada awal UUD 1945 dicantumkan sebuah preambul, terkenal dengan
sebutan Pembukaan UUD 1945 (terdiri dari 4 alinea), yang dengan batang tubuh
UUD 1945 tersebut merupakan suatu kesatuan. Di dalam UUD 1945 inilah
tersurat sila-sila dari Pancasila dengan tegas dan jelas, sedangkan dalam batang
tubuh UUD 1945 tersirat di antara pasal-pasalnya. Batang tubuh UUD 1945
cukup singkat yaitu terdiri dari 3 pasal, 16 bab, 4 pasal aturan peralihan, dan 2
ayat aturan tambahan. Dalam penjelasan UUD 1945 dicantumkan 7 kunci pokok
sistem pemerintahan negara Indonesia.
Pada berbagai kukum tata negara dikenal adanya States Fundamental Norm,
yaitu pokok kaidah yang mendasar dari suatu negara. Syarat-syarat dapat
disebut sebagai States Fundamental Norm adalah sebagai berikut :
1. Dibuat oleh para pembentuk dan pendiri negara.
2. Isinya memuat asas kefilsafatan, asas politik negara, tujuan yang hendak
dicapai negara, dan pernyataan masih akan dibentuk sebuah konstitusi.
3. Posisinya terpisah dari batang tubuh, walaupun secara utuh dapat menjadi
pasangan.
Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat untuk disebut sebagai States
Fundamental Norm, oleh karenanya mengganti UUD 1945 dan pembukaannya
serta penjelasannya, berarti keinginan untuk membubarkan negara proklamasi
ini.
Dengan demikian MPR RI sebagai lembaga tertinggi negara (lembaga tinggi
negara di era pasca reformasi/Indonesia Baru) dan perwakilan seluruh lapisan
masyarakat Indonesia, berketetapan hati mempertahankan UUD 1945, tidak
berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadapnya. Ini dinyatakan
dalam Tap MPR No.IV/MPR/1983 dan kemudian dibuat UU Referendum 1985.
Hanya saja kemudian UUD yang integralistik ini jadi menguntungkan pihak
eksekutif saja.
Adapun dasar pertimbangan hal ini diadakan adalah karena di dalam UUD
1945 Pasal 3 itu sendiri dinyatakan bahwa MPR menetapkan UUD dan GBHN,
sedangkan dalam Pasal 37 dengan kehadiran 2/3 anggota MPR dan persetujuan
2/3 yang hadir, UUD 1945 sudah dapat diubah.
Dalam UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis ini ditentukan bentuk kedaulatan
negara yaitu Kesatuan RI.
C. Sumber Hukum di Indonesia
Secara umum dapat dipelajari bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum
adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan dengan mempunyai
kekuatan bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang apabila dilanggar
mengakibatkan timbulnya sangsi tegas dan nyata.

Sumber hukum dapat dilihat dari (2) sudut/segi, yaitu segi materil dan segi
formal. Sumber hukum materiil dapat pula ditinjau dari berbagai sudut yaitu
sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, dll. Sumber hukum formal adalah tempat di
mana kita dapat menemukan dan mengenal hukum, yang terdiri dari :
1. Undang-undang
4. Kebiasaan
2. Yurisprudensi
5. Dogma
3. Traktat
Syarat agar suatu undang-undang mempunyai kekuatan yang mengikat dan
dapat berlaku, maka harus diundangkan dalam lembaran negara dan
mengundangkannya adalah Menteri Sekretaris Negara. Dan suatu undangundang sudah pasti membutuhkan penjelasan.
Yurisprudensi adalah keputusan hukum dari seorang hakim yang terdahulu
dan kemudian diikuti oleh hakim-hakim berikutnya sebagai calon peraturan yang
baku. Jadi ada kalanya yang membuat

Anda mungkin juga menyukai