Anda di halaman 1dari 27

PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Sektor Publik

Disusun oleh:
Ayu Rahmantari

135020301111018

Ria Ristyana

135020301111024

Rima Wahyu Pradianika

135020301111027

M. Hafid Yusuf

135020307111040

Dima Fuad. H

135020301111096

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A. KONSEP DASAR PERENCANAAN


1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah awal dalam menjalankan suatu usaha sebelum
menentukan dalam pengambilan keputusan. Baik buruknya atau berhasil tidaknya
keputusan dalam usaha tergantung dari matangnya rencana tersebut. Perencanaan
merupakan fungsi dari manajemen dalam suatu organisasi atau lembaga yang
tujuannya kearah jangka panjang atau ke masa depan.
Menurut UU Republik Indonesia nomor 25 tahun 2004, perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan menurut Gart N.
Jone, perencanaan adalah proses pemilihan dan pengembangan dari tindakan yang
paling baik atau menguntungkan untuk mencapai tujuan. Selain itu menurut W. H
Newman, perencanaan adalah keputusan yang akan dikerjakan untuk waktu yang
akan datang atau rencana yang diproyeksikan dalam suatu tindakan.
Perencanaan adalah metode mendetail yang telah dirumuskan sebelumnya untuk
melakukan atau membuat sesuatu. Rencana itu sering dibuat dalam bentuk cerita dan
membuat tujuan atau sasaran dan alat untuk mencapai tujuan tersebut atau suatu
rencana itu dapat dibuat dalam bentuk anggaran, bagan atau karangan kerja dalam
istilah keuangan atau grafik dalam suatu unit (Basu Swasta, 1990:28).
Fungsi perencanaan berkaitan dengan penetapan tujuan dan sasaran organisasi, serta
penentuan strategi dan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang dimaksud yang
diimplementasiakan dalam bentuk rencana kegiatan (program atau proyek) serta
rencana penggunaan sumber-sumber ekonomi yang dinyatakan dalam satuan moneter
(anggaran) dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2. Tujuan Perencanaan
Menurut Husaini Usman (2011 : 65), perencanaan bertujuan untuk :
1. Standart Pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya
maupun kuantitasnya.
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya,
tenaga dan waktu.
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan.
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.

9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.


3. Manfaat Perencanaan
1. Standar pelaksanaan dan pengawasan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemilihan berbagai alternative terbaik


Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, dan,
Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

4. Jenis jenis Perencanaan


a. Menurut jangka waktu
1. Perencanaan jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka
panjang adalah rentang waktu sepuluh sampai tiga puluh tahun. Perencanaan
jangka panjang ini bersifat umum, dan belum terperinci.
2. Perencanaan jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka
waktu antara lima sampai sepuluh tahun.
3. Perencanaan jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka
waktu antar satu tahun sampai lima tahun.
b. Menurut fungsi / penggunaanya
Perencanaan strategis
Yang disusun untuk mencapai tujuan umum organisasi, yaitu melaksanakan
misi organisasi. Sering juga disebut Perencanaan Jangkah Panjang (longe
range planning) adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut
tujuan jangka panjang organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan, serta
strategi yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk
melaksanakan strategi tersebut harus pula disusun program kerja yang terinci,
mencakup kegiatan yang harus dilakukan, kapan harus dimulai, kapan harus
selesai, dan siapa yang harus bertanggung jawab, serta sumber daya manusia
yang diperlukan. Singkatnya perencanaan strategik adalah proses perencanaan
jangka panjang yang sudah diformalkan, yang digunakan untuk merumuskan

tujuan organisasi serta cara menghadapinya.


Perencanaan operasional

Yang merupakan rincian tentang bagaimana rencana strategik dilaksanakan.


Rencana Operasional terdiri atas bentuk , yaitu : (1) rencana sekali pakai
(single use plan) yakni rencana yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu
dan dibubarkan segera setelah tujuan ini tercapai; (2) rencana permanen
(standing plans), yakni pendekatan pendekatan yang sudah di standarisasi
untuk menghadapi situasi berulang dan dapat diramalkan sebelumnya.
B. PERENCANAAN PADA INSTITUSI PEMERINTAH
1. Tujuan Perencanaan pada Institusi Pemerintah:
a. agar pembangunan dapat berjalan secara efektif, efisien, dan bersasaran
b. menjamin tercapainya tujuan Negara
c. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan
d. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
e. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan
f. mengoptimalkan partisipasi masyarakat
g. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan
2. Dasar Hukum
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN);
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah;
Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;


Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun

2010 ;
Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;


Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;

Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah

antar pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.


Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;


Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;


Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

3. Konsep Perencanaan Pembangunan Nasional


Perencanaan Pembangunan Nasional dibutuhkan

agar

pembangunan

yang

dilaksanakan oleh pemerintah dapat berjalan secara efektif, efisien, dan bersasaran.
Cakupan dari Perencanaan Pembangunan Nasional ini meliputi perencanaan makro
pada semua fungsi pemerintahan. Perencanaan Pembangunan secara terpadu disusun
oleh Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, dan akan
menghasilkan:
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 20 Tahun
RPJP Nasional
Penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia dalam

bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional.


RPJP Daerah
Memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP

nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 5 Tahun
RPJM Nasional
Penjabaran visi, misi, dan program Presiden yang disusun berdasarkan RPJP
Nasional, dimana memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum,
program Kementrian/Lembaga, kewilayahan, serta gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal yang berupa kerangka
regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
Selanjutnya

penjabaran

ini

dituangkan

dalam

Rencana

Strategis

Kementrian/Lembaga (Restra-KL). Restra-KL memuat visi, misi, tujuan,


strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas

dan fungsi K/L yang disusun berdasarkan RPJM Nasional dan bersifat

indikatif.
RPJM Daerah
Penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional,
dimana memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan
Daerah, kebijakan umum, program Satuan Kerja Perangkat Daerah,
kewilayahan, serta

rencana kerja dalam bentuk kerangka regulasi dan

pendanaan yang bersifat indikatif.


Penjabarannya dituangkan pada Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra-SKPD). (Renstra-SKPD) memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan
tugas dan fungsi SKPD yang disusun berdasarkan RPJM Daerah dan bersifat

indikatif.
Rencana Pembangunan Tahunan
Rencana Kerja Pemerintah
Penjabaran dari RPJM Nasional yang memuat prioritas pembangunan,
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiscal,
serta program K/L, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
pendanaan yang bersifat indikatif.
Penjabarannya dituangkan dalam Rencana Kerja Kementrian/Lembaga
(Renja-K/L). Renja-KL disusun berdasarkan Restra-KL dan mengacu pada
prioritas pembangunan Nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah

maupun

yang

ditempuh

dengan

mendorong

partisipasi

masyarakat.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah,
dimana memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan
Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
Penjabarannya dituangkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD). Renja-SKPD disusun berdasarkan Renstra-SKPD dan

mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), memuat kebijakan,


program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Penyusunan RPJP dilakukan dengan urutan:

menyiapkan rancangan awal rencana pembangunan


Rancangan RPJP nasional disusun oleh menteri sedangkan rancangan RPJP
Daerah disusun oleh Kepala Bappeda. Rancangan tersebut kemudian digunakan

sebagai acuan utama dari pelaksanaan Musrenbang.


musyawarah perencanaan pembangunan
Musrenbang dilaksanakan dalam rangka menyusun RPJP yang diikuti oleh unsurunsur penyelenggara Negara dan mengikutsertakan masyarakat. Musrenbang
paling lambat harus dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya

RPJP yang sedang berjalan.


penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan
Berdasarkan hasil musrenbang yang telah dilaksanakan, menteri menyusun
rancangan akhir RPJP Nasional yang kemudian akan ditetapkan secara Undangundang. Sedangkan Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah

yang selanjutnya akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.


5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Penyusunan RPJM memiliki urutan:
Penyiapan Rancangan Awal
1. Menteri menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional yang merupakan
o
o
o
o

penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden ke:


Strategi pembangunan nasional
Kebijakan umum
Program Prioritas Presiden
Kerangka Ekonomi Makro

2. Kemudian pimpinan K/L akan menyusun rancangan Renstra-K/L sesuai


dengan tugas pokok dan fungsinya dengan tetap mempertimbangkan
rancangan awal RPJM Nasional.

