Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini perkembaangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti
dengan banyaknya industri-industri baru yang mengelola berbagai macam produk.
Dengan demikian, kebutuhan akan faktor-faktor produksi menjadi bertambah
banyak.
Di Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat,
mulai dari warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh
semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman
ringan bukanlah barang mewah melainkan barang biasa.
Di dunia ini terdapat banyak merek minuman ringan, dan salah satu yang
paling sering kita jumpai adalah coca-cola. Perusahaan Coca-Cola menempati
urutan pertama dalam penjualan minuman ringan. Dibalik kesuksesan perusahaan
Coca-Cola, pasti ada berbagai strategi yang diterapkan. Dari segi sumber daya
manusia, kualitas produk, hingga sistem informasi manajemen yang diterapkan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah jaringan prosedur pengolah data yang
dikembangkan dalam suatu sistem dengan maksud memberikan informasi kepada
manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok kami mengambil judul
Penerapan SIM pada Perusahaan Coca-Cola Amatil.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perusahaan Coca-Cola Amatil ?
2. Bagaimana manajemen kinerja di perusahaan Coca-Cola Amatil?
3. Apa teknologi produksi yang diterapkan di perusahaan Coca-Cola Amatil?
4. Bagaimana Sistem Informasi Manajemen di Perusahaan Coca-Cola
Amatil?

5. Bagaimana strategi perusahaan Coca-Cola Amatil dalam menghadapi


pesaing berdasarkan teori dari Michael Porter?
6. Bagaimana perusahaan Coca-Cola Amatil dalam menggalakkan program
Corporate Social Responsibility (CSR) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perusahaan Coca-Cola Amatil
2. Untuk mengetahui manajemen kinerja di perusahaan Coca-Cola Amatil
3. Untuk mengetahui teknologi produksi yang diterapkan di perusahaan
Coca-Cola Amatil
4. Untuk mengetahui Sistem Informasi Manajemen di Perusahaan Coca-Cola
Amatil
5. Untuk mengetahui strategi perusahaan Coca-Cola Amatil dalam
menghadapi pesaing berdasarkan teori dari Michael Porter
6. Untuk mengetahui Coca-Cola Amatil dalam menggalakkan program
Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Coca-Cola Amatil


Coca-Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8 Mei 1886 oleh John
Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal
sebagai Coca-Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John,
menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan
tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan
huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Dr. Pemberton kemudian menjual ciptaannya dengan harga 5 sen per gelas di
apotiknya dan mempromosikan produknya dengan cara membagi ribuan kupon
yang dapat ditukarkan untuk mencicipi satu minuman secara cuma-cuma. Pada
tahun tersebut ia menghabiskan US$46 untuk biaya periklanan. Pada tahun 1892,
Pemberton menjual hak cipta Coca-Cola kepada Asa G. Chandler yang kemudian
mendirikan perusahaan Coca-Cola pada 1892.
Chandler piawai dalam menciptakan perhatian konsumen dengan cara
membuat berbagai macam benda-benda cinderamata berlogo Coca-Cola. Bendabenda tersebut kemudian dibagi-bagi di lokasi-lokasi penjualan penting yang
berkesinambungan. Gaya periklanan yang inovatif, seperti desain warna-warni
untuk bus, lampu gantung hias dari kaca, serta serangkaian cinderamata seperti
kipas, tanggalan dan jam dipakai untuk memasyarakatan nama Coca-Cola dan
mendorong penjualan.
Upaya mengiklankan merek Coca-Cola ini pada mulanya tidak mendorong
penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-Cola
dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara lengkap;
nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan kata lain".
Tetapi konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941,
perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke
memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca-Cola, dan pada tahun
1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
Kemudian sejak tahun 1960-an, berbagai produk The Coca-Cola Company
telah diperkenalkan ke pasar Indonesia. Dan pada tahun 2000, 10 operasi
pembotolan dikonsolidasikan di bawah Coca-Cola Amatil Indonesia.

