PENDAHULUAN
yang
dimaksud
adalah
kebijakan fiskal
dan
kebijakan moneter. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling
berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing masing variabel kebijakan
tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax)
dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan sedangkan
kebijakan moneter adalah langkah-langkah yang dijalankan oleh Bank Sentral
untuk mengawasi jumlah uang yang berada di tangan masyarakat dengan variabel
utamanya yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat
sektor, dimana sektor sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor
perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing masing dalam
menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Kedua kebijakan ini merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah
dibidang ekonomi. Pada dasarnya sebagian besar upaya stabilisasi makro ekonomi
berfokus pada pengendalian atau pemotongan anggaran belanja pemerintah dalam
rangka mencapai keseimbangan neraca anggaran.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan msalah dalam makalah ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat
mempengaruhi
tingkat
pendapatan
nasional,
dapat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pada
dasarnya
instrumen
kebijakan
fiskal
dan
moneter
masih
stabilitas
ekonomi
Indonesia.
Kata
belum
mampu
disini,
mengandung makna bahwa kebijakan fiskal dan moneter bukan berarti tidak
mampu, hanya saja dalam pelaksanaannya belum berjalan secara efektif. Hal ini
dapat dibuktikan dengan dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap
perekonomian.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Kebijakan Fiskal di Indonesia dalam 5 tahun Terakhir (2010-2015)
2010
Mengenai pokok kebijakan fiskal, Menkeu menyebutkan, pokok kebijakan
tahun 2010 meliputi kebijakan melanjutkan/meningkatkan seluruh program
kesejahteraan rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan lainnya),
melanjutkan stimulus fiskal melalui pembangunan infrastruktur, pertanian, dan
energi serta proyek padat karya.
Ref
http://tugas-cilukba.blogspot.com/2010/04/kerangka-kebijakan-fiskal-
2010.html?m=1
2011
Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan fiskal tahun 2011 yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dengan tetap melanjutkan tiga
sasaran utama kebijakannya, yaitu :
Ref : http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/10-08-24,%20NK%20dan
%20RUU%20APBN%202011_BabII_rev1.pdf
2012
Asumsi
makro
tahun
2012
diantaranya
pertumbuhan
ekonomi
diperkirakan dapat mencapai 6,7 %, inflasi diasumsikan sebesar 5,3 %, untuk nilai
tukar sebesar Rp 8.800/US$, Suku bunga SPN 3 Bulan sebesar 6 %, harga minyak
sebesar US$90/barel, sedangkan Lifting Minyak sebesar 950 ribu barel/hari.
Kementerian Keuangan dalam menghadapi kondisi perekonomian global
telah mempersiapkan langkah-langkah antisipasi krisis melalui penyusunan Crisis
Management protocol (CMP), tersedianya Bond Stabilization Framework (BSF),
Alokasi dana mitigasi krisis APBN 2012, Otoritas kepada pemerintah untuk
menangani krisis (pasal mitigasi krisis UU APBN 2012 pasal 40,41 dan 43), dan
menjaga
cadangan
devisa
serta
melakukan
kerja
sama
internasional
penanggulangan krisis.
Ref : http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/m/edef-konten-view-mobile.asp?
id=2011110209095587126728
2013.
Dari sisi kebijakan fiskal, Pemerintah menetapkan tema arah kebijakan
fiskal tahun 2013 yaitu Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
melalui Upaya Penyehatan Fiskal. Esensi dari tema tersebut menekankan pada
pentingnya mengupayakan terwujudnya kondisi fiskal yang sehat dalam rangka
mendorong terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kebijakan fiskal tahun 2013 juga
tetap diarahkan untuk tetap menjaga kesinambungan fiskal yang ditempuh melalui
4 (empat) hal pokok yaitu
(i) Optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi dan
keberlanjutan dunia usaha;
(ii) Meningkatkan kualitas belanja negara melalui efisiensi belanja yang kurang
produktif dan meningkatkan belanja modal untuk memacu pertumbuhan dan
peningkatan daya saing;
(iii) menjaga defisit anggaran pada batas aman (<3% PDB);
(iv) Menurunkan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang manageable.
Ref : https://nherdiyanto.wordpress.com/2012/05/28/kerangka-ekonomi-makrodan-pokok-pokok-kebijakan-fiskal-tahun-anggaran-2013/
2014
Terdapat tiga bidang utama dalam kebijakan fiskal tahun 2014, yaitu
kebijakan pendapatan negara, kebijakan belanja negara, dan kebijakan
pembiayaan.Kebijakan
pendapatan
negara
dilakukan
untuk
mendorong
dalam
menjamin
kualitas
Berikut upaya
belanja
negara:
Melakukan penghematan
terhadap kegiatan-kegiatan
yang
kurang
serta
kompetensi
sumber
daya
manusia.Menerapkan
dengan
berbagai
faktor
yang
berhubungan
dengan
guna
mendukung
pertumbuhan
ekonomi
berkelanjutan
serta
operasi
administrasi
sekuritas
kredit
pemilikan
rumah,
Selain kebijakan dalam lima aspek itu, BI juga memberikan perhatian khusus bagi
beberapa daerah yang mengalami bencana dalam bentuk pemberian perlakuan
khusus bagi kredit di daerah bencana.