3. Menteri selanjutnya akan menyusun rancangan RPJM Nasional dengan dasar


rancangan Renstra-K/L yang telah dibuat masing-masing K/L, dengan tetap
berpedoman pada RPJP Nasional.
4. Kepala Bappeda menyusun rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran
o
o
o
o

visi,misi, dan program Kepala Daerah ke:


Strategi Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum
Program Prioritas Kepala Daerah
Arah Kebijakan Keuangan Daerah

5. Kepala SKPD menyusun rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok


dan fungsinya dengan mempertimbangkan rancangan awal RPJM Daerah
6. Selanjutnya Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah berdasarkan
rancangan Restra-SKPD yang telah disusun oleh Kepala SKPD, dengan tetap
berpedoman pada RPJP Daerah.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan


1. Musrenbang Jangka Menengah dilakukan dengan berdasarkan rancangan
RPJM Nasional dan RPJM Daerah, yang paling lambat harus dilaksanakan 2
bulan setelah Presiden / Kepala Daerah dilantik. Musrenbang ini akan
menghasilkan rancangan akhir dari RPJM Nasional dan RPJM Daerah.

Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan


1. Setelah Musrenbang dilaksanakan, RPJM Nasional ditetapkan dengan
Peraturan Presiden dan Restra-K/L yang telah disesuaikan dengan RPJM
Nasional ditetapkan melalui Peraturan pimpinan K/L.
2. RPJM Daerah akan ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah dan RestraSKPD yang telah disesuaikan dengan RPJM Daerah akan ditetapkan melalui

Peraturan Pimpinan SKPD


6. Rencana Kerja Pemerintah
a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan
1. Menteri dan Kepala Daerah menyiapkan

rancangan

awal

rencana

pembangunan yang merupakan penjabaran dari RPJM Nasional dan RPJM


Daerah
b. Penyiapan rancangan rencana kerja

1. Pimpinan K/L menyusun rancangan Renja-K/L sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, juga mempertimbangkan rancangan awal RKP yang telah disusun.
2. Selanjutnya dilakukan penyusunan rancangan RKP Nasional dengan
menggunakan rancangan Renja-K/L.
3. Kepala SKPD menyusun Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya dengan mengacu pada rancangan awal RKP Daerah, dan tetap
berpedoman pada Renstra-SKPD.
4. Kepala Bappeda kemudian menyusun rancangan RKP Daerah dengan
menggunakan Renja-SKPD.
c. Musyawarah perencanaan pembangunan
1. Rancangan RKP dan rancangan RKP Daerah yang telah disusun digunakan
sebagai bahan pelaksanaan Musrenbang. Musrenbang RKP maksimal
dilaksanakan pada bulan April, sedangkan Musrenbang RKPD maksimal pada
bulan Maret.
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan
1. Dengan menggunakan hasil dari Musrenbang menteri menyusun rancangan
akhir RKP, yang kemudian akan digunakan sebagai pedoman penyusunan
RAPBN.
2. Kepala Bappeda juga menyusun rancangan akhir RKPD

yang kemudian

digunakan sebagai pedoman penyusunan RAPBD.


C. KONSEP DASAR PENGANGGARAN
1. Pengertian Penganggaran dan Anggaran
Anggaran merupakan rencana kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi
(pemasaran, produksi dan keuangan); anggaran mengidentifikasi sumber daya dan
komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode
dianggarkan.
Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam
ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam perencanaan,
pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi.
2. Hubungan antara Perencanaan, penganggaran, operasional, dan ukuran kinerja
Proses perencanaan merupakan sebuah aspek paling penting dalam sebuah entitas.
Perencaan merupakan sebuah kumpulan konsep-konsep untuk mencapai tujuan yang
harus dilaksanakan. Proses pelaksanaan tujuan memerlukan instrumen pengontrol

dari segi biaya dan kegiatan. Oleh karena itu penganggaran sangat penting perannya
dalam mengontrol perencanaan dan menjembatani sebuah perencanaan menuju tahap
operasional. Setelah anggaran terbentuk, aktivitas operasional dilaksanakan dengan
dasar anggaran, sehingga dalam hal ini bisa disebut sebagai standar yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasional. Aktivitas operasional yang telah
dilaksanakan dievaluasi dengan ukuran kinerja yang didasarkan pada anggaran.
Proses penilaian operasioanal dilakukan dengan membandingkan antara hasil capaian
operasional denga standar anggaran.
3. Tujuan Anggaran
Membuat perencanaan
Menyelaraskan tujuan kegiatan sesuai dengan visi dan misi
Membuat program kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta menentukan

alternativ pembiayaan
Mengendalikan pengelolaan dana agar dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan

dan dapat dipertanggungjawabkan


Mempengaruhi kebijakan fiskal pemerintah agar dapat menciptakan kestabilan

ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.