2.2 Manajemen Kinerja


a. Key Performance Indicator (KPI) sebagai Standar Kinerja
Coca-Cola Amatil merancang performance plan setiap karyawan
dalam bentuk KPI. KPI dimaknai sebagai stadar kinerja yang harus dicapai
oleh karyawan selama satu tahun. KPI disepakati oleh atasan langsung dan
karyawannya melalui diskusi yang juga didasarkan atas KPI tahunan dari
CCA(Annual Business Plan) dan data-data kinerja tahun sebelumnya.
Annual Business Plan sebagai dasar KPI individu membuat adanya
keselarasan visi antara karyawan dan juga strategi perusahaan. KPI juga
akan dipakai sebagai standar penilaian kinerja yang dilakukan sebanyak
dua kali dalam setahun oleh atasan langsung. Setelah KPI disepakati, maka
atasan akan melakukan assesment kompetensi terhadap karyawannya.
Assesment ini bertujuan untuk menilai dan mengindentifikasikan
kompetensi apa saja yang dibutuhkan karyawan untuk mencapai KPI.
b. Individual Development Plan (IDP) sebagai Sarana Pencapaian KPI
IDP dapat dimaknai sebagai sebuah rencana pengembangan diri
untuk melengkapi kompetensi yang dibutuhkan oleh karyawan saat
melakukan tanggung jawab kerja. IDP dibuat berdasarkan kesepakatan
antara atasan langsung dengan karyawan pada saat wawancara penentuan
KPI dan IDP. IDP dibuat agar karyawan mempunyai kompetensi yang
memadai

untuk

melaksanakan

pekerjaannya. Ada

beberapa

tipe

pengembangan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi


karyawan, antara lain: training, seminar, workshop, on the job training,
ataupun coaching.
2.3 Teknologi Produksi yang Digunakan oleh Coca-Cola Company
a. Diawali dengan menciptakan suatu resep minuman ringan (coca-cola),
dimana dalam proses pengerjaannya dikerjakan secara manual atau dengan
kata lain proses pengerjaan dikerjakan oleh tenaga manusia sepenuhnya.
Hanya saja dalam terapan teknologi ini, mengalami beberapa kendala,

yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan konsumen yang terus meningkat,


dll.
Gambar b.1 Proses Pengisian Botol Minuman Ringan

b. Dari terapan teknologi yang sudah ada, kemudian berkembang menjadi


suatu terapan teknologi yang baik. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi
permasalahan yang terdapat pada terapan teknologi. Yaitu terciptanya
suatu alat yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan suatu
proses pengerjaan (dalam hal ini pengisian dan pencacahan botol Cocacola) yaitu dengan menggunakan system Microcontroller.
Gambar b.1 Simulasi Teknologi Pengisian dan Pencacahan

Hanya saja, dengan menggunakan sistem ini (sistem Microcontroller),


masih mengalami kendala yaitu dalam proses assemblynya karena
memerlukan

beberapa

tahap

yang

memakan

waktu

dan

cukup

merepotkan.

Microcontroller (Pengendali Mikro)


Gambar b.2 Sistem Minimum Microcontroller

Microcontroller atau Pengendali Mikro merupakan sistem mikroprosesor


lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip. Microcontroller berbeda
dari mikroprosesor serba guna yang digunakan dalam sebuah PC, karena
sebuah microcontroller umumnya telah berisi komponen pendukung
sistem minimal mikroprosesor, yakni memori dan antarmuka I/O. Atau
dengan kata lain Microcontroller adalah suatu keping IC dimana terdapat
microprosessor dan memori program (ROM) serta memori serbaguna
(RAM). Kelebihan utama dari Microcontroller ialah telah tersedianya
RAM dan peralatan I/O pendukung sehingga ukuran board microcontroller
menjadi sangat ringkas.

c. Kemudian dari terapan teknologi yang baik, semakin berkembangnya ilmu


dan teknologi, menghasilkan suatu terapan teknologi yang lebih baik. Hal

ini pun bertujuan untuk menanggulangi permasalah yang ada dalam


terapan teknologi yang baik. Gambar dibawah ini merupakan Proses
manufaktur PT. Coca-Cola Indonesia.