Ref : http://m.antaranews.com/berita/239846/bi-keluarkan-23-kebijakan-moneterdan-perbankan-2011
2012
Bank Indonesia (BI) menetapkan lima arah kebijakan pada tahun 2012.
Arah kebijakan tersebut mempertimbangkan pengelolaan ekonomi makro, yang
harus berhadapan dengan risiko global dan permasalahan domestik yang begitu
kompleks. Lima arah kebijakan itu adalah,
kapasitas
perekonomian,
sekaligus
memitigasi
risiko
Kedua,
meningkatkan
efisiensi
perbankan
untuk
mengoptimalkan
Ref:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/12/09/23382947/BI.Tetapkan.Li
ma.Arah.Kebijakan.Tahun.2012
2013
"Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan melalui lima
pilar kebijakan," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution
http://m.merdeka.com/uang/lima-kebijakan-moneter-bank-sentral-tahun-
ini.html
2014
Ref:http://m.liputan6.com/bisnis/read/834106/ini-arah-kebijakan-bank-indonesiadi-2014
2015
Bank Indonesia mempersiapkan empat kebijakan moneter dalam jangka
pendek. Kebijakan itu di antaranya adalah stabilitas ekonomi, angka inflasi
menurun, current account defisit (CAD) terkendali, dan antisipasi dari normalisasi
Federal Reserve.
"Dari sisi moneter untuk jangka pendek ini kita masih berfokus pada
stabilitas, angka inflasi turun, CAD terkendali, dan juga antisipasi dari normalisasi
fed-nya," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Jumat (6/2/2015).
Ref:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/02/06/1532261/Ini.4.Kebijakan
.Moneter.BI.dalam.Jangka.Pendek
3.2.3 Alasan Kebijakan Fiskal dan Moneter Belum Mampu Untuk
Menciptakan Stabilitas Ekonomi
a) Kebijakan fiskal tidak tertuju pada satu tujuan dan saat pelaksanaannya
pemerintah lebih mementingkan kepentingan pribadi
Buktinya :
Ketetapan-ketetapan
kebijakan
fiskal
yang
dikembangkan
seperti
ketetapan
kebijakan
fiskal
yang
dikembangkan
mempunyai
Utang pemerintah tersebut terdiri atas utang luar negeri dan utang dalam
negeri. Utang dalam negeri merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut pinjaman pemerintah dalam bentuk surat utang atau obligasi.
Meningkatnya utang pemerintah, terutama sejak masuknya IMF pada era
reformasi. Peningkatan tersebut didorong oleh biaya BLBI dan paket
rekapitalisasi perbankan yang menelan biaya pokok Rp 650 trilyun. Biaya ini
atas perintah IMF diaktuaisasikan pemerintah dalam bentuk Surat Utang
Negara atau disebut juga obligasi rekap.
Selanjutnya, pemerintah menjadikan instrumen surat utang untuk
mendanai APBN. Sehingga jika sebelumnya pemerintah hanya mengandalkan
utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan APBN, maka penjualan surat
utang negara pun menjadi andalan utama pemerintah dalam berutang.
Berdasarkan data dari Buku Saku Perkembangan Utang Negara Edisi
Oktober 2010, dalam APBN-P 2010 jumlah keseluruhan cicilan utang
pemerintah mencapai angka Rp230,33 trilyun. Cicilan tersebut terdiri atas
cicilan pokok sebesar Rp124,68 trilyun dan cicilan bunga Rp105,65 trilyun.
Biaya komitmen (commitment fee) yang harus dibayarkan jika pemerintah
terlambat (sesuai jadwal yang disepakati) melakukan pencairan pinjaman. Di
antara tiga biaya yang sangat memberatkan itu, biaya front and fee dan
commitment fee adalah biaya-biaya yang tidak tampak atau jelas ke mana
alirannya. Biaya front and fee yang harus dikeluarkan pemerintah atau negara
peminjam sebesar 1 persen dari total pinjaman yang diajukan ini tidak jelas
untuk apa ditujukan, sebab segala hal yang berkaitan dengan urusan pinjammeminjam telah terdapat biaya operasionalnya masing-masing. Karena itu,
biaya di muka selama Indonesia terlibat dalam urusan utang luar negeri
dengan pihak lender, selain sangat sulit untuk dilacak dan merugikan negara,
bisa jadi telah terjadi permainan antara pihak-pihak yang terlibat dalam
proses ini dan Bank Dunia. Oleh karena itu, proyek-proyek yang dibiayai
utang semacam ini, sebelum terjadi loan agreement, telah menguap, dan inilah
yang menurut perhitungan ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Akibatnya, kaitan antara pinjaman yang diterima dan tujuan penanggulangan
creation Cuban had no voice. Sebab itu, menurut Amerika, utang-utang tersebut
tidak dapat diperlakukan sebagai utang penduduk Cuba, (dengan demikian) juga
tidak bersifat mengikat bagi pemerintah Cuba berikutnya.