Mengintegrasikan antar bagian dalam pemerintahan.
Menilai kinerja eksekutif
Memotivasi manajer dan staffnya untuk bekerja secara ekonomis, efektif, dan

efisien
Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar

bagian dalam lingkungan pemerintah.


Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan

jasa publik proses pemrioritasan.


Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
Meningkatkan transaparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas.

4. Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran


1. Top Line
Anggaran disusun berdasarkan aktivitas tahun sebelumnya, sehingga perubahan
anggaran hanya terjadi pada beberapa pos yang mengalami kenaikan maupun
penurunan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan anggaran menjadi sangat
sederhana, namun sangat sulit mendeteksi jika ada pemborosan. Anggaran dengan

pendekatan top line disusun dengan dasar alokasi atau budget line. Melalui budget
line tersebut dapat disusun program-program yang menyesuaikan dengan budget
line yang telah ditentukan.
2. Bottom Up
Proses penganggaran disusun dengan dasar kebutuhan pada tahun operasi.
Pendekatan ini mengharuskan proses penyusunan anggaran bertolak dari nol.
Proses penganggaran dengan pendekatan ini lebih mudah dalam mendeteksi
terjadinya pemborosan. Namun, proses penganggaran sangatlah rumit.
3. Participative vs non-Participative
Proses penganggaran dengan menggunakan pendekatan Participative melibatkan
banyak entitas pemerintahan dalam menyusun anggaran. Proses penyusunan
anggaran dimulai dari tingkat desa, kemudian masing-masing desa diakumulasi
dan dibahas di level pemerintah kota atau kabupaten, kemudian semua kabupaten
atau kota diakumulasi dan dibahas pada level provinsi. Dan semua provinsi
diakumulasi menjadi anggaran nasional. Proses penyusunan anggaran melibatkan
semua komponen pemerintahan. Sementara itu, pendekatan non-Partisipative
menggunakan budget line dalam menyusun anggaran tanpa melibatkan banyak
pihak.
5. Model-Model Penganggaran
1. Functional Based Budgeting
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di
negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini,
yaitu:
Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism
Struktur dan susunan anggaran yang besifat line-item
Cenderung sentralistis
Bersifat spesifikasi
Tahunan
Menggunakan prinsip anggaran bruto
Struktur

anggaran

tradisional

dengan

ciri-ciri

tersebut

tidak

mampu

mengungkapkan besarnya dana yg dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan


anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya

rencana kegiatan. Oleh karena itu tidak tersedianya berbagai informasi tersebut,
maka satu-satunya tolak ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan
hanyalah tingkat kepatuhan pengguanaan anggaran.
2. Activity Based Budgeting atau PPBS
PPBS merupakan teknik penganggran yang didasarkan pada teori system yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi
sumber daya berdasarkan analisi ekonomi.sistem penganggaran PPBS tidak
mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yg terdiri dari divis-divisi,
namun berdasarkan program yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan tertentu. Proses implementasi PPBS, langkah-langkahnya yaitu:
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
3. Mengevaluasi berbagai alternative program dengan menghitung cost-benefit
dari masing-masing program
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
5. Alokasi sumnerdaya ke masing-masing program yang disetujui
3. Performance Based Budgeting
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pelayan publik. Anggaran dengan pendekatan
kinerja sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan
pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam
proses pengambilan keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut
anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik penganggaran analitis.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu,
anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja
didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran.
Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional yang
menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan, pemerintah akan

menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros (overspending).


Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi
dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan dan
audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah
dipaksa bertindak berdasarkan cost minded dan harus efisien. Selain didorong
untuk menggunakan dana secara ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk
mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat mencapai
tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolok ukur sebagai standar
kinerja.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan dan sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam
penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan
struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. Kegiatan
tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan program, serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai
tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
6. Level Kemanfaatan Anggaran dari Sudut Pandang Acccounting
1. Level 1: Sebagai alat perencanaan (formalitas)
Bermanfaat sebagai salah satu alat perencanaan secara kuantitatif. Hal ini bersifat
formalitas karena proses penganggaran didahului dengan aktivitas perencanaan
secara kualitatif. Proses penggaran dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
proses perencanaan karena menyangkut alokasi dana yang akan digunakan dalam
aspek operasional.
2. Level 2: Sebagai pedoman pelaksaan kegiatan
Kegiatan atau aktivitas pelayanan masyarakat dilaksanakan berdasarkan anggaran.
Jika tidak dianggarkan maka aktivitas tidak bisa diajalankan. Sehingga segala
aktivitas atau pelayanan masyarakat dalam entitas pemerintahan harus didasarkan
pada anggaran yang telah disepakati.
3. Level 3: Sebagai pedoman dan alat ukur kinerja
Anggaran bisa dijadikan sebagai pedoman dan alat ukur jika anggaran dijadikan
sebagai salah satu komponen perencanaan dan menjadi pedoman dalam

pelaksanaan kegiatan. Pada level ini, anggaran dijadikan sebagai standar penilaian
kinerja,

kemudian

untuk

mengukur

kinerja

dilakukan

dengan

cara

membandingkan hasil capaian pelaksanaan kegiatan dengan standaranggaran


4. Level 4: Sebagai pedoman pelaksana kegiatan, alat ukur, dan implementasi
budgetary accounting
Level tertinggi dari kebermanfaatan anggaran adalah ketika secara simultan
angggaran dapat digunakan untuk memaksimalkan peran pemerintah sebagai
pelayan masyarakat yang dilakukan secara efektiv, efisien, dan ekonomis.
4. PENGANGGARAN PADA INSTITUSI PEMERINTAHAN
1. Konsep Dasar Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)
a. Pengertian
Secara teoritis ABK dapat diartikan sebagai metode penganggaran bagi
manajamen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatankegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisisiensi dalam
pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan
dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu
dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat
pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai
instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai
kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan (Renja
SKPD ) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan
merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja.
b. Tujuan dan Manfaat
Menurut March & Jim,2005, Tujuan disusunnya Anggaran Berbasis Kinerja
adalah untuk meningkatkan efisiensi alokasi dan produktivitas dari belanja.
Sedangkan menurut Van Landingham, Wellman, Andrews,2005 sebagai berikut:
Meningkatkan akuntabilitas agensi dengan memfasilitasi misi dan
pendefinisian tujuan, evaluasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan penganggaran.
Meningkatkan fleksibilitas anggaran agensi dengan memfokuskan proses
apropriasi legislatif pada keluaran, bukan input.

Menyempurnakan koordinasi, menghilangkan duplikasi program, dan


menyajikan informasi yang tepat untuk pengambil keputusan.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemerintah, dengan
asumsi jika masyarakat lebih tertarik pada hasil dibanding proses.
Mengembangkan insentif agensi menjadi lebih efisien dan efektif.
c. Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja
Bagi Masyarakat
Sebagai pernyataan pembangunan yang dinyatakan pemerintah daerah untuk
menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat guna mencapai
kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan masyarakat tak terbatas sedangkan
sumberdaya yang tersedia terbatas.
Bagi Kepala Daerah selaku Manajemen
Sebagai alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap
aktivitas dalam pemerintah daerah agar senantiasa mengacu kepada rencana
yang dibuat.
Bagi Aparatur dan Satuan Kerja
Sebagai sarana untuk mendorong setiap satuan kerja untuk lebih selektif
dalam merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas daerah, tugas pokok
dan fungsi, tujuan serta sasaran, serta terjaminnya sinkronisasi aktivitas dan
terhindarnyatumpang tindih aktivitas.
Bagi Stakeholder yang diwakili oleh DPRD
Sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan misi pemda dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan, serta menerangkan kinerja yang telah dilaksanakan.
d. Perbedaan ABK dengan Sistem Anggaran sebelumnya
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran
yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan
anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus
dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan
pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya
tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif
dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam
perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai

suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari


pelayanan.
Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan
permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam
mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur
pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.
Penganggaran

dengan

pendekatan

kinerja

ini

berfokus

pada

efisiensi

penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara


output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang
dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan
adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan
pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran
tradisional,

tetapi

juga

didasarkan

pada

tujuan/rencana

tertentu

yang

pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang
cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif.
Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran
dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita
menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus
pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang
"tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun
anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain
efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur
keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau
hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun
suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia
dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga
dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).
e. Keunggulan ABK
a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
b. Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses
pengusulan dan penilaian anggaran yang bersifat faktual.

c. Membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan pada


semua tingkat.
d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi
satuan kerja.
e. Menghindari pemborosan.
f. Dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan setiap satuan,lebih efektif
dalam mencapai sasaran
f. Prinsip prinsip utama anggaran berbasis kinerja
Dalam menyusun Anggaran Berbasis Kinerja perlu diperhatikan prinsip prinsip
penganggaran, aktivitas utama dalam penyusunan ABK, peranan legislatif, siklus
perencanaan anggaran daerah.
Prinsip prinsip utama dan sifat-sifat yang dikandung dalam teknik Anggaran
Kinerja (Mardiasmo, 2002) meliputi :
1. Menekanan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja ouput
yang diukur dengan beberapa indikator.Tiga elemen value for money adalah :
Ekonomis, yaitu pemerolehan input dengan kuantitas dan kualitas tertentu
pada harga terendah atau dalam praktik berarti meminimalkan

penggunaan sumberdaya dalam melaksanakan suatu kegiatan.


Efisien, yaitu pemanfaatan input minimal untuk mencapai hasil yang
maksimal atau dalam praktik berarti melaksanakan sesuatu dengan

benar.
Efektif, yaitu mencapai tujuan dan sasaran dengan target yang telah
ditetapkan secara maksimal atau dalam praktik berarti melakukan hal

yang benar
2. Mengutamaan mekanisme penetuan dan pembuatan prioritas tujuan serta
pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan
keputusan.
3. Menerapan prinsip tata pemerintahan yang baik.
4. Menerapan transparansi akuntabilitas dan terbukanya ruang bagi partisipasi
publik untuk memastikan bahwa berbagai fungsi fungsi tanggung jawab
pengelolaan keuangan daerah.
5. Kegiatan diajukan oleh unit teknis atau unit terbawah unit kerja yang
mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan serta apa target dan
indikator kinerja.
6. Pendelegasian wewenang secara berjenjang dalam pengelolaan anggaran dan
pelaksanaan kegiatan.

2. ABK pada Pemerintah Pusat


Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus disusun
perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara obyektif dan
melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. Agar
sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat
menentukan yaitu standar harga, tolok ukur kinerja dan Standar Pelayanan Minimal
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Pengukuran kinerja
(tolok ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan
dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu aspek yang
diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa
ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikatorindikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana, sumber
daya manusia dan metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat
dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam
menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa
Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban
kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan
3. ABK pada Pemerintah Daearah
Dalam penyusunan ABK, pemerintah daerah harus menyusunnya berdasarkan SPM
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Kinerja yang dimaksud dalam SPM ini
adalah target-target yang merupakan tolok ukur yang ditetapkan sebagai indikator
keberhasilan suatu kegiatan. Indikator keberhasilan dan target-target (indicator
output, outcome, benefit, impact) yang ada dalam SPM akan digunakan untuk
menetapkan target-target kegiatan dan menghitung ASB serta menghitung rencana
anggaran kegiatan. Program dan rencana kegiatan, termasuk tolok ukur kinerjanya
yang merupakan pelaksanaan dari urusan wajib, selanjutnya dituangkan dalam
rencana kinerja instansi terkait. Dengan kata lain, program, kegiatan, indikator
keberhasilan, target/tolok ukur kinerja, ASB dan rencana anggaran kegiatan yang
tertuang dalam Renstra/Renja dalam rangka melaksanakan urusan wajib, ditetapkan
berdasarkan SPM.
5. REVISI ANGGARAN