Gambar c.1
Tahap pertama untuk menghasilkan Coca-Cola sangat sederhana, yaitu
membuat sirup yang terdiri dari gula dan air. Airnya disaring dengan
seksama karena bagi Coca-Cola bahan baku berkualitas tinggi sangat
mutlak diperlukan.

Gambar c.2
Untuk memastikan bahwa air yang digunakan untuk produk botol dan
kaleng benar-benar bersih dan murni, air tersebut disaring. Para teknisi
pengawasan mutu menguji air tersebut berkali-kali sebelum digunakan
untuk membuat produk akhir.

Gambar c.3
Pemeriksaan dan pengujian berlanjut. Perangkat canggih membantu para
teknisi memeriksa segala segi proses, mulai dari kondisi tiap kemasan

hingga kadar karbondioksida, rasa dan kandungan sirup. Pada tahap ini,
campuran sirup diperiksa.

Gambar c.4
Sirup kemudian ditambahkan dengan konsentrat Coca-Cola. Sari rasa
untuk Coca-Cola ini dibuat di pabrik-pabrik The Coca-Cola Company
dan hingga kini tetap merupakan rahasia dagang terbesar di dunia. Teknisi
kemudian mencicipi, memeriksa dan mencatat campuran setiap batch sirup
dengan seksama. Setelah pencampuran, cairan siap untuk diberi tambahan
karbondioksida. Pengawasan mutu yang amat ketat adalah alas an
mengapa Coca-Cola dikenal sebagai minuman yang memiliki kadar
soda yang paling sempurna.

Gambar c.5
Rangkaian botol dari gelas atau plastik PET (Polyethelyne terephthalate)
maupun kaleng sekarang dalam jumlah sangat besar siap untuk diisi
dengan produk akhir. Botol-botol pun harus melalui pemeriksaan yang
amat teliti. Pertama-tama dicuci dan dibasuh kemudian diperiksa secara
elektronik dan manual. Barulah boto-botol tersebut siap untuk diisi dengan
minuman ringan paling popular di dunia saat ini.

Gambar c.6
Botol demi botol diletakkan di atas ban berjalan agar dapat terisi secara
otomatis. Cara tersebut menjamin jumlah dalam tiap botol akurat, dan
penutupan botol secara otomatis menjamin kadar higienis yang sempurna
pula.

Gambar c.7
Akhirnya, botol-botol diberi label, kode produksi dan dikemas dalam
karton-karton atau dimasukkan ke dalam krat. Selanjutnya, pusat
penjualan siap untuk mengirimkan produk-produk Coca-Cola menuju
lebih dari 420.000 gerai (outlet) yang menjual produk-produk CocaCola di Indonesia.
Dalam proses ini, menggunakan PLC (Programmable Logic Control).
Yang merupakan pengembangan dari sistem microcontroller.
PLC (Programmable Logic Controller)

Gambar c.8 jenis PLC


PLC merupakan pengembangan dari sistem microcontroller. PLC
(Programmable Logic Controller) atau Kontrol Logika Terprogram adalah
suatu microprosessor yang digunakan untuk otomatisasi proses industri
seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu
pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan
untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relai, contactor
dll.

Gambar c.9 Aplikasi PLC di Bidang Industri


Hampir segala macam proses produksi di bidang industri dapat
diotomatisasi dengan menggunakan PLC. Kecepatan dan akurasi dari
operasi bisa meningkat jauh lebih baik menggunakan sistem kontrol ini.
Keunggulan dari PLC adalah kemampuannya untuk mengubah dan meniru
proses operasi di saat yang bersamaan dengan komunikasi dan
pengumpulan informasi-informasi vital.