Berdasarkan konsep utang najis sebagaimana dikemukakan Sack itu, dapat
disaksikan bahwa setiap pemerintahan Indonesia pasca Soeharto memiliki peluang
untuk memerdekakan Indonesia dari neokolonialisme utang. Artinya, upaya
pengurangan beban utang luar negeri Indonesia tidak hanya perlu dilakukan
karena jumlahnya yang terlanjur sangat besar, tetapi terutama karena terdapatnya
unsur utang najis dalam jumlah keseluruhan utang itu.
Dua alasan yang dapat digunakan sebagai titik tolak untuk meminta
penghapusan utang dengan menggunakan konsep utang najis tersebut adalah
sebagai berikut. Pertama, buruknya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
utang luar negeri dalam era Soeharto. Sudah menjadi rahasia umum, pemerintahan
Soeharto adalah sebuah pemerintahan korup. Kecenderungan untuk berlaku korup
itu bahkan masih berlanjut hingga saat ini. Dalam perkiraan Bank Dunia, volume
korupsi proyek-proyek yang dibiayai dengan utang luar negeri di Indonesia ratarata mencapai sekitar 30 persen (World Bank, 1997).
2. Kebijaksanaan
fiskal
memegang
peranan
kunci
dalam
dan
eksternal.
Dalam
rangka
mengurangi
dampak
peningkatan
penghasilan
pajak
dan
besarnya
pengurangan
menjalankan
kebijakan
fiskal
jika
ia
menggunakan
kekuasaannya untuk mempengarui pengeluaran total baik secara langsung dengan mengubah belanja barang dan jasanya - maupun tidak langsung
dengan mengubah pendapatan diposabel anggota masyarakat melalui
pelabuhan tingkat perpajakan atau tunjangan (transfer outlays). Walaupun
pengaruh fiskal dari pemerintah-pemerintah pusat dan daerah sangat besar,
kedua jenis pemerintah daerah ini tidak dapat menjalankan kebijakan fiskal
yang sistematis karena mereka tidak dapat mengalami defisit yang tanpa batas.
Mereka harus berusaha mengatasinya atau mereka akan kehilangan
kredibilitas. Selama resesi ekonomi, penerimaan negara menurun dan
tunjangan penganggutan serta pengeluaran untuk berbagai program lainnya
meningkat sehingga terjadi defisit. Nilai defisit biasanya dikendalikan dengan
menaikkan pajak dan mengurangi pengeluaran.
Pengeluaran pemerintah dan kebijakan perpajakan mempunyai tiga
dampak utama dalam makro ekonomi yaitu dampak pengeluaran (expenditure
impact), dampak financial (financial expenditure), dan dampak penawaran
(supply
expenditure).
Misalakan
pemerintah
merancang
program
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan
tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan
produksi. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling
berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing masing variabel kebijakan
tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax)
dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure).
Menurut analisa kelompok, kebijakan fiskal dan moneter belum mampu
untuk menciptakan stabilitas ekonomi Indonesia. Kata belum mampu disini,
mengandung makna bahwa kebijakan fiskal dan moneter bukan berarti tidak
mampu, hanya saja dalam pelaksanaannya belum berjalan secara efektif dan
masyarakat cenderung merasa dirugikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan dampak
kebijakan fiskal dan moneter terhadap perekonomian. Untuk itu kebijakan fiskal
dan kebijakan moneter yang diambil oleh pemerintah harus dilakukan dengan
mempertimbangkan segala aspek perekonomian masyarakat agar tidak merugikan
masyarakat secara umum
4.2 Saran
Hingga kini berbagai problematika dalam perekonomian Indonesia dan
masih sulit diprediksi perbaikannya,oleh sebab itu adanya peran pemerintah dalam
kebijakan ini sangat penting dalam suatu negara untuk arah perekonomian yang
lebih baik,dan adanya peninjauan kembali tentang strategi-strategi yang perlu
dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam suatu
negara,Semuanya takkan berhasil dalam suatu negara jika tidak direncanakan
pelaksanaanya secara berhati-hati,sistematis,dan dengan kerja keras dan harus
didukung oleh para pelaku ekonomi karena strategi-strategi yang dilaksanakan
merupakan sebuah rangkaian program kegiatan yang bersifat saling mengisi agar
memberikan hasil seperi yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Dampak
Indonesia
Nur
Faizah
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
Jurnal Bisakah Kebijakan Fiskal Dan Moneter Menjadi Instrumen Yang Efektif
Untuk Stabilisasi Ekonomi Pertanian? Oleh Abdullah Usman dan Netti Tinaprilla
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam 5 tahun Terakhir diakses pada 19 November
2014 Pukul 11:30 http://trifebrian.blogspot.co.id/2015/05/kebijakan-fiskal-danmoneter-indonesia_19.html
OLEH
KELAS A
KELOMPOK 7
HARVI HAMDIKA
1410222001
1410222004
HALIMAYUL LOPINDA
1410222005
1410222007
2015