1. Revisi Anggaran
Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telah ditetapkan
berdasarkan APBN Tahun Anggaran 2015 dan disahkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2015. Adapun dasar hukum atau ketentuan
tentang Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015 adalah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 257/PMK.02/2014 tanggal 30 Desember 2014 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2015.
Revisi Anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai penyusunan
dan penelaahan RKA-K/L sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 136/PMK.02/2014 tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan rencana
kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga dan setelah DIPA TA 2015
ditetapkan. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume
Keluaran (Output) yang telah ditetapkan dalam DIPA.
2. Alasan Revisi Anggaran
Berdasarkan PMK No. 257/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2015, Ruang lingkup Revisi Anggaran meliputi perubahan rincian anggaran
pada BA K/L dan BA BUN yang terdiri atas:
a. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu
anggaran termasuk pergeseran rincian anggarannya
b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap;
dan/atau
c. ralat karena kesalahan administrasi.
Berikut adalah beberapa alasan bagi pengguna anggaran untuk melakukan revisi
anggaran :
a.

Pertama, tenggat waktu antara proses perencanaan anggaran dan pelaksanaan


anggaran ternyata membutuhkan waktu cukup lama (yaitu sekitar satu tahun).
Sangat dimungkinkan perencanaan yang disusun belum mencakup seluruh

kebutuhan untuk tahun yang direncanakan.


b. Kedua, dalam periode pelaksanaan anggaran, sangat dimungkinkan terjadi
perubahan keadaan atau perubahan prioritasyang tidak diantisipasi pada saat
proses perencanaan.Misalnya saja ketika terjadi pergantian kabinet atau

pergantian kepala Negara, sebagaimana yang belum lama ini terjadi di Negara
kita.
c. Ketiga, ketika kita melakukan revisi anggaran, karena adanya perubahan
metodologi pelaksanaan kegiatan. Misalnya saja, semula direncanakan secara
swakelola menjadi kontraktual, dari single year menjadi multi years.
d. Alasan yang terakhir, adanya perubahan atau penetapan kebijakan Pemerintah
dalam tahun anggaran berjalan, contoh : penghematan anggaran, penerapan
reward and punishment, atau APBN Perubahan.
3. Proses Revisi Anggaran
Dalam pelaksanaannya, kewenangan penyelesaian revisi anggaran pada Bagian
Anggaran K/Ldibagi dalam lima kelompok, yaitu
- revisi anggaran pada DJA,
- revisi anggaran pada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
- revisi anggaran yang memerlukan persetujuan Eselon I K/L,
- revisi anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran, serta
- revisi anggaran yang memerlukan persetujuan DPR RI.

Gambar 3.1 Mekanisme Revisi Anggaran


pada Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
Revisi anggaran pada DJA diatur secara lugas dalam Paragraf I PMK Nomor
257/PMK.02/2014, yang memuat jenis revisi yang menjadi kewenanangan DJA serta
mekanisme revisi di DJA. Untuk jenis revisi yang menjadi kewenangan DJA, Eselon

I K/L menyampaikan dokumen usulan revisi kepada Dirjen Anggaran. Dokumen


usulan disampaikan melalui Pusat Layanan DJA, terdiri atas:
1. Surat usulan revisi anggaran
Surat usulan revisi yang ditujukan kepada Dirjen Anggaran ditandatangani oleh
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I K/L. Format
surat usulan revisi anggaran mengikuti format pada Lampiran VII huruf B PMK
Nomor 257/PMK.02/2014.
2. Matriks perubahan (semula-menjadi)
Matriks perubahan(semula-menjadi) dibuat dengan menggunakan fasilitas yang
disediakan pada Aplikasi RKAKL-DIPA 2015. Matriks perubahan (semulamenjadi) dapat dicetak melalui menu RKAKL 2015 Matriks Usulan Revisi.
3. SPTJM Pejabat Eselon I K/L
SPTJM
yang
ditandatangani
oleh
Sekretaris
Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I K/L dibuat dengan mengikuti format pada
Lampiran VIII huruf D PMK Nomor 257/PMK.02/2014.

4. Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satker


RKA Satker dibuat dengan menggunakan fasilitas yang disediakan pada Aplikasi
RKAKL-DIPA 2015. RKA Satker dicetak melalui menu RKAKL 2015 RKA
Satker/RDP BUN pada Aplikasi RKAKL-DIPA 2015.
5. ADK RKA-K/L DIPA Revisi Satker
Penyelesaian usulan revisi anggaran untuk TA 2015 telah menerapkan aplikasi
tunggal, yakni menggunakan aplikasi SPAN. Satker membackup ADK RKA-K/L
DIPA revisi satker dengan Aplikasi RKAKL-DIPA 2015 melalui menu SPAN
Kirim

Data

ke

SPAN.