10

2.4 Sistem Informasi Manajemen di Perusahaan Coca-Cola Amatil


Perusahaan Coca-cola merupakan sebuah perusahaan multinasional,karena
Coca-cola

terlibat

banyak

dalam

bisnis

internasional,mempunyai

atau

mengendalikan fasilitas di lebih dari satu Negara. Dalam perusahaan


multinasional sendiri dihadapkan dengan empat strategi operasi, seperti strategi
internasional, multidomestik, global dan transnasional. Dalam hal ini Coca-cola
memilih strategi global. Dan Coca-cola dalam strategi globalnya menggunakan
sistem Strategic Route Planning (SRP).
Sederhananya, SRP merupakan solusi TI yang memungkinkan perusahaan
merumuskan strategi routing secara tepat. Misalnya, sebuah area dengan jumlah
penduduk tertentu sebaiknya dilayani dengan berapa armada, bagaimana jalur
masing-masing armada agar lebih efisien dan efektif, wilayah mana yang masih
kosong dan bisa dipenetrasi oleh wiraniaga (salesman) CCAI, dan sebagainya.
Semua itu bisa diketahui dari SRP yang serba terkomputerisasi. Singkatnya, ini
merupakan sistem aplikasi yang bisa memproses digital mapping distribusi
produk-produk Cola-Cola.
Bagi perusahaan penjualan (sales company) seperti CCAI, SRP jelas
sangat dibutuhkan dalam proses bisnisnya. Ini diakui Deborah Intan Nova,
Manajer Sistem Informasi Nasional & Teknologi CCAI. Eksekutif yang punya
nama panggilan Debbie ini lebih jauh menjelaskan, ada empat tujuan
implementasi TI di CCAI. Pertama, meningkatkan pendapatan (revenue
generation). Kedua, meningkatkan pelayanan pelanggan. Ketiga, mengelola atau
meminimalkan biaya (efisiensi). Dan keempat, meningkatkan utilisasi aset , truk,
chiller, colddrink, dan lain-lain.
Menariknya, SRP ini bukan sekadar teknologi berbasis global positioning
system (GPS) sebagaimana banyak dipakai perusahaan distribusi atau taksi. Kalau
GPS sekadar untuk melihat atau memotret posisi sementara, SRP menggabungkan
antara GPS dengan hitung-hitungan aritmatika. GPS diperlukan untuk mengcapture letak atau lokasi masing-masing gerai. Dari situ kemudian dimasukkan ke
dalam sistem SRP dan diolah untuk merumuskan pola kunjungan atau rute terbaik.

11

Dari SRP, manajemen mengetahui, misalnya bila CCAI punya 20 truk kanvas,
rute mana saja yang paling efektif dan efisien yang harus dilewati masing-masing
truk hingga tidak ada gerai yang terlewatkan. Jangan sampai salesman
mengendarai mobil lebih jauh dan mengunjugi banyak tempat, tapi secara total
tingkat produktivitasnya rendah.
Namun ada sisi kelemahan dari (ERP) karena masih belum maksimal digunakan
sebagai referensi bagi penetapan strategi pemasaran perusahaan. Oleh karena itu,
peran DSS sangat dibutuhkan untuk menggali dan melakukan analisis perilaku
konsumen terhadap pembelian suatu produk melalui data historikal transaksi
pelanggan selama dua tahun. Decision Support Systems (DSS) atau system
pendukung keputusan adalah serangkaian kelas tertentu dari system informasi
terkomputerisasi yang mendukung kegiatan pengambilan keputusan bisnis dan
organisasi.

System

pendukung

keputusan

atau

DSS

digunakan

untuk

mengumpulkan data, menganalisa dan membentuk data yang dikoleksi, dan


mengambil keputusan yang benar atau membangun strategi dari analisis, tidak
pengaruh terhadap computer, basis data atau manusia penggunanya. Kriteria atau
parameter-parameter yang digunakan dalam membantu pengambilan keputusan
digambarkan seperti model berikut:

Gambar 3. Diagram Model Kriteria Pengambilan Keputusan


Berdasarkan model yang terdapat pada Gambar 3 datas, PT COCA COLA
AMATIL INDONESIA menjadikan beberapa parameter dalam pengambilan
keputusan antara lain, ranking (peringkat) berdasarkan revenue yang diperoleh di
setiap wilayah, penetrasi pasar, basket index untuk mengetahui persentase

12

pembelian produk PT COCA COLA AMATIL INDONESIA, market share produk


PT COCA COLA AMATIL INDONESIA dibandingkan dengan produk
perusahaan lain, jumlah penjualan produk, dan nilai penjualan ritel setiap bulan
untuk peningkatan penjualannya.
Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder berupa deret waktu (time
series) dengan periode dua tahun terkahir. Jenis sumber data berasal dari data
eksternal perusahaan yang didapatkan melalui kerjasama antara PT COCA COLA
AMATIL INDONESIA dengan masing-masing outlet melalui trading term yang
telah disepakati kedua belah pihak.Untuk saat ini PT COCA COLA AMATIL
INDONESIA telah bekerjasama dengan outlet seperti Matahari, Carefour, Giant,
dan Indomart. Melalui proses training didapatkan akurasi data mendekati 98%
sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk membantu proses
pengambilan keputusan khususnya untuk mendukung strategi pemasaran.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penerapan aplikasi DSS ini
digunakan untuk mendukung strategi pemasaran dalam melakukan penetrasi pasar
sehingga diharapkan perusahaan mampu mengembangkan sebuah sistem
customer profiles. Harapannya perusahaan mampu membuat dan melakukan
promosi yang efektif berdasarkan segmen pasar yang sesuai sehingga target
penjualan akan mudah tercapai dan tidak kalah bersaing dengan kompetitor.

2.5 Strategi Perusahaan Coca-Cola Amatil dalam Menghadapi Pesaing


Berdasarkan Teori dari Michael Porter
Menurut Porter jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam
persaingan yang ketat perusahaan harus memilikh prinsip bisnis, Harga yang
tinggi, Produk dengan biaya yang rendah, dan bukan kedua duanya.
Berdasarkan prinsip tersebut maka Porter Menyatakan ada tiga Strategi Generik
yaitu: Differentiation, Overall Cost Leadership dan Fokus. Menurut Porter strategi
perusahaan unutk bersaing dalam suatu industri dapat berbeda beda dan dalam
berbagai dimensi, Porter mengemukakan tiga belas dimensi yang biasanya

13

digunakan oleh perusahaan dalam bersaing, yaitu : Sepesialisasi, Identifikasi


Merk,Dorongan Versus Tarikan, Seleksi Saluran, Mutu Produk, Kepeloporan
Teknologis, Integrasi Vertikal, Posisi Biaya, Layanan,Kebijakan Harga, Leverage,
Hubungan dengan Perusahaan Induk, Hubungan dengan Pemerintah.
Berikut adalah analisis teori Porter pada PT Coca Cola Bottling Indonesia.

Aspek Pembeli
Pembeli ( Konsumen ) dari produk Coca Cola mencakup segala usia dari
anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Yang hampir di konsumsi oleh
segala usia dan Produk Coca Cola dapat dinikmati di seluruh dunia.
Manajemen Strategi Perusahaan :

Pelayanan yang Baik supaya para Pembeli tidak berpaling pada

produk yang lain


Produk yang berkualitas dengan Harga yang Rendah dan dapat

dijangkau oleh semua kalangan


Promosi
Pemberian Hadiah / Mengadakan Kompetisi.

Aspek Pemasok
Setiap proses produksi sebuah perusahaan memerlukan sebuah input yang
berupa bahan baku, tenaga kerja yang dipasok oleh para Suppliers. oleh
karena itu para perusahaan harus mempunyai relasi yang baik pada para
suppliers supaya bahan baku dapat tercukupi tepat waktu dan sistem
pembayaran yang lebih fleksibel.
Manajemen Strategi Perusahaan:

Perusahaan harus mempunyai hubungan yang baik pada para relasi

Perusahaan harus tepat waktu dalam waktu pembayran kepada para


suppliers

Barang Pengganti (subtitusi)


Barang subsitusi dari Produk Coca Cola adalah

AQua
Es Tee
Teh Botol Sosro

14

Mizone
Ultra Milk
Dan Lain Lain

Manajemen Strategi untuk barang pengganti atau subtitusi

Perusahaan harus Meyakinkan kepada pelanggan bahwa produk


Coca Cola tetap minuman bersoda no 1 di dunia

dan perusahaan mempertahankan kualitas produk supaya para


pelanggan tidak berpaling ke produk yang lain

Pendatang Baru ( New Entry )


Pendatang baru pada minuman Coca Cola adalah seperti Mizone, Pocari
Sweet, dan lain sebagainya,
Manajemen Strateginya adalah :

Maka sebaiknya suatau perusahaan harus menerapkan strategi


Portee yaitu, Diferensiasi

Harga Yang murah dari produk pendatang baru tersebut.

Loyalitas Perusahaan Kepada para konsumen

Kompetitor
Kompetitor dari produk Coca Cola adalah

7up

Mirinda

Pepsi

Dan Lin lain.

Manajemen Strategi:

Harga Yang terjangkau

Kualitas yang lebih baik lagi

Inovasi Produk

Fokus pada satu produk yaitu minuman bersoda No 1 di Dunia.

15

2.6 Program Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Coca-Cola Amatil


Sebagai perusahaan yang baik, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
menggalakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka
mengatasi isu lingkungan yang diangkat oleh masyarakat sekitar pabrik. Salah
satu strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Coca
Cola Amatil Indonesia dalam menanggapi isu tersebut yaitu :
1. Coke Farm
Melalui pemanfaatan Coke Farm di area pabrik. Coke Farm merupakan
salah satu 2 lahan perealisasian program CSR yang digalakkan di PT. Coca
Cola Amatil Indonesia (CCAI), tepatnya di area operasional Rancaekek.
Berupa perkebunan organik yang terletak di belakang pabrik Coca Cola
Rancaekek. Dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility
(CSR) PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui pemanfaatan Coke
Farm, terdapat beberapa spesifikasi kegiatan, diantaranya pengelolalaan
fishpond, pembuatan biopori, planting of tree, tea leaves composting, dan
solid waste-recycling.
2. Fishpond
Pengelolaan fishpond dilakukan di area Coke Farm, tepatnya di belakang
pabrik pembotolan Coca Cola di kawasan Rancaekek, Bandung. Tujuan
fishpond ini adalah untuk mengairi perkebunan organik Coca Cola (Coke
Farm) dan sebagai tempat konservasi lingkungan di pabrik. Terdapat
banyak jenis ikan yang dibudidayakan di sini, diantaranya ikan nila, ikan
mas, ikan bawal, ikan patin, ikan lele, dan lain-lain.

Fishpond dikelola

oleh masyarakat sekitar pabrik yang bersedia membudidayakannya,


dimana hasil panen budidaya tersebut dapat dinikmati oleh pengelola.
Selain itu, tim Corporate Affair Coca Cola melakukan pendekatan ke
berbagai rumah makan di sekitar kawasan pabrik pembotolan coca cola
untuk mendistribusikan hasil panen bibit ikan, dimana seluruh keuntungan
yang diperoleh diberikan kepada masyarakat yang mengelola. Kebijakan
tersebut merupakan salah satu bukti nyata komitmen PT. Coca Cola Amatil
Indonesia (CCAI) dalam menyejahterakan masyarakat di sekitar kawasan
operasional.
3. Biopori

16

Pembuatan biopori digalakkan untuk menciptakan pabrik yang ramah


lingkungan melalui pembuatan lubang resapan air yang juga dapat
menghasilkan 3pupuk kompos alami. Sudah lebih dari lima puluh lubang
biopori dibuat di seluruh kawasan pabrik pembotola Coca Cola di
Rancaekek Bandung. Selain itu, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
telah bekerjasama dengan beberapa LSM yang bergerak di bidang
lingkungan dalam menyelenggarakan kegiatan sosial lingkungan dan
mensosialisasikan pembuatan lubang biopori kepada pelajar serta
masyarakat luas.
4. Planting of Trees
Planting of Trees atau penanaman pohon memiliki dampak positif yang
luar biasa besar bagi masyarakat, komunitas, dan juga lingkungan hidup.
Penanaman pohon dapat membantu memelihara dan mengaktifkan
kembali lingkungan hidup. Untuk menciptakan lingkungan pabrik yang
hijau dan sehat, serta dalam rangka mendukung kampanye lingkungan
hidup, dilakukan program penanaman pohon. Selain itu, di area Coke
Farm juga terdapat lahan pembibitan dan budidaya pohon keras, seperti
mahoni dan trembesi, salah satu jenis pohon yang memproduksi oksigen
terbesar. Dimana, hasil pembibitan pohon keras ini, dapat disumbangkan
untuk gerakan penghijauan, terutama di sekitar kawasan pabrik.
5. Organic- Green House
Organic- Green House merupakan salah satu bagian di area Coke Farm,
berupa lahan perkebunan organik yang menggunakan metode perkebunan
tanpa bahan kimia, seperti pestisida, fertilizer, antibiotic, hormone
penumbuh tanaman yang tidak memenuhi standar organik. Perkebunan
organik dikelola oleh masyarakat di sekitar kawasan pabrik, dengan
harapan para petani yang menggarap perkebunan organik tersebut dapat
menjadi lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya pada jumlah energi
yang digunakan dalam dunia 4 agrikultur. Adapun tanaman yang
dibudidayakan di perkebunan ini, diantaranya tanaman cabe, tomat,
bawang daun, dan lain-lain. Sama halnya dengan fishpond, hasil panen
dari kebun organik ini sepenuhnya diberikan dan dikelola oleh warga
sekitar.
6. Pemanfaatan limbah Frestea

17

Khusus untuk setiap produksi produk frestea, PT.Coca Cola Amatil


Indonesia menghasilkan limbah berupa ampas daun teh basah yang tidak
terpakai. Sebagai penggalakan gerakan peduli lingkungan dan upaya
pengolaan limbah, ampas tersebut dimanfaatkan untuk membuat pupuk
kompos, pemanfaatan ini disebut dengan tea leaves- composting. Ada dua
metode yang dipakai dalam pembuatan pupuk kompos di Coke Farm ini,
yaitu open windrow dan sistem kascing. Pada metode open windrow,
ampas teh basah dikeringkan lalu disiram dengan EM4 secara berkala
sampai akhirnya bakteri penghasil pupuk kompos berkembang biak dan
siap dipanen. Sedangkan pada sistem kascing, ampas teh yang dihasilkan
dari produksi

frestea dimakan oleh cacing dan kotoran-nya menjadi

pupuk. Pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas teh tersebut dapat
dipakai untuk membudidayakan tanaman organik di

Coke Farm,

disumbangkan dalam acara-acara atau kampanye lingkungan, serta di jual


ke pasaran melalui kios Coke Farm.
7. Solid Waste Recyling
Solid waste recycling merupakan kegiatan mendaur ulang sampah, dimana
sampah non-organik yang dihasilkan oleh produksi PT.Coca Cola Amatil
di gunakan untuk membuat kerajinan tangan atau memproduksi alat-alat
yang dapat digunakan sebagai pendukung pelestarian lingkungan. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk mengedukasi masyarakat dan komunitas
setempat mengenai pentingnya 5 melakukan 3R
Recycle).

BAB III
PENUTUP

18

(Reduce, Reuse,

3.1 Kesimpulan
Perusahaan Coca-Cola menempati urutan pertama dalam penjualan
minuman ringan. Dibalik kesuksesan perusahaan Coca-Cola, pasti ada berbagai
strategi yang diterapkan. Dari segi sumber daya manusia, kualitas produk,
teknologi produksi, hingga sistem informasi manajemen yang diterapkan. CCAI
menerapkan sistem manajemen kinerja berdasrkan kemampuan individual, para
manajer selalu membri penilaian kepada para karyawan tentang kinerja merka,
dan selalu melakukan evaluasi untuk menciptakan SDM yang terampil dan
profesional. Teknologi CCAI berkembang dari masa kemasa, diawali dengan
pembuatan secara manual hingga saat ini dengan menggunakan mesin-mesin yang
serba canggih, seperti Microcontroller dan Programmable Logic Controller. Dari
segi SIM perusahaan CCAI menggunakan Strategic Route Planning (SRP). SRP
merupakan solusi TI yang memungkinkan perusahaan merumuskan strategi
routing secara tepat. Dengan demikian, perusahaan ini dapat meraih kesuksesan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang terus berkembang didunia.

19

Anda mungkin juga menyukai