Luaran

ADK

akan

berformat

d01_aaabb_00_cccccc_d_.s15
Keterangan:
aaa : tiga digit kode Bagian Anggaran K/L
bb : dua digit kode unit
cccccc : enam digit kode satker
d : satu digit kode kewenangan
6. Dokumen pendukung terkait
Dokumen pendukung terkait perlu dilampirkan untuk jenis revisi yang tidak
memerlukan penelaahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 54 ayat (2) PMK

Nomor 257/PMK.02/2014. Dokumen pendukung terkait diperlukan dalam rangka


penghapusan/perubahan catatan dalam Halaman IV DIPA.
Selanjutnya, sesuai SOP Direktorat Jenderal Anggaran Nomor ANGG.01.1 tentang
Revisi Anggaran pada DJA, petugas Pusat Layanan DJA akan mengecek kelengkapan
dokumen usulan revisi anggaran dan mengunggah ADK RKA-K/L DIPA Revisi
Satker ke SPAN. Jika dokumen usulan revisi anggaran lengkap dan ADK RKA-K/L
DIPA Revisi Satker berhasil diunggah, maka Petugas Pusat Layanan DJA akan
menerbitkan

tanda

terima

kepada

petugas

K/L.

Sesuai Standar Pelayanan Penyelesaian Revisi Anggaran Non APBN-P pada DJA,
yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Anggaran Nomor KEP-28/AG/2014,
jangka waktu penyelesaian usulan revisi ditetapkan sebagai berikut :
a. 1 (satu) hari kerja setelah dokumen diterima lengkap(untuk usulan revisi anggaran
yang tidak memerlukan penelaahan);
b. 5 (lima) hari kerja setelah dokumen diterima lengkap (untuk usulan revisi
anggaran yang memerlukan penelaahan)
Dalam jangka waktu penyelesaian tersebut, jika revisi dapat ditetapkan, DJA akan
menerbitkan surat pengesahan revisi anggaran. Surat pengesahan revisi anggaran
akan dilampiri notifikasi dari sistem. Untuk keperluan pelaksanaan anggaran, satker
kemudian mengunduh PDF DIPA Petikan dan ADK hasil revisi dari situs RKAKL
DIPA Online.
6. CONTOH MODEL PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

Berikut disampaikan cara penggunaan ASB di dalam penyusunan anggaran. Misalnya


ASB yang akan dipakai sebagai contoh adalah ASB tentang Bimbingan Teknis (Bintek).
Maka Langkah-langkah penggunaannya adalah sebagai berikut :
1. Pastikan bahwa kegiatan tersebut telah tercantum dalam Kebijakan Umum APBD
atau Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.
2. Temukan ASB yang sesuai dengan rencana kegiatan yang akan di susun. Misalnya
akan melakukan kegiatan pelatihan teknis untuk guru-guru ekonomi dengan jumlah
peserta sebanyak 30 orang selama 4 hari.
3. Kemudian dapat menentukan maksimum total biaya untuk kegiatan tersebut
berdasarkan rumus yang ada. Misal, rumus total biaya = Rp. 1.162.850,00 + (Rp.
355.600,00 x Jumlah peserta x jumlah hari). Dari rumus tersebut dihitung total biaya
sebagai beikut: Total Biaya = Rp. 1.162.850,00 + (Rp. 355.600,00 x 30 peserta x 4
hari) = Rp. 43.834.850,00.
4. Alokasikan Total Belanja tersebut ke komponen-komponen belanjanya sesuai dengan
prosentase yang telah ditentukan.
Misalnya:

5. Setelah dialokasikan lalu Pindahkan ke formulir RKA SKPD

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan
UU Republik Indonesia nomor 25 tahun 2004
http://eprints.undip.ac.id/27436/1/JURNAL_AGUSTINA_PRADITA_MARHAENI_C2A00
7007.pdf
http://s1pgsd.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-tujuan-dan-manfaat.html
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisis) diterbitkan BPKP
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=628
http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/buku_